• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM FILM JOURNEY TO MECCA

B. Narasi Adegan yang diteliti

Sebelum menganalisis secara detail bagaimana narasi dalam adegan khusus yang menampilkan perjalanan Ibnu Battutah, berikut peneliti akan memaparkan komponen-komponen naratif yang dapat dijadikan acuan dalam memahami adegan khusus berdasarkan unsur naratif film.

1. Tokoh

Tokoh utama dalam film Journey to Mecca adalah Ibnu Battutah. Di

dalam film, divisualisasikan Ibnu Battutah sebagai seorang tokoh yang protagonis, ambisius, pantang menyerah, dan tegas. Meskipun banyak menghadapi rintangan dan hambatan dalam perjalanannya, namun ia tetap konsisten melaksanakan niatnya untuk berhaji ke Mekah. Dedikasi yang tinggi, membuat ia menemukan jati dirinya ketika melaksanakan perjalanan yang panjang. Dalam keadaan apapun ia tidak henti-hentinya

Sabilillah yang dilakukan oleh Ibnu Battutah. Adapun tokoh heroik, yaitu

penyamun. Dengan karakter heroik dan tegasnya itu, dalam beberapa shot

penyamun divisualisasikan sebagai pemicu konflik batin dalam diri Ibnu Battutah. Selain itu ada Hamzah yang divisualisasikan sebagai sahabat Ibnu Battutah. Hamzah, divisualisasikan sebagai sahabat yang berseberangan pendapat dengan Ibnu Battutah saat tahu bahwa Ibnu Battutah ingin ke Mekah seorang diri. Hamzah kurang menyetujui kawannya itu melaksanakan haji seorang diri pada usia 21 tahun, namun kemudian ia merestui kepergian sahabatnya itu. Dan ada pula kawanan perampok yang menghadang Ibnu Battutah saat di gurun pasir.

2. Masalah dan konflik

Masalah yang muncul pada adegan perjalanan dari Kairo adalah ketika Ibnu Battutah menemui Ibnu Muzaffar di Kairo dan menceritakan mimpi yang dialaminya, ketika Penyamun memperingatkan Ibnu Battutah melewati rute Damaskus dan bergabung dengan kafilah haji namun Ibnu Battutah tetap mempertahankan keputusannya melewati Laut Merah, ketika pasca peperangan yang berlangsung di Laut Merah, dan ketika Ibnu Battutah dilanda demam setelah selama 40 hari berada di padang pasir.

Konflik yang muncul dalam adegan ini adalah konflik batin, di mana Ibnu Battutah tetap mempertahankan prinsipnya pada rute perjalanan yang ia lalui yakni melewati Laut Merah walaupun sudah diperingatkan oleh penyamun untuk memenpuh jalur Damaskus. Kemudian ketika sampai di Laut Merah ia melihat kapal-kapal laut yang hancur akibat perang yang

berlangsung dan sudah pasti tidak dapat menghantarkan ia menyebrangi laut tersebut.

3. Lokasi

Lokasi utama dalam adegan ini adalah gurun pasir. Gurun pasir,

sebagai setting utama divisualisasikan dengan cukup apik. Setting latar

yang yang memadai yang cukup menghadirkan sebuah realisme ketika berada di sebuah padang gurun.

4. Waktu

Penggunaan waktu dalam setiap adegan di film ini dijelaskan sebagai berikut: Siang, di mana diperlihatkan sebagian besar konflik dan masalah muncul di waktu siang hari serta pada saat itu pula perjalanan panjang yang ditempuh Ibnu Battutah. Malam, di waktu ini Ibnu Battutah mengalami mimpi terbang di atas sayap burung raksasa melewati Laut Merah menuju Mekah. Kemudian mimpi tersebutlah yang menghantarkan Ibnu Battutah berambisi untuk menunaikan ibadah haji ketika itu.

Adegan Ibnu Battutah mencapai Kairo bermula dari Hamzah yang memberitahukan untuk menemui Ibnu Muzzafar di Kairo. Kemudian, pesan dari sahabatnya itu ia penuhi, sesampainya di Kairo Ibnu Battutah langsung menemui Muzzafar dan menceritakan mimpi yang ia alami. Ibnu Muzzafar memberikan tanggapan yang baik perihal mimpi yang

diceritakan oleh Ibnu Battutah. Muzzafar lantas mengatakan “Rasulullah

ini berada pada durasi 19:41 sampai 20:45. Kata-kata itu membuat tekad dan keyakinan Ibnu Battutah semakin kuat untuk memenuhi panggilan batinnya, berhaji. Ibnu Muzzafar divisualisasikan sebagai alim ulama pada

saat itu, yang tidak lain merupakan kerabat dari Ibnu Battutah. Setting

pada adegan ini berada di Universitas Al-Azhar Kairo.

