• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETUA RAPAT :

Bentuk-bentuk peran masyarakat di bidang pengamanan.

KETUA RAPAT Silakan.

F.PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA) : .

Saya berpikir sejak dari awal tidak ada · satupun Fraksi yang mempersoalkan tentang rumusan butir c ini dan berkembangpun bukan itu, bentuk-bentuk pengamanan swakarsa itu, itu sudah betul dan ajeg dan jangan diubah-ubah, jadi justru yang dibutuhkan oleh kami adalah penjelasannya, penjelasannya itu hams limitatif, karena F. PG berpaling halaman jadi kalau sekarang kan F. PG kan tidak, saya takut cara-cara Golkar yang dufo itu dilakukan satgas-satgas itu, jadi pengalaman itiilah saya sudah cukup, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Bagaimana Pak Panda, Golkar memakai istilah pengamanan swakarsa sesuai dengan RUU, Pak Panda mengusulkan nimusan barn bentuk-bentuk peran masyarakat, padahal peran serta masyarakat bukan hanya membentt1k pengamanan swakarsa tapi peran serta masyarakat juga dalam mengumpulkan dana, nyumbang dan lain sebagainya.

F. PDIP (FIRMAN JAYA DAELY, S.H.) :

Pesan moral Pak Panda di sini sebetulnya mengkritik diri sendiri juga, yang penting ini hams masuk dan memang menjadi tugas kewenangan penuh kepolisian untuk melakukan koordinasi pengawasan pembinaan, saya kira dilanjutkan saja nanti di' Penjelasan dirumuskan walaupun secani menyeluruh nanti di Peraturan Pemerintah diatur, terima kasih.

KETUA RAPAT

Setuju, jadi ini tetap hanya perlu dijelaskan di dalam Penjelasan termasuk kemungkinan mengatur tindak lanjut peraturannya supaya tidak setiap saat, setiap orang bisa membentuk, swakarsa sudah bahasa Indonesia.

AHLI BAHASA

Sudah Pak, hanya yang menjadi pikiran saya, bentuk-bentuk di sini apakah sudah menyangkut personilnya atau wujud dari pengamanari itu.

KETUA RAPAT :

Personil dan institusi itu bentuk AHLI BAHASA :

Ya jadi itu _merupakan istilah, kalau itu sudah merupakan istilah bahwa yang dimaksud bentuk pengamanan swakarsa itu personilnya bukan wujud dari pengamanan itu misalnya ada pemboikotan atau penggalangail atau apa, supaya tidak rancu dengan istilah bentuk ini, kalau itu memang sudah merupakan istilah dal~m bidang keamanan ini maka saya menerima supaya tidak rancu dengan bentuk dari pengamanan itu sendiri.

KETUA RAPAT :

Kalau kita simetriskan dari a, b, c, maka bentuk ini adalah subjek, karena a yang pertama itu adalah kepolisian khusus (subjek), yang kedua adalah PPNS (subjek), yang ketiga bentuk-bentuk pengamanan swakarsa, jadi bentuk-bentuk ini adalah subjek, bukan objek yang menjadi ruang lingkup tugas, nah apa yang dimaksud bentuk-bentuk pengamanan swakarsa, ruang lingkupnya, pengaturannya, pembinaannya, itulah yang diatur dalam Penjelasan dan kemungkinan dalam aturan pelaksanaan, setuju kita perdalam di Panja khusus butir c ini, setuju ya.

Butir 40, Fraksi Reformasi silakan Pak, ini konkordan dengan tadi.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.) : Karena itu sudah dibicarakan di depan pada saat membicarakan fungsi, usulan kami minta ditambah tapi kami memahami bahwa ini sudah masuk konkordan.

KETUA RAPAT : Fraksi TNl/Polri.

F. TNI/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA) : Terima kasih.

Kami kira, .kami ingin menyarankan ada sedikit penyempumaan redaksi walaupun secara substansi sebenamya sudah diutarakan oleh Pemerintah maupun saran d<tripada rekan-rekan yaitu tambahan dibawah koordinasi Kepolisian Negara Republik Indonesia sehingga pengemban fungsi kepolisian dan seterusnya serta dibawah koordinasi Kepolisian Negara Republik Indonesia tambahannya, terima kasih mungkin ada tambahan dari rekan kami.

KETUA RAPAT Silakan Pak.

F. TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, M.Sc, M~M)

Kami ingin menambahkan sebagai penjelasan saja, sebetulnya tadi yang dimaksud, yang kita bicarakan dalam DiM sebelumnya tentang alat khusus, Polsus, PPNS, maupun Pam Swakarsa, itu memang seyogyanya ada peraturan perundang-undangan yang mengatur khusus masalah ini Pak, saat ini masih.belum ada satu peraturan yang mengatur secara jelas tentang lingkug tugas dan. fungsi dari pengemban fungsi kepolisian ini Pak oleh karena itu kami menyar~mkan keseluruhannya ini tetap dibawah koordinasi kepolisian dan yang jelas kami garis bawahi bahwasanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya masing-masing ini kami mohon juga kesepakatan dari teman-teman apakah langsung kita eksplisit diganti menjadi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada atau dengan Peraturan Pemerintah langsung kita sebutkan, sebab kita tahu bahwasanya di daerah-daerah khususnya masalah Pam Swakarsa ini sering terjadi turnpang tindih, di NTB itu ada 60 Pam Swakarsa yang masing-masing punya

wilayah, punya kekuatan, kekuasaan dan punya dana, jadi seperti polisi swasta betul dia, yang akhirnya mengganggu tugas kepolisian sehari-hari, ini dimiliki baik oleh ormas, orsospol, maupun oleh preman-preman tertentu, belum kita berbicara masalah polsus ,dan pengaturan PPNS, demikian saran. kami Pak terima kasih.

KETUA RAPAT :

Ya karena cuma satu Fraksi; kami kembalikan ke Pemerintah, silakan.

PEMERINTAH (SEKJEN POLRI/DRS. YUN MULYANA D.) : Kami sependapat pada saatnya nanti itu tentang bentuk-bentuk pengamanan swakarsa memang perlu ada pengaturan yang lebih jelas, apakah itu dalam bentuk undang atau peraturan dibawah undang-undang itu bisa saja, memang sekarang yang menjadi rancu itu karena pemahaman tentang lingkup kewenangannya Pak yang belum dipahami, seperti satgas suatu parpol sebenarnya lingkup kewenangannya kan dibatasi lingkup kewenangan tempat (lokal) seperti di sini ada kegiatan PDIP misalnya, satgas PDIP mengatur pengamanan dikegiatan parpol itu memang kewenangannya dilingkungan ini, tapi begitu ada pawai di jalan raya misalnya dalam rangka kampanye, itu sudah memasuki wilayah hukum publik, bolehkan satgas PP ini mengatur itu, jawabannya boleh asal berkoordinasi dengan penanggungjawab hukum publik dalam hal ini Polri yaitu dalam tugas koordinasi, keuntungannya tanggungjawab hukumnya sudah diambil alih oleh Polri karena berada di dalam lingkup hukum publik, jadi boleh saja mengadakan pengamanan, koordinasi nanti diatur kemana rutenya, kemudian bagaimana caranya melakukan kampanye itu dan sebagainya, barangkali ini yang harus ke depan nanti diatur sehingga nanti tidak melebar satgas ini seolah-olah mampu untuk mengurusi berbagai masalah atau lingkup kewenangan soal-soal atau jachetgebidt barangkali itu Pak.

KETUA RAPAT.:

Ini yang diusulkan oleh F.TNI/Polri ada penambahan anak kalimat dibawah koordinasi Polri, Pemerintah setuju atau tidak yang dalam RUU tidak ada.

PEMERINTAH (SEKJEN POLRI/DRS. YUN MULYANA D.) : Saya kira bisa diterima itu Pak, karena di dalam · pasal-pasal berikutnya sebenarnya di dalam tugas dan kewajiban Polri itu sudah

dicantumkan tentang hal ini.

KETUA RAPAT : Bagaimana F. PDIP.

F. PDIP (FIRMAN JAYA DAELY, S.H.)

Kenapa kami sepakat atau setuju dengan draft Pasal 3 ini karena kami melihat bahwa ini sebetulnya satu keinginan kita bersama khususnya kepolisian untuk melakukan itu sistemisasi bersama fungsi tugas kewenangan kepolisiari menjadi satu tubuh di kepolisian, yang diusulkan oleh F.TNI/Polri substansinya kami sepakat tetapi sebetulnya itu sudah ada dengan Pasal 3 dimana draft-nya adalah pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu, jadi posisinya di situ sebetulnya yang tiga element tadi untuk alat-alat kepolisian khusus, kemudian PPNS, kemudian bentuk-bentuk pengamanan swakarsa, itu akan fungsi pembantuan kepada kepolisian, jadi tidak perlu ditambah dari F. TNI/Polri lagi, itu yang pertama.

Yang kedua, bahkan harus ada ini Pak, yaitu koordinasi, pengawasan, dan pembinaan dari kepolisian kami setuju itu tetapi di Penjelasan dibuat seperti yang kita sepakati tadi, jadi itu usul kami, yang pertama adalah tidak perlu masuk karena sudah ada di sini yang dibantu, jadi dia fungsi membantu sebetulnya tiga instrument ini, tetap kepolisian sebagai subjek, termasuk disebut juga PPNS juga, PPNS inikan sebetulnya kan bukan melakukan fungsi-fungsi kepolisian dan konteks subjek kepolisian, tapi karena punya keahlian khusus maka mereka melakukan penyidik itu tapi dengan koordinasi kepolisian, itu selama ini yang salah sebetulnya, bahwa kepolisian sebetulnya sebagai subjek penyelidik dan penyidik, yang kedua nanti kita bisa masukan dalam Penjelasan, Bapak-bapak TNI/Polri soal koordinasi bahkan pembina dari pengawasan, supaya tidak setiap orang membentuk ini yang akan menjaga rumah Panda Nababan contoh, jadi kami kira itu yang menjadi catatan dari F. PDIP kami tetap konsisten dengan Pasal 3 ini Pak, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Jadi dibalik kata-kata bantu-membantu sudah ada pengertian koordinasi, silakan F. PG. ·

F. PDIP (FIRMAN JAYA DAELY, S.H.) :

Namun demikian tetap ada di Penjelasan nanti Pak soal koordinasi pembinaan dan pengawasan.

KETUA RAPAT : Silakan.

F. PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA)

Dokumen terkait