• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan kompetensi profesional Guru Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI tingkat SMPM di Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembinaan kompetensi profesional Guru Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI tingkat SMPM di Jakarta Barat"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Jenjang Pendidikan Strata Satu (S-1)

Disusun oleh:

Nurdianah

109011000048

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATsULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

pentingnya peranan MGMP sebagai wadah pembinaan kompetensi guru demi meningkatkan kompetensi profesionalnya. MGMP PAI Jakarta Barat telah lama terbentuk dan memiliki kegiatan serta kepengurusan yang terorganisir.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara mendalam pembinaan profesional guru melalui MGMP.

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif dengan mengambil latar MGMP PAI yang ada di Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan dari makna tersebut ditarik kesimpulan, keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi, dengan cara Chek Rechek yaitu pengulangan kembali data yang telah diperoleh dengan mengkonfirmasi dari sumber yan berbeda, sepeti informasi adat dari pengurus MGMP PAI dengan anggota MGMP PAI SMP Jakarta Barat. Cross cheking yaitu dilakukan checking data dengan mengkonfirmasi dan membandingkan antara data yang telah diperoleh dengan metode pengumpulan data yang lain, misalnya seperti memeriksa keabsahan data program kerja MGMP dari hasil wawancara pengurus MGMP dengan data hasil dokumentasi.

(7)

vii

MGMP important role as a forum for competence development of teachers in order to improve their professional competence. MGMP PAI West Jakarta has long-established and have organized activities and stewardship.

This study aims to describe in depth the professional development of teachers through MGMP.

The methods used in this thesis is a qualitative method to take MGMP PAI background in West Jakarta. Data collection is done by conducting observation, interview and documentation. Data analysis was done by giving meaning to the data collected and of the meaning of the conclusion, the validity of the data is done by using triangulation, by Chek Rechek that repetition of the data that has been obtained by confirming the source yan different, crate custom information from administrators MGMP PAI with members MGMP PAI SMP West Jakarta. Cross checking cheking that is done to confirm and compare the data with the data that has been obtained by other methods of data collection, such as checking the validity of data MGMPs work program of the interview board MGMPs with the data documentation.

(8)

viii

Segala puji dan syukur dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati yang teramat dalam kepada Dzat yang Maha Pemurah, Maha Pengasih, yang memiliki hari pembalasan pada yaumil akhir, Allah Swt atas nikmat yang tiada batas terutama nikmat iman dan islam serta tak lepas pula nikmat sehat yang masih diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat seiring salam tak terhingga kepada Nabi Muhammad Saw, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari alam jahiliyah yang gelap gulita menuju ke alam yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan.

Salah satu syarat menyelesaikan studi dan mencapai gelar sarjana Strata Satu (S1) di pergguruan tinggi negri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul “PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MELALUI MUSYAWARAH GURU MATA

PELAJARAN (MGMP) PAI TINGKAT SMPN DI JAKARTA BARAT”

Selama pembuatan skripsi ini, penulis tidak sedikit mengalami kesulitan dan hambatan, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan atau data maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu alhamdulilah dapat teratasi dengan sebaik-baiknya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, sepantasnyalah penulis menyampaikan rasa terimakasih dan persembahan yang setinggi-tingginya antara lain kepada:

1. Dra. Nur Lena Rifai, M.A. Ph.D. dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. yang telah mempermudah dan melancarkan penyelesaian skripsi ini

(9)

ix

meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

4. Drs. Basuni, M.A. dosen Pembimbing Akademik yang selama ini telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan.

5. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda Djunaedi dan Ibunda Umiyatun dan Nurinah tercinta, penulis ucapan terimakasih atas doanya serta dukungan moril, dukungan Spritualnya dan kerja kerasnya selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya, dan mereka sebagai sumber motivasi penulis.

7. Keluarga dirumah semuanya, Khususnya untuk suamiku Gunawan M.Pd, kakaku Dra. Mardhiah M.Pd.I, Ruslaini M.M, M.Pd, M.Firmasyah, Lusianah, Firdiansih terima kasih sudah memberikan dukungan moril dan materinya, selalu memberi semangat kepada penulis untuk tetap semangat mengerjakan skripsi.

8. Kepada Pihak pengurus dan anggota MGMP Jakarta Barat yang telah membantu penulis dalam menyesaikan penyusunan skripsi ini, ibu Dra. mardhiah, S.Pd, M.Pd.I, Bapak Drs. H. Haitami M. Nuh serta pengurus dan anggota lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih saya.

(10)

x

Terakhir sebagai insan akademik, merasa bangga dan senang apabila ada kritik dan saran yang bersifatnya kontruktif dari pada cerdik dan cendikia demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT., yang Maha Pengasih dan Penyayang berkenan membalas semua amal ibadah mereka. Amin.

Akhirnya hanya kepada Allah Swt, penulis menyerahkan segalanya dengan harapan semoga karya ini bermanfaat.

Jakarta, 10 Mei 2014

Penulis

(11)

x

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Peneltian dan Manfaat Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembinaan Kompetensi Profesional Guru a. Pengertian Profesional Guru PAI. ... 8

b. Pengertian Pembinaan Kompetensi Profesional Guru PAI 18 c. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Kompetensi Profesional ... 20

d. Bentuk-Bentuk Pembinaan Kompetensi Profesional Guru 22 2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI a. Pengertian MGMP ... 24

b. Landasan MGMP. ... 30

(12)

xi

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Latar Penelitian ... 38

C. Metode Penelitian... 38

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 39

E. Pemerikasaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 41

F. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Profil MGMP PAI Jakarta Barat a. Latar Belakang MGMP PAI Jakarta Barat ... 43

b. Visi, Misi dan Tujuan MGMP PAI Jakarta Barat ... 43

c. Kepengurusan dan Keanggotaan MGMP PAI Jakarta Barat 44 d. Program Kerja MGMP PAI Jakarta Barat ... 46

e. Pendanaan MGMP PAI Jakarta Barat ... 47

2. Pembinaan Kompetensi Profesional Melalui MGMP a. Bentuk Pembinaan MGMP ... 48

b. Manfaat Pembinaan MGMP ... 57

c. Hambatan Dalam Pembinaan MGMP ... 58

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(13)

1

Tuntutan akan sumber daya manusia unggulan yang memiliki kompetensi yang tinggi merupakan kebutuhan mendesak dalam menyelesaikan berbagai krisis yang terjadi di Indonnesia dalam segala aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan

Formasi dalam bidang pendidikan akan melibatkan semua komponen pendukungnya, baik siswa, sekolah, manajemen pengelolaannya maupun guru untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia secara optimal. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan, proses perubahan dan cara mendidik.

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu guru. Seiring dengan terbitnya Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI No. 18 tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan, setiap guru dituntut meningkatkan profesionalitas guru. Dengan kata lain setiap guru harus meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Dengan kompetensi ini diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik serta mampu mengembangkan profesinya. Untuk menjawab tantangan rendahnya mutu pendidikan, aneka upaya meningkatkan profesionalitas guru perlu dilkukan. Tilaar mengemukakan bahwa profesi guru bukanlah merupakan profesi yang sudah jadi. Guru perlu secara umum perlu terus menerus mengubah diri karena pengalaman mendidik bukan merupakan pengalaman rutin. Guru merupakan pelaku dalam tindakan pedagogis karena pedagogis dalam kehidupan terus menerus berubah, profesionalitas guru akan berubah.

(14)

berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. Masyarakat telah menuntut patokan tinggi terhadap profesionalitas guru. Guru dituntut untuk terus mengembangkan diri, mengasah wawasan dan terus mencari metode pengajaran terbaik guna membekali anak didiknya dengan visi yang tajam dan ilmu yang menjanjikan sehingga masa depan muridnya cemerlang. Filosofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah diposisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Guru dituntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentranformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik.

Guru harus disiapkan menjadi tenaga profesional, agar mampu bersaing dengan tenaga pendidikan dari luar. Untuk menjadi profesional, guru harus dipersiapkan dengan baik sejak dilembaga pendidikan, dan berjalan terus dengan baik sampai dilingkungan kerja melalui in-service training. Jika program-program tersebut dapat berjalan dengan baik, seharusnya sudah tersedia guru-guru profesional. Hal terpenting yang harus dikondisikan adalah guru yang mampu mengapresiasikan profesinya, sehingga ia secara perlahan tetap pasti dapat tumbuh menjadi profesional yang handal. Saat ini sertifikasi guru sedang digalakan oleh pemerintah, karena dianggap para guru belum profesional. Hal ini akibat lahirnya UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang menuntut guru menjadi suatu profesi. Kebijakan ini diikuti lahirnya peraturan Mendiknas nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi profesi guru dalam jabatan. Namun sayangnya kebijakan ini belum dapat mendukung proses pembelajaran guru untuk tumbuh menjadi profesional, kecuali sekedar mendapatkan tunjangan profesi sebagai tambahan kesejahteraan. Seharusnya ada formulasi perlakuan yang dikemas sedemikian rupa sehingga guru melakukan aktifitas belajar. Ini dapat dilakukan di sekolah sendiri, kelompok kerja guru (KKG) untuk para guru SD, atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bagi para guru SLTP atau sederajat. 1

(15)

Seiring dengan terbitnya Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI no.16 tahun 2007 tentang standar akademik dan kualifikasi guru maka setiap guru dituntut untuk meningkatkan profesional, yaitu setiap guru harus meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial maupun profesional. Dengan kompetensi ini guru diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, menjadi teladan bagi siswa serta mampu mengembangkan profesinya.2

Agenda utama yang perlu diprogramkan guna meningkatkan mutu pendidikan di tingkat SMP adalah perubahan pada proses pembelajaran di kelas. Perubahan tersebut sulit terwujud tanpa adanya peningkatan profesionalitas guru, karena guru memegang peran paling dominan dalam proses pendidikan. Semakin tinggi profesionalitas guru diduga akan semakintinggi mutu pendidikan.

Ada beberapa upaya dalam membina profesional guru. Upaya tersebut adalah melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), pendidikan latihan, pengembangan profesional, forum diskusi pembentukan gugus sekolah dan sebagainya. Salah satu upaya yang perlu ditumbuhkan dan dikembangkan serta terus digalakan adalah pembentukan gugus sekolah. Pada prinsipnya gugus sekolah adalah wadah sekolompok guru bidang tertentu dari wilayah tertentu, misalnya tingkat kota sebagai tempat membicarakan dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi bersama. Misalnya guru-guru PAI membentuk kelompok guru PAI, selanjutanya anggota kelompok tersebut diharapkan mampu melakukan pembinaan profesional di sekolah masing-masing. Di sekolah Dasar gugus ini dikenal dengan istilah Kelompok Kerja Guru (KKG), di SMP/MTs dan SMA/MA dengan istilah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan di SMK dengan istilah Musyawarah Guru Mata Diklat (MGMD).

Upaya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan kompetensi profesional guru PAI sangatlah penting karena lembaga ini merupakan wadah kegiatan profesional guru PAI dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan. Selain itu melalui

(16)

kegiatan ini dapat dilakukan diskusi, tukar pemikiran, pengalaman antar anggota MGMP PAI untuk mengatasi permasalahan yang ada dan berkembang di sekolah. Peningkatan profesionalitas juga perlu diupayakan sebagai akibat adanya perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dari mengajar (teaching)menjadi belajar (learning) dan dari teacher centered menjadi student centered. Pembelajaran yang didominasi oleh kegiatan mengajar dengan peran guru mendominasi proses pembelajaran ternyata tidak efektif sebagai uapaya meningkatkan mutu pembelajaran.

MGMP merupakan wadah pembinaan profesi yang dapat dimanfaatkan untuk guru dalam mengembangkan profesinya. Melalui MGMP para guru dapat meningkatkan profesinya dengan berdiskusi dan mempraktekan penyusunan program tahunan (prota), program semester, analisi materi pembelajaran, program satuan pengajaran, metode pengajaran, alat evaluasi, bahan ajar, pembuatan dan pemanfaatanmedia pengajaran juga dapat dikajidalam forum ini, barbagai masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran juga dapat ditangani melalui forum ini sebagai tempat untuk membina profesional gutu perlu dikelola oleh pengurus yang profesional. Pengurus profesional adalah pengurusyang mengetahui dan mempraktekan prinsip-prinsip manajemen. Dalam lingkup MGMP PAI SMPN Jakarta Barat, pengurus harus mampu berperan sebagai perencana kegiatan, pengorganisasi kegiatan, pemimpin kegiatan dan pengendali kegiatan. MGMP PAI Jakarta dibentuk oleh para guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas dilembaga pendidikan tingkat menengah atas, baik negeri maupun swasta. Lembaga tersebut berada dibawah naungan Dinas Pendidikan Departemen Agama dan yayasan sekolah.

(17)

kompetensi lulusan serta pedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).3

Kenyataan yang ditemukan dilapangan guru masih mendapatan kesulitan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik yang profesional. Kesulitan yang dihadapi diantaranya ialah mengembangkan silabus, menyusun RPP berkarakter yang sesuai dengan KTSP, menginovasikan metode pembelajaran, mendayagunakan media pembelajaran dan evaluasi belajar, keterbelakangan peran Pendidikan Agama Islam disekolah umum sehingga perlu mengoptimalkan pendidikan agama islam. Hal tersebut diakui guru anggota MGMP .4

Hal tersebut tentu kontraduktif dengan keberadaan MGMP sebagai wadah meningkatkan profesional guru. Maka tentu patut dipertanyakan bagaimana upaya pembinaan kompetensi profesional guru PAI melalui MGMP? bagaimana pengelolaan program MGMP yang selama ini dilakukan? Hal ini menjadi penting karena tidak optimalnya program MGMP akan berpengaruh terhadap profesional guru, karena MGMP memiliki peran yang strategis dalam peningkatan kemampuan guru seperti yang telah disampaikan sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan menyusun skripsi dengan judul “PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MELALUI MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PAI

TINGKAT SMPN DI JAKARTA BARAT” sehingga diharapkan ditemukan

jawaban dan keterangan mengenai upaya MGMP PAI dalam membina kompetensi profesional guru PAI.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Guru masih mendapatan kesulitan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik yang profesional.

3 Dirjen Pendidikan Islam. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan Bab IV Tentang Guru Pasal 10 (Jakarta: Departemen Agama, 2007) hal.78.

(18)

2. Guru masih kesulitan mengembangkan silabus, menyusun RPP berkarakter yang sesuai dengan KTSP, menginovasikan metode pembelajaran, mendayagunakan media pembelajaran dan evaluasi belajar

3. Kurang maksimalnya MGMP dalam membina kompetensi profesional guru PAI

4. Kegiatan MGMP masih terbatas pada acara pertemuan rutin

C. Pembatasan Masalah

Dari masalah yang di identifikasi di atas, maka agar penelitian ini lebih terarah, ruang lingkupnya perlu dibatasi. Untuk itu penulis membatasi masalah yang akan di teliti pada hal-hal sebagai berikut :

1. Upaya MGMP dalam membina guru PAI, upaya yang di maksud ialah bagaimana dan apa saja upaya-upaya yang dilakukan MGP dalam membina kompetensi profesional guru PAI secara koordinatif dan fungsional antara sesama Guru Pendidikan Agama Islam

2. Kegiatan-kegiatan MGMP dalam membinan kompetensi profesional guru PAI tingkat SMPN di Jakarta Barat dari mulai kegiatan mingguan, bulanan dan tahunan.

3. Peneliti hanya mengambil beberapa sample anggota MGMP di beberapa sekolah SMPN di Jakarta Barat

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya MGMP PAI SMPN Jakarta Barat dalam membina profesional guru PAI?

2. Apa problem yang dihadapi MGMP PAI SMP Jakarta Barat dalam membina kompetensi profesional guru PAI?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui upaya pembinaan kompetensi profesional yang dilakukan MGMP PAI SMP Jakarta Barat?

(19)

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan bagi guru PAI memalui program MGMP

2. Manfaat Praktis

(20)

8

A. Pengertian Profesional Guru

Kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar dalah suatu profesi. Apakah yang dimaksud dengan profesi, dan syarat-syarat serta kriteria yang harus dipenuhi agar suatu jabatan dapat disebut suatu profesi.

jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi dibawah ini : a. Melayani masyarakat

b. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai (tidak semua orang dapat melakukannya)

c. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek d. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu panjang

e. Terkendali berdasarkan lisensi baku atau mempunyai persyaratan termasuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk mendudukinya) f. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja

tertentu

g. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan untuk kerja yang ditampilkan berhubungan dengan layanan yang diberikan. h. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan

terhadap layanan yang diberikan

i. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, relatif bebas dari supervisinya dalam jabatan

j. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi itu sendiri k. Mempunyai asosiasi profesi atau kelompok elit untuk mengetahui dan

mengakui keberhasian anggotanya

l. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

m. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap anggotanya

n. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi.1

Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba menyusun kriterianya. Misalnya National Education Asosiation (NEA) menyatakan kriteria berikut :

a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual

1

(21)

b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh yang khusus c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama

d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan

e. Jabatan yang memerlukan baku (standar) tersendiri

f. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi g. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin

erat.2

Pada dasarnya profesionalisme merupakan ide yang berkembang bersamaan dengan masyarakat modern, yang semakin lama semakin kompleks, sehingga dalam mengambil keputusan baik diri sendiri maupun orang lain makin lama makin sulit, karena untuk mengambil keputusan yang tepat memerlukan informasi dan data yang lengkap.

Deklarasi guru sebagai pekerjaan profesional yang dicanangkan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 Desember 2004, menjadi sebuah indikasi awal adanya komitmen serius dari pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu guru. Setahun kemudian, pemerintah mempertegas status guru sebagai pekerjaan profesional dengan disahkannya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada anggal 15 Desember 2005. Menurut Undang-Undang tersebut guru adalah pendidik profesional yan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (pasal 1). Pada tahun yang sama, juga lahirlah Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan yang salah satu diantaranya mengatur tentang standar teanga pendidik dan kependidikan.3

Diera globalisasi, bangsa Indonesia akan mengahadapi tantangan yang sangat berat yang hal ini akan menyangkut tentang sumber daya manusia. Oleh karena itu bangsa Indonesia harus mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang tentunya melalui pembangunan pendidikan yang bermutu.

Sumber daya manusia yang bermutu dapat dihasilkan memalui lembaga pendidikan bermutu pula. Yang dimaksud dengan lembaga pendidikan yang

2

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan ..., Hal. 18 3

(22)

bermutu ialah lembaga pendidikan dimana terdapat suasana pendidikan yang kondisif, proses belajar mengajar, kurikulum yang relevan, sumber-sumber belajar, fasilitas belajar, serta pengelolaan yang baik terutama tenaga pendidik (guru) yang profesional.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen BAB IV pasal 20 menjelaskan dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminasi atas dasar pertimbangan kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode

etik guru serta nilai-nilai agama dan etika

e. Memelihara dan memupukan persatuan dan kesatuan bangsa.4

Sementara prinsip profesionalitas guru dan dosen UU no.14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1 merupakan bagian pekerjaan khusus yang harus dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai denga bidang tugas;

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksaan tugas keprofesionalan;

f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.5

4

Abd Rozak, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2012) cet. 3, Hal.54

(23)

Kemampuan guru mengembangkan sejumlah veriabel-variabel dan mengambil suatu keputusan merupakan inti dari setiap program yang akan disampaikan atau dilaksanakan oleh guru. Oleh karena itu, dalam setiap penyusunan program belajar mengajar guru harus memperhatikan komponen-komponen sebagai berikut:

a. Guru harus mengetahui benar, mengenai tujuan yang hendak dicapai dalam mengajar dan merumuskan tujuan mengajar itu seoperasioanl mungkin, sehingga berkaitan dengan atau berorientasi pada perubahan-perubahan tingkah laku belajar murid-murid yang diharapkan.

b. Guru harus mempersiapkan alat-alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dirumuskan bisa tercapai.

c. Guru harus menetapkan materi pelajaran yang menjadi isi program, yaitu pokok-pokok bahan pelajaran yang akan disampaikan.

d. Guru harus merencanakan program kegiatan belajar dan mengajar, yaitu menetapkan strategi pengajaran dan situasi belajar murid yang menyenangkan sehingga tingkah laku belajar murid yang diharapkan itu bisa timbul. Langkah ini menyangkut morode mengajar yang tepat dan alat-alat peraga pengajaran yang memadai.

e. Guru harus bisa melaksanakan program tersebut dengan baik dan lancar dalam waktu jam pelajaran yang tersedia, pelaksanaan ini umumnya berisi tahap-tahap pendahuluan inti pengajaran dan penutup.

