• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RISALAH RAPAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT

PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

· Tahun Sidang 2000-2001 Masa Persidangan : I

Rapat ke 28

Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul

Temp at Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara

Hadir

Rapat Kerja ke-4

Menreri Kehakiman dan HAM, Sekjen Polri.

Terbuka

Senin, 10 September 2001 WIB

13.20 WIB sampai dengan 1635 WIB

Ruang Rapat Pansus Ruang 2 Gedung Nusantara II Andi Mattalatta, S.H, M.H

Drs. Iskandar N. Basri

Pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah Rancangan Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

1. Anggota Panitia Kerja : 34 dari 67 Anggota 2. Pemerintah : ·

Menteri Kehakiman dan HAM, Sekjen Polri beserta jajarannya, Pejabat Eselon I Departemen Pertahanan.

(2)

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : 1. Sudarsono

2. Amris Hasan, M.A.

3. A. Teras Narang, S.H.

4. Sidharto Danusubroto, S.H.

5. Firman Jaya Daeli, S.H.

6. H. Haryanto Taslam

7. K.H. Achmad Aris Munandar, M.Sc 8. Reniyanti Hoegeng

9. Panda Nababan

10. R.K. Sembiring Meliala 11. Theo Syafei

12. Permadi, S.H.

12. Pataniari Siahaan

14. Prof. Dr. J.E. Sahetapy, S.H., M.A 15. Willem M. Tutuarima, S.H.

16. H. Amin Aryoso, S.H.

17. Alexander Litaay

18. Dra. Susaningtyas NH Kertopati 19. Matt Al Amin Kraying, S.H.

20. V.B. Da Costa, S.H.

Fraksi Partai Golkar :

1. Andi Mattalatta, S.H., MH 2. Drs. Yasril Ananta Baharuddin 3. Muhammad Akil, B.A.

4. Drs. Darwis Ridha 5. Djaja Subagja Husein 6. H. Mohammad S. Hidayat 7. Ferdiansyah, S.E., M.M.

8. Drs. Agun Gunandjar Sudarsa 9. Dr. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS 10. Drs. H. Hajriyanto Y. Tohari, M.A.

11. Dra. Iris Indira Murti, M.A.

12. M. Akil Mochtar, S.H.

(3)

13. Dra. Hj. Chairunnisa, M.A.

14. Drs. Setya Novanto 15. M. Idrus Marham 16. Ir. S.M. Tampubolon

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan : 1. H.M. Thahir Saimima, S.H.

2. H. Achmad Karmani, S.H.

3. Drs. H.A. Chozin Chumaidy 4. H.M. Sjaiful Rachman, S.H.

5. Ny. Hj. Aisyah Aminy, S.H.

6. Drs. H. Rusydi Hamka 7. Drs. Arief Mudatsir Mandan 8. H. Alimarwan Hanan, S.H.

Fraksi Kebangkitan Bangsa : 1. K.H. Muhyiddin Suwondo, M.A.

2. K.H. Syarif Ustman Bin Yahya 3. A. Effendy Choirie, S. Ag 4. Chotibul Umam Wiranu 5. Drs. H. Achmad Syatibi 6. Drs. Ir. Ansor Cholil 7. K.H. Hanief Muslich, Le Fraksi Reformasi :

1. Ir. A.M. Lutfhi

2. Prof. Dr. H. Moh. Asikin, S.H.

3. H. Patrialis Akbar, S.H.

4. Drs. Achmad Arief 5. Mashadi

Fraksi TNl/Polri :

1. Slamet Supriadi, S.IP., M.Sc., S.H.

2. Syamsul Ma'arif

3. H. Suparno Muanam, S.E.

4. Drs. I Ketut Astawa 5. Frans Wuwung

(4)

Fraksi Partai Bulan Bintang : 1. H.M. Zubair Bakry

2. H. Ahmad Sumargono, S.E.

Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia : 1. Drs. S. Massardy Kaphat

2. Drs. H.A. Hamid Mappa.

Fraksi Perserikatan Daulatul Ummat :

1. Prof. Dr. H. Teungku Muhibbuddin Waly, M.A.

Fraksi Partai Demokrasi Kasih Bangsa : 1. Prof. Dr. Astrid S. Susanto

Pemerintah :

1. Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H.

2. Drs. Yun Mulyana

3. Prof. Dr. Abdul Gani, S.H.

4. Drs. Momo Kelana 5. Drs. Rony Lihawa

6. Drs. PSH. Marpaung, S.H., M.B.A.:

7. Drs. Demak Lu bis 8. Drs. Logan Siagian 9. Drs. Sitompul S.H., M.H 10. Drs. Hari Soenanto, S.H.

11. Drs. Liberty, S.H.

12. Drs. Muji Hardjadi, S.H.

Menteri Kehakiman dan HAM

Sekjen Polri

Dirjen Peraturan Perundang- undangan Depkeh dan HAM

Kabag Min. Babinkum Polri Ses. Dediklat Polri

Kababinkum Polri Wagub PTIK

Staf Ahli Kapolri Bid. Ham dan Demo

Kabid Ratundang Babinkum Polri

Kadispam Polri

KETUA RAPAT (ANDI MATTALATTA, S.H., M.H.) Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua, catatan daftar hadir hari ini sudah ditandatangani oleh 34 Anggota, sehingga sudah

(5)

memenuhi persyaratan untuk dilanjutkannya rapat ini, maka izinkanlah kami untuk membuka Rapat Pansus pada siang hari ini dan Rapat Pansus dinyatakan terbuka untuk umum,

(RAPAT DIBUKA PUKUL 13.25 WIB)

Sebelum kita mulai, perkenankanlah kami atas nama Pansus mengucapkan selamat datang pada Saudara Menteri Kehakiman, saya - - kira laporan dari pendahulunya sudah sampai, 3 (tiga) hari kita sudah melakukan pembahasan dan sudah mencapai pada DIM Nomor 26, sekarang kita akan mulai pada DIM Nomor 27, yang mengatur tentang penyelidik.

F. PDIP (PANDA NABABAN) : INTERUPSI.

Notulen yang dibagi ke kita itu ada salahnya, DIM Nomor 26 bukan DIM Nomor 25 jadi notulen yang dibagi-bagi ke kita itu supaya tolong dikoreksi itu, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, terima kasih koreksinya Pak Panda dan sekaligus mengingatkan kita semua bahwa setiap hari ada notulen yang beredar dihadapan Bapak/

Ibu tentang resume dan risalah persidangan sebelumnya, barangkali kita dapat memposisikan notulen ini setiap hari, bahwa apa yang tercantum di sini dianggap benar sampai ditemukan adanya kesalahan, seperti yang dilakukan Pak Panda, besok-besok siapatahu ada lagi kekelirnan tinggal disampaikan langsung kepada sekretariat. ·

Baik, saya kira kita bisa mulai pembahasan kita, silakan.

F. PDIP (PROF. DR. J. E. SAHETAPY, S.H., M.A.) :

Saya menyampaikan terima kasih, ini barn saya dapat dari pihak kepolisian tapi ini tidak sesuai dengan permintaan saya yaitu mengenai peraturan kepolisian di Jerman, itu saya minta yang aslinya yang dibaca dengan logat Indonesia itil, itu saya harns lihat itu sehingga saya juga tahu, ini peraturan kepolisian dari jaman Hitler atau yang barn atau bagaimana, saya kii:a begitu kalaupun dikatakal) ada terns dan ini juga disebut Bab 23. tapi tahunnya tahun berapa tidak jelas, jadi saya tetap minta supaya uang asli itu di foto copy, dicantumkan tahun penerbitannya dan seternsnya sebagaimana yang lazim dikenal dalam dunia fulis menulis, saya mengucapkan terima kasih tapi ini tidak seperti yang saya maksudkan terima kasih.

(6)

KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Sahetapy, kami lanjutkan ke pihak kepolisian apa yang disampaikan Pak Sahetapy, dari dokumen yang _diminta itu supaya jelas sehingga laik kutip kalau kita nulis-nulis, ada penjelasan tambahan, ya silakan.

PEMERINTAH (DRS. MOMO KELANA):

Izin menjelaskan Pak.

J adi mungkin kalau perlu nanti bukunya itu akan saya foto copy untuk Pak Sahetapy dan tebalnya itu lebih dari 516 halaman.

F. PDIP (PROF. DR. J.E. SAHETAPY, S.H., M.A) : INTERUPSI.

Saya tidak minta seluruh buku itu, yang saya minta hanya judulnya dimana di situ dicantumkan cetakan keberapa, tahun berapa, dan kemudian halaman-halaman, saya kira itu over bodig itu berkelebihan itu namanya.

KETUA RAPAT :

Saya kira data-data sebagaimana halnya kalau kita mengutip sesuatu, saya kira kita bisa lanjutkan, baik untuk DIM Nomor 27 yang mengusulkan usul perubahan F. PPP saya kira konkordan dengan, karena menyangkut kata "negara" dihadapan kepolisian ini, F.KB tetap, F. Reformasi silakan.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.) :

· Terima kasih.

Untuk DIM Nomor 27 ini kami memandang perlu menambahkan kalimat "dan pejabat lainnya" dengan alasan adanya kenyataan dan adanya aturan dari beberapa peraturan dan tentunya mohon klarifikasi dari Pemerintah tentang penyelidik yang dilakukan bukan hanya pihak kepolisian, misalnya kehutanan, korupsi, ini perlu kami mendapatkan kejelasan agar bisa pada akhimya sampai kepada kesepakatan bahwa nantinya penyelidikan betul-betul hanya bisa ditangani oleh pihak kepolisian, selama tidak ada konses mengenai itu kami ingin menambahkan tetap "dan pejabat lainnya" terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, F. PDKB tidak hadir, dengan dernikian untuk DIM Nomor 27 ini hanya satu yang mengajukan usul perubahan yaitu bahwa penyelidik itu bukan hanya polisi tapi juga pejabat lain yang diatur oleh undang-

(7)

undang sebagaimana diusulkan oleh F. Reformasi, kita ke Pemerintah langsung atau ke fraksi-fraksi, ya silakan Pemerintah.

PEMERINTAH (MENKEH DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA, S.H.):

Terima kasih Saudara Ketua.

Pemerintah sebenamya berpendirian bahwa RUU ini adalah RUU tentang Kepolisian oleh karena itu mengatur tentang polisi, jadi polisi sebagai penyelidik, bahwa di luar undang-undang ini ada ketentuan perundangan yang memberikan kewenangan melakukan penyelidikan kepada instansi-instansi yang lain itu sangat mungkin, seperti misalnya di dalam Undang-Undang Pengadilan HAM itu disebutkan bahwa Komnas HAM mempunyai kewenangan melakukan penyelidikan atas dugaan telah terjadinya kasus pelanggaran HAM yang berat, jadi di dalam Undang- Undang Kepolisian ini tidak perlu disebutkan aparat penyelidik lainnya karena ini adalan Undang-Undang Kepolisian, jadi tidak mengatur yang lain, itu pendiriah dari pihak Pemerintah. Kemudian juga di dalam jawaban di sini dikemukakan juga bahwa Pasal 1 angka 4 dan Pasal 4 Undang- Undang KUHAP itu memang substansinya menegaskan kepolisian sebagai aparat yang berwenang melakukan penyelidikan, tapi yang lain-lain itu juga berwenang melakukan penyelidikan jika diatur di dalam undang- undang yang khusus untuk itu, sekian jawaban Pemerintah, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Jadi yuridiksi undang-undang inilah mengatur Kepolisian bahwa ada pejabat-pejabat lain yang bertugas fungsi yang sama itu urusan yang lain; silakan F. PDIP.

F. PDIP (PERMADI, S.H.)

Terima kasih Pimpinan, memang kalau kita melihat secara eksklusif mengenai undang-undang ini hanya berlaku untuk Polri itu benar, tetapi pengalaman kami diberbagai tempat forum itu selalu menimbulkan konflik misalnya di dalam hak penyidikan itu di dalam Undang-undang Polri jelas Polisi dan· Pegawai Sipil yang ditunjuk dengan undang-undang tetapi dalam Undang-Undang tentang ZEE dan Undang-Undang tentang Perikanan itu disebut secara tegas Angkatan Laut, ini akan menimbulkan friksi-friksi kalau nanti kita berpegang pada Uridang-Undang Kepolisian bisa saja Kepolisian bilalig hanya satu, hanya kami yang ditunjuk,

(8)

sehingga menyatakan instansi yang lain tidak berwenang. Kami tidak berkeberatan sepanjang ada klausul yang jelas bahwa institusi yang lain diberi kewenangan melalui undang-undang tetapi jangan sampai terjadi konflik seperti antara KUHP Undang-Undang Kepolisian yang lama dan Undang-Undang Perikanan dan ZEE yang satu jelas menyebut undang- undang bahwa yang ditunjuk pegawai negeri yang ditunjuk oleh_undaQg:_

undang tetapi undang-undang lain menunjuk Angkatan Laut sebagai penyidik. Hal-hal ini harus dibenahi karena kalau tidak dilapangan akan muncul konflik-konflik antar institusi-institusi yang ditunjuk oleh undang- undang mempunyai kewenangan itu, oleh karena itu kami tidak keberatan dalam undang-undang ini Palisi dinyatakan sebagai penyidik atau menyelidik tetapi harus ada klausul, bahwa ada institusi lain yang di tunjuk undang-undang juga bisa menjadi penyelidik atau penyidik, sebab kalau tidak nanti pertarungan akan dilapangan terima kasih.

KETUA RAPAT : F. PG, silakan

F. PG (M. AKIL·MOCHTAR, S.H.)

Terima kasih Pimpinan, menurut hemat kami penyelidik dalam pengertian Rancangan Undang-Undang Kepolisan ini adalah memberikan sebuah ketegasan tentang peran polisi selaku penyelidik di dalam Undang- undang Kepolisian, namun demikian bahwa tindakan penyelidikan (penyelidik) ada kaitannya tindakan penyelidikan pada DIM berikutnya oleh sebab itu kami sepakat bahwa untuk pengertian penyelidik di dalam undang-undang ini tetap walaupun di dalam undang-undang lain seperti Undang-undang tentang HAM kemudian Tindak Pidana Korupsi dan KUHP memang memberikan peluang kepada instansi lain untuk melakukan penyelidikan tetapi sesungguhnya penyelidik itu bagai dari sebuah proses penyelidikan yang mengacu kepada sebuah proses tindak pidana itu pengertian penyelidik undang-undang ini sudah tetap, terima kasih.

KETUA RAPAT F. PPP, silakan.

F. PPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, S.H.)

Terima kasih Pimpinan, barangkali mef\lang kita memberikan perhatian yang sungguh-sungguh sebab memang terjadi di lapangan

(9)

konflik-konflik itu karena kalimat-kalimat yang tidak jelas kalau di sini, inikan subyeknya penyelidik kecuali kalau subyeknya itu adalah polisi adalah penyelidik itu benar, tetapi kalau di sini penyelidik pejabat kepolisian, seakan-akan yang melaksanakan itu hanya kepolisian saja dan ini seperti Saudara Menteri katakan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000, mengenai Pengadilan Hak-hakAsasi Manusia itujuga secar_<!_ __

jelas Komnas mempunyai kewenangan untuk melakukan penyelidikan pro justicia tetapi bukan hanya penyelidikan biasa saja, jadi saya kira perlu kehati-hatian kita untuk tidak menimbulkan konflik dilapangan seperti yang dikemukakan Bapak Permadi, terima kasih.

KETUA RAPAT : ·

Fraksi Kebangkitan Bangsa, F. TNI/Polri.

F. TNI/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA)

Bapak Pimpinan yang saya hormati, Bapak Menteri dan Bapak yang mewakili Kapolti, Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian yang saya hormati, Fraksi TNI/Polri dalam hal menyampaikan pendapat menyangkut menyelidik ini kami berpegangan pada KOHP, di dalam KUHP penyelidik itu hanya pejabat Polri tidak ada di KUHP itu pejabat penyelidik selain Polri, tetapi kalau nenyelidik ia, pada Pasal 6 dimana penyelidik ada 2 dimana penyelidik Polri dan Pajabat Pegawai Negeri Sipil tertentu. Tetapi kalau penyelidik tidak ada, oleh karena itu marilah kita berpegangan ketentuan umum dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, Pasal 1, Pasal 2 butir angka 3, angka 4 Penyelidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi kewenangan dalam undang-undang ini untuk melakukari penyelidikan, jadi berdasarkan atas ini, adalah penyidik itu hanya pejabat Polri, tetapi penyidik betul, tidak hanya pejabat Polri saja karena itu kami sependapat dengan rumusan daripada Pemerintah, rumusan ini tetap, terima kasih.

KETUA RAPAT : F. KKI, silakan.

F. KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT)

Terima kasih Pimpinan dari F.KKI kami berpendapat bahwa apa yang telah dirumuskan dalam rancangan ini, sudah tepat oleh karena itu menyarankan apa yang telah dirumuskan oleh Pemerintah ini supaya menjadi kesepakatan kita, terima kasih.

(10)

KETUA RAPAT :

Baik, jadi masalahnya begini Pemerintah ada dua hal masalah substansi dan perumusan dengan beberapa Fraksi mengatakan F. TNI/

Polri terutama hams ditegaskan di sini bahwa, penyelidik itu tunggal, sementara yang lain kita lihat perkembangan kalau undang-undang memberikan kesempatan kepada Pegawai Negeri Sipil lain untukmenjadi penyelidik, silakan.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.):

Saya sambung sedikit penjelasan Ketua, ini de facto dan de jure demikian adanya penyelidik itu dilaksanakan oleh Pegawai Negeri Sipil dan pejabat lain selain kepolisian saya sejak semula kepingin agar.

penyelidikan itu dilakukan kepolisian tetapi sudah diatur dalam perundang-undangan saya sangat setuju sekali kalau menyelidik itu ditangani khusus pihak kepolisian tetapi sudah ada aturan mengenai itu, kita mau kemanakan aturan itu, kalau memang kita kembali kepada dari F. PDIP menyingung mengenai penyelidikan dibidang kelautan dan perikanan dan Zona Ekonomi Eksklusif itu Angkatan Laut, apakah penyelidik itu kepolisian terhadap kejahatan-kejahatan dibidang lingkungan kelautan saya kira tidak demikian dilakukan TNI Angkutan Laut, karena undang-undangnya demikian. Inilah Bapak Menteri mencari jalan keluar saya sangat setuju kalau nantinya penyelidik itu hanya kepolisian tetapi kita berhadapan sama aturan yang sudah ada fakta yang sudah ada demikian adanya, saya tidak ingin membikin lagi aturan akan menimbulkan lagi kesulitan untuk mengerti kalimat ini dikemudian hari, akan tetap berkelanjutan, seandainya kita bisa mulai redaksi ini berlaku terhadap ketentuan lain gembira sekali, karena kita akan menghilangkan dualisme dalam penyelidikan yang selama ini saya sangat menenfang itu terutama dalam korupsi itu yang ditangani oleh pihak kejaksaan dan kepolisian, seandainya ini saja instansi yang berjalan, ini yang paling bagus sekali, sudah penyelidikan kepada kepolisian, penuntutan kepada kejaksaan akan bagus sekali tetapi sudah terlanjur sekali berjalan dengan krusial sekali, kalau kita tidak mulai sekarang benahi kira-kira ini kesulitan yang kita akan hadapi, barangkali dapat memahami keinginan saya, mungkin saya setuju sekali dengan rumusan ini tetapi ada realita, ada aturan yang sudah kita lihat bagaimana kita keluar dari situ sehingga nanti kita ada keluar satu sistem. Saya sangat menghargai pendapat Menteri tadi bahwa penyelidik ini adalah untuk undang-undarig ini. Inikan

(11)

berlaku umum bukan hanya penyelidikan kasus-kasus tertentu, penyelidik ini berlaku untuk seluruh tindak pidana, inilah yang akan menyulitkan.

