• Tidak ada hasil yang ditemukan

P.NASDEM ( ROBERTH ROUW): Terima kasih

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 24-42)

Pak Roberth Rouw.

F-P.NASDEM ( ROBERTH ROUW): Terima kasih.

Pimpinan Komisi V yang saya hormati,

Teman-teman Komisi V yang saya hormati dan saya banggakan.

Ibu Sekretaris Jenderal Menteri PUPR dan para Dirjen dan Eselon I yang hadir pada siang hari ini yang saya hormati dan saya banggakan.

Saya tidak terlalu banyak. Yang pertama tentang saya masuk ke BPIW melihat total anggaran dari BPIW sekitar Rp83,3 Miliar. Ini pagu yang cukup besar dari dalam bidang pengolahan pagu ini, saya ingin supaya benar-benar manfaatnya itu dirasakan oleh daerah.

Yang pertama mungkin kita tahu bahwa di daerah kami itu pembangunan sekarang sudah dibagi, ada wilayah-wilayah adat ya. Maka

saya kira fokus pembangunan wilayah adat yang ada di dalam ini. Yaitu ada wilayah adat Kelapago, Dungberai, terus lagi ada lagi daerah pengembangan pariwisata baru ya? Biak ya itu Teluk Cendrawasih dan ada lagi PKN di Jayapura. Boleh saya ingin tahu berapa besar alokasi anggaran untuk itu? Baik yang mungkin nanti akan dirumuskan karena sebagai perwakilan dari sana mungkin saya bisa tahu berapa pagu yang dilalokasikan. Agar saya bisa memberikan masukan kepada daerah yang saya duduk menjadi wakilnya pada wilayah tersebut.

Yang berikut mungkin saya ke BPSDM, nah ini saya lihat saya tadi saya cukup menarik ya, apa yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal. Yang pertama ada Politeknik PU ya mungkin saya minta penjelasan siapa dan prosedur apa yang bisa dilalui untuk masuk di dalam mengikuti program ini dan apakah penerimaan tahun khusus 2020 ada keterwakilan dari anak-anak kami dari Papua itu berapa kira-kira? Dan untuk 2021 ke depan kira-kira ada nggak kami dialokasikan untuk ikut di dalam Politeknik itu?

Yang berikut saya juga lihat tadi ada program khusus kuliah ya di UGM, di apa di ITB Bandung ya, khusus itu PNS ya di lingkungan Kementerian PUPR. Ini saya kira yang harus sebagai perwakilan dari Papua ini menjadi sorotan penting terhadap pemerintah dari khususnya masyarakat kami yang ada di Papua. Selalu seakan-akan anak-anak Papua itu tidak bisa bersaing keluar. Saya titip ini agar tolong baru saja kemarin saya terima kasih kepada Bapak Menteri bahwa Kepala Balai Jalan Besar kita di Papua itu anak Papua sekarang yang tadinya tidak, dan Ini baru diangkat ya.

Baru diangkat dan nah saya terima kasih beliau langsung kontak saya kemarin untuk berkoordinasi. Yang selama ini Kepala Balai yang lama tidak pernah. Karena ini anak Papua dia selalu dia telepon “Kakak saya sudah diangkat, saya minta kakak untuk ikut saya dalam kunjungan untuk melihat daerah-daerah yang perlu kami usulkan untuk menjadi perhatian pemerintah pusat”.

Ini penting ya dan saya sampaikan untuk bapak ibu khusus untuk teman-teman dari BPSDM ini untuk tolong dibina anak-anak kami, adik-adik kami untuk bisa. Jangan cuma diberikan ini di Papua, tapi kalau bisa kemarin kan kami itu Kepala Balainya kan dari luar, dari Sumatera Utara.

Nah mungkin nanti ke depan Kepala Balai di Sumatera Utara dari Papua juga gitu. Agar mereka merasakan memiliki negara republik ini, jangan cuma memiliki Papua tok. Nanti kerasa memiliki itu melebihi akhirnya mau merdeka, karena itu. Lebih bagus dia ingin memiliki republik ini ya itu dia bisa menempatkan diri ditempatkan di Sumatera Utara, di Kalimantan, di Jawa Barat, Jawa Timur, diberikan yang sama posisi itu ya.

Baru Wamen, baru juga baru dikasih sekarang toh ya. Kasihlah jadi Menteri ya kan kalau mau ya kan. Nah sudah itu, itu politik, itu bicara politik, tapi kita bicara SDM ini belum, belum ada. Belum ada saya lihat satu ya Kepala Dinas ya Dirjen belum kelihatan, ini harus diberikan. Nah agar kami emrasa memiliki republik ini secara utuh. Jangan cuma memiliki republik ini

bagian Papua tok, akhirnya kami mau itu saja ya. Ini yang saya ingin garisbawahi.

Saya kira itu yang saya ingin supaya kita membangun dan kita ingin supaya semua merasa memiliki Negara Kesatuan Republik Indonesia ini secara utuh. Ya sekali lagi atas perhatian teman-teman sekaligus kepada Pimpinan saya ucapkan terima kasih dan saya kembalikan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (Ir. RIDWAN BAE) :

Pak Roberth Rouw. Saya ke Pak Roberth Rouw saya seru kalau dia bertanya.

Berikutnya Pak Suryadi Jaya Purnama.

F-PKS (H. SURYADI JAYA PURNAMA, S.T.): Terima kasih Pak Ketua.

Rekan-rekan Pimpinan dan Anggota Komisi V, Bapak Direktur, Bu Dirjen,

Pak Irjen yang saya banggakan beserta seluruh jajaran.

Beberapa hal yang mungkin perlu kami sampaikan. Pertama terkait dengan anggaran, saya kira keempat unit kerja di lingkup PUPR ini yang kebetulan hadir pada pagi hari ini, sesungguhnya merupakan supporting system dan banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya rutin ya. Hanya beberapa kegiatan yang katakanlah insidentil gitu sesuai dengan kebutuhan tahun ini. Tapi sebagian besarnya merupakan kegiatan rutin, karenanya saya tidak terlalu masuk ke angka-angka itu. Karena sudah ada formulanya begitu.

Yang kedua beberapa hal yang ingin kami soroti pertama tadi dari Irjen ada apa namanya Inspektur VI apa V pak yang baru? Investigasi ya, nah ini kita perlu penjelasan tentang mekanisme kerja terutama mengakomodir saran masukan dari pemangku kepentingan.

Nah pemangku kepentingan yang menurut saya paling penting di beliau-beliau adalah Komisi V gitu kan. Nah karena ketika kita reses kita selain menyerap aspirasi, kita juga dalam rangka melakukan pengawasan. Nah tentu kami tidak detail, tetapi ada informasi awal yang bisa kita dapatkan dari masyarakat terutama di lokasi-lokasi pelaksanaan kegiatan itu.

Nah bagaimana mekanisme kita untuk katakanlah menyampaikan agar bisa dilakukan investigasi. Supaya pengawasan kita menjadi lebih efektif gitu, walaupun saya tahu bahwa Irjen ini adalah sifatnya pengawasan internal. Tetapi dalam konteks kemitraan saya kira DPR masuk di dalam pemangku kepentingan yang barangkali mungkin paling penting diantara pemangku

yang lain ya dalam konteks kita bermitra ini gitu. Jadi mungkin ini yang terkait dengan Irjen.

Kemudian yang selanjutnya ini Pak Hadi ya tentang perencanaan saya perlu dapat penjelasan lebih detail tentang indeks-indeks yang digunakan di dalam merumuskan kebijakan infrastruktur wilayah, karena kan karakteristik kita ini sangat berbeda. Tadi sudah dibagi menjadi 3 wilayah ya ada wilayah Sumatera, Kalimantan kemudian Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur begitu. Tentu indeksnya berbeda kita khawatir kalau ini diseragamkan maka yang selalu nilainya tinggi untuk jadi prioritas adalah Jawa dan sekitarnya gitu.

Nah bagaimana ini mungkin saya belum dapat penjelasan detail agar keadilan pembangunan infrastruktur itu lebih proporsional bukan berdasarkan kepadatan penduduk. Tetapi juga ada aspek-aspek lain misalnya konektivitas, jumlah pulau dan seterusnya gitu ya, kontur geografi dan lain sebagainya, termasuk juga potensi bencana.

