• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gender Terhadap Keberhasilan Program

Bab ini mendeskripsikan hubungan antara variabel pengaruh dan terpengaruh serta mengemukakan hasil uji statistik atas sejumlah hipotesis yang dikembangkan atas hubungan antar variabel para Peserta PNPM MP di Desa Kurau dan dibedakan berdasarkan kategori stimulan yang diterima yaitu, Peserta Pembangunan Fisik (Peserta laki-laki) dan Peserta SPKP (Peserta Perempuan).

Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Akses dan Kontrol Peserta PNPM Fisik dan Peserta PNPM SPKP terhadap Komponen

PNPM MP:

Karakteristik sumberdaya individu Peserta PNPM Fisik dan Peserta PNPM SPKP diduga berhubungan positif dengan Tingkat Akses dan Tingkat Kontrol Peserta Pembangunan Fisik dan Peserta SPKP terhadap komponen PNPM MP. Adapun yang termasuk ke dalam karakteristik sumberdaya individu pada penelitian ini terdiri dari: Tