• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini mendeskripsikan profil rumahtangga peserta PNPM MP di Desa Kurau yang di survey dalam penelitian ini. Sebagaimana telah dikemukakan pada bab di depan, mereka terdiri dari 60 oramg rumahtangga yang dibedakan ke dalam dua kategori, yakni: peserta PNPM MP Sosial Dasar (selanjutnya disebut PNPM Fisik) dan peserta PNPM MP Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (selanjutnya disebut PNPM SPKP), masing-masing dipilih 30 rumahtangga.

Profil rumahtangga peserta PNPM MP mencakup karakteristik sumberdaya individu dan rumahtangga. Karakteristik sumberdaya individu meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status pekerjaan, dan status perkawinan. Adapun dalam hal karakteristik sumberdaya rumahtangga berkenaan dengan kepemilikan yang meliputi: benda berharga, lahan, dan status kategori rumahtangga.

Karakteristik Individu

Rata-rata Jumlah Anggota Rumahtangga dan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil survei rumahtangga yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa jumlah ART dari total rumahtangga peserta PNPM MP sebanyak 255 orang, atau rata-rata terdapat sekitar empat orang per rumahtangga. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ini tidak berbeda dengan rata-rata jumlah anggota rumahtangga penduduk Desa Kurau sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnyaa.

Di bawah ini disajikan data tentang ART peserta PNPM Fisik dan PNPM SPKP menurut jenis kelamin (Gambar 3). Diketahui bahwa pada kedua kategori peserta mayoritas terdiri atas ART laki-laki, berturut-turut sebesar 52 persen pada kelompok PNPM Fisik dan 55 persen pada kelompok PNPM SPKP: atau lebih tinggi sekitar 4 persen dan 10 persen dibanding ART perempuan berturut-turut untuk PNPM Fisik dan PNPM SPKP.

Untuk diketahui mengenai persentase total peserta PNPM MP, dapat dilihat pada Gambar 3 yang disajikan menurut kategori stimulan dan jenis kelamin di bawah ini.

39

Gambar 3 Persentase Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kurau menurut Kategori Stimulan dan Jenis Kelamin

Gambar di atas menunjukkan bahwa ART laki-laki memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingakan perempuan pada kedua kategori penerima stimulan tersebut. Hal ini sesuai dengan komposisi penduduk menurut jenis kelamin pada tingkat desa yang telah disajikan pada bab sebelumnya, dimana laki- laki memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP Menurut Kelompok Umur Tabel 11 berikut ini menyajikan informasi mengenai kondisi rumahtangga peserta PNPM MP menurut kategori stimulant, kelompok umur dan jenis kelamin. Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 11, diketahui bahwa mayoritas ART peserta PNPM MP terdiri atas mereka yang tergolong kelompok umur produktif (15 sampai 64 tahun), yakni sekitar 62 persen. Apabila dibandingkan antara kedua kategori berdasarkan stimulannya, jumlah mereka sekitar 55 persen laki-laki dan 45 persen perempuan pada Peserta SPKP, sementara pada Peserta Pembangunan Fisik sekitar 51 persen laki-laki dan 49 persen perempuan. Dapat disimpulkan bahwa jumlah ART pada Peserta SPKP lima persen lebih tinggi dibanding Peserta PNPM Fisik.

Selanjutnya, jika dilihat menurut jenis kelamin persentase ART laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan baik terhadap total rumahtangga contoh, maupun pada kedua kategori Peserta PNPM MP. Persentase ART laki-laki sebesar 51 persen berada pada anggota rumahtangga PNPM Fisik dan 49 persen perempuan. Sedangkan persentase anggota rumahtangga laki-laki cenderung lebih tinggi daripada rumahtangga PNPM Fisik yaitu sebesar 55 persen dan 45 persen anggota rumahtangga perempuan.

