• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semiotik dalam Adegan “Perjalanan dari Kairo

BAB III GAMBARAN UMUM FILM JOURNEY TO MECCA

C. Semiotik dalam Adegan “Perjalanan dari Kairo

1. Tanda-tanda dan Kode

Di dalam sebuah film, kita pasti banyak ditampilkan tanda-tanda dan kode, terutama pada sebuah adegan. Tanda-tanda dan kode tersebut secara alami pasti memiliki makna tertentu. Akan tetapi makna yang akan terbentuk pastilah berbeda-beda pada setiap kode yang ditampilkan. Tanda dan kode tersebut merupakan hasil dari representasi dari kita sebagai peneliti. Tidak asal memberi asumsi dari makna pada kode yang ditampilkan dalam adegan, tapi sebagai peneliti harus membutuhkan pengetahuan seputar konvensi yang sudah berlaku sebelumnya dan dalam wilayah-wilayah tertentu.

Pada penelitian kali ini, peneliti mencoba mencari unsur tanda dan kode pada adegan perjalanan Ibnu Battutah dari Kairo dengan mengklasifikasikan tanda-tanda yang memiliki makna lain yang bersifat subjektif dan melekat pada suatu kata ataupun frase, atau yang disebut sebagai konotasi. Pada adegan ini hanya dipilih berdasarkan tingkat relevansinya dengan tujuan penelitian. Adapun denotasi dan konotasi pada adegan utama penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Denotasi dan Konotasi

Tabel 7.4.

Analisis Tanda Denotasi dan konotasi dalam skenario

Tanda Denotasi Tanda Konotasi dan Mitos

Kuda Salah satu hewan peliharaan yang telah memegang peranan

penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Dalam berbagai kebudayaan dianggap sebagai simbol kejantanan, kebebasan, kecerdasan, dan kekuatan.

Unta Mamalia yang sangat kuat dan tahan terhadap kondisi

lingkungan gurun pasir yang paling ganas sekalipun.

Hitam Warna yang identik dengan hal yang negatif yang dapat

menimbulkan persepsi orang berbeda-beda.

Putih Menunjukkan kedamaian, spiritualitas, kesederhanaan dan

kebersihan hati.

Mimpi Pengalaman alam bawah sadar atau gambaran aktifitas

kejadian yang terjadi pada saat seseorang tidur.

Shalat berjamaah Aktifitas di mana manusia bersama-sama meraih derajat

yang lebih tinggi di sisi Allah.

Padang Pasir Suatu daerah yang hanya menerima curah hujan yang sedikit

dan kelembapan udara yang sangat rendah.

Sorban Kesalehan yang disertai intensitas ibadah yang tinggi serta

keistimewaan dalam pribadi.

Haji Ajang berkumpulnya umat Islam dalam jumlah besar pada

waktu yang sama, di tempat yang sama, untuk melakukan hal yang sama, dengan pakaian yang sama, dengan tujuan yang sama, dan dengan seruan yang sama pula, yakni:

“Labbaikallahumma labbaik; labbaika la syarika laka

labbaik; innal-hamda wan-ni‟mata laka wal-mulka la

syarika lak.” Yang semuanya itu bermuara semata-mata

mengharapkan ridha Allah.

melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan.

Kafilah Rombongan haji berkendaraan unta di padang pasir.

Upah Imbalan yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau

sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan.

Demam Panas badan atau suhu tubuh yang lebih tinggi dari biasanya.

Ka‟bah Rumah suci sebagai pusat bagi manusia.

Kain Ihram Simbol bahwa sesungguhnya manusia diciptakan dengan

status yang sama yakni sebagai khalifah di bumi. Maka manusia dibebaskan dari status-status yang bersifat duniawi.

Berkurban Manifestasi dari rasa syukur seorang mukmin atas

pemberian rahmat dari Allah.

Bercukur atau tahallul Menanggalkan kesombongan yang menjadi seseorang tinggi hati dari orang lain.

Islam Iman keagamaan muslim yang percaya bahwa hanya ada

satu Tuhan, yaitu Allah. Allah lah yang menurunkan wahyu Al-Qur‟an kepada Muhammad.

Mekah Situs paling suci dalam Islam dan merupakan tujuan ibadah

haji.

b. Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Perjalanan Ibnu

Battutah dari Kairo Menuju mekah.” Tabel 8.4.

