• Tidak ada hasil yang ditemukan

namun pada perkembangan berikutnya, ternyata mampu mem-

Dalam dokumen FILSAFAT DAN METAFISIKA DALAM ISLAM; (Halaman 40-44)

mem-bentuk subsistem peradaban Islam tersendiri, dengan segala ke-khasannya.

Darisudut

penggunaan

bahasayang digunakanoleh

komu-nitas

muslim

saja, terjadi

perkembangan

yangpesat secara

kuan-titatif.Jikasebelumabad ke-20

M,

bahasa-bahasayang digunakan

oleh komunitas

muslim

hanya meliputi bahasa-bahasa Arab

(de-Tabeltersebut merupakan gambarandariuraian tentangIslamdanperadabannya sampai akhir abad ke-20

M

(Hal. 385-427).

: Tentangeksistensidan perkembangan Islam di dunia Barat (Eropa dan Amerika) sampai awalabad ke-21

M

dewasaini, lihatdiantaranyadalam TaufikAbdullah,

dkk. (2002:273-301).

ngan berbagai dialek), Persia, Turki (Barat), Urdu, Melayu,

maka

setelah abad ke-20

M

terjadi perluasan

pada

bahasa-bahasa

Beuter, Pashsha, Baluchi, Kurdi, Turki (Timur), Slavia, Albania, sedikitYunani, Bengali, Punjabi, Kasymiri, Sindhi,Gujarati,Tamil, Telugu, Malayalam, Sunda,Jawa,

Champa,

Cina, Swahili, Hansa, Somali

dan

Afrika lain, dan terutama berbagai bahasa Eropa,

utamanya

Inggris (Hodgson, 1977:76-77). Sementara secara filo-logis, sebuah peradaban adalah apa

yang berkembang dalam

kesusastraan dari sebuah bahasa tunggal, atau dari sekelompok tunggal dari bahasa-bahasa yang berhubungan secara kultural (Hodgson, 1977:31). Dari perspektif ini, pada era

kemunduran

peradaban Islam

dewasa

ini, di bagian-bagian tertentu, tetap terjadi perubahan yang lebih baik.

Demikian juga dari segi penyebaran etnis,

umat

Islam

men-jelang abad ke-21

M

memiliki penyebaran yang lebih meluas.

Menurut

Encyclopcdia Britannica, pada pertengahan tahun 1997, penyebaran Islam sudah

mencakup

204 negara (tentu masih di

bawah

Kristen, dan

umat

tidak beragama yang mencapai 244 ne-gara).Sementara populasi

muslim

mencapai 1.147.494.000 orang, atau 19,6% dari seluruh

penduduk

dunia (5.848.739.000 jiwa).

Secara sederhana, penyebaran Islam dalam berbagai etnis di dunia,

tampak

dari tabel berikut ini.

Tabel

Kaum Muslim Menurut

Etnis3

1

Etnis Prosentase (%)

Arab 25

Afrika 3

Asia Tengah bagianselatan 33

Asia Tenggara 2

Afrika-Amerika 30

Eropa 2

Lain-lain 5

3 Diolah dari Kehidupan Muslim di Amerika. Hal. 19. Washington D.C.: Kantor Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri AS.

Persentase tersebut

mengambarkan

peta keberadaan

umat

Islam dunia,

yang pada

tahun 1996

M

berjumlah sekitar 1.099.634.000 orang. Darisegijumlah pemeluknya, Islam merupa-kan

agama

terbesarkeduasetelah Kristen(1.927.953.000).Setelah Islam, berturut-turut

Buddha

(323.894.000), Sikhs (19.161.000),

Yahudi

(14.117.000), Baha'isme (6.104.000),

Confusionisme

(5.254.000), dan Sinto (2.844.000) ("Eight religions in tfie text" dalam The 1996Britanniai Bookofthe Year. Chicago,Illionis: Encyclopedia Britannica, Inc., 1996: 298). Selebihnya adalah penganut

agama

dan kepercayaan lain, atau tidak beragama, dan belum beragama.

Ini berarti sejak 1996 sampai 1997 terjadi lonjakan penganut

muslim

seduniamencapai47.860.000orang.Suatu kenaikanyang sangat signifikan.

Di seluruh negara-negara Afrika,

umat

Islam padaakhirabad ke-20 sudah mencapai 62,5%. Dibanding dengan

perkembangan

diEropa dan Amerika, kemajuan

kaum

muslim Afrika lebih maju.

Negara-negara Eropa yang kini jumlah

kaum

muslimnya

meng-alamikemajuanyanglumayan,di antaranya negara-negarabekas pecahan Yugoslavia, Austria, Belgia, Spanyol, Belanda, Inggris,

Jerman,

dan

Albania. Demikian pula

kaum muslim

Amerika

se-makin bertambah,baikkuantitas

maupun

kualitasnya.Secara

kuan-titas, penganut

muslim

di Amerika pada tahun 1995 sebanyak 5.167.000 penganut, atau 1,9% dari

penduduk

Amerika.

Semen-tara pada pertengahan tahun 2000 sudah mencapai 5.600.000, atau

2%

dari total penduduk, naik 433.000 penganut.

Data-data tersebut

menunjukkan bahwa

pada abad-abad

terakhir.Islam

memang

mengalami

kemunduran

peradabanyang

cukup

berarti.