Kami memahami kalau sampai hanya berlaku Kepolisian karena berbicara penyelidikan itu adalah akan berkaitan dengan fenomena atau gejala- gejala atau kasus-kasus dimasyarakat sehingga bisa dibayangkan bagaimana rumitnya dikemudian hari, terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT :

Baik, jadi memang banyak kawan-kawan yang berpikir untuk membangun sebuah sistem, cuma sistem itu dibangun di sini atau di KUHP, itu yang menjadi masalah, silakan Bapak Sahetapy.

F. PDIP (PROF. DR. J.E. SAHETAPY, S.H., M.A.) :

Terima kasih Saudara Pimpinan, pengalaman membuktikan bahwa KUHP yang sekarangpun mengalami perubahan itu jelas, oleh karena kalau KUHP itu yang baru itu ditawarkan pasti KUHP itu akan mengalami perubahan-perubahan di sana-sini, masalahnya bukan apakah Polri itu sanggup mengurus semuanya itu apa tidak, kendatipun ini ada hubungannya juga nan ti suatu waktu akan bertalian dengan .... Disamping itu pengamatan saya peraturan itu tidak jelas itu pasti dalam tanda kutip akan disalah gunakan para pengacara yang kerapkali tidak membela keadilan kebenaran akhimya membela kliennya saja, jadi saya merasa bahwa tidak ada alasan, menurut saja mohon maaf saja terlalu dicari-cari itu kalau kita semua, marl kita semua sama-sama mengurus masalah pelanggaran ini saya kira polisi hams berbesar hati untuk memberikan kesempatan semua aparat yang ada. Saya baca dikoran masalah kehutanan apakah polisi bisa mengurus itu semua bukan hanya masalah kelautan dan masih banyak sekali yang kadang-kadang sudah berjalan orang sudah bengak-bengok begitu baru polisi turun. Jadi menurut hemat saya masih ban yak orang ikut pada akhirnya itu harus melalui juga masalah ....

(bahasa Inggris) ini masalahnya bukan instansi polisi yang dianggap paling kompeten dan yang paling hebat bisa menyelesaikan seluruhnya, dalam kenyataannya demikian itujuga yang sayaharap kepolisian sebagai satu institusi juga harus mengakui. Jadi saya pikir kalaupun ada dalam undang-undang lain nanti akan dibereskan di dalam KUHP itu bahwa pada akhimya juga selain polisi ada juga instansi lain, saya masih ingat salah satu contoh ketika saya masih di Perguruan Tinggi polisi begitu bangga bahwa dia dianggap• sebagai penyidik tunggal dalam kenyataan

(12)

juga meleset sama sekali tidak jalan itu, kalau saya masih ingat Undang- Undang Kejaksaan juga mempunyai wewenang itu ... kenapa tidak saya berikan kesempatan kepada semua aparat yang ada ini bagaimana memberantas clan kita tidak usah merasa tersinggung kekuasaan digerogoti atau merasa kita dilecehkan hanya oleh karena instansi-instansi lain, andaikata ada kalau saya Kapolri makin banyak orang ikut menyelidiki makin baik, contoh yang paling sederhana Tommy katanya oleh polisi nyatanya tidakjalan-jalan sampai polisi sekarang itu, kalau sejak semula diminta semua aparat yang ada saya kira persoalan ini tidak berpanjang- panjang clan mempunyai ujung-ujung tidak sehat, terima kasih Saudara Ketua.

KETUA RAPAT :

Baik jadi saya akan kembalikan · kepada Pemerintah mungkin pertanyaannya begini, apakah redaksi ini menurijukkan bahwa penyelidik itu tunggal sama kepolisian sehingga instansi lain tidak boleh atau redaksi ini tidak berbicara mengenai tunggal dan tidak tunggal tetapi hanya berbicara pemberian kewenangan penyelidikan pada polisi, pakjah nanti ada pejabat lain yang diberikan tugas tersebut tergantung kepada rakyat di DPR mau memberi atau tidak, silakan.

PEMERINTAH (MENKEH DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA, S.H.) :

Terima kasih Saudara Ketua, pertama adalah yang dikemukakaan dalam angka 8 DIM Nomor 27 ini, definisi yang dimaksud adalah kepolisian dan seterusnya, definisi itu adalah definisi jauh berlaku dalam undang-undang ini jadi tidak bicara yang lain mungkin saja dalam undang- undang yang lain definisi penyelidik mungkin berbeda dalam Rancangan Undang-Undang Kepolisian ini, misalnya RUU tentang Kehutanan penyelidik adalah pegawai Departemen Kehutanan, jadi ini adalah soal definisi tidak menyangkut .skup kewenangan dari penyelidik itu, skup kewenangan di dalam melakukan penyelidikan ada diatur dalam pasal- pasalnya, jadi saya kira kalau kita memahami konteksnya definisi ini adalah dalam konteks undang-undang sebetulnya terbuka saja kemungkinan dalam membahas Rancangan Undang-Undang lain penyelidik diberi definisi tersendiri dalam konteks pembahasan Rancangan Undang-Undang itu, jadi di sini memang tidak ada menyatakan tunggal atau tidak tunggal, jamak hanya dikatakan pengertian penyelidik dalam

(13)

undang-undang. ini adalah pejabat kepolisian yang diberi kewenangan melakukan penyelidikan, jadi saya kira cukup clear, definisinya ini.

Disamping itu s.edikit ingin saya menyampaikan tanggapan atas yang disampaikan Anggota yang terhormat Saudara Permadi memang saya menyadari bahwa dalam Undang-Undang ZEE ada berbagai masalah Pemerintah sebenarnya sudah melakukan -suatu pengkajian yang __ . _ mendalam mengenai Undang-Undang ZEE itu juga mengenai undang- undang yang terkait dengan perminyakan terutama misalnya kewenangan melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap penyelundupan minyak di laut atau juga tumpahan limbah minyak di laut, itu sebenarnya tidak disebutkan sebagai kewenangan dari · Angkatan Laut hanya perikanan dalam konteks ini ZEE yang diserahkan kepada Angkatan Laut. Memang terakhir itu sudah dirumuskan sebenamya pada waktu kabinet yang lalu sudah di draft satu rancangan untuk melakukan revisi terhadap hal ini sinkronisasi, itu tambahan untuk Bapak Permadi. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Cukup dari Pemerintah, lebih baik kami kembalikan Prof. Asikin, jadi ini definisi ·tidak berbicara mengenai pemberian kewenangan jadi tidak membatasi, bisa saja ul}dang-undan.g lain memberikan kewenangan pada instansi yang lain, bergantung undang-undangnya, silakan .

.. (Terdapat gangguan Sound system) ..

Itu yang saya tanyakan kepada Pemerintah apakah redaksi ini berarti polisi itu penyelidik tunggal dan dijawab oleh Pemerintah tidak kalau rakyat menghendaki tuangkan saja di dalam undang-undang karena ini hanya mengatur definisi penyelidikan dalam undang-undang ini tidak berarti mengatakan penyelidik itu tunggal sama polisi boleh saja ada penyelidik yang lain, jadi definisi ini tidak melarang Angkatan Laut untuk melakukan penyelidikan dilaut sepanjang memang undang-undang memberi kewenangan kepada Angkatan Laut untuk melakukan itu bukan demikian Saudara Menteri? silakan.

PEMERINTAH (MENKEH DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA, S.H.) :

Sepanjang yang saya ingat masalah bahasa masalah tata bahasa maka kata adalah itu harus dicoret, Penyelidik adalah lain halnya kalau penyelidik ditugaskan berarti ada, tapi kalau penyidik adalah menurut

(14)

hemat saya ya boleh kita berdebat dengan ahli bahasa saya kifa sama saja seperti di dalam UUD kita mengenai hak milik adalah itu kata adalah itu bukan sekedar dicantolkan begitu kata adalah itu ada mempunyai makna yang sangat dalam saya usulkan begitu saja, supaya dipertimbangkan dengan bijak oleh Saudara Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik untuk meyakinkan kita mungkin kita keahli bahasa Pak, tolong ahli bahasa jangan hanya baca ayat butir (8) tapi juga dibaca kalimat pengantamya diatas yang dimaksud undang-undang ini,

F. PDIP (PANDA NABABAN) : INTERUPSI

Pimpinan, sebelum ke ahli bahasa supaya kita jangan terjebak lagi kepada diskusi-diskusi sebelumnya inikan masih dipayung ketentuan umum jadi itu <lulu kita berdebat mengenai keamanan dalam negeri mengenai. kepentingan . umum dan sebagainya akhimya kita terjebak kepada adalah ini apa ialah definisi menjadi hukum :yang menjadi aturan atau apa, jadi saya pikir biar proposional <lulu sebelum nanti ahli bahasa ini, kita ini dalam ketentuan umum seperti yang dijelaskan oleh legal drafter kita minggu yang lalu jadi supaya nanti kita berdebat-berdebat apakah ini tunggal apakah pejabat lain inikan masih ketentuan umum kita.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Silakan ahli bahasa, mulai dari pengantarnya diatas Bu, yang dimaksud undang-undang.

AHLI BAHASA :

Terima kasih, dan dalam konsep ini kata adalah dapat kita gunakan sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bapak Menteri tadi di· sini memberikan definisi ten.tang siapa penyelidik dalam undang-undang ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Artinya tunggal.

(15)

AHLI BAHASA :

Kalau rumusan seperti ini berarti penyelidik itu pejabat Kepolisian Negara RI yang ada di dalam undang-undang ini seandainya akan ditambahkan bagaimana usulan F. Reformasi dan pejabat lainnya itu terserah kepada forum ini.

KETUA RAPAT :

Ini masalah bahasa Bu, apakah bahasa ini mengatakan undang-undang lain itu tidak boleh mengangkat penyelidik.

AHLI BAHASA :

Saya kira kami tidak mengetahui undang-undang yang lain tetapi dalam acuannya ke sana.

KETUA RAPAT :

Dari segi kaidah bahasa apakah ini berarti bahwa tidak boleh lagi ada penyelidik lain yang diatur undang-undang lain.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.) : Pimpinan, interupsi bagaimana kalau saya menawarkan usul begini penyelidik adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan ini akan memberikan arti bahwa dikepolisian, meskipun saya tidak setuju itu tapi undang-undang sudah mengatur itu.

KETUA RAPAT :

Atau begini Pak, kalau kita berbicara mengenai KUHAP mungkin definisi cocok karena KUHAP berlaku buat polisi PNS dan lain sebagainya jadi integretednya di situ sedangkan di sini berbicara hanya spesifikasi dari penyelidik oleh polisi mungkin juga tentara mungkin juga PNS integretednya di KUHAP.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.)

Tapi bagaimana Pimpinan bicara penyelidik yang hanya parsial demikian mana mungkin, karena bicara mengenai penyelidikan ini berlaku untuk seluruh seantero apa saja yang kita lakukan di bidang kriminal tidak mungkin itu kita bicarakan penyelidik itu kepolisian hams masuk PNS-nya pokoknya pejabat yang diberikan kewenangan untuk mengatakan

(16)

penyelidikan, tidak bisa itu keliru sekali kalau kita hanya kepolisian saja keliru besar itu dan saya ingin agar kita tinggalkan dan menghasilkan ini saja, tidak ada perdebatan lagi dikemudian hari di Perguruan Tinggi di faku1tas Hukum dan sebagainya tidak lempar debatan dan ini pasti ada perdebatan.

KETUA RAPAT :

Mestinya memang di KUHAP ini terintegreted itu tapi susah ini undang-undang parsial tapi silakan terserah.

F. PDIP (SIDHARTO DANUSUBROTO, S.H.)

Saya usulkan Saudara Ketua satu rumusan yang mungkin bisa diterima, adalah ini kita pindahkan dibelakang penyelidik pejabat Kepolisian Negara RI adalah yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan adalahnya dipindahkan kebelakang.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Silakan TNl/Polri.

F. TNI/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA) :

Pimpinan yang kami hormati, kalau tadi hasil diskusi kita timbul pertanyaan apakah yang melakukan penyelidikan itu hanya pejabat Polri saja sebenamya kalau penyelidik menurut KUHAP itu hanya pejabat Polri saja, tetapi yang melakukan penyelidikan tidak hanya pejabat Polri karena apa semua Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sudah diangkat pada hakekatnya dia melakukan penyidikan dan sekaligus dalam penyidikan itu sudah terkandung pengertian penyelidikan tetapi mengapa seharusnya dilihat memori ... dan terjadinya KUHAP mengapa hanya polisi saja diberikan penyelidikan penyelidik bagi Polri adalah seluruh pejabat mulai dari yang Bhayangkara II sampai Jenderal tetapi tidak semuanya penyidik, tetapi kalau penyidik pasti penyelidik kalau kita terapkan ini kepada penyidik PNS diinstansi lain ia diberikan kewenangan sebenarnya sudah inklop di dalamnya kalau kita lihat kewenangan dari pada penyelidik pada Pas al 5 dan kewenangan penyidik Pasal 7 Ayat (1) dan kewenangan dari penyidik sesuai dasar hukumnya maka sebenamya walaupun namanya penyidik sebenamya itulah penyelidik tetapi tidak

(17)

dilonggarkan penyelidik ... .. ... ... penegakan hukum; nah inilah makanya.

KETUA RAPAT

Makanya F. TNI/Polri_adalah RUU ini, silakan F. PG.

F. PG (M. AKIL MOCHTAR, S.H.) :

Menurut hemat kami inikan sebuah pengertian umum dalam rumusan undang-undang, jadi kalau kita terlalujauh memang pengertiannya bisa bias kalau kita nyatakan penyelidik itu dalam undang-undang ini adalah Pejabat Kepolisian tentukan kata penyelidik ini akan berkaitan juga dengan kata-kata penyelidik, yang ada di dalam pasal-pasal baik di depan maupun di belakang, jadi itu saya kira hal yang wajar kiranya tugas kepolisian itu adalah penyelidik, penyidik sehingga penyelidik itu harus diberikan pengertian umum seperti ini di dalam KUHAP sudah jelas menyatakan bahwa penyelidik adalah pejabat Kepolisian Negara di dalam praktek muncul yang lain tidak ada masalah di undang-undang lainpun muncul penyelidik Undang-Undang Pengadilan HAM, Undang-Undang Kehutanan undang-undang mungkin tentang Kelautan dan segala macam jadi saya kira pengertian penyelidik itu adalah ·sebuah pengertian umum yang mana fungsi kepolisian itu juga mengemban tugas penyelidik, jadi saya kira tidak ada masalah kalau menurut hemat saya bukan kenapa penyelidikan baru nanti pada DIM Nomor 28 ini adalah sebuah serangkaian ini, jadi ... menurut hemat saya pengertian umum dari penyelidik di dalam pengertian umum i:mdang-undang ini kita membawa kepada pengertian lain mungkin yang kita bicarakan itu adalah implementasi dari pada pelaksanaan tugas ketika melakukan penyidikan, penyelidikan, tapi penyelidik di sini yang dimaksud penyelidik karena tugas kepolisian itu adalah salah satu fungsinya menyelidik di dalam sebuah proses tindak pidana maka hams ada sebuah pengertian yang memberi kewenangan kepada kepolisian ini di dalam Undang-Undang Pengadilan HAM itu menunjuk kepada komnas HAM untuk melakukan penyelidikan dengan sebuah pengertian itu juga tidak ada masalah meriurut hemat saya, saya kira rumusan ini sudah tepat menurut hemat kami.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, F. KKI juga sudah, saya kembalikan ke Prof. Asikin bagaimaria.

(18)

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.) : Saya tidak akan bertahan habis-habisan saya cuma ingatkan saja bahwa ini akan meninibulkan perdebatan dikemudian hari saya mudah sekali cabut ini cuma saya ingatkan bahwa dalam diskusi di perguruan tinggi ini j angankan · ini ada tidak ada ini sudah menimbulkan perdebatan sampai sekarang mengenai itu kenapa ini terjadi 'tiap-tiap Angk~tan Laut juga sebagai penyidik terhadap penyelidik juga tindak pidana di bidang perikanan Bapepam juga ada penyelidiknya di bidang pasar modal kehutanan juga demikian Bea Cukai ada semua itu kenyataan memang aturannya demikian saya san~at mendukung sekali argumentasi dari pihak Polri, dengan demikian kalau dari KUHAP. itu enggak saya setuju demikian, tapi kenapa terjadi dalam perkembangan sejarah hukum kita demikian adanya dari .... diam-diam maka secara tegas lagi dalam undang- undang tidak ada perdebatan yang terjadi mengenai istilah itu, nah munculkan lagi ini istilah ini repot lagi. lebih marak lagi perdebatan mengenai ini karena interpretasi mengenai penyelidik itu saya tidak bisa bayangkan kalau dikatakan ini hanya berlaku untuk ke dalam tidak mungkin karena undang-undang itu berlaku uinum karena ini akan diartikan sebagai rangkaian kegiatan bukan hanya untuk undang-undang ini tapi dalam melaksanakan tugasnya akan berkaitan dengan segala gejala-gejala kemasyarakatan itu.

KETUA RAPAT :

Atau idenya Prof. Asikin, Prof. Asikin menghendaki polisi bukan penyelidik tunggal.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH~ ASIKIN, S.H.) : Kalau kenyataan undang-undang demikian memang bukan penyelidik tunggal sehingga saya mengusulkan Bapak Ketua saya setuju dengan F. PDIP tadi bagaimana kalau "penyelidik pejabat kepolisian adalah"

kita tekankan kalau yang berlaku pada undang-undang itu penyelidik Pejabat Kepolisian itu Pejabat yang diberi wewenang, saya sekali lagi tidak bertahan ini saya hanya mengingatkan saja bahwa ada aturan bahwa penyelidik itu dilakukan juga oleh pihak PNS dan TNI Angkatan Laut dan pejabat-pejabat lain.

KETUA RAPAT :

Ini bukan pertanda tidak baik kita mau mencari yang terbaik, jadi

(19)

kita menginginkan bahwa polisi bukan pejabat tunggal ada pejabat-pejabat lain yang diberikan hak melakukan penyelidikan, nah dalam struktur perundang-undangan pemberian kewenangan kepada pejabat-pejabat lain di luar Polri itu diatur dalam Undang-Undang Kepolisian atau diatur dalam undang-undang masing-masing instansi itu sendiri inikan yang menjadi persoalan, silakan.

F. PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA)

Terima kasih Pak, saya dapat memahami dan sangat mengerti apa yang dirisaukan dikhawatirkan oleh Bapak Asikin, namun satu hal yang harus kita pahami bersama bahwa yang sedang kita rumuskan sedang kita bahas ini adalah Rancangan Undang-Undang tentang Kepolisian kalau misalkan RUU yang kita bahas ini tentang penyelidikan boleh kita bicara tentang seluruh pejabat kalau bicara tentang Undang-Undang tentang Penyidikan boleh kita bicara siapa itu penyidik dari mana sumbernya siapa orang begitu pula tentang penuntutan dan lain sebagainya, ini bukan bicara soal penyelidikan kita sedang bicara ketentuan umum yang mengatur apa barang penyelidik itu kayak apa penyelidik itu, nah inikan harus didefinisikan karena ini konsekuensinya akan digunakan istilah ini dalam pembahasan pasal-pasal selanjutnya ini yang dimaksud dengan penyelidik di sini adalah Pejabat Kepolisian Negara RI yang diberi wewenang, jadi saya berpikir rumusan ini sudah sangat amat tepat karena memang kita sedang membicarakan Undang- Undang tentang Kepolisian bukan Undang-undang tentang Penyelidikan kalau kita bicara soal penyelidikan saya setuju Pak itu, jadi dan itu mungkin tempatnya kita bahas penyempumaan KUHAP nanti.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Silakan Bu.

F. PPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, S.H.)

Pimpinan, kalau toh nanti masih tetap rumusan seperti ini barang kali dipenjelasan umum bisa dimuatkan apa yang dikemukakan oleh Prof. Asikin tadi, bahwa dalam penyelidikan ini tidak berarti tunggal sebagai kepolisian tapi dimungkinkan sesuai dengan aturan undang- undang, Pejabat-pejabat lain yang ditunjuk dengan demikian kita dapat kalau Prof. Asikin mengatakan akan ada perdebatan umum kita minta direver kepada penjelasan umumnya demikian Pimpinan. Terima kasih.

(20)

KETUA RAPAT : Silakan Pak Da Costa.

WAKIL KETUA (V. B. DA COSTA, S.H.)

Saudara Ketua, saya setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Saudara dari F. PG dan kedua saya setuju dengan dari TNI/Polri yang menyinggung bagaimana dulu KUHAP dibuat itu, jadi dengan F. PG saya setuju bahwa yang mengatur mengenai penyidikan dan lain-lain diatur oleh undang-undang itu tempatnya dalam KUHAP bukan di sini itu bukan saja karena khusus mengenai hukum acara kita di sini itu bukan khusus mengenai hukum acara dengan F. TNI/Polri saya setuju bagaimana dulu dibuat KUHAP rumusan seperti itu yang sebagaimana yang dibacakan tadi itu, itu justru untuk menertibkan berita litas dari · Pejabat-pejabat penyelidik saya namakan berita litas karena apa karena misalnya saya kasih contoh pada waktu itu sidang MPR Tahun 1978 jadi TAP MPR Nomor III Tahun 1978 itu jelas-jelas disebutkan supaya menertibkan pejabat penegak hukum sewaktu itu misalnya polisi menangkap orang diperiksa ditahan dia keluar besoknya dia dipanggil jaksa ditahan lagi dalam perkara yang sama sehingga orang tidak tahu lagi kapan akhimya itu slidah itu tidak tertutup kemungkinan polisi panggil lagi juga pejabat lain panggil lagi justru karena itu TAP MPR selain Nomor III Tahun 1978 selain untuk menertibkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga bermaksud menertibkan pejabat penegak hukum maka jadilah itu bahwa kemudian jaksa juga itu sebetulnya tidak ada dasar hukumnya yang jelas itu hanya interpretasi dari Pasal 284 KUHAP hanya karena interpretasi Pasal 284 dan hanya jaksa itu punya kuasa dan semua orang takut Pengacara-pengacara takut melawan jaksa, maka jadilah berlangsung praktek seperti sekarang itu re bu tan sebetulnya tidak ada itu jaksa itu sudah disebut ditentukan dalam KUHAP dia jadi penuntut bukan penyidik, penyidik di polisi, jadi dengan demikian saya kira rumusan ini sudah betul kekhawatiran itu karena praktek yang barang kali Anggota DPR juga terlalu diam dalam hal ini membiarkan saja tidak menertibkan itu sebab yang dikhawatirkan Prof. Asikin itu akan lebih besar resikonya kalau dibiarkan itu dari pada penertiban seperti pikiran yang ada dalam KUHAP demikian Saudara Ketua.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Da Costa.

(21)

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.) : Tadi Bu Aisyah tadi sudah menyinggung bahwa dalam kenyataan ada dalam undang-undang lain sudah menyebutkan penyidik yang dilakukan oleh pihak atau instansi atau pejabat tertentu di luar pihak kepolisian sehingga di dalam Undang-Undang Penyidik adalah aparat- aparat kepolisian saya kira itu sudah bisa terima. ___ _

KETUA RAPAT :

Baik boleh kami mengambil kesimpulan bahwa DIM Nomor 8 ini kembali sesuai dengan RUU setuju?

(RAPAT SETUJU)

DIM Nomor 28 semua menulis tetap, jadi bagaimana kita putuskan ya silakan.

F. TNl/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA) :

Walaupun tetap karena ada tulisannya mungkin DIM Nomor 28 penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik mungkin diubah itu penyidik menjadi penyelidik.

Terima kasih KETUA RAPAT

Itu juga yang ingin pertanyakan tadi di RUU aslinya apa? Ini penyelidik. Jadi penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik jadi yang kita setujui adalah itu setuju?

(RAPAT SETUJU)

DIM Nomor 29, penyidik ini saya kira sama nasibnya dengan DIM Nomor 27 tadi, F. PPP konkordan dengan sebelumnya F. Reformasi silakan.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.)

Persis yang dikatakan oleh Ketua tadi bahwa penyidik itu ada instansi lain selain pihak kepolisian sehingga alasan ya,ng sama berlaku untuk DIM ini.

Terima kasih.

(22)

KETUA RAPAT :

Baik, Pernerintah sebelurn kami niinta Fraksi-fraksi rnemberikan . tanggapan, silakan Pernerintah tentang usul F. Reformasi.

PEMERINTAH (MENKEH DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA, S.H.):

Jawaban kami sama sebenarnya dengan pernbahasan tentang penyelidik, jadi di dalam DIM yang kita bicarakan sekarang ini penyidik itu adalah dikaitkan dengan kepolisian jadi yang lain-lain itu diatur ditlam yang lain-lain,· ini konkordan dengan pembahasan diatas tentang penyelidik sebenamya.

KETUA RAPAT :

Kalau aksinya sarna, reaksinya sama, mustinya keputusannya juga sama Pak, bagaimana ?

Lalu DIM Nomor 30, ini tidak ada_ pembahan kecuali F.TNI/Polri silakan.

F. TNI/POLRI (DRS~ I. KETUT ASTAWA) :

Terima kasih Pak. Dari beberapa .. menjadi penyidik rnenjadi PNS mernang kami dari beberapa referensi tetapi setelah kami cermati saya kira saya tarik usul saya, sependapat tetap, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Ya, jadi kernbali ke RUU ya, setuju ? (RAPAT SETUJU),

DIM Nornor 31, F.PPP sama denganjudul, F.TNI/Polri silakan ada pembahan.

F. TNl/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA) : Terima kasih Pimpinan.

Kami cuma mengajukan saran tentang definisi mengenai Penyidik Pembantu yang kami ambil referensinya dari Pasal 10 Ayat (1) KUHAP sehingga apa yang dirumuskan di dalam RUU, kami sarankan untuk diubah menjadi Penyidik Pembantu adalah Pejabat Kepolisian Negara RI yang diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

(23)

berdasarkan syarat kepangkatan dan diberi wewenang tertentu dalam melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-:undang, terima kasih.

KETUA RAPAT

Bisa dijelaskan bedanya Pak dengan usul RUU sehingga kawan- kawan mudah menanggapinya.

F.TNl/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA):

Jadi di sini ada beberapa perubahan Pak, kita jelaskan itu yang diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan dan diberi wewenang tertentu, jadi kalau kita amati memang ada perubahan yang kami dasarnya adalah Pasal 10 Ayat (1).

KETUA RAPAT :

Jadi bedanya Penyidik Pembantu yang diusulkan oleh Polri adalah diangkat oleh Kepala Kepolisian dengan persyaratan pangkat tertentu, itu yang tidak ada dalam rumusan RUU, apakah kedua unsur ini diterima atau tidak, sebelum Fraksi-fraksi silakan Pemerintah.

PEMERINTAH (MENKEH DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA, S.H.):

Pemerintah bisa terima usul dari TNI/Polri.

KETUA RAPAT :

F. PDIP, Golkar, KKI,. Reformasi.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.)

Saya ingin mengembalikan kepada KUHP kembali tentang penyidik pembantu tersebut karena sejak semula sudah mengambil acuan kepada KUHP, terima kasih.

KETUA RAPAT

J adi kalau usulnya TNI/Polri ke KUHP Reformasi setuju, Daulatul Ummat, dengan demikian kita setujui usul dari TNI/Polri untuk DIM ini setuju, silakan.

(24)

F. PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA) :

Saya belum bisa menyepakati usulan daii TNI/Polri, jadi Golkar masih berpikir tetap, karena rumusan yang diambil ini kita menyesuaikan dengan DIM pendahulu yang sudah disetujui istilah pejabat di sini, memang betul rumusan Pasal 10 Ayat (1) KUHP, bun yin ya demikian dan walaupun kita melakukan perubahan seperti penyidik pembantu di dalam DIM Nomor 31 saya pikir ini tidak bertentangan KUHP, tetapi ini adalah semangat konsekuensi menggunakan peristilahan digunakan pada Undang-Undang Kepolisian dimana pada DIM yang sebelumnya, kita di DIM Nomor 21 itu kita menjelaskan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah dan seterusnya itu dan ini konkordan dengan pembahasan berikutnya. Jadi saya pikir rumusan kami menilai tetap, terima kasih.