Dengan demikian masing-masing komponen diatas harus diikuti oleh guru dalam setiap ia mengajar. Masing-masing komponen itu tidak berdiri sendiri melainkan merupakan unsur-unsur yang menjadi bagian integral dalam keseluruhan proses dan prosedur pengajaran. Keberhasilan proses belajar mengajar itu sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mempersiapkan program belajar mengajar guru.6

(24)

Banyak faktor yang diduga terkait dengan profesional guru. Kompetensi menutur Richard D. Kellough (1998) adalah :

a. Guru harus menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran yang diajarkan.

b. Guru merupaka anggota aktif organisasi profesi guru, membaca jurnal profesional, melakukan dialog dengan semua guru, mengembangkan kemahiran metodologi, membina siswa dan mteri pelajaran.

c. Guru memahami proses belajar dalam arti siswa memahami tujuan belajar, harapan-harapan dan prosedur yang terjadi di kelas.

d. Guru adalah perantara pendidikan yang tidak perlu tahu segala-galanya, tetapi paling tidak tahu bagaimanadan dimana dapat memperoleh pengetahuan.

e. Guru melaksanakan perilaku sesuai model yang diinginkan di depan siswa.

f. Guru terbuka untuk berubah, berani mengambil risiko dan siap bertanggung jawab.

g. Guru tidak berprasangka gender, membedakan jenis kelamin, etnis, agama, penderitaan cacat dan status sosial.

h. Guru mengorganisasi kelas dan merencanakan pelajaran secara cermat. i. Guru merupakan komunikator-komunikator yang efektif

j. Guru harus berfungsi secara efektif sebagai pengambilan keputusan. k. Guru harus secara konstan meningkatkan kemampuan, misalnyadalam

strategi mengajar.

l. Guru secara nyata menaruh perhatian pada kesehatan dan keselamatan siswa

m. Guru harus optimis terhadap kondisi belajar siswa dan menyiapkan situasi belajar yang positif dan konstruktif.

n. Guru memperlihatkan kepercayaan diri pada setiap kemampuan siswa untuk belajar

o. Guru harus tampil dan adil dalam menilai proses dan hasil belajar siswa

p. Guru harus memperlihatkan perhatian terus menerus dalam tanggung jawab profesional dalam setiap kesempatan.

q. Guru harus terampil bekerja dengan orang tua atau wali, sesama guru administrator, dan memelihara hubungan baik sesuai etika profesional. r. Guru memperlihatkan minat dan perhatian luas tentang berbagai hal. s. Guru sebaiknya mempunyai humor yang sehat.

t. Guru harus mampu mengenali secara cepat siswa yang memerlukan perhatian khusus.

(25)

v. Guru hendaknya dapat dipercaya baik dalam membuat perjanjia maupun kesepakatan.7

Suharsimi arikunto mengatakan bahwa secara garis besar kompetensi guru dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu : kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kompetensi personal atau kepribadian guru adalah kemampuan guru untuk memiliki sikap atau kepribadian yang ditampilkan dalam perilaku yang baik dan terpuji, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri dan dapat menjadi panutan atau teladan bagi orang lain terutama bagi siswanya.

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru yang berhubungan dengan partisipasi sosialnya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, baik di tempat kerja maupun di tempat tinggalnya. Misalnya kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, sesama guru, kepala sekolah, orang tua, pegawai, tata usaha, dal lain-lain. Secara formal maupun informal. Kompetensi ini termasuk kemampuan berkomunikasi dan berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan di lingkungan sekitarnya. Kompetensi profesional adalah kemampuan yang terfokus pada pelaksanaan proses belajar mengajar dan terkait dengan hasil belajar siswa.8

kelayakan mengajar, kesejahteraan, pembinaan profesi, perlindungan profesi, komitmen, serta kebijakan pemerintah. Menurut akadum dalam Hasan (2003) dunia guru mempunyai permasalahan yang sangat serius, yaitu profesi guru kurang menjamin kesejahteraan karena gajinya rendah. Hal ini menyebabkan banyak guru bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada. Pendapat yang sama dikemukakan Indra Djati Sidi, dalam mustafa (2004) bahwa loyalitas dan kinerja guru ditentukan oleh aspek-aspek yang menyangkut citra/mutu guru dan kesejahteraannya banyak contoh guru yang telah berhasil mengantarkan peserta didik mengenyam pendidikan dan penghasilan yang lebih tinggi. Namun demikian, kondisi ekonomi para guru pada umumnya masih sangat memprihatinkan dan tetap membutuhkan peningkatan kesejahteraan. Sekalipun

7

Sudarman Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung : ALFABETA, cv, 2013), cet ke-3. Hal. 57-58

8

(26)

demikian, yang cukup membanggakan dan seharusnya sekaligus menyentuh nurani pengambil kebijakan ialah mereka tetap kukuh dan bangga menjadi guru. (kompas, 2005). Mereka bagaikan lilin yang tak pernah kunjung padam, dimana mereka lkhlas meleleh setelah alam sekitarnya sekitarnta tersinari sehingga menjadi terang dan lingkungan menjadi bermakna daam kehidupan umat manusia.

Kemampuan profesional, sebagaimana dirumuskan oleh P3G yang meliputi kemampuan profesional guru yaitu:

a. Menguasai bidang studi dalam kurikulum sekolah dan menguasai bahan pendalaman aplikasi bidang study

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pendidikan h. Mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

j. Memahami prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan mengajar9

Sedangkan menurut Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuansecara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.

Sifat-Sifat guru yang baik dalam islam Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru sebagaimana disebutkan di atas, seorang guru juga harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagaiberikut : Pertama, Jika praktek mengajar merupakan keahlian dan profesi dari seorang guru, maka sifat terpenting yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang. Sifat ini dinilai penting karena akan dapat menimbulkan rasa percaya diri dan rasa tenteram pada diri murid

(27)

terhadap gurunya. Hal ini pada gilirannya dapat menciptakan situasi yangmendorong murid untuk menguasai ilmu yang diajarkan oleh seorang guru.

Kedua, karena mengajarkan ilmu merupakan kewajiban agama bagi setiap orangalim (berilmu), maka seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mengajarnya itu. Seorang guru harus meniru Rasulullah SAW.yang mengajar ilmu hanya karena Allah, sehingga dengan mengajar itu ia dapat bertaqarub kepada Allah. Demikian pula seorang guru tidak dibenarkan minta dikasihani oleh muridnya, melainkan sebaliknya ia harus berterima kasih kepada muridnya atau memberi imbalankepada muridnya apabila ia berhasil membina mental dan jiwa. Murid telah memberi peluang kepada guru untuk dekat pada Allah SWT. Namun hal ini bisa terjadi jika antaraguru dan murid berada dalam satu tempat, ilmu yang diajarkan terbatas pada ilmu-ilmu yang sederhana, tanpa memerlukan tempat khusus, sarana dan lain sebagainya. Namun jika guru yang mengajar harus datang dari tempat yang jauh, segala sarana yangmendukung pengajaran harus diberi dengan dana yang besar, serta faktor-faktor lainnya harus diupayakan dengan dana yang tidak sedikit, maka akan sulit dilakukan kegiatanpengajaran apabila gurunya tidak diberikan imbalan kesejahteraan yang memadai. Ketiga, seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah danpenyuluh yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya. Ia tidak boleh membiarkan muridnya mempelajari pelajaran yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran yang sebelumnya. Ia juga tidak boleh membiarkan waktu berlalu tanpa peringatan kepada muridnya bahwa tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri kepada AllahSWT,Dan bukan untuk mengejar pangkat, status dan hal-hal yang bersifat keduniaan. Seorang guru tidak boleh tenggelam dalam persaingan, perselisihan danpertengkaran dengan sesama guru lainnya. Keempat,