Ikon Mekah merupakan kota yang identik dengan sejarah Nabi Ibrahim yang membangun tempat ibadah pertama untuk umat Islam. Prosesi haji yang dilakukan Ibnu Battutah merupakan bentuk rasa cinta kepada Allah dan mengharapka ridha dari-Nya. Kain ihram yang melambangkan kesetaraan manusia. Kuda dan unta sebagai kendaraan perjalanan Ibnu Battutah. Serta padang pasir yang menjadi saksi bisu perjuangan Ibnu Battutah menuju Mekah.

Indeks Perkataan, ucapan yang memiliki unsur kausalitas terhadap sebuah peristiwa. Di dalam adegan ini khususnya telah terangkum dalam sebuah teks dalam percakapan maupun narasi. Terdapat beberapa indeks yang muncul dan cukup dominan pada adegan tersebut. Yang pertama terletak pada sikap yang tegas dari Ibnu Battutah yang senantiasa mempertahankan keputusannya untuk melewati jalur Laut Merah,

padahal sudah diperingatkan bahwa di sana sedang terjadi perang. Melihat keadaan yang tidak memungkinkan untuk melewati jalur

tersebut, kemudian ia mengucapkan : “Ampuni kebodohan hamba.

Ampuni kesombongan hamba. Izinkan hamba mencapai Mekah dan

berdiri di atas Jabal Rahmah (Gunung Arafat).”7 Setelah memanjatkan

doa, terdengar suara unta di belakangnya. Ternyata penyamun mengikuti perjalanan Ibnu Battutah, dan kemudian mengajaknya untuk melewati rute Damaskus. Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju Damaskus.

Simbol Tekad kuat dan keteguhan hati Ibnu Battutah melaksanakan ibadah haji dan menentukan jalur perjalanan sendiri yang diilhami dari mimpinya. Bergabungnya Ibnu Battutah dengan Kafilah haji. sikap tenang dan sabar sebagai simbol keteguhan. Serta Lembah Neraka, lembah ini setiap tahunnya merenggut ribuan nyawa, mendesak kafilah untuk melanjutkan perjalanan tanpa beristirahat.

2. Tabulasi Analisis Elemen Adegan

Sebelum masuk kepada penelitian elemen film, peneliti mencoba

memunculkan beberapa potongan shot yang berhubungan langsung dengan

pokok permasalahan dalam penelitian ini, berikut adalah visualisasinya: Tabel 9.4.

Visualisasi shot dari Adegan “Perjalanan dari Kairo” Visualisasi Verbal dan Non Verbal

Visualisasi Verbal dan Non verbal Interpretasi Simbolik

7

19:46

21:38

22:56

23:57

26:00

27:34

28:51

29:15

30:15

33:32

39:19

39:48

40:47

3. Analisis Narasi dan Simbolik Antara Adegan Utama dan Pendukung Pada Tabel 9.4.

Tabel di atas menunjukkan serangkaian adegan dan narasi yang masing-masing saling berhubungan. Peneliti akan menganalisis dari kacamata analisis film Cristian Metz. Banyak simbol yang mengandung makna tentang

sebuah perjuangan Jihad fi Sabilillah pada perjalanan panjang Ibnu Battutah

dari Kairo menuju Mekah.

Pada kolom pertama di baris pertama, potongan adegan di atas memperlihatkan Ibnu Battutah dan penyamun sedang melakukan perjalanan. Adegan ini menunjukkan perjuangan perjalanan rohani meninggalkan tanah kelahiran menuju tanah suci Mekah. Sutradara cukup apik memvisualisasikan sebuah perjalanan yang tampak seperti alami. Adegan ini diambil

menggunakan jarak kamera long shot yang bertujuan untuk menampilkan

kondisi sekitar. Potongan adegan kolom kedua baris pertama,

memvisualisasikan perjalanan menyebrangi sungai Nil menggunakan perahu bersama dengan penyamun. Adegan ini menunjukkan rasa bahagia setelah sekian lama berada di gurun pasir sehingga membuat perjalanan ini terasa nikmat. Ibnu Battutah menyampaikan rasa syukurnya dalam bentuk sajak sebagai berikut:

“Setelah beberapa bulan di padang gurun, kami akhirnya sampai di

sungai Nil. Melebihi dalam manisnya rasa dan khazanah yang terbentang di dasarnya. Ibu dari semua kota tiada tara dalam keindahan dan karunia sebuah keajaiban pengetahuan dan

pengalaman: Kairo.”