Nah ini yang mungkin selama ini karena indeks-indeks dalam menentukan prioritas itu tidak berbeda sehingga selalu yang jadi prioritas adalah daerah-daerah sekitar Jakarta dan sekitarnya begitu ya. Jadi ini mungkin yang pertama supaya apa namanya kesenjangan wilayah itu menjadi kita bisa kurangi bahkan tidak sama sekali.

Yang terakhir untuk Badan Pengembangan SDM ini pak, tadi ada kegiatan-kegiatan yang reguler dan non-reguler ada pendidikan dan ada juga pelatihan. Kita perlu tahu mekanisme rekruitmen tadi tentang apa namanya Politeknik sudah ditanyakan. Tapi yang sifatnya pelatihan ini kita perlu tahu mekanisme rekruitmennya seperti apa ya. Karena jangan-jangan juga nanti tertumpuk sebagaimana kerja sama dalam perguruan tinggi di Jawa semuanya.

Jadi supaya ini juga disebar di setiap daerah-daerah karenanya kita perlu transparansi dalam pola rekruitmen agar kami juga bisa mensosialisasikan program bapak kepada di daerah pemilihan masing-masing dan kita juga bisa mengawasi begitu. Jadi ini.

Lalu yang berikutnya kerja sama dengan perguruan tinggi negeri. Nah ini yang masih nyambung dengan apa yang saya sampaikan sebelumnya, semuanya perguruan tinggi yang ada di Jawa. Nah oleh karena itu saya usul saya kebetulan juga alumni Fakultas Teknik Sipil di Universitas Mataram. Saya mengusulkan Universitas Mataram khususnya Fakultas Teknik juga bisa menjadi Mitra PUPR bidang pengembangan SDM ini untuk menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan apakah itu pendidikan maupun kepelatihan, termasuk juga S2 super spesialis tadi ya.

Barangkali itu Pak Ketua, adapun terkait dengan angka-angka anggaran karena ini juga kegiatan rutin jadi tidak banyak yang bisa kita apa namanya kritisi karena itu sudah ada formula yang relatif sudah baku begitu.

Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh. KETUA RAPAT (Ir. RIDWAN BAE) :

Terima kasih Pak Suryadi. Pak Rifqi.

F-PDIP (H.M. RIFQINIZAMY KARSAYUDA): Terima kasih Pimpinan.

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh.

Pimpinan dan Anggota Komisi V yang saya hormati dan muliakan,

Para Pejabat Eselon I Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang pada kesempatan hari ini berhadir bersama-sama kita.

Ada beberapa masukan bapak ibu sekalian yang saya sampaikan kepada bapak ibu. Pertama kepada profanitas Sekjen Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat, tadi ada satu nomenklatur anggaran terkait dengan sosialisasi peraturan perundang-undangan di Kesekertariatan Jenderal. Saya kira ini tolong nanti di-exercise sedemikian rupa agar setiap Anggota Komisi V di Dapil masing-masing punya kesempatan melakukan kegiatan sosialisasi peraturan perundang-undangan.

Terutama undang-undang yang terkait dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Ini penting untuk kami nanti bersosialisasi dengan stakeholders di daerah pemilihan kami masing-masing. Termasuk juga silaturahmi dengan rekan-rekan Pejabat Kementerian PUPR di daerah kami. Ini bisa kita sinkronkan nanti pada berbagai kegiatan baik reses maupun non-reses di tempat kami. Kami tunggu laporannya untuk exercisement kegiatan dan anggaran untuk sosialisasi ini.

Yang kedua Bapak Inspektur Jenderal Permen PU terkait dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan jasa konstruksi pak tahun 2020 itu banyak menuai kritik, terutama dari pihak swasta penyelenggara pekerjaan. Karena ada kecenderungan sebagaimana pengawasan kami tahun 2020 ini, para apa namanya pelaksana pekerjaan itu cenderung jor-joran untuk menurunkan harga pada saat lelang atau pengadaan pekerjaan di BP2JK di setiap provinsi.

Ada yang sampai 30%, 25%, 20% Inspektorat Jenderal saya kira perlu untuk melakukan cross check di lapangan, bagaimana kualitas baik proses maupun output dan outcome dari kerja ini. Kita semua sekarang berasumsi kok bisa orang nawar sampai 30%.

Berarti memang harga perkiraan sementaranya bermasalah gitu dan ini sudah kacau di mana-mana dan saya kira dari pada ini jadi spekulasi yang

tidak perlu. Biarlah Irjen nanti yang turun untuk mengecek ini sehingga kemudian kita sampai pada satu kesimpulan berbasis data dan pengawasan. Seberapa bisa kita pertanggungjawabkan kualitas proses dan kualitas kerja dari para, baik para penyelenggara lelangnya di BP2JK maupun dalam konteks penyelenggaraan pekerjaannya dalam hal ini adalah para pihak ketiga itu.

Saya tidak terlalu tertarik berdebat soal konstruksi hukum Permen itu, karena sejak awal Permen itu dimunculkan banyak sekali yang protes bagi saya biar saja kita buktikan dulu di lapangan 1 tahun ini. Bagaimana kualitas hasil pekerjaan pasca Permen itu diterbitkan dan saya pikir Pak Irjen harus objektif mengeluarkan hasil pengawasan yang terkait dengan hal ini. Agar kita semua bisa juga lebih objektif menilai pola seperti apa yang lebih baik untuk kita terapkan ke depan.

Yang kedua Inspektorat VI bidang investigasi, saya kira kami perlu mendapatkan penjelasan lebih lanjut pak. Agar mungkin juga beberapa hasil-hasil serapan aspirasi kami di lapangan, itu nanti bisa berkomunikasi dengan Inspektur VI ini Inspektur yang bersangkutan.

Yang ketiga di BPIW, saya daerah pemilihan Kalimantan Selatan pak, masuk di dalam wilayah satu karena wilayah I itu Sulawesi dan Kalimantan. Saya mau bicara 3 eh Sumatera dan Kalimantan. Ustad langsung protes pak karena sama-sama wilayah I.

Saya terima kasih karena rencana pengembangan kawasan Banjar Bakula di 5 kabupaten kota di Kalimantan Selatan masuk pak. Kemudian di sebelah kami juga ada food estate di Kalimantan Tengah. Food estate ini saya mohon pak tidak hanya berfokus di soal bagaimana kita mengembangkan wilayah setempat, terutama 2 Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas itu sebagai lumbung ketahanan pangan nasional. Tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana konektifitas dari dua tempat itu, agar kemudian hasil-hasil pangan nanti yang dihasil-hasilkan dari situ bisa dibawa dengan cukup mudah dan baik.

Di hadapan Pak Menteri kemarin saya katakan Kapuas dan Pulang Pisau itu Pak Sugi tahu betul karena dulu wilayah beliau, itu tidak punya pelabuhan besar di situ. Bawanya ke Banjarmasin ke Trisakti, jaraknya 100 KM lebih, nah itu tentu tidak efisien.

Nah karena itu tolong kawasan ini di-exercises pak sampai luasnya ke Kalimantan Selatan. Misalnya bagaimana Kecamatan Dadahup di Kuala Kapuas yang cuma terpisah dengan sungai dengan kecamatan tabukan di kabupaten Barito Kuala itu bisa kita connect-kan. Baik melalui jembatan melalui atau melalui yang lain.

Kemarin di hadapan Menteri Perhubungan juga saya bilang kalau belum ada dana jembatan paling tidak dermaganya kita mapankan dulu. Nanti di situ bisa Feri dulu lewat gitu, lalu jalannya kita perbaiki. Karena akses-akses ini penting agar kemudian food estate ini tidak sia-sia. Jangan sampai

kita berhasil menanam hasilnya bagus tapi cara skala ekonomisnya tidak masuk. Mau bawa ke Kalimantan Timur pak ke IKN, itu mau tidak mau harus lewat provinsi saya di Kalimantan Selatan. Karena itu pengembangan food estate ini harus satu keterpaduan dengan pengembangan IKN yang juga sekarang bapak sudah bikin rencana induknya di BPIW.

Begitu pula dengan Kawasan Ekonomi Khusus Mekar Putih di Kabupaten Kota Baru Kalimantan Selatan pak yang tadi belum masuk. Itu adalah salah satu kawasan penyangga Ibu kota negara dalam konteks kita ingin mengembangkan kawasan-kawasan industri ke depan. Kita ini berpikir 20-30 tahun kedepan.

Dulu tahun 70-an 60 akhir 70-an Pemerintah Orde Baru bikin kawasan industri di Cikampek pak, dianggap Cikampek itu strategis dulu bikin kawasan industri. Belakangan sekarang kita koreksi karena di situ dengan pelabuhan jauh. Kemudian sumber-sumber alam untuk kemudian men-support kawasan industri tidak ada, ngambil gas alamnya saja jauh. Nah karena itu mohon izin BPIW juga harus berpikir tidak hanya dalam konteks infrastruktur. Tapi dalam konteks supporting-supporting system dalam konteks pengembangan infrastruktur juga harus dipikirkan.

Di Mekar Putih itu pak punya potensi gas alam yang tidak terlalu jauh dari situ. Kemudian draftnya untuk Pelabuhan itu paling dalam di Alki 2 di Selat Sulawesi dan seterusnya. Ini saya menyarankan saja karena kita melihat Indonesia ini nggak boleh cuma 10 tahun-20 tahun kedepan. Kita harus melihat jangka panjang.

Sekali lagi kasus Cikampek itu menurut saya itu dalam tanda kutip kita sekarang harus menginvestasikan triliiunan rupiah di Cikampek. Kita bangun tol atas bawah hanya untuk memudahkan arus barang dan orang dari sana. Karena bagaimanapun sudah terlanjur ada industri-industri strategis yang dibangun di kawasan itu.

Terakhir Bapak Kepala BPSDM kalau sudah ada Politeknik PU di Semarang, izinkanlah Politeknik Rawa yang sudah lama dibuatkan TAWAW-nya dibuatkan rencana strategis DED-TAWAW-nya itu dikabulkan di Kalsel, tanah sudah disiapkan oleh Pak Gubernur Pak 20 Hektar tinggal kapan Bapak berkenan menerimanya.

Saya sudah komunikasi dengan Pak Gubernur dan sudah saya bawa langsung Kepala Balai Diklat kemarin menghadap Pak Gubernur Pak, mungkin sudah lapor ke Bapak. S2 atau magister super spesialis di Kalimantan juga belum ada. Izinkan Universitas Lambung Mangkurat untuk juga bisa berkenan menjadi bagian dari itu semua. ULM ini akreditasinya A Pak dan terbaik di Kalimantan.

Wabillaahittaufik Walhidayah, Warridho Walinayah,

Wallaahulmuafik illa aqwamittoriq,

KETUA RAPAT (Ir. RIDWAN BAE) :

Lengkap sekali, terima kasih Pak Rifqi. Pak Syahrul Aidi silakan.

F-PKS (H. SYAHRUL AIDI MAAZAT, Lc.,M.A.): Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Terima kasih Pak Ketua.

Pimpinan dan Anggota Komisi V yang saya hormati,

Bapak Ibu dari Kementerian PUPR yang saya tidak sebutkan satu persatu, Eselon I dan para Pejabat yang hadir pada kesempatan ini.

Terima kasih tadi sebagaimana yang disampaikan oleh teman-teman bahwasanya anggaran dari Eselon I ini yang sifatnya internal dan sudah baku sudah ada rumus-rumusnya, cuma langsung saja saya mungkin ke BPIW. Tadi ketika melihat daftar pengembangan wilayah tahun 2021, itu Riau tidak masuk dalam catatan bapak. Kebetulan saya pak, Syahrul Aidi dari Dapil Riau II, satu-satunya Anggota Komisi V dari Riau ini. Saya ingin menyampaikan kepada bapak bahwasanya posisi Riau itu sangat strategis pak. Maka sayang kalau tidak masuk dalam pengembangan infrastruktur wilayahnya.