52% 48%

Peserta Pembangunan Fisik

Laki-Laki Perempuan 55% 45% Peserta SPKP Laki-Laki Perempuan

Tabel 11 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kurau menurut Kategori Stimulan, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2014 (dalam persen)

Sumber: Data Primer

Merujuk pada rumus Rusli (2013) untuk mengetahui rasio ketergantungan (dependency ratio) pada rumahtangga peserta PNPM diperoleh hasil yang rendah yaitu sekitar 0.38 atau kurang dari satu, yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia kerja lebih banyak daripada jumlah penduduk yang bukan usia kerja (penduduk lanjut usia dan penduduk <15 tahun).

Tingkat Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan masyarakat menjadi salah satu indikator kemajuan suatu desa. Akan tetapi, pada umumnya kondisi masyarakat di desa yang kurang akses terhadap pendidikan menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan pada masyarakat desa. Kondisi lain yang dijumpai adalah pada masyarakat desa jauh lebih penting mencari pekerjaan daripada menyelesaikan pendidikan.

Pemerintah sudah memberikan akses untuk masyarakat agar dapat melanjutkan sekolah sampai wajib belajar sembilan tahun, namun program tersebut tidak memberikan dampak apapun pada masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Kebanyakan masyarakat pesisir mengesampingkan pendidikan. Pada tabel berikut disajikan data anggota rumahtangga peserta PNPM MP menurut Kategori Stimulan, tingkat pendidikan formal dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:

Kelompok Umur (tahun)

PNPM Fisik PNPM SPKP

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

<15 13 19 21 16 15-19 6 7 12 7 20-24 8 4 8 6 25-29 4 7 6 4 30-34 4 8 2 5 35-39 8 6 4 7 40-44 9 3 7 6 45-49 4 3 3 8 50-54 5 2 3 0 55-59 0 2 3 0 60-64 3 1 3 0 65+ 0 0 0 0 Total (persen) 51 49 55 45 Total (jumlah) 64 62 72 59

41

Tabel 12 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM Fisik di Desa Kurau menurut Kategori Stimulan, Tingkat Pendidikan Formal dan Jenis Kelamin (dalam persen)

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan formal secara umum Peserta PNPM MP Fisik mayoritas berpendidkan SD, yakni sekitar 74 persen. Jika dilihat menurut kategori stimulan, Peserta PNPM MP yang berpendidikan SD dan SMP tidak jauh berbeda antara kedua stimulan yakni sekitar satu persen. Selanjutnya, mereka yang tingkat pendidikannya perguruan tinggi menunjukkan, persentase Peserta PNPM Fisik dua persen lebih rendah dari Peserta SPKP.

Jenis Pekerjaan

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, mayoritas lahan di Desa Kurau merupakan lahan perkebunan dan perairan/laut. Kondisi tersebut tampaknya mempengaruhi jenis pekerjaan anggota rumahtangga Peserta PNPM MP. Tabel 13 menunjukkan data distribusi ART peserta PNPM MP menurut jenis pekerjaan dan jenis kelamin.

Dijelaskan lebih lanjut, jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase ART laki-laki cenderung lebih tinggi dibanding perempuan baik terhadap total rumahtangga contoh, maupun pada kedua kategori Peserta PNPM MP. Pada Peserta PNPM MP Fisik menunjukkan bahwa hanya laki-laki saja yang bekerja, hal ini karena pada rumahtangga nelayan pembagian kerja yang terjadi adalah perempuan (istri) bekerja dirumah atau mengurus rumahtangga dan anak. Sedangkan pada Peserta PNPM MP SPKP menunjukkan bahwa sebagian perempuan memiliki usaha seperti pedagang dan industri rumahtangga. Hal ini dikarenakan, pada rumahtangga Peserta SPKP kebanyakan lai-laki memiliki ragam pekerjaan seperti buruh nelayan, buruh non tani, PNS, industri rumahtangga, dan lainnya yaitu supir, buruh perkebunan, dan buruh toko. Pembagian kerja yang terlihat dari rumahtangga Peserta SPKP adalah perempuan tetap bekerja tetapi tidak keluar dari desa, sedangkan laki-laki bekerja diluar desa.

Tingkat Pendidikan Formal PNPM MP Fisik PNPM MP SPKP Total Laki- Laki Perempuan Laki- Laki Perempuan Laki- Laki Perempuan SD/Sederajat 37 37 39 28 76 65 SMP/Sederajat 6 5 9 9 15 14 SMA/Sederajat 7 6 8 10 15 16 Perguruan Tinggi 2 0 4 0 6 0 Total (persen) 52 48 56 44 54 46 Total (jumlah) 52 48 60 47 112 95

Tabel 13 Distribusi ART Peserta PNPM MP menurut Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014 (dalam persen)

Sumber: Data Primer

Berdasarkan fakta di lapang, persentase penduduk yang bekerja sebagai nelayan cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan penduduk yang bekerja sebagai petani, buruh tani maupun buruh non tani. Penduduk Desa Kurau yang tinggal di wilayah pesisir membuat sebagian besar penduduk memanfaatkan kekayaan laut dengan menjadi nelayan, walaupun diakui salah satu responden penghasilan dari melaut tidak menentu dan tergantung dengan arah angin. Penghasilan yang tidak menentu tersebut membuat nelayan yang tidak bisa melaut harus mencari pekerjaan lain seperti menjadi buruh harian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Status Perkerjaan

Status pekerjaan menurut BPS (2013) adalah jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Kemudian dibedakan menjadi 5 kategori berdasarka penelitian ini:

a) Berusaha sendiri, adalah bekerja atau berusaha sendiri tanpa menggunakan pekerja dibayar maupun tak dibayar serta menanggung resiko secara ekonomis yaitu tidak kembalinya ongkos produksi.

b) Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, adalah bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan atau buruh/pekerja tidak tetap.

c) Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, adalah berusaha atas resiko sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/pekerja tetap yang dibayar.

d) Buruh/Karyawan/Pegawai, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang

Jenis Pekerjaan

PNPM MP Fisik PNPM MP SPKP

Laki-

Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

Nelayan 11 0 8 0

Petani 1 0 0 0

Buruh Tani 0 0 0 0

Buruh Non Tani 5 2 11 0

Pedagang 9 0 3 13 PNS 0 0 4 0 Industri Rumahtangga 1 0 1 12 Lainnya 7 0 10 0 Total (persen) 94 6 60 40 Total (jumlah) 34 2 37 25

43

e) Pekerja keluarga/tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang.

Berdasarkan konsep dari BPS (2013) di atas selanjutnya Tabel 14 berikut ini menyajikan data mengenai status pekerjaan menurut kategori stimulan dan jenis kelamin anggota rumahtangga.

Tabel 14 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kurau menurut Kategori Stimulan, Status Bekerja, dan Jenis Kelamin, Tahun 2014 (dalam persen)

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan bahwa mayoritas anggota rumahtangga PNPM Fisik jumlah laki-laki berusaha/bekerja sendiri adalah 17 persen dan 13 persen berusaha dibantu dengan buruh tetap. Sedangkan anggota rumahtangga perempuan pada PNPM Fisik adalah pekerja keluarga/tidak bekerja dengan jumlah persentase sebesar 20 persen dan berusaha/bekerja sendiri sebesar 2 persen.

Dilihat berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa persentase anggota rumahtangga laki-laki cenderung lebih tinggi dibanding perempuan. Hal ini dikarenakan pada anggota rumahtangga PNPM Fisik kebanyakan anggota rumahtangga perempuan adalah sebagai ibu rumahtangga dan tidak bekerja, anggota rumahtangga laki-laki diharuskan bekerja karena sebagai kepala keluarga. Seperti pernyataan yang diutarakan oleh salah satu responden Bpk SM (48 tahun) sebagai berikut:

“Tugas orang bini kan emang ngurus rumah, tapi orang laki yang harus begawe buat nyari duit. Jadi kalo disini kebanyakan emang perempuan begawe dirumah kayak nyuci, ngepel, nyetrika, masak, semue pekerjaan dapuk lah tu urusan orang bini. Kelak kalo orang bini e ikut begawe, yang ngurus anak siape.”

Status Bekerja PNPM MP Fisik PNPM MP SPKP Laki- Laki Perempuan Laki- Laki Perempuan Berusaha/Bekerja sendiri 17 2 8 24

Berusaha dibantu dengan

buruh tidak tetap 0 0 1 0

Berusaha dibantu dengan

buruh tetap 13 0 22 1 Buruh/Karyawan/Pekerja dibayar 3 0 6 0 Pekerja Keluarga 0 20 3 11 Total (persen) 60 40 42 58 Total (jumlah) 33 22 40 36

“Artinya: Tugas perempuan kan memang mengurus rumah, tetapi

laki-laki yang harus kerja untuk mencari nafkah. Jadi kalau disini kebanyakan perempuan memang mengurus rumahtangga seperti mencuci, mengepel, menyetrika, memasak, semua pekerjaan dapur urusan perempuan. Nanti kalau perempuan ikut mencari nafkah yang

mengurus anak siapa.”

Selanjutnya, dijelaskan mengenai anggota rumahtangga pada PNPM SPKP persentase anggota rumahtangga laki-laki tertinggi adalah buruh dibantu dengan buruh tetap/pekerja tetap yaitu sebesar 22 persen, berturut-turut diikuti oleh berusaha/bekerja sendiri sebesar 8 persen, buruh/karyawan/pekerja dibayar sebesar 6 persen dan pekerja keluarga/tidak bekerja sebesar 3 persen. Pada anggota rumahtangga perempuan persentase tertinggi sebesar 24 persen adalah berusaha/bekerja sendiri, berturut-turut diikuti oleh pekerja keluarga/tidak bekerja sebesar 11 persen, dan berusaha/dibantu dengan buruh tidak tetap sebesar 1 persen. Hal ini dikarenakan pada anggota rumahtangga PNPM SPKP, perempuan memiliki usaha dengan bantuan modal yang diperoleh dari PNPM SPKP. Sedangkan pada anggota rumahtangga PNPM Fisik, perempuan cenderung sebagai pekerja keluarga/tidak bekerja atau dengan kata lain sebagai ibu rumahtangga. Persentase pada total kedua kategori berdasarkan jenis kelamin, laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.

Status Perkawinan

Status perkawinan anggota rumahtangga peserta PNPM MP di Desa Kurau dilihat menurut golongan umur berdasarkan kategori stimulan. Masing-masing disajikan pada Tabel 15 dan Tabel 16 dibawah ini berdasarkan kategori stimulan.

Tabel 15 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta SPKP di Desa Kurau Menurut Golongan Umur dan Status Perkawinan, Tahun 2014 (dalam persen).

Gol Umur (tahun)

Kawin Belum Kawin

Laki- Laki Persen (%) Perempuan Persen (%) Laki- Laki Persen (%) Perempuan Persen (%) <15 0 0.00 0 0.00 19 33.93 13 46.43 15-19 0 0.00 0 0.00 25 44.64 8 28.57 20-24 2 6.90 1 3.13 8 14.29 5 17.86 25-29 2 6.90 3 9.38 4 7.14 2 7.14 30-34 2 6.90 5 15.63 0 0.00 0 0.00 35-39 7 24.14 9 28.13 0 0.00 0 0.00 40-44 5 17.24 6 18.75 0 0.00 0 0.00 45-49 3 10.34 8 25.00 0 0.00 0 0.00 50-54 3 10.34 0 0.00 0 0.00 0 0.00 55-59 3 10.34 0 0.00 0 0.00 0 0.00 60-64 2 6.90 0 0.00 0 0.00 0 0.00 65+ 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Total 29 100.00 32 100.00 56 100.00 28 100.00

45

Tabel 15 menyajikan data mengenai profil anggota rumahtangga Peserta SPKP menurut kategori stimulan, status perkawinan, jenis kelamin berdasarkan kelompok umur. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tidak ditemukan anggota rumahtangga Peserta SPKP yang menikah dibawah umur (<19 tahun). Selanjutnya, tidak ditemukan adanya anggota rumahtangga yang belum menikah pada rentang umur 30-34. Sebagaimana terlihat pada Tabel 15 menunjukkan rata- rata anggota rumahtangga menikah pada umur 20 tahun keatas atau dapat dikatakan sudah cukup umur untuk menikah. Hal ini sesuai dengan Undang- Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 tentang batas usia minimal yang diizinkan dalam suatu perkawinan, sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Ayat (1) yaitu pihak laki-laki sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

Selanjutnya, dijelaskan lebih lanjut mengenai status perkawinan peserta pembangunan fisik berdasarkan golongan umur untuk melihat perbandingan persentase antara peserta PNPM SPKP dan peserta PNPM Fisik disajikan pada Tabel 16 berikut ini.

Tabel 16 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM Fisik di Desa Kurau Menurut Golongan Umur dan Status Perkawinan, Tahun 2014 (dalam persen)

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa tidak ditemukan anggota rumahtangga Peserta PNPM Fisik yang menikah dibawah umur (<19 tahun). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara anggota rumahtangga Peserta PNPM SPKP dan Peserta PNPM Fisik. Pada kedua kategori stimulan tersebut tidak ditemukan adanya anggota rumahtangga yang menikah dibawah umur atau kurang dari 19 tahun. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang batas usia minimal yang diizinkan dalam suatu perkawinan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Ayat (1) yaitu pihak laki-laki sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

Gol Umur (tahun)

Kawin Belum Kawin

Laki- Laki Persentase (%) Perempuan Persentase (%) Laki- Laki Persentase (%) Perempuan Persentase (%) <15 0 0.00 0 0.00 14 42.42 20 62.50 15-19 0 0.00 0 0.00 7 21.21 8 25.00 20-24 1 3.33 1 3.70 8 24.24 3 9.38 25-29 1 3.33 1 3.70 2 6.06 1 3.13 30-34 2 6.67 8 29.63 2 6.06 0 0.00 35-39 5 16.67 6 22.22 0 0.00 0 0.00 40-44 9 30.00 4 14.81 0 0.00 0 0.00 45-49 4 13.33 4 14.81 0 0.00 0 0.00 50-54 5 16.67 2 7.41 0 0.00 0 0.00 55-59 0 0.00 1 3.70 0 0.00 0 0.00 60-64 3 10.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 65+ 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Total 30 100.00 27 100.00 33 100.00 32 100.00

Karakteristik Rumahtangga Peserta PNPM MP

Kepemilikan Benda Berharga

Kepemilikan benda berharga digunakan untuk mengetahui karakteristik rumahtangga berdasarkan jumlah kepemilikan benda berharga yang terdiri dari teknologi dan kendaraan dalam rumahtangga. Data yang disajikan dibedakan berdasarkan kategori stimulan dan jenis kelamin masing-masing yaitu peserta PNPM Fisik dan Peserta PNPM SPKP. Berikut ini disajikan data mengenai kepemilikan benda berharga yang disajikan pada Tabel 17 dan Tabel 18.

Tabel 17 Rata-rata Kepemilikan Benda Berharga Pada Rumahtangga Peserta PNPM SPKP di Desa Kurau Menurut Kategori Stimulan, Tahun 2014 (dalam persen)

Sumber: Data Primer

Data di atas menyajikan informasi mengenai rata-rata kepemilikan benda berharga yang dimiliki anggota rumahtangga Peserta SPKP di Desa Kurau. Berdasarkan data di atas rata-rata kepemilikan benda berharga yang dimiliki anggota rumahtangga untuk benda elektronik adalah sekitar 1 unit per rumahtangga. Sedangkan untuk kompor gas semua rumahtangga memiliki dua kompor gas, satu kompor gas milik sendiri dan satu kompor gas bantuan dari pemerintah. Akan tetapi, ditemui pada beberapa responden yang memiliki lebih dari satu aset rumahtangga seperti motor (1.43), tv berwarna (1.06). Hal yang dijumpai dilapangan menunjukkan bahwa ada beberapa rumahtangga yang memilki 2 motor. Dikarenakan lokasi Desa Kurau yang jauh dari pusat kota sehingga kepemilikan motor sangat membantu mempermudah aktivitas masyarakat. Adapun rumahtangga yang memiliki tv berwarna lebih dari satu dikarenakan tv adalah media hiburan untuk masyarakat.

Dijelaskan lebih lanjut pada Tabel 18 dibawah ini mengenai data rata-rata kepemilikan anggota rumahtangga Peserta PNPM Fisik. Tidak ditemukan adanya perbedaan yang tinggi antara rata-rata kepemilikan benda berharga yang dimiliki oleh Peserta PNPM Fisik dan Peserta PNPM SPKP. Akan tetapi, untuk Peserta PNPM Fisik tidak ditemukan memiliki mobil. Sedangkan untuk Peserta PNPM SPKP ada beberapa rumahtangga yang memiliki mobil. Hal itu dikarenakan, pada

Kepemilikan aset

rumahtangga Jumlah (unit) Rata-rata kepemilikan (unit)

Perahu 0 0 Mobil 6 0.2 Motor 43 1.43 Sepeda 10 0.33 Tv berwarna 32 1.06 Kulkas 30 1 Kompor gas dr pemerintah 30 1

kompor gas sendiri 16 0.53

47

Peserta PNPM SPKP jumlah penghasilan atau pendapatan yang dimiliki lebih tinggi dibandingkan dengan Peserta PNPM Fisik.

Kesenjangan ekonomi ini yang seharusnya mendapatkan perhatian dari program, karena program yang diberikan belum tepat sasaran. Karena partisipasi masyarakat khususnya masyarakat miskin tergolong rendah, hal ini terlihat dari peserta yang mengikuti kegiatan PNPM. Pemerintah seharusnya lebih berpihak kepada masyarakat miskin dengan mengadakan sosialisai untuk memberitahukan tujuan program.

Tabel 18 Rata-rata Kepemilikan Benda Berharga Pada Rumahtangga Peserta PNPM Fisik di Desa Kurau Menurut Kategori Stimulan, Tahun 2014 (dalam persen)

Sumber: Data Primer

Selanjutnya, berdasarkan pengamatan langsung di lapang kepemilikan benda berharga seperti perahu yang dimiiki oleh nelayan yang berjumlah 3 unit adalah berupa bantuan pemerintah untuk kelompok nelayan. Nelayan yang mendapatkan bantuan perahu harus memiliki kelompok yang masing-masing terdiri dari 10 orang dalam kelompok. Kemudian, perahu ini digunakan secara bersama-sama dengan sistem bergantian untuk melaut. Hal serupa yang ditemukan pada responden PNPM SPKP pada tabel sebelumnya, pada responden PNPM Fisik juga ditemui adanya kepemilikan motor yang berjumlah lebih dari satu unit.

Keterangan Umum Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kurau Keterangan umum rumahtangga dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik rumahtangga yang dilihat berdasarkan status kepemilikan rumah dan kedaaan umum rumah pada peserta PNPM MP di Desa Kurau. Data mengenai keterangan umum rumahtangga disajikan pada Tabel 18 dibawah ini:

Pada Tabel 18 disajikan data mengenai keterangan umum rumahtangga Peserta PNPM SPKP di Desa Kurau yang dilihat berdasarkan status kepemilikan rumah, luas bangunan rumah, jumlah bangunan (kamar) didalam rumahtangga, jenis dinding rumah, jenis lantai rumah, jenis bangunan fisik, bahan bakar masak, sumber air minum, sumber air mandi/cuci, dan tempat mandi.

Kepemilikan rumahtangga Jumlah

(unit) Rata-rata kepemilikan (unit)

Perahu 3 0.1 Mobil 0 0 Motor 32 1.06 Sepeda 5 0.16 Tv berwarna 26 0.86 Kulkas 10 0.33

Kompor gas pemerintah 30 1

Kompor gas sendiri 2 0.06

Selanjutnya, dijelaskan lebih lanjut mengenai jumlah dan peresentase yang menyangkut keterangan umum rumahtangga Peserta PNPM Fisik. Pada Tabel 19 menunjukkan bahwa status kepemilikan rumah adalah milik sendiri dengan jenis atap rumah 100 persen genting, jenis dinding rumah diperoleh 80 persen tembok, 20 persennya lagi adalah kayu, jenis lantai rumah diperoleh 60 persen keramik, sisanya 40 persen ubin/semen, jenis penerangan adalah listrik, jenis bangunan tunggal, bahan bakar masak gas dan kayu bakar, sumber air minum berupa air isi ulang, sumber air untuk mandi ledeng dan sumur, tempat mandi berupa kamar mandi sendiri dengan tempat BAB septi tank.

Tabel 19 Jumlah dan persentase keterangan umum rumahtangga Peserta PNPM SPKP di Desa Kurau, Tahun 2014.

Sumber: Data Primer

Terlihat pada Tabel 19, rumahtangga peserta PNPM SPKP jenis kepemilikan rumah adalah sendiri (100 persen) dengan dinding rumah tembok di atas 80 persen dan kayu di atas 16 persen atau sekitar 5 orang yang masih memiliki dinding rumah kayu. Jenis lantai rumah keramik di atas 66 persen dan ubin/semen kurang dari 40 persen. Bahan bakar masak berupa gas dan kayu bakar masing-masing 100 persen dan 40 persen. Sumber air mandi/cuci ledeng 80 persen dan sisanya sumur 20 persen. Tempat mandi berupa kamar mandi sendiri dan tempat BAB adalah septi tank.

Selanjutnya, untuk melihat perbandingan data keterangan umum rumahtangga peserta PNPM berdasarkan kategori stimulan dibawah ini disajikan data mengenai keterangan umum pada rumahtangga peserta PNPM Fisik, berikut dapat dilihat pada Tabel 20.

Kategori Keterangan Umum

Rumahtangga Jumlah (orang) Persen (%)

Kepemilikan Rumah (milik sendiri) 30 100

Jenis atap rumah (asbes/beton) 30 100

Jenis dinding rumah:

Tembok 25 83.33

Kayu 5 16.67

Jenis lantai rumah:

Keramik 20 66.67

Ubin/Semen 10 33.33

Penerangan (listrik) 30 100

Jenis Bangunan Fisik (bangunan

tunggal) 30 100

Bahan bakar masak:

Gas 30 100

Kayu Bakar 12 40

Sumber air minum:

Air isi ulang 30 100

Sumber air mandi/cuci:

Ledeng 24 80

Sumur 6 20

Tempat mandi (kamar mandi sendiri) 30 100

49

Berdasarkan Tabel 20 pada PNPM Fisik terlihat bahwa semua jenis kepemilikan rumah adalah milik sendiri. Jenis atap rumah (genting), penerangan (listrik), jenis bangunan fisik (bangunan tunggal), bahan bakar masak (gas) dan kayu bakar, sumber air minum (air isi ulang), kamar mandi sendiri, tempat BAB (septi tank) masing-masing adalah 100 persen. Sedangkan, untuk jenis dinding rumah 80 persen tembok dan 20 persen kayu. Jenis lantai rumah 60 persen keramik, 40 persen ubin/semen, bahan bakar masak berupa gas dan kayu bakar. Sumber air mandi/cuci ledeng 73,33 persen dan sumur 26,67 persen.

Tabel 20 Jumlah dan persentase keterangan umum rumahtangga Peserta PNPM Fisik Desa Kurau, Tahun 2014

Sumber: Data Primer

Desa Kurau mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa kompor gas dan dibagikan secara merata ke semua penduduk Desa Kurau. Akan tetapi, masyarakat Desa Kurau sebagian besar tetap mennggunakan kayu bakar karena dirasa jauh lebih murah daripada kompor gas yang harus membeli gas terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam satu rumahtangga terdapat 2 bahan bakar masak yaitu berupa kompor gas dan kayu bakar.

Sumber air minum pada masyarakat desa adalah air isi ulang, namun terkadang tak jarang mereka memasak air dari sumur untuk dijadikan air minum. Hal tersebut dijumpai pada beberapa rumahtangga yang menjadi peserta PNPM. Kamar mandi yang digunakan memang kamar mandi sendiri, akan tetapi pintu kamar mandi hanya dari kain berwarna hitam, jarang sekali ditemui masyarakat yang menggunakan pintu pada umumnya sebagai pintu kamar mandi.

Dokumen terkait