(28)

menimbulkan situasi yangtidak mendukung bagi terlaksananya pengajaran yang baik. Kelima, seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yangbaik di hadapan murid-muridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus bersikap toleran dan mau menghargai keahlian orang lain. Seorang guru hendaknya tidak mencela ilmu-ilmu yang bukan keahliannnya atau spesialisasinya. Kebiasaan seorang guru yang mencela guru ilmu fiqih dan guru ilmu fiqih mencela guru hadis dan tafsir, adalah guru yang tidak baik. Keenam,

seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanyaperbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual dan memperlakukannya sesuaidengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya itu. Dalam hubungan ini, Al-Ghazali menasehatkan agar guru membatasi diri dalam mengajar sesuai dengan bataskemampuan pemahaman muridnya, dan ia sepantasnya tidak memberikan pelajaranyang tidak dapat dijangkau oleh akal muridnya, karena hal itu dapat menimbulkan rasaantipati atau merusak akal muridnya. Ketujuh, seorang guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru yang di sampingmemahami perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga memahami bakat, tabiat dan kejiawaannya muridnya sesuai dengan tingkat perbedaan usianya. Kepada murid yang kemampuannya kurang, hendaknya seorang guru jangan mengajarkan hal-hal yang rumit sekalipun guru itu menguasainya. Jika hal ini tidakdilakukan oleh guru, maka dapat menimbulkan rasa kurang senang kepada guru, gelisah dan ragu-ragu. Kedelapan, seorang guru yang baik adalah guru yang berpegang teguh kepada prinsip yang diucapkannya, serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian rupa.

(29)

murid-muridnya. Ia tidak akan mampu lagi mengarahkan atau memberi petunjuk kepada murid-muridnya.10

Dari delapan sifat guru yang baik sebagaimana dikemukakan di atas, tampak bahwasebagiannya masih ada yang sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat guruyang mengajarkan pelajaran secara sistematik, yaitu tidak mengajarkan bagian berikutnya sebelum bagian terdahulu dikuasai, memahami tingkat perbedaan usia,kejiwaan dan kemampuan intelektual siswa, bersikap simpatik, tidak menggunakan cara-cara kekerasan, serta menjadi pribadi panutan dan teladan adalah sifat-sifat yangtetap sejalan dengan tuntutan masyarakat modern

Ada beberapa syarat profesional yang harus dipenuhi agar dapat mengubah peran guru dan sangat berguna dalam pembinaan profesi guru. Menurut Hasan (2003), syarat-syarat tersebut meliputi: a. Harmonis antara perguruan tinggi dengan pembinaan sekolah, b. Meningkatkan bentuk rekrutmen calon guru, c. Program penataran yang berkaitan dengan praktik lapangan, d.

Meningkatkan mutu pendidikan calon pendidik, e. Pelaksanaan supervisi, f. Peningkatan mutu menajeman pendidikan berdasarkan total quality

management (TMQ), g. Melibatkan peran serta masyarakat berdasarkan konsep link and matc, h. Pemberdayaan buku teks dan alat-alat pendidikan penunjang, i. Pengakuan mayarakat terhadap profesi guru, dan j. Kompetensi profesional yang positif dengan pemberian kesejahteraan yang layak dan memadai.11

Faktor lain yang juga mempengaruhi profesional guru yang mencakup: a. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan yang saat ini masih setnngah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak yang terlibat, b. PGRI belum berfungsi sebagai organisasi profesi dalam meningkatkan profesional anggotany, c. Pusat Kegiatan Guru (PKG) dan kelompok Kerja Guru (KKG) yang memungkinkan para guru berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan pengajaran, dan d. Pengukuhan

10

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, Cet. I, 2000). Hal.95 - 99

(30)

program akta mengajar melaui peraturan perundangan (Akadum dalam Hasan, 2003). Berkaitan dengan butir c dan d menurut penulis keberadaan PKG dan KKG tidak perlu dilegalkan sebagai pusat, namun akan lebih bermakna manakala pemberdayaan fungsi dan pengelolaan lebih ditingkatkan. 12

B. Pengertian Pembinaan Kompetensi Profesional Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai pustaka menjelaskan bahwa pembinaan berarti proses, perbuatan, cara membina, pembaharuan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperolah hasil yang baik.

Menurut Saydam dalam Ismaun (1993:1) bahwa pembinaan adalah pembaharuan penyempurnaan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Bila kegiatan pembinaan ini dilakukan terhadap guru, maka pembinaan akan memberikan makna agar guru lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam melaksanakan pembelajaran bagi profesinya sebagai pendidik. 13

Sedangkan menurut Casteter dalam Minarni (2001:47) menyatakan bahwa konsep pembinaan mengarah kepada (a) penerimaan dan kemapanan dalam arti upaya memelihara sikap, kemampuan, ketrampilan yang ada; (b) perbaikan yang mengacu kepada suatu aktifitas konstruktif yang bertujuan membentuk, menciptakan kualitas sesuatu menjadi baik atau proses restrukturisasi kualitatif sesuatu hal yang kurang memadai menjadi bentuk kualitas yang memadai; (c) pengembangan (development) dengan pengertian aktifitas peningkatan kualitas yan lebih baik atau memuaskan.14

Pembinaan guru berarti sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta pembina lainnya, untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.15

12 Ibid hal 707

13

Uun Machsunah, Pengaruh Pembinaan Guru Bidang Akademik dan Bimbingan Konseling Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran di SMA I Palimanan Kab. Cirebon, skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, 2005. Hal 20

14

Uun Machsunah, Pengaruh Pembinaan Guru Bidang Akademik..., Hal.20

15

(31)

Secara lebih luas pembinaan dapat diartikan sebagai upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur (mencakup pengaturan, kabijakan, tenaga penyelenggara, staf dan pelaksana, bahan dan alat atau material, biaya dan perangkat lainnya), agar unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secana berdaya dan berhasil guna.16 Pembinaan juga dapat diartinya sebagai upaya memelihara dan membawa sesuatu keadaan sebagaimana aslinya.17

Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pembinaan kompetensi profesional guru adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional, dimana layanan tersebut diberikan oleh orang ahli (kepala sekolah, pengawas, organisasi dan ahli lainya) kepada guru dengan maksud untuk memperluas wawasan dan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan menumbuhkan sikap profesionalismenya sehingga dapat lebih memaksimalkan pembelajaran dan pendidikan sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai dengan baik.

Agar bisa membina efektif, pemimpin harus aktif bekerja sama dengan para personil atau anggota yang ada di dalamnya.

C. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Kompetensi Profesional Guru

Program pembinaan profesionalisme guru yang dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan dan membina guru agar memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas profesinya, dedikasi yang tinggi, serta kemampuan disiplin yang baik.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam latihan atau pembinaan yang diselenggarakan oleh suatu organisasi atau lembaga pendidikan, adalah :

a. Meningkatkan pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) guru dalam menjalankan tugasnya masing-masing.

b. Menanamkan pengetahuan yang sama mengenai suatu tugas dalam kaitanya dengan yang lain untuk mewujudkan tujuan sekolah yang hendak dicapai.

16

Djuju Sudjana, Managemen Program Pendidikan, (Bandung : falah Production, 2000) cet. ke-3, hal. 223

17

(32)

c. Mengusahakan kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan situasi dan kondisi.

d. Menumbuhkan minat dan perhatian guru terhadap tugas masing-masing.

e. Memupuk keberanian berfikir kreatif dan berpartisipasi dalam diskusi. f. Mengembangkan karier guru.18

Secara umum pembinaan kompetensi profesinal guru bertujuan mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, melalui usaha peningkatan profesional mengajar, menilai kemampuan seorang guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka dalam melakukan perbaikan dan bila mana diperlukan dengan menunjukan kekrangan-kekurangan untuk diperbaiki. Tujuan dari pembinaan kompetensi profesional adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam proses dan hasil belajar melalui pemberikan bantuan yang bercorak layanan profesional kepada guru.

Dalam rumusan lebih rinci Djajadsastra mengemukakan tujuan pembinaan guru adalah : memperbaiki tujuan mengajar guru dan belajar siswa, memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar, memperbaiki metode dengan cara mengorganisasi kegiatan belajar mengajar, memperbaiki penilaian atas media, memperbaiki penilaian proses belajar mengajar dan hasilnya, memperbaiki pembimbingan siswa atau kesulitan belajarnya, dan memperbaiki sikap guru atau tugasnya.

Dengan adanya pembinaan yang telah disebutkan diatas maka tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperbaiki efektifitas kerja seorang guru dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Sehingga guru tersebut mampu meningkatkan profesionalitasnya dalam melaksanakan tugasnya.

Merujuk pada tujuan pembinaan kompetensi profesional yang telah dipaparkan di atas dapat di identifikasikan fungsi-fungsi pembinaan guru. Fungsi-fungsi tersebut meliputi : memelihara program pengajaran sebaik-baiknya,

18

(33)

menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar, memperbaiki situasi belajar peserta didik.

Melalui pembinaan profesional guru juga berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian secara terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan guru, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru. Oleh karena itu fungsi pembinaan kompetensi profesional guru adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya pembinaan terhadap kemampuan guru dalam mewujudkan layanan profesional.

D. Bentuk-Bentuk Pembinaan Kompetensi Profesional Guru

Jabatan guru merupakan jabatan profesional dan sebagai jabatan profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Krieria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus. Memerlukan persiapan lama untuk memikulnya, memerlukan pelatihan dan pembinaan khusus dalam jabatan yang berkesinambung, merupakan karier hidup dan keanggotaan permanen, menentukan baku prilakunya, mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesional dan mempunyai kode etik yang harus ditaati oleh anggotanya.

Seperti yang telah diungkapkan, bahwa dalam rangkat meningkatkan mutu baik mutu profesional, maupun mutu layanan guru pula meningkatkan sikap profesionalnya.

pengembangan profesionalisme guru sangat dibutuhkan pembinaan secara berkesinambung, pembinaan tersebut yaitu :

a. In-house training (IHT), yaitu pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan.

(34)

c. Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah yang baik dengan yang kurang baik, antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, dan sebagainya.

d. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan intruktur dan peserta pelatih dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya.

e. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi

f. Khursus singkat diperguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. Khursus singkat dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa kemampuan seperti kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain sebagainya.

g. Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya.

h. Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar baik di dalam maupun di luar negeri bagi guru yang berprestasi.

i. Diskusi masalah-masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik diskusi sesuai dengan masalah yang dialami di sekolah.

j. Seminar, pengikut sertaan di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan bagi peningkatan keprofesian guru.

k. Workshop, dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karir lainnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan penyusunan KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.

l. Penelitian, dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lainnya dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.

m. Penulisan buku ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran maupun buku dalam bidang pendidikan.

(35)

o. Pembuatan karya teknologi /karya seni.19

Bentuk-bentuk pembinaan profesional guru diantara lain :

a. Melalui pendidikan dalam jabatan, penekanan diberikan pada kemampuan guru agar dapat meningkatkan efektifitas mengajar, mengatasi persoalan-persoalan praktis dan pengelolaan PBM, dan meningkatkan kepekaan guru terhadap perbedaan individu para siswa yang dihadapinya.

b. Pembinaan mutu guru perlu secara sungguh-sungguh memberikan perhatian, melatih kepekaan guru terhadap para siswa yang semakin beragam, terutama pada pendidikan dasar sebagai konsekuensi dari semakin terbukanya akses peserta didik terhadap sekolah.

c. Mengoptimalkan lembaga-lembaga Diklat (PPG dan BPG) di lingkungan Kemendiknas, Kemenag dan lembaga-lembaga lainnya. d. Pemberian kepercayaan sekolah dalam kewenangan yang lebih besar

untuk menentukan apa yang terbaik untuk meningkatkan mutu guru-gurunya (pemberian support dana dll) agar sekolah mengadakan berbagai kegiatan pelatihan terhadap guru-gurunya.

e. Mengikuti program sertifikasi, dalam UUD RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dikemukan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat guru dan dosen. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi oleh lembaga sertifikasi.

f. Menaikan upah dan gaji guru, Dengan menaikan upah dan gaji guru maka akan meningkatkan kesejahteraan guru sehingga guru lebih serius dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya.

g. Pemerintah, sekolah dan yayasan dapat memberikan atau menyediakan fasilitas yang dapat dinikmati guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, seperti pemberian kesempatan untuk melakukan diskusi, saresahan dan pemberian fasilitas internet dll. h. Memiliki kesatuan atau organisasi. Suatu profesi perlu memiliki

kesatuan atau organisasi profesi yang berfungsi sebagai lembaga pengendali keseluruhan profesi itu, baik secara mandiri maupun secara bersama-sama dengan pihak lain yang relevan.20

19

Sudarman Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung : ALFABETA, cv, 2013), cet ke-3, hal. 30-34

20

(36)

2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI

A. Pengertian MGMP

Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni guru harus mampu meningkatkan kompetensinya secara berkelanjutan. Sehubungan dengan hal tersebut, agar proses peningkatan kualifikasi tersebut terprogram serta telaksana dengan baik, diperlukan wadah pembinaan guru PAI yang mandiri dan profesional.

Wadah pembinaan guru yang sudah ada yaitu kelompok Kerja Guru (KKG) PAI untuk guru PAI SD/MI/SDLB dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk guru PAI SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK.

Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam disingkat MGMP PAI adalah “wadah kegiatan professional untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antara sesama Guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas pada SLTP dan SLTA.21

Dalam pengertian lain MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) PAI merupkan wadah kegiatan profesional bagi para guru mata pelajaran yang sama pada jenjang SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan SMK di tingkat kabupaten/kota yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah.22

MGMP PAI intinya adalah musyawarah sebagai proses interaksi edukatif. Prinsip musyawarah ini sangat ditekankan dalam Islam sehingga harus senantiasa ditegakkan. Karena dengan musyawarah itulah, manusia saling memberi kesempatan dan saling menerima pendapat, sekaligus sebagai pemenuhan hak-hak sesama manusia.