Akan

tetapi, di sisi lain kehadiran Islam di luar

wilayah sendirimenjadisemakin menonjol, baikkarena perhatian

media massa, ataupun rencana politik di luar wilayah

penduduk

muslim,atau karenajumlah

penduduk muslim

diluardaerahnya yang tradisional semakin besar (Abdullah, dkk., 2002:7-43). Di Amerika, misalnya.Islamsudahmenjadibagiandari

agama

popu-lersejak sekitartahun1930-an

M

sampaisekarang,denganjumlah

pengikut yang semakin banyak, yang akhir-akhir ini juga mulai

mendapatkan

perhatian (politis) dari pemerintah (Williams, 1989:23, 43, 49-52, 57).

Penyebaran Islam pada wilayah-wilayah baru tersebut, tidak lagi menjadi kerja terkontrol, terpusat, dan sistematis, sebagai

efek dari keberadaan

umat

Islam yang terpecah dalam berbagai negara-bangsa.

Ada

yang jumlah

pemeluknya

mayoritas pada negara-negara tertentu, dan ada pula yang minoritas, baik dalam budaya dan keagamaan.

Namun,

proses penyebaran ini tampak-nya akan semakinpositif, karena diimbangi dengan perkembang-ansarana transportasi, komunikasi, informasi, danteknologi yang jauh

melampaui semua yang

pernah ada. Kebijakan masing-masingnegara, danarah kebijakan global terkait dengan hakasasi manusia, demokrasi, keadilan, pluralisme dan sebagainya, pada sebagian hal banyak

menguntungkan

perjuangan Islam di kawas-an-kawasan minoritas

walaupun

disebagian negara-negara Barat

belum diimbangi dengan kebijakan praktis yang lebih memihak.

Pada sisi yang lain, relasi dan interaksi masyarakat Islam dengan peradaban Barat

memunculkan

ekses-ekses lain yang ha-rus

mendapatkan

tanggapan dan respon dari Islam. Banyak hal

yang

menambah

perbendaharaan khazanah Islam bagi kemaju-annya walau pada tatarankemunculannya saatini,

memunculkan

berbagai kontroversi. Sementara Barat sendiri, oleh sebab

trau-ma

sejarah

dan

kekhawatiran nasib peradabannyadi

masa

depan, juga belumbisa sepenuhnya

menerima

masyarakatIslam sebagai mitra dialog peradaban. Oleh karenanya, beberapa intelektual Barat masih

meragukan

Islam sebagai rekan global, seperti

Sa-muelHuntingtonmisalnya,

walaupun

sikapinimendapatkan

tan-tangan keras dari sesama koleganya di Barat, seperti Francis

Fukuyama

(2004). Oleh karenanya, pada era global posisi Islam sebagai

"musuh"

atau "mitra" masih menjadi perdebatan sengit di Barat,4 sebagaimana pula hal itu masih menjadi kontroversi di lingkungan

kaum

muslim.

Sebagaimana sudah dikemukakan, para intelektual muslim

sendiri sudah

mencoba

untuk

mampu

berhadapandengan Barat,

namun

tampaknya masih terlalu banyak kendala dari kalangan

muslim

sendiri, terutama

menyangkut

keseragaman sikapnya dalam merespon hegemoni peradaban Barat

dewasa

ini. Banyak

sektor

dan

infrastruktursosial, budaya,danekonomi,juga politik dikalangan masyarakat

muslim

yang

belum

siap untuk berinte-raksi dengan peradaban Barat.

*- Salah satu misal, lihat artikel AndersJericho, "

Civilizatiims: Clash orCooperationT'

dalam Anders Jericho & Jorgen BaekSimonsen (1997:144-156).

Sebagian cendekiawan, seperti Isma'il Raji' al-Faruqi dan be-berapa teman serta koleganya,

menganggap bahwa

untuk

mem-persiapkan masyarakat muslim, harus dimulai dari

perombakan

bidangpendidikan. Usulan itu

dikemukakan

dalamgagasan dan agenda besar "Islamisasi Pengetahuan" yang sempat menjadi harapan banyak pihak.

Hanya

saja

memang

sampai di

ambang

awal abad ke-21

M

ini,

belum menampakkan

hasil yang

cukup membanggakan.

Pada konteks lain, terutama dalam sikap keberagamaan,

ke-munculan modernisme dan

gempuran

globalisasi di segala bidang-sebagaiakibatkurangseragamnya sikap

umat

dan segi

pendidik-an-memunculkan

kekagetan pada sebagian masyarakat muslim.

Akibatnya, terdapat tarik-menarik kekuatan antara gerakan

mo-dernisme di satu sisi, dan gerakan fundamentalisme yang masih

memimpikan

kejayaan Islam dapat dibangun dari dalam dirinya sendiri, tanpa melibatkan peradaban Barat dewasa ini.

Tarikan-tarikan sikap dwikutub modernisme-fundamental-isme yang terjadi, justru agak memiliki perbedaan nuansa

de-ngan

Islam

yang berkembang

di Barat sendiri.

Sebagaimana

Dalam dokumen FILSAFAT DAN METAFISIKA DALAM ISLAM; (Halaman 40-44)