KETUA RAPAT : Bagaimana TNI/Polri.

F. TNl/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA)

Jadi kami sudah kemukakan resimen kami, tetapi betapapun juga walaupun kami punya saran itu terserah tergantung kita semua, tetapi dasar pemikirannya adalah itu, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Artinya legalistik formal, kembali ke KUHP sedangkan Golkar ada konsekuensi dengan undang-undang ini sebelumnya jadi kalau ada 2 rujukan Golkar memilih rujukan yang ada di sini, ketimbang ke KUHP.

F. PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA) :

Sebentar Bapak Ketua, jadi kita dalam merumuskan undang-undang ini pengkalimatannya/pengistilahannya itu harus tetap konsisten dengan peristilahan yang digunakan dalam undang-undang ini dimana dalam undang-undang ini itu juga sudah dijelaskan pada yang dimaksud dengan anggota kepolisian kepada DIM Nomor 21, -tidak berarti bahwa ini bertentangan dengan Pasal -10 Ayat (1) KUHP, itupun tidak bertentangan menurut hemat kami. Oleh karena itu menurut hemat kami yang terbaik agar tidak terjadi kesulitan dalam pembahasan-pembahasan berikutnya sehingga kita konkordan menggunakan istilah yang kita sepakati, jadi tetap pejabat itu diganti dengan anggota.

(25)

KETUA RAPAT :

Masalahnya kalau di KUHP pakai istilah pejabat sedangkan di sini pakai istilah anggota, jadi rujukannya berbeda, kami kembalikan kepada F. TNI/Polri.

F. TNl/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA):

Jadi kami berpatokan pada KUHP jadi karena Pasal 10 demikian maka kami menyarankan demikian. Namun demikian lebih bagus kita saran kepada Pemerintah untuk mengambil yang mana yang bisa diterima, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Pemerintah sudah tahu bedanya, beda pertengkaraimya jangan sampai kita berrnain bola dilapangan singkong tidakjelas. Jadi TNI/Polri merujuk ke KUHP bahasanya, Golkar merujuk apa yang kita sudah sepakati dimana tidak dipakai istilah pejabat untuk sebagai penyidik pembantu tetapi Anggota Polri, silakan.

PEMERINTAH (MENKEH DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA, S.H.) :

Pemerintah sebenarnya sudah dapat menerima yang diusulkan TNI/

Polri tetapi memang keseragaman istilah yang kita gunakan ini sebaiknya marilah kita pertimbangkan misalnya kita mempergunakan dalam KUHP seperti yang diajukan TNI/Polri jadi kalau kita mempergunakan dalam Rancangan Undang-Undang itu sebenamya lebih konsisten kepada ketentuan yang dipakai dalam undang-undang ini, tetapi sebenarnya tidak substansi perbedaan antara yang digunakan dalam RUU dengan di dalam korps sebenamya tidak berbeda.

KETUA RAPAT :

Jadi kalau memang kita lihat di sini seluruh jabatan-jabatan mulai dari penyelidik, penyidik, penyidik pembantu selalu dikaitkan dengan istilah pejabat kepolisian jadi kalau berbicara meqgenai or~ng-orang polisi yang mendapatkan tugas-tugas tertentu istilahnya bukan anggota Polri tetapi pejabat kepolisian, penyidik, penyelidik, macam-macamlah, bagaimana Golkar.

(26)

F. PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA) :

Satu hal yang ingin saya sampaikan memang rnmusan seperti anggota kepolisian kami tetap konkordan dengan yang kami sampaikan karena hal inipun sudah dibahas pada waktu yang terdahulu namun kalaupun akan dipakai, katakanlah dengan menggunakan istilah pejabat untuk sebutan posisi-posisi seperti menyelidikjuga menggunakan kata pejabat kalau penyidik dan laiti sebagainya menggunakan kata pejabat, tetapi ini konteksnya penyidik pembantu.

KETUA RAPAT :

Mungkin Pemerintah bisa menjelaskan kenapa untuk penyidik berbeda pakai istilah pejabat, penyidik pembantu pakai istilah anggota.

PEMERINTAH (MENKE.fl DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA, S.H.):

Sebenamya kalau kita rujuk kepada KUHP istilah yang digunakan adalah pejabat kepolisian _negara ini sebenamya untuk menunjukkan kewenangan yang dimiliki oleh anggota kepolisian itu, karena semuanya anggota kepolisian tetapi dia oleh Kapolri diangkat menjadi penyidik dia adalah pejabat, jadi tidak semua anggota kepolisian berwenangan melakukan penyidikan yang berwenang melakukan penyidikan itu setelah dia diangkat dan karena itulah dia dikatakan pejabat kepolisian sebenamya kalau kita konsisten menggunakan istilah di dalam KUHP yang kita pergunakan ini sebenamya pada pembahasan sebelumnya: mau tidak mau kita harus rever kembali bahwa dalam penyidik hams menggunakan pejabat dan juga dalam penyidik pembantu bahkan istilah pejabat juga, saya kira itu penjelasan kami, tetapi terpaksa kita harus rever ke belakang.

KETUA RAPAT.

Artinya Pemerintah mengakui, demi konsekuensi istilahnya di sini usul RUU Pemerintah ini )Jerlu diperbaiki, Golkar mau mendukung Pemerintah, Pemerintahnya sudah lari, silakan.

F. REFORMASI (PROF. DR. H~ MOH. ASIKIN, S.H) :

Saya ingin kita konsisten kepada sistem pemerintahan kita apa yang sudah ada kita ke situ, sehingga tidak mengacaukan · mahasiswa kita di perguruan tinggi, jangan sekian banyak berbeda pada hal sama. Jadi kalau karni mengusulkan pakailah redaksi yang disuruh TNI/Polri supaya

(27)

tidak membingungkan meskipun maknanya sama seperti yang diajukan Fraksi Golkar, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Silakan Fraksi Partai Golkar.

F. PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA) :

Fraksi Partai Golkar dapat menerima untuk merubah menjadi pejabat dan ikatan, jika dikemudian hari dalam pembahasan-pembahasan lanjutannya ini muncul persoalan ini itu menjadi perdebatan kembali, terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik dengan demikian DIM ini kita terima usul dari TNI/Polri, pejabat.

PEMERINTAH (MENKEH DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA· MAHENDRA,. S.H.) :

Jadi kalau memang kita sepakati bahwa DIM sekarang ini kita menggunakan istilah pejabat maka yang lalu tetap penyidik, kita menggunakan pejabat juga jadi kita harus merever ke belakang.

KETUA RAPAT :

Penyelidik sudah pejabat, yang bukan pejabat itu ·kita-kita ini. Baik jadi kita ke DIM Nomor 32 ada usul baru dari Kebangkitah Bangsa, Kebangkitan Bangsa tidak ada dan ini adalah dianggap kita lewati saja, kita ke DIM Nomor 33, Kebangkitan Bangsa n·omor urut, PDKB tidak ada sehingga dengan demikian kita berasumsi bahwa DIM Nomor 33 ini kita kembali ke RUU (setuju). DIM Nomor 34 F. PPP terkait dengan judul, Kebangkitan Bangsa restrukturisasi, Reformasi ada perubahan redaksi, silakan.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH~ ASIKIN, S.H.):

DIM Nomor 34 ini sesuai dengan redaksi yang ada, ada penambahan kalimat fungsi ini ditambah kalimat tugas dan wewenang sehingga dengan demikian setelah perubahan itu ada tercantum dalam kolom yang kami usulkan, terima kasih. .

(28)

KETUA RAPAT :

Supaya orang bisa menanggapi lebih jemih boleh

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.)

Saya ulangi, saya bacakan supaya lengkapan DIM Nomor 34 ini Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang selanjutnya disebut K~pol!"i . adalah Pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penanggungjawab penyelenggara fungsi tugas danwewenang Kepolisian.

KETUA RAPAT :

Sebelum ke Fraksi-fraksi ke Pemerintah <lulu, untuk ditangkap bedanya antara Fraksi Reformasi dengan RUU.

PEMERINTAH (MENKEH DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA. S.H.):

Istilah yang dipergunakan Pemerintah .lebih ringkas dari pada istilah yang digunakan yang diusulkan Fraksi Reformasi, sebenamya istilah penanggungjawab penyelenggaraan fungsi kepolisian dalam istilah fungsi kepolisian itu sendiri sebenamya sudah termaktub pengertian tugas dan wewenang dari kepolisian, demikian.

KETUA RAPAT :

Reforrnasi, atau perlu ada tanggapan dari Fraksi lain jadi Pernerintah beranggapan begitu berbicara mengenai fungsi sudah mencakup tugas dan kewenangan, TNI ada tanggapan Golkar, silakan Fraksi Reformasi.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.) : Karena ini karni ingin mendapatkan kejelasan tentang ruang lingkup tugas ini kewenangan ruang lingkup tertentu itu mudahkan tugas-tugas yang merupakan aktifitas ini kalau boleh kita minta bantuan ahli bahasa sebaiknya apakah menggunakan fungsi kepolisian sudah cukup atau dengan apakah menambah kalimat.

KETUA RAPAT :

Kelihatannya ahli bahasa cepat tanggap sudah membuka kamus bagaimana Ibu.