21

Mahmud saptal, http://mahmud-sapsal.blogspot.com/2010/09/musyawarah-guru-mata-pelajaran_18.html, 18 okteber 2012.

22

(37)

Untuk itu, Allah swt., berfirman dalam QS : 3 (Ali Imran) ; 159.23 Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Prof Hamka Menjelaskan tentang QS. Ali Imran ini, dalam ayat ini bertemulah pujian yang tinggi dari Allah terhadap Rasul-Nya, karena sikapnya yang lemah lembut, tidak lekas marah kepada ummatNya yang tengah dituntun dan dididiknya iman mereka lebih sempurna. Sudah demikian kesalah beberapa orang yang meninggalkan tugasnya, karena laba akan harta itu, namun Rasulullah tidaklah terus marah-marah saja. Melainkan dengan jiwa besar mereka dipimpin.24

Dalam ayat ini Allah menegaskan, sebagai pujian kepada Rasul, bahwasanya sikap yang lemah lembut itu, ialah karena ke dalam dirinya telah dimasukkan oleh Allah rahmatNya. Rasa rahmat, belas kasihan, cinta kasih itu telah ditanamkan Allah ke dalam diri beliau, sehingga rahmat itu pulalah yang mempengaruhi sikap beliau dalam memimpin

Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam perang uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita, tetapi Rasulullah tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap pelanggar itu, bahkan memaafkannya, dan memohonkan ampunan dari Allah untuk mereka. Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari beliau.

Disamping itu Nabi Muhammad selalu bermusyawarah dengan mereka dalam segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu kaum muslimin patuh melaksanakan putusan – putusan musyawarah itu karena keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi. Mereka tetap

23

Alhidayah, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka (Banten : Penerbit Kalim), Hal. 72

24

(38)

berjuang dan berjihad dijalan Allah dengan tekad ayng bulat tanpa menghiraukan bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum muslimin selain Allah.25

M. Quraish Shihab di dalam Tafsirnya al-Misbah menyatakan bahwa ayat ini diberikan Allah kepada Nabi Muhammad untuk menuntun dan membimbingnya, sambil menyebutkan sikap lemah lembut Nbi kepada kaum muslimin, khususnya mereka yang telah melakukan pelanggaran dan kesalahan dalam perang uhud itu. Sebenarnya cukup banyak hal dalam peristiwa Perang Uhud yang dapat mengandung emosi manusia untuk marah, namun demikian, cukuo banyak pula bukti yang menunjukan kelemah lembutan Nabi saw. Beliau bermusyawarah dengan mereka sebelum memutuskan perang, beliau menerima usukan mayoritas mereka, walau beliau kurang berkenan, beliau tidak memaki dam mempersalahkan para pemanah yang meninggalkan markas mereka, tetapi hanya menegurnya dengan halus, dan lain lain.

Jika demikian, maka disebabkan rahmat yang amat besar dari Allah, sebagaimana dipahami dari bentuk infinitif (nakirah) dari kata rahmat, bukan oleh satu sebab yang lain sebagaiman dipahami dari huruf (ام) maa yang digunakan disini dalam kontek penetapan rahmat-Nya – disebabkan karena rahmat Allah itu – engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau berlaku keras, buruk perangai, kasarkata lagi berhati kasar tidak peka terhadap keadaan orang lain, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, disebabkan oleh antipati terhadapmu. Karena perangimu tidak seperti itu maka maafkanlah

kesalahan – kesalahan mereka yang kali ini mereka lakukan, mohonkanlah ampunan kepada Allah bagi mereka atas dosa-dosa yang mereka lakukan dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, yakni dalam urusan peperangan daln urusan dunia, bukan urusan syari’at atau agama. Kemudian apabila engkau telah melakukan hal-hal di atas dan telah membulatkan tekad,

25

(39)

melaksanakan hasil musyawarah kamu, maka laksanakanlah sambil bertawakal kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya, dengan demikian Dia akan membantu dan membimbing mereka kearah apa yang mereka harapkan.

Firman-Nya: maka disebabkan rahmat yang amat besar dari Allah, engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka dapat menjadi salah satu bukti bahwa Allah sendiri yang mendidik dan membentuk kepribadian Nabi Muhammad saw, sebagaimana sabda Beliau : “Aku didik oleh tuhan-Ku, maka sungguh baik hasil pendidikan-Nya”. Kepribadian beliau dibentuk sehingga bukan hanya pengetahuan yang Allah limpahkan kepada beliau melalui wahyu-wahyu al-Qur’an, tetapi juga qalbu beliau disinari, bahkan totalitas wujud beliau merupakan rahmat bagi seluruh alam.

Adapun kandungan dari QS. Ali „Imran ayat 159 adalah sebagai berikut:

Pertama: Para ulama berkata, “Allah SWT memerintahkan kepada Nabi -Nya dengan perintah-perintah ini secara berangsur-angsur. Artinya, Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk memaafkan mereka atas kesalahan mereka terhadap beliau. Setelah mereka mendapat maaf, Allah SWT memerintahkan beliau utnuk memintakan ampun atas kesalahan mereka terhadap Allah SWT. Setelah mereka mendapat hal ini, maka mereka pantas untuk diajak bermusyawarah dalam segala perkara”.

Kedua: Ibnu „Athiyah berkata, “Musyawarah termasuk salah satu kaidah

syariat dan penetapan hokum-hukum. Barangsiapa yang tidak bermusyawarah dengan ulama, maka wajib diberhentikan (jika dia seorang pemimpin). Tidak ada pertentangan tentang hal ini. Allah SWT memuji orang-orang yang beriman karena mereka suka bermusyawarah dengan firman Nya “sedang urusan mereka (diputuskan dengan musyawarat antara mereka”

Ketiga: Firman Allah SWT: “Dan bermusyawarahlah dengan mereka

(40)

makna perintah Allah SWT kepada Nabi-Nya ntuk bermusyawarah dengan para sahabat beliau.

Sekelompok ulama berkata, “Musyawarah yang dimaksudkan adalah dalam hal taktik perang dan ketika berhadapan dengan musuh untuk menenangkan hati mereka, meninggikan derajat mereka dan menumbuhkan rasa cinta kepada agama mereka, sekalipun Allah SWT telah mencukupkan beliau dengan wahyu-Nya dari pendapat mereka”.26

Kelompok lain berkata, “ Musyawarah yang dimaksudkan adalah dalam hal yang tidak ada wahyu tentangnya,” pendapat ini diriwayatkan dari Hasan Al Basri dan Dhahak. Mereka berkata, “Allah SWt tidak memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk bermusyawarah karena Dia membutuhkan pendapat mereka, akan tetapi Dia hanya ingin memberitahukan keutamaan yang ada di dalam musyawarah kepada mereka dan agar umat beliau dapat menauladaninya.27

Keempat: Tertera dalam tulisan Abu Daud, dari Abu Hurairah ra. Dia berkata. “Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Orang yang diajak bermusyawarah adalah orang yang dapat dipercaya”. Para ulama berkata, “Kriteria orang yang layak untuk diajak musyawarah dalam masalah hokum adalah memiliki ilmu dan mengamalkan ajaran agama. Dan criteria ini jarang sekali ada kecuali pada orang yang berakal”. Hasan berkata, “Tidaklah sempurna agama seseorang selama akalnya belum sempurna”.28

Maka apabila orang yang memenuhi criteria di atas diajak untuk bermusyawarah dan dia bersungguh-sungguh dalam memberikan pendapat namun pendapat yang disampaikannya keliru maka tidak ada ganti rugi atasnya. Demikian yang dikatakan oleh Al Khaththabi dan lainnya.