Adegan selanjutnya pada scane pendukung kedua kolom kedua.

sesampainya di Kairo Ibnu Battutah langsung menemui Ibnu Muzzafar dan menceritakan mimpi yang dialaminya. Bagi Ibnu Battutah, mimpinya seolah memberi petunjuk kepadanya untuk sesegera mungkin melakukan ibadah haji

ke Mekah walaupun jalur yang akan dilaluinya merupakan jalur yang paling jarang ditempuh oleh para kafilah haji. Berikut petikan yang dikatakan Ibnu Muzzafar:

“Kau harus mencapai tujuanmu jika kau ingin mengenali hikmah

orang-orang di sekitarmu. Nabi Muhammad saw, bersabda:

„Tuntutlah ilmu, sekalipun kau sampai ke negeri Cina.”8

Negeri Cina atau Tiongkok adalah negeri mahakarya tradisi, seni, dan budaya. Berkembang jauh sebelum kebudayaan Barat merambah dan mendominasi budaya masyarakat masa kini, negeri Cina telah lebih dulu dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Negeri ini melahirkan berbagai penemuan, mulai dari pengolahan masakan, pakaian, kertas, pengetahuan agama, budaya, dan filsafat. Keunggulanya mendapat pengakuan dari berbagai penjuru dunia, menembus dan melintasi batas-batas geografis, kultural dan agama. Untuk itu nabi Muhammad pernah menyatakan kekagumannya dengan mengatakan “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.”9

Demikianlah penjelasan mengenai hadist tersebut. Hadist tersebut kemudian menginspirasi Ibnu Battutah untuk meneruskan perjalanannya menjelajahi negeri-negeri Muslim lainnya.

Adegan pendukung selanjutnya adalah Ibnu Battutah sedang melakukan percakapan dengan penyamun. Adegan ini memperlihatkan upaya penyamun mengingatkan Ibnu Battutah agar tidak melewati Laut merah, karena pada saat itu sedang terjadi perang di sana. Namun Ibnu Battutah teguh pada pendirian memilih untuk melewati jalurnya dan melanjutkan perjalanan seorang diri. Dalam percakapannya ia mengatakan:

8

Percakapan dapat dilihat pada durasi 20:04 sampai 12:34.

9

“Haji tak bisa menunggu! Aku akan menyebrangi Laut Merah! Aku

sudah membuat keputusan.”

Adegan selanjutnya memvisualisasikan keadaan di Laut Merah. Benar saja apa yang dikatakan oleh penyamun, sedang terjadi perang di Laut Merah. Sesampainya di sana, dengan raut muka yang sangat kecewa dari kejauhan Ibnu Battutah melihat banyak kapal-kapal laut yang menepi dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Kapal-kapal tersebut rusak parah akibat perang yang berlangsung dan menyebabkan lalulintas pelayaran tertunda. Seketika, Ibnu Battutahpun meminta ampun kepada Allah dan menyesali perbuatannya yang merasa sombong tidak mau mendengarkan saran orang lain. Ia kemudian meminta kepada-Nya agar bisa tetap sampai ke Mekah. Hal ini menandakan bahwa Allah menguji ketetapan hati orang beriman dengan banyak cara, di antaranya memberi mereka permasalahan pada waktu-waktu tertentu atau membuat mereka mengalami penderitaan. Diterangkan pula dalam surat Al-Baqarah [02]: 155 yang berbunyi:

                        

Dan sesungguhnya kami akan mengujimu dengan suatu cobaan, seperti

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Namun

gembiralah orang-orang yang sabar.”

Adegan pendukung selanjutnya, memperlihatkan Ibnu Battutah sedang memeluk penyamun. Secara denotasi, adegan ini menandakan sebuah perwujudan dari kepedulian tulus dan sederhana antar sahabat.

Adegan selanjutnya berpindah setting ke padang gurun, menampilkan Ibnu Battutah yang sedang memulai perjalanan dari Damaskus bersama kafilah haji. Di antara mereka ada yang berprofesi sebagai arsitek, ahli fisika, penyair, dan juga peternak lebah. Adegan ini menunjukkan bahwa dalam memenuhi panggilan Allah, status sosial bukan lagi menjadi penghalang dalam perjalanan.

Adegan selanjutnya memperlihatkan keadaan perjalanan dalam cuaca

ekstrim. Ada satu tempat yang harus dilalui yang dikenal sebagai “Lembah

Neraka.” Dalam satu tahun, lembah mendidih ini telah merenggut ribuan nyawa. Karena keadanaan wilayah tersebut yang tidak memungkinkan untuk beristirahat, mendesak para kafilah untuk menuju Madinah tanpa beristirahat. Karena alasan itu, di sana Ibnu Battutah kelelahan dan mengalami demam. Walaupun demikian, ia tetap tidak menyerah dan melanjutkan perjalananya

itu. Hal inilah yang kemudian dilihat sebagai sebuah perjuangan Jihad fi

Sabilillah betapa perjalanan ke Mekah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang luar biasa panasnya.

Adegan selanjutnya memperlihatkan di mana Ibnu Battutah dan para kafilah sedang melaksanakan shalat berjamaah. Adegan ini memberi makna bahwa shalat merupakan lambang kekuatan dan kesatuan umat, serta merupakan simbol terpenting dari perilaku dalam menjaga keberadaan dan

keharmonisan ukhuwwah islamiyah.

Adegan selanjutnya berpindah setting ke Masjidil Haram. Adegan ini

memperlihatkan mimik Ibnu Battutah yang terkesima melihat apa yang diimpikannya berada di depan mata. Impian yang telah lama didoakan selama

hidupnya, Ka‟bah yang suci. Mempertontonkan keadaan Masjidil Haram yang dipenuhi sesak oleh para jamaah haji yang sedang melakukan tawaf (bergerak mengelilingi Ka‟bah sebanyak 7 kali), jamaah tersebut berasal dari berbagai penjuru yang berjumlah ribuan bahkan jutaan manusia dalam satu tempat. Di mana tawaf bermakna bahwa gerak hidup setiap manusia bukanlah sekedar untuk hidup itu sendiri, melainkan segala gerak hidup itu terjadi dan menuju kepada Allah. Allah lah sebagai pusat pusaran gerak manusia.

Adegan selanjutnya memperlihatkan Ibnu Battutah sedang membeli sekawanan domba untuk dikurbankan kepada orang miskin. Hal itu karena ia memngingat jasa penyamun yang membimbingnya dalam perjalanan.

Adegan selanjutnya mencukur rambut atau tahallul. Hal ini

menandakan bahwasannya keluar dari keadaan ihram karena telah selesai

melaksanakan amalan haji. Tahallul ditandai dengan mencukur rambut,

minimal 3 helai. Hal ini bermakna, menanggalkan kesombongan yang menjadi seseorang tinggi hati dari orang lain.

Adegan selanjutnya memperlihatkan Ibnu Battutah bersama dengan para kafilah sedang dalam perjalanan meninggalkan Mekah. Namun, bukan Tangier tujuan selanjutnya setelah berhaji. Ia teringat oleh kata-kata Ibnu

Muzzafar yang pernah mengatakan “Tuntutlah ilmu sekalipun kau sampai ke

negeri Cina.” Kata-kata itulah yang kemudian menginspirasi Ibnu Battutah

untuk terus mengemban ilmu hingga ke lebih dari 40 negara. Tabel 10.4.

Analisis Adegan Utama Melalui Tabulasi Analisis Film Stave Campsall

No Elemen Temuan Analisis

1. Mise En Scene What:

merupakan suku penduduk asli yang mendiami wilayah Afrika Utara. Dalam film ini, kostum yang dikenakan oleh Ibnu Battutah merupakan pakaian khas

Maroko, yakni burnoose atau selham. Jenis pakaian ini, merupakan pakaian

luar sebagai pelngkap penampilan kaum laki-laki yang bertujuan sebagai pelindung dingin. Kostum yang dikenakan oleh Ibnu Battutah seperti jubah dan sorban yang dikenakannya itu, serta jenggot yang merupakan representasi dari simbol keagungan seorang manusia pemberani, kuat, hebat, dan memiliki solidaritas tinggi.

Penyamun yang idealnya menjadi sosok yang jahat dan kejam, dalam film ini diperankan berbeda. Ia diperankan sebagai sosok heroik yang menemani Ibnu Battutah dalam perjalanan. Padang pasir yang tandus, kuda dan unta yang menjadi kendaraan saat berada di padang pasir. Dan sorban yang digunakan untuk menutup setengah wajahnya dari hidung sampai dagu, bertujuan untuk melindungi wajah dari panas pasir gurun yang bertebaran.