(29)

PEMERINTAH (MENKEH DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA, S.H.):

Saudara Ketua sebelurn ahli bahasa, boleh karni rnenyampaikan pendapat. Sebenamya istilah fungsi yang dipergunakan dalam point 14 dari Ketentuan Umurn itu cukup panjang lebar dijelaskan panjang lebar dijelaskan Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 di situ diatur pengertian fungsi itu diatur Pasal 2 fungsi kepolisian adalah. salah satu fungsi-- pemerintahan negara di bidang penegakan hukum, perlindungan dan pelayanan masyarakat dan seterusnya. J adi dalam pengertian Pasal 2 itu tugas dan kewenangan Polri termaktub di dalamnya jadi tidak akan rnenimbulkan confuse membaca point 14 karena langsimg ke Pasal 2 pengertian fungsi itu sudah di dalamnya, terima kasih.

KETUA RAPAT : Masih perlu ahli bahasa.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.) : Kalau saya terrnasuk penganut baha:sa yang ekonomik, tetapi kalau sudah dianggap masuk di dalamnya itu, redaks1 itu bisa diterima, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik kalau demikian, DIM ini kembali ke RUU Pemerintah, Bapak Asikin ini .suka yang ekonomis, pendapatanpun suka yang ekonomis, DIM Nomor 35 ada penambahan judul Bab dari Kebangkitan Bangsa fungsi kewenangan dan tugas karena fungsi TNI sudah terintegrasi tugas dan kewenangan- sehingga dengan demikian kita anggap ini kita lewati.

Sekarang DIM Nomor 36 Pasal 2 ini sudah berbicara mengenai fungsi. kepolisian, silakan F. TNI/Polri.

F. TNI/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA) :

Mohan di dalam DIM Nomor 35 ada usulan dari F. TNI/Polri tidak dilembarkan oleh Pimpinan, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Jadi DIM Nomor 35 bukan berarti diralat tetapi sesudah itu disetujui ada sisipan dari TNI/Polri, silakan.

(30)

F. TNI/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA) :

Pirnpinan yang saya hormati sebelum kita rnernbahas RUU Kepolisian kita mendengarkan beberapa pakar, pendapat.;pendapat pakar di antara pendapat pakar itu berpendapat memang dalam suatu RUU perlu dicantumkan mengenai asas yang akan memakai landasan dalam rangka melaksana dari pada undang-undang tersebut, jadi berdasarkan itu maka kami beberapa pasal ada pasal yang menyangkut asas perafi · kepolisian meliputi a, b, c, d, e, f dan seterusnya dengan dijdaskan pada penjelasan ada tersendiri reasoning kami mengapa kami mengajukan saran itu, semata-mata ingin menyempumakan sesuai dengan masukan dari para pakar, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Ada usul tambahan baru dari TNI/Polri tetapi ada 2, satu pasal mengenai asas-asas penyelenggaraan fungsi kepolisian sebelum ke Fraksi- Fraksi, Pemerintah dulu kita tanya, silakan.

PEMERINTAH (MENKEH DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA, S.H.):

Pemerintah sependapat bahwa sebenarnya a~as-asas seperti itu tidak perlu dimasukkan dalam pasal-pasal undang-undang ini, oleh karena kalau kita berbicara asas tingkatan normal sebenarnya bukan pada tingkatan normal undang-undang kita membicarakan dan kalau kita melihat di dalam pasal unc:iang~undang ini tercerminlah asas-asas itu d~ dalaninya ini sebenamya kita membuat.undang-undang sebenamya menterjemahkan atau transportasikan prinsip-prinsip hukum ke .dalam suatu norma yang dapat implementasikan daJam kenyataan oleh karena itu kalau kita berbicara so al as as say a kira kita lebih berbicara kepada . . . hukum bukan berbicara norma-norma pembentukan hukum di dalam pasal-pasal yang dapat diimplementasikan di dalam kenyataan, saya kira itu pendapat Pemerintah, terima kasih.

KETUA RAPAT : Fraksi KKI

F. KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT)

Terima kasih Ketua dari KKI ini merupakan redaksional yaitu Kepolisian Republik Indonesia menjalankan fungsi Pemerintahan di

(31)

bidang penegakan hukum, perlindungan, pelayanan masyarakat serta pembimbingan masyarakat demi terjaminnya tertib dan tegaknya hukum serta terwujudnya ketentraman masyarakat, sebetulnya memang ini hanya tidak menonjolkan fungsi di depan. -

KETUA RAPAT :

Baik sebelum ke Pemerintah mungkin ahli bahasa <lulu ini sisipan--- kata-kata dalam rangka dan usul dari F. KKI sebelum kita berbicara

mengenai substansi silakan ahli bahasa.

AHLI BAHASA :

Tanpa rangka dapat juga kita gunakan dalam upaya terjaminnya kalau memang rangka itu apa rangkanya? Dalam upaya terjaminnya tertib dan tegaknya hukum ini lebih konkrit dari pada rangka, rangka yang mana.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Sekarang ke Pemerintah Pak, jadi ada usul redaksi ada usul substansi yang disampaikan oleh F.PDIP ada usul redaksi menambah kata-kata berperan tapi ada usul substansi penegakan HAM dan lain-lain sebagainya, demikian juga dengan usul F. Reformasi ingin menghilangkan kata-kata fungsi Pemerintahan, jadi apakah memang fungsi kepolisian ini bagian dari fungsi Pemerintahan atau bukan.

PEMERINTAH (MENKEH DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA, S.H.) :

Terima kasih Ketua, terhadap usulan dari F. PDIP Pemerintah sebetulnya agak kurang sependapat dengan usulan ini karena fungsi kepolisian itu sudah diatur sendiri sebenarnya di dalam Pasal 5 dari undang-undang ini tentang peran kepolisian ini, jadi mengenai -fungsi kepolisian katanya ingin ditekankan oleh Pemerintah dalam undang- undang ini adalah menjelaskan sebenarnya fungsi kepolisian itu apa, jadi kalau kita membaca dalam Pasal 2 ini fungsi kepolisian itu adalah salah satu fungsi Pemerintahan negara di bidang ini oleh karena fungsi-fungsi pemerintahan itu mencakup segala _ aspek dan salah satu fungsi pemerintahan itu adalah fungsi kepolisian, jadi penekanan kita adalah fungsi kepolisian itu hanya mencakup salah satu aspek dari pada fungsi

(32)

pemerintahan pada umumnya, jadi ini yang telah dirumuskan oleh Pemerintah di dalam Pasal 2 dari RUU ini.

Kemudian yang dikemukakan oleh F. Reformasi sama dengan penjelasan sebelumnya yang sudah kami kemukakan, jadi kalau kalimat salah satu fungsi pemerintahan itu dihapus itu ide kita tentang fungsi pemerintahan agak menjadi kabur oleh karena fungsi pemerinta_!ia~

mencakup bidang yang sangat luas dan ·fungsi kepolisian ini adalah salah satu dari pada fungsi pemerintahan, jadi penekanan adalah hanya pada salah satu sebab kalau langsung kepada fungsi pemerintahan tanpa menyebut salah satu, salah satu fungsi pemerintahan itu dihapus ini agak mengaburkan ide dasar kita tentang fungsi pemerintahan yang sebenarnya sangat banyak itu sedangkan fungsi kepolisian hanya menjalankan salah satu dari fungsi pemerintahan itu.

Kemudian usulan dari F. TNI/Polri lebih banyak redaksi sebenamya tidak mengubah substansi dari pada apa yang telah dirumuskan oleh Pemeriritah dalam Pasal 2 ini karena itu bisa dibahas oleh Pansus untuk merumuskan redaksinya secara lebih tepat saya kira demikian Pak Ketua.

KETUA RAPAT :

Sebelum ke Fraksi kita kembalikan ke TNI/Polri F. TNl/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA) :

Kami sungguh dapat mengerti penjelasan dari Pemerintah demikian juga kalau kita melihat dari pembahasan Rancangan Undang-Undang Pertahanan memang tidak ada asas, oleh karena itu kalau Pemerintah menganggap itu tidak perlu kami dapat menerima, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik dengan demikian dengan mengucapkan kepada TNI/Polri kita lewati dan masuk ke DIM Nomor 36 fungsi kepolisian silakan F. PDIP.

F. PDIP (FIRMAN JAYA DAELY, S.H.) :

Baik terima kasih Bapak Ketua, F. PDI Perjuangan di sini ada usulan perubahan perbaikan setelah perubahan Pasal 2 demikian, fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi Pemerintah negara yang berperan dalam memelihara dan menjamin keamanan, ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, keadilan dan HAM memberikan pengayoman dan perlindungan kepada masyarakat untuk terjaminnya tertib dan tegaknya

(33)

hukum serta terbinanya ketentraman masyarakat guna terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat, memang yang menjadi alasan dan pertimbangan F~aksi PDI Perjuangan minimal ada 2 hal, yang pertama adalah bahwa terminologi fungsi hams disertai ini peran di sini kemudian yang kedua juga. ada penambahan kalimat selain fungsi-fungsi pemerintahan seperti yang i.ntrodusir atau ditawarkan oleh RUU ini yaitu soal penegakan keadilan dan HAM bahwa itu juga satu paket penegakan-- keamanan dan ketertiban masyarakat, ini kira-kira yang menjadi alasan pertimbangan kami, demikian Bapak Ketua.

KETUA RAPAT :

Kami lanjutkan ke Reformasi.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.)