Hari Sabtu kemarin saya ke Dumai pak, Dumai itu adalah kawasan industri yang sangat strategis sekali. Kalau sekarang bahwa Riau menyumbang devisa negara yang cukup besar, baik itu Migas ataupun CPO maka salah satu pelabuhan terbesarnya itu adalah Dumai.

Ada sebuah jalan yang dipakai oleh mobil-mobil industri itu yang telah menyebabkan kematian setiap tahun itu 16 orang, namanya Jalan Purnama dan Kota Dumai sudah menyiapkan alternatif jalan yang akan dilalui oleh mobil industri dan sudah mulai dibangun oleh Kota Dumai itu tetapi mereka tak kuat.

Panjang jalan itu 22 Kilo dan ini yang saya selalu sebutkan bahwasanya sedih sekali dan miris sekali Riau ini sumber daya alamnya ditarik diambil, pajaknya diambil oleh pusat tetapi pembangunan infrastrukturnya tidak didukung. Buktinya dalam perencanaan kita pengembangan infrastruktur wilayah 2021 tidak masuk Riau.

Maka ini sangat miris sekali kalau dalam kajian bapak apakah ini perlu presentasi lebih teknis lagi kepada Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah ini. Karena Kalau kami bicara dengan Pak Menteri tentu sifatnya makro, tapi lebih teknis lagi kajian siap memfasilitasi pemerintah daerah untuk bisa bertemu dengan bapak karena posisi bapak ini sangat strategis saya kira, sehingga tahun yang akan datang tidak lagi Riau ini zonk pak.

Jadi untuk saya sampaikan Kawasan Industri Dumai itu sangat-sangat strategis. Apalagi dalam perencanaan kita dengan Kementerian Perhubungan itu juga adalah tentu juga ada kaitannya dengan Kementerian PU bahwasanya kita sedang merencanakan adanya Roro Dumai Malaka dan dulu awalnya itu bahkan itu adalah pembangunan jembatan antara Indonesia Pulau Rupat tepatnya dengan Malaka. Tetapi zaman SBY, SBY menganggap kalau Bakauheni-Merak ini tidak tersambung, maka nggak mungkin kita menyambungnya dengan luar negeri katanya. Harus tersambung dulu, tapi saya dengar ini tidak mungkin tersambung karena keadaan tanah yang ada di Pulau Jawa ini yang tidak memungkinkan.

Nah kami berharap sekarang kan sedang dibangun infrastruktur jalan tol pak Pekanbaru-Dumai hampir selesai dan akan di apa namanya akan diresmikan oleh Presiden. Berharap bapak juga bisa meneropong melihat letak strategis Riau ini yang bersebelahan dengan Malaysia. Jadi ada Kawasan Industri salah satu yang paling terbesar itu adalah Dumai dan ada juga Buton.

Ada juga di Tembilahan itu Kawasan Industrinya, mohon jadi perhatian. Salah satunya juga adalah baik itu infrastruktur jalan yang dibutuhkan 22 Kilo itu saya tanya kemarin kepada Balai itu Rp3 Triliun lebih karena kondisinya tanah. Ini Kalau bisa dalam perencanaan kita masuk dalam pembiayaan loan atau KPBU ya, karena kalau reguler sifatnya itu tidak akan mungkin.

Kemudian di Riau itu antar-kabupatennya itu belum ter-connect konektivitasnya itu tidak terbangun. Riau menginginkan ada jalan namanya Jalan Lingkar Pesisir pak, sehingga terhubung antar kabupaten.

Kemudian yang ingin saya sampaikan ada memang wisata yang cukup unik yang ada di Riau dan itu hanya ada dua di dunia. Salah satunya ada di Riau tepatnya di Kabupaten Pelalawan, nama wisatanya wisata Bono pak. Bono itu adalah pertemuan antara sungai dengan laut yang kemudian dengan pertemuan itu mendatangkan ombak yang cukup besar dan lebih besar dari yang ada di laut dan berselancar tempat berselancar para wisatawan asing pak, tetapi infrastrukturnya itu sangat-sangat menyedihkan. Masih ada lebih 60 Kilo yang butuh jalan apa namanya yang masih tanah, bahkan bukan

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 24-42)

Dokumen terkait