Kemudian, setelah itu setting berpindah pada suasana pasar yang

menjual barang-barang antik. Di sana divisualisasikan antara Ibnu Battutah dan penyamun terjadi cekcok karena keputusan Ibnu Battutah yang tetap memilih jalur Laut Merah sebagai jalan menuju ke Mekah karena baginya ini merupakan jalur terpendek menuju Mekah padahal penyamun selalu mengingatkan bahwa ada jalur aman yang dilewati oleh para rombongan

haji melewati Damaskus.4

Tidak menggubris pesan dari penyamun, Ibnu Battutahpun pergi menunggangi unta menuju Laut Merah dengan tekad dan keyakinan kuat bisa menemui Mekah melalui jalur yang ia pilih. Namun, sesampainya di Laut Merah, dengan raut muka yang sangat kecewa dari kejauhan Ibnu Battutah melihat banyak kapal-kapal laut yang menepi dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Kapal-kapal tersebut rusak parah akibat perang yang berlangsung dan menyebabkan lalulintas pelayaran tertunda. Seketika, Ibnu Battutahpun meminta ampun kepada Allah dan menyesali perbuatannya yang merasa sombong tidak mau mendengarkan saran orang lain. Ia meminta kepada-Nya agar bisa tetap sampai ke Mekah. Pada adegan ini, visualisasi dan narasi dibatasi hanya pada Ibnu Battutah.

4

Kota Damaskus merupakan salah satu kota yang dihuni tetua di dunia, selain Al-Fayyum dan Gaziantep. Populasinya saat ini diperkirakan sekitar 3.67 juta jiwa.

Sedangkan, hal lain sebagai pendukung cerita dapat dilihat dari aspek mise en adegan dan unsur sinematografi.

Tidak sampai beberapa menit terdengar suara unta dibelakangnya. Tidak disangka oleh Ibnu Battutah ternyata sang penyamun mengikuti perjalanannya ke Laut Merah. Penyamun tersebut menyarankan Ibnu Battutah agar melewati jalur yang umum dilewati oleh para kafilah haji, yakni Damaskus.

Shot berpindah ke Damaskus, di sana divisualisasikan Ibnu Battutah dan penyamun sedang melakukan percakapan. Penyamun mengembalikan upah jasa perjalanan kepada Ibnu Battutah dan minta dibelikan hewan kurban baginya untuk dipersembahkan kepada Allah. Ibnu Battutah mengajaknya bersama-sama ke Mekah, namun penyamun

menolaknya dan mengatakan suatu saat ia akan kesana Insya Allah.5

Penduduk Damaskus bersikap rendah hati. Orang asing yang memiliki maksud baik akan mendapatkan perlindungan yang selayaknya dari penduduk Damaskus. Mereka yang memiliki keterampilan tertentu akan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Bagi yang ingin mencari ilmu atau fokus dalam beribadah, mereka mendapat pelayanan

yang baik.6 Kemudian Ibnu Battutah bersama kafilah haji yang berjumlah

10.000 orang menyusuri perjalanan dengan satu tujuan, Mekah. Di antara mereka ada yang berprofesi sebagai arsitek, ahli fisika, penyair, dan juga peternak lebah.

5

Percakapan ini muncul pada durasi 25:39.

6

Ibnu Battutah, Rihlah Ibnu Battutah: Memoar Perjalanan Keliling Dunia di Abad Pertengahan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. 109.

Kemudian pada sekuen terakhir, ada satu tempat yang harus

mereka lalui yang dikenal sebagai “Lembah Neraka.” Dalam satu tahun,

lembah mendidih ini telah merenggut ribuan nyawa. Hal itu membuat para kafilah haji terpaksa melanjutkan perjalanan menuju Madinah tanpa istirahat. Dalam adegan ini terlihat beberapa orang meninggal dunia akibat dilanda demam tinggi karena suhu panas yang sangat menyengat melebihi gurun terkenal Sahara. Selama 40 hari perjalanan di padang pasir, membuat kondisi tubuh kafilah lemah. Begitu pula dengan Ibnu Battutah, tubuhnya dilanda demam. Tetapi ia bertekad tidak akan menyerah dan terus melanjutkan perjalanan walaupun dalam keadaan yang sangat lemah

sekalipun. Tidak lama kemudian terdengar seruan dari kejauhan “Aku

melihat Madinah.” Dari seorang penunjuk jalan yang menunggangi kuda dengan membawa tongkat dan terdapat bendera putih yang berada tepat diujung atas tongkat, itu menandakan bahwa suatu cara untuk menunjukkan kedamaian atau tidak keikutsertaan seseorang dalam peperangan. Dalam kondisi lemah, mendengar seruan tersebut Ibnu Battutah merasa seakan ada angin segar yang merasuki sela-sela jiwanya. Hal itu menuntunnya untuk melanjutkan kembali perjalanan menuju gerbang Madinah.

Dari paparan narasi di atas, dapat peneliti kaji bahwasannya mitos yang ingin dibangun di dalam narasi tersebut adalah melalui sosok Ibnu

Battutah. Melalui setting atau latar di mana adegan diambil, melalui narasi

pemain. Adapun penjelasan mitos secara lebih detail dapat dilihat pada tabel konvensi, denotasi dan konotasi.

Dokumen terkait