Perang di Laut Merah terjadi akibat perang Byzantium pada waktu itu, menyebabkan lalu lintas penyebrangan tidak berjalan.

What Effect:

Effect yang muncul dalam adegan ini yaitu shot on location yang menggunakan lokasi langsung seperti padang pasir, sungai Nil, Masjidil Haram, dan lain-lain. Penggunaan lokasi ini bertujuan untuk memunculkan

aspek realism dalam film. Cahaya yang dihasilkan pada adegan ini

menggunakan cahaya natural yang berasal dari matahari. What Meaning:

Sistem makna yang ditampilkan adalah melalui pendekatan denotasi dan konotasi. Denotasi yang muncul dalam adegan ini yaitu, hitam, putih, haji, shalat berjamaah, perang, kuda, bercukur. Adapun penjelasan makna konotasi dan denotasi pada adegan sudah dijelaskan di atas.

How:

Dalam membangun aspek mise en scene yang relevan dengan narasi

film pada adegan ini sutradara berfokus pada aspek setting dan pemain, di

mana melalui property yang dimunculkan dalam adegan ini dapat

membangun mood penonton.

Purpose:

Tujuan sutradara menampilkan adegan ini nampaknya adalah untuk memvisualisasikan sosok Ibnu Battutah dengan berbagai atributnya, membangun karakter pemain, dan yang terrpenting adalah untuk merepresentasikan sejarah tokoh terkenal pada masanya.

2. Editing Unsur editing yang digunakan adalah cut, di mana cut ini merupakan

transisi dari shot satu ke shot lainnya secara langsung yang menimbulkan

editing kontinu pada suatu rangkaian adegan dialog atau aksi pada umumnya. Ada beberapa aspek yang diperhatikan peneliti dalam melakukan teknik editing, yaitu aspek kontinuitas grafik, aspek ritmik, aspek spasial dan

aspek temporal. Namun, pada scene ini menggunakan tempo editing yang

cepat dengan durasi shot yang hanya beberapa detik.

3. Shot Types Dalam adegan ini terdapat beberapa shot, di antaranya: Pertama, medium shot. Medium shot digunakan ketika Ibnu Battutah melakukan percakapan dengan Ibnu Muzzafar. Di tempat lain diperlihatkan pula ketika

Long shot digunakan pada saat memperlihatkan keadaan Laut Merah pasca perang, selain itu memperlihatkan adegan di mana Ibnu Battutah sedang melakukan perjalanan bersama penyamun.

Ketiga adalah cloce up. Close up digunakan ketika Ibnu Battutah sampai

di Laut merah dan melihat keadaan porak poranda di hadapannya. Adegan

ini memperlihatkan mimik kekecewaan Ibnu Battutah. Kemudian Exreme

long shot. Extreme long shot digunakan pada saat prosesi haji dilaksanakan secara menyeluruh, selain itu pada saat selesainya berhaji memperlihatkan Ibnu Battutah dan para kafilah melanjutkan perjalanan. Dan kemudian exreme long shot juga digunakan untuk memperlihatkan medan perjalanan yang ditempuh Ibnu Battutah di Padang Gurun.

4. Camera Angle Sudut kamera. Tipe sudut.

Tipe sudut kamera yang tampak pada adegan ini adalah tipe high angle, di

mana objek diperlihatkan tampak lebih kecil daripada setting. Hal ini

memunculkan kesan bahwa seseorang terlihat rendah, kecil, kehilangan dominasi, lemah, dan terintimidasi.

Kemiringan.

Dalam adegan ini, teknik kemiringan kamera tidak digunakan. Hal ini bisa menimbulkan makna bahwa narasi dan kisah dalam adegan ini masih stabil. Ketinggian.

Dalam adegan ini, ketinggian kamera digunakan oleh sutradara untuk mempelihatkan medan perjalanan yang rumit Ibnu Battutah dan para kafilah haji pada saat di padang gurun.

5. Camera

Movement

Pergerakan kamera pada adegan ini didominasi oleh teknik panning dan

tilting. Teknik penning digunakan dengan cara menggeser kamera ke kanan ataupun ke kiri, dengan maksud melihat objek lain yang berada di sisi kanan

atau sisi kiri objek. Sedangkan teknik tilting digunakan dengan cara

menggerakan kamera secara vertikal, gerakannya mendongak ke atas (tilt up)

atau menunduk ke bawah (tilt down). Teknik penning tampak ketika prosesi

haji berlangsug, yakni ketika para jamaah sedang melakukan tawaf.

Sedangkan teknik tilting tampak ketika Ibnu Battutah dalam perjalanan dari

Damaskus bersama para kafilah haji.

6. Lighting Ada beberapa aspek yang harus dilihat dalam menjelaskan lighting, di antaranya:

1. Kualitas

Kualitas cahaya yang ditampilkan pada adegan ini adalah soft light

atau dengan kata lain disebut sebagai cahaya lembut yang cenderung menyebarkan cahaya sehingga menghasilkan bayangan yang tipis.

2. Arah Pencahayaan

Arah pencahayaan pada adegan ini adalah frontal lighting, di mana

sutradara ingin menghapus bayangan dan menegaskan bentuk sebuah objek atau wajah karakter dari objek tampak jelas.

3. Sumber Cahaya

Sumber cahaya dalam adegan ini menggunakan key light, dimana

sumber cahaya utama dan paling kuat menghasilkan cahaya. Adapun cahaya utama yang digunakan dalam adegan ini adalah cahaya matahari.

7. Dieges and Sound

Suara yang digunakan dalam adegan ini adalah tipe suara dieges sound.

Tipe ini memberi pemahaman bahwa sumber suara berasal langsung dari

objeknya. Selain itu terdapat tipe suara non dieges sound, yaitu suara musik

yang mengilustrasikan suatu kondisi semangat, di mana terdapat dalam adegan ketika Ibnu Battutah dan kafilah memulai perjalanan dari Damaskus. 8. Visual Effect /

SFX

Tidak terdapat visual effek dalam film ini. Hal ini menandakan bahwa film ini merupakan jenis film yang tidak banyak diintervensi unsur teknologi komputer.

9. Narrative Secara singkat jenis narasi ini menggunakan pola narasi linier, di mana waktu berjalan sesuai dengan urutan aksi peristiwa tanpa adanya interupsi waktu yang signifikan.

10. Genre Film ini bergenre dramatic adventure atau dokumenter. Sutradara ingin menampilkan perjalanan dramatis seorang tokoh yang sudah melakukan sebuah perjalanan besar dan sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas. 11. Iconoghraphy Ikonografi merupakan sebuah system yang mendukung genre.

Ikonografi dalam film ini di antaranya adalah padang pasir, Damaskus, mekah, kain ihram, sorban, pakaian, unta, kuda, dan kafilah haji. hal ini yang mendukung perjuangan Ibnu Battutah dalam perjalanannya menuju Mekah. 12. The Star System Sutradara memilih bintang film Chems Eddine Zinoun sebagai pemeran

Ibnu Battutah karena dinilai ia memiliki karakter kuat dalam memerankan tokoh tersebut.

13. Realism Realitas yang dibangun dalam adegan ini cukup apik dan relevan dengan kondisi sosial pada waktu itu. Dengan penggunaan layar IMAX,

menciptakan mood efektif bagi penonton karena dikemas dengan unsur mise

en scene yang membuat perjalanan berbahaya seperti melintasi gurun sahara, pegunungan, dan sungai nil, serta kafilah haji yang jumlahnya ribuan seolah menjadi nyata.

4. Konvensi

Penjelasan mengenai konvensi, sebetulnya sudah tertera dalam elemen di bagian akhir. Namun, untuk mempermudah penelitian, berikut unsur konvensi yang lebih detail.

Tabel 11.4.

Tanda-tanda Simbolik Pemain Konvensi

Cara mempertahankan

argument.

Ibnu Battutah Bersikap dan bertutur baiksudah

budaya positif yang membawa seseorang bisa diangkat derajatnya di mata manusia dan di mata Tuhan.

Berserah diri kepada Allah ketika mengalami kesusahan.

Ibnu Battutah Menyandarkan diri dan takdir dengan

sungguh-sungguh kepada Allah

merupakan ciri khusus yang dimiliki orang mukmin. Orang mukmin, yakni manusia yang memiliki sisi keimanan yang mendalam serta mampu melihat

kekuasaan Allah. Karena Allah

menciptakan semua peristiwa dengan

tujuan ilahiyah.

Cara berterima kasih kepada orang lain.

Ibnu Battutah Manifestasi terkait hubungannya dengan

Dokumen terkait