Terima kasih Pimpinan ini ada usul tentang 'perubahan redaksi yaitu penghapusan sa1ah satu kalimat fungsi Pemerintahan sehingga dengan demikianlah langsung redaksinya Pasal 2 fungsi-fungsi kepolisian adalah menegakkan hukum, memberikan perlindungan pengayoman dan pelayan masyarakat serta membimbing masyarakat demi terjamin dan terwujudnya keamanan dan ketertiban ketentraman masyarakat. Usulan ini kami ingin kejelasan dari Pemerintah tentang pencantuman fungsi Pemerintah tersebut, dengan demikian kami juga mengusulkan agar dihilangkan supaya lebih langsung kepada tugas pokoknya fungsi kepolisian menegakkan hukum dan seterusnya.

KETUA RAPAT F. TNI/Polri.

F. TNl/POLRI (DRS. I KETUT ASTAWA)

Terima kasih Pimpinan, kami akan mengajukan saran antara kata dalam dan terjaminnya ditambah dalam rangka, sehingga saran kami fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi Pemerintahan negara di bidang penegakan hukum,. perlindungan dan pelayanan masyarakat serta pembimbingan masyarakat dalam rangka terjaminnya dan seterusnya.

Ini juga kami sarankan kafau kita lihat Undang-Undang Kepolisian Nomor 28 Tahun 1997 itu adalah dalam rangka namun demikian Pemerintah bisa memberikan penjelasan mengapa rangkanya tidak ada sehingga untuk dapat keputusan, terima kasih.

(34)

KETUA RAPAT :

Pertanyaannya Pak Menteri apa alasannya sehingga menjamin keamanan menegakkan HAM itu bukan dari ~ungsi kepolisian bukan fungsi dari pemerintahan di bidang kepolisian sebagaimana yang diusulkan oleh rekan kami dari F. PDIP, silakan F. PDIP.

F. PDIP (PANDA NABABAN): INTERUPSI

. Pimpinan kalau boleh karena Menteri kita ini baru sekarang tampil itu sebelumnya di DIM Nomor 26 usul kami sudah masuk cuma tinggal Timusnya saja disisi tim redaksinya waktu itu masalah HAM itu sudah masuk dan sudah kita sepakati itu cuma tinggal redaksionalnya saja tapi prinsipnya masalah HAM itu sudah masuk, jadi lebih mempertegas. lagi usul kami yang sekarang dan itu cukup berdebat di DIM Nomor 26 itu kemudian akhimya disepakati tinggal di Timus dirumuskan. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Silakan F. PDIP.

F. PDIP (FIRMAN JAYA DAELY, S.H.)

Itu tadi untuk membantu ini Pemerintah tapi bisa juga dijelaskan apakah memang fungsi penegakan HAM dan keadilan itu bukan fungsi pemerintahan itu perlu juga.

KETUA RAPAT : Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH (MENKEH DAN HAM/PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA, S.H.):

Terim:a kasih atas risulan dari F. PDIP sebenarnya Pemerintah tidak keberatan prinsipil untuk ·menampung yang disarankan oleh Pak Panda mengenai soal ini jadi tinggal merumuskan di mana menempatkan HAM dan keadilan itu dalam kalimat-kalimat ini, jadi walaupU:n secara umum kita katakan penegak hukum sekaligus terhadap penegakan HAM tapi kalau ingin pertegas konsen kita pada persoalan,HAM Pernerintah yang diwakili Departemen Kehakiman dan HAM sangat berterima kasih dengan usul kritik seperti ini.

Terima kasih.

(35)

KETUA RAPAT :

Kalau begitu tinggal usul F. Reformasi bagaimana F. Reformasi.

F. REFORMASI (PROF. DR. H. MOH. ASIKIN, S.H.) : Saya kira hanya kalimat fungsi pemerintahan dan rupanya fraksi lain sudah menyepakati masih perlunya dimasukkan fungsi pemerintahan maka tentu usul kami, kami cabut kembali. --~ -

KETUA RAPAT :

Karena itu maksud Bapak keluar, silakan F. PG.

F. PG (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA)

..

Terima kasih Pak, menyangkut usulan F. Reformasi sudah dijawab jadi fungsi pemerintahan negara ini penting dan memang kata kuncinya di situ dan yang kedua, menyikapi usulan dari F. PDIP kalau menurut pandangan kami bahwa fungsi kepolisian sebagaimana dirumuskan dalam RUU ini di Pasal 2, itu sudah konkordan dan tidak melebihi atau mengurangi sebagaimana yang diatur dalam Tap MPR RI Nomot VII/

MPR/2000 oleh karena itu penambahan kata-kata seperti yang diusulkan oleh F. PDIP kalau menurut hemat kami tidak berarti persoalan-persoalan itu tidak tercover dalam rumusan di Pasal 2 bahkan kalau ini menjadi penambahan akan kembali menjadi struktur pengkalimatannya seperti ini, inijustru menurut pendapat kami malah mengaburkan kembali tentang fungsi kepolisian karena pada hakekatnya fungsi kepolisian itu salah satu fungsi pemerintahan negara kalimatnya ini fungsi pemerintahan negara di bidang apa? kalau kita merujuk lagi ke Tapnya dibidang keamanan ketertiban masyarakat di bidang penegakan hukum di bidang perlindungan dan pelayanan kepada publik itulah Tap yang jadi rujukan kita bisa berpikir justru kalau ditambahkan kalimat yang berperan dan memelihara, menjamin keamanan itu sudah operasional itu memang pada akhirnya akan melakukan itu, jadi ftmgsinya itu penegasan kembali merujuk kepada Tap yang sudah kita .. jadi saya pikir sebaiknya kami mengajak dan menghimbau yang lain-lain Fraksi lain untuk tetap di Pasal 2 ini seperti rumusan Pemerintah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT Silakan Pak Sahetapy.

(36)

F. PDIP (PROF. DR. J.E. SAHETAPY, S.H., M.A.) :

Memang saya tidak tahu apakah sudah watak orang Indonesia atau memang kebiasaan yang buruk itukan sudah dimasukkan yang isinya hampir sama tapi kemudian dihapus, saya punya kesan yang cukup berdasarkan pengalaman selama ini kerap sekali itu apa yang dinamakan (suka mengulang-ngulang) kalau kita melihat ini saya mendengar dari beberapa pembicara ada yang bilang Pemerintah negara ada yang bilang pemerintahan negara dua hal itu tidak sama kalau saya melihat rumusan Pasal 2 sebagaimana terpampang dilayar maka di situ dikatakan salah satu itukan nanti bisa ditanya itu salah satu yang lain-lainnya itu dimana itu, jadi kita kalau memang ingin merurnuskan sesuatu hendaklah kalau pinjarn istilah Joyodiguno bulat dan tuntas, jadi kita pakai salah satu sebab kalau saya ditanya itu salah satu yang lain itu dimana saya tadi saya tidak bisa jawab sayakan tidak bisa bilang tanya saja sama Pemerintah kan sulit, jadi kalau ingin dirurnuskan secara bulat dan tuntas fungsi kepolisian adalah terserah nanti memelihara dan menjaminjadi tidak usah .,tulis lagi satu tugas Pernerintah sebab Pemerintah negara dan pemerintahan itu juga mernpunyai makna yang berbeda ini usul saya mungkin belum waktunya tapi saya ingin mengusulkan supaya kebiasaan- kebiasaan bahkan kalau kita sebut seperti fungsf kepolisian ini sewaktu- waktu orang kalau andai kata atau rnisalnya kepolisian melakukan hal- hal katakanlah melanggar HAM polisi bisa bilang mana itu terdapat pelanggaran HAM, jadi memang penjumlahan ini secara limitatif atau secara eksplisit itu perlu tapi_ saya harap itu kita memakai kata-kata yang memungkinkan salah tafsir. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT :

Masih ada tambahan dari F. PDIP, Fraksi-fraksi lain F. PPP silakan.

F. PPP (H. M. SJAIFUL RACHMAN, S.H.) :

Terima kasih Pimpinan, dan pihak Pemerintah mohon maaf saya karena ada Pansus yang lain, Pimpinan menanggapi DIM Nomor 36 ini pertama memang mungkin juga salah satu perlu penjelasan dari pihak Pemerintah karena sebagaimana di sini judul ini Bab II ini, ini fungsi wewenang dan tugas barangkali mernang kadang':..kadang kita dikacaukan atau dikelirukart antara fungsi dan tugas sehingga kadang-kadang fungsi kita ingin menambah-nambah penyuburan satu kalimat karena ini dirasa mungkin lebih sempurna bahwa kalimat itu namun kitapun terperosok

Referensi

Dokumen terkait

N : jadi untuk kendaraan bermotor untuk penilangan kita kalau kita untuk menilang kendaraan bermotor itu tidak ada wewenang yang ada wewenang itu menurut undang undang

Dari beberapa materi ada 3 materi sampai dengan tadi pukul 18.30 Panja menyelesaikan rapatnya belum tertuntaskan di tingkat Panja yakni yang berkaitan dengan posisi atau

Yang kedua, yang ingin kami beri catatan. Ada kesan seolah-olah sekretariat di KPU pun sebagian kawan-kawan yang termasuk cendekiawan mempersyaratkan keuangan yang cukup berat

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia telah memuat pokok-pokok mengenai tujuan, kedudukan, peranan dan tugas serta pemblnaan

Saat potensial diberikan pada larutan, terjadi transpor ion melewati membran dan ion dapat ditranspor lebih baik oleh Nafion sehingga ion didifusikan lebih banyak

Када је реч о акутној кризи и колективној опа сно сти, страх и о сећање опште рањиво сти под стиче спо собно ст људи да по ступају као

Skripsi berjudul Pengaruh Arus dan On time terhadap Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Permukaan pada Proses Electrical Discharge Machining Die Sinking telah diuji dan

1) Proses pembelajaran dirasakan sangat bermakna karena dalam setiap proses pembelajaran sebelumnya dilakukan perencanaan dengan melibatkan pihak pengelola dengan