Kelima:keriteriaorang yang diajak bermusyawarah dalam masalah

kehidupan di masyarakat adalah memiliki akal, pengalaman dan santun kepada

26

penerjemahm Dusi Rosyadi, Nashirul Haq, Fathurrahman, editor, Ahmad Zubairin

Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal. 624

27

penerjemah Dusi Rosyadi, Nashirul Haq, Fathurrahman, editor, Ahmad Zubairin Tafsir Al-Qurthubi,,,. Hal 624

28

(41)

orang yang mengajak bermusyawarah. Sebagian orang berkata, “Bermusyawarahlah dengan orang yang memiliki pengalaman, sebab dia akan memberikan pendapatnya kepadamu berdasarkan pengalaman berharga yang pernah dialaminya dan kamu mendapatnya dengan cara gratis”.

Keenam: Dalam musyawarah pasti ada perbedaan pendapat. Maka, orang yang bermusyawarah harus memperhatikan perbedaan itu dan memperhatikan pendapat yang paling dekat dengan kitabullah dan sunnah, jika memungkinkan. Apabila Allah SWT telah menunjukkan kepada sesuatu yang Dia kehendaki maka hendaklah orang yang bermusyawarah menguatkan tekad untuk melaksanakannya sambil bertawakal kepada-Nya, sebab inilah akhir ijtihad yang dikehendaki. Dengan ini pula Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya dalam ayat ini.

Ketujuh: Firman Allah SWT “Kemudian apabila kamu telah membulatkan

tekad maka bertawakallah kepada Allah”. Qatadah berkata, “Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya apabila telah membulatkan tekad atas suatu perkara agar melaksanakannya sambil bertawakal kepada Allah SWT, bukan tawakal kepada musyawarah mereka.

Kedelapan: Firman Allah SWT“Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”. Tawakal artinya berpegang teguh kepada Allah SWT sembari menampakkan kelemahan. Para ulama berbeda pendapat tentang Tawakal. Suatu kelompok sufi berkata, “Tidak akan dapat melakukannya kecuali orang yang hatinya tidak dicampuri oleh takut kepada Allah, baik takut kepada bintang buas atau lainnya dan hingga dia meninggalkan usaha mencari rezeki karena yakin dengan jaminan Allah SWT.”29

Ayat tersebut menekankan pentingnya musyawarah dalam segala urusan, termasuk MGMP PAI sebagai suatu wadah bagi para guru untuk saling tukar pikiran, tukar pengalaman dan untuk memecahkan berbagai persoalan yang berkaitan dengan tugas profesional guru. Guru Pendidikan Agama Islam dengan

29

(42)

mudah dapat menemukan pengetahuan yang dapat membantu dalam pelaksanaan tugas secara lebih efektif.

B. Landasan MGMP

Untuk menjabarkan tujuan pendidikan Nasional, pemerintah melalui peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan dan peraturan pemerintah no. 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan dan Peraturan-peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, bahwa pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan: (i) menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanannya dan ketakwaaannya kepada Allah SWT, (ii) mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribada, cerdas, cermat, produktif, jujur, adil, etis, toleran, memelihara keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah bahkan keluarga peserta didik.30

Untuk mendukung dan merealisasikan tujuan pendidikan Nasional tersebut diperlukan seorang pendidik yang memiliki kualitas dan keprofesionalan dalam mendidik. Perlu adanya pembinaan untuk meningkatkan kualitas profesional guru, salah satunya melalui organisasi MGMP.

Sebagai organisasi formal MGMP memiliki landasan secara Undang-Undang dan memiliki peraturan tersendiri di dalam keorganisasiannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, BAB IV tentang guru, bagian kelima mengenai Pembinaan dan pengembangan pasal 32 menjelaskan :

a. Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier

30

(43)

b. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kometensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

c. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui jabatan fungsional.

d. Pembinaan dan pengembangan karier guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penugasan, penaikan pangkat, dan promosi.31

Bagian sembilan mengenai organisasi profesi dan kode etik dalam pasal 41 : a. Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen.

b. Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.

c. Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.

d. Membentuk organisasi profesi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan Undang-Undang.

e. Pemerintah atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi oraganisasi profesi guru dalam pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan profesi guru.32

C. Fungsi dan tujuan MGMP PAI

MGMP sebagai wadah pembinaan profesional guru haruslah memiliki fungsi dan tujuan yang jelas, agar forum tersebut bisa bermanfaat bagi para pengurus dan anggotanya terlebih untuk meningkatkan profesional guru pendidikan agama Islam.

Fungsi MGMP PAI adalah sebagai berikut:

a. Dapat memberikan motivasi bagi guru-guru agar mengikuti setiap kegiatan di sanggar.

b. Dapat meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melakasanakan proses pembelajaran siswa sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan.

c. Memberikan pelayanan konsultasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa.

d. Menunjang pemenuhan kebutuhan guru yang berkaitan dengan proses pem belajaran siswa khususnya yang menyangkut materi pembelajaran, metodologi, sistem evaluasi dan sarana penunjang. e. Menganalisa proses pembelajaran siswa secara bersama untuk

kemudian mengambil langkah penyempurnaan.

31

Abdul Rozak, Pengembangan Profesi Guru, (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Uin Syarif Hidayatullah) hal. 58

32

Referensi

Dokumen terkait

kabupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah. Pelaksanaan kegiatan MGMP adalah salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam rangka menyikapi kurang

Guru dalam tugasnya sehari-hari adalah mengajar, juga berkordinasi dengan semua guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk bermusyawarah,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan tentang Peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru IPS

dalam mendirikan MGMP Geografi SMA/MA di Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat adalah sebagai berikut: 1). Langkah Pertama adalah memunculkan ide, 2). Menyatukan

dalam mendirikan MGMP Geografi SMA/MA di Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat adalah sebagai berikut: 1). Langkah Pertama adalah memunculkan ide, 2). Menyatukan

Dengan demikian dibutuhkan pembinaan kepada guru melalui organisasi pebelajar atau forum diskusi guru musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Penelitian ini menggunakan

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas, dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,139 hal ini berarti besarnya sumbangan variabel Kegiatan MGMP

Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan mengenai peran musyawarah guru mata pelajaran dalam pengembangan kompetensi profesional guru bahasa indonesia di SMP N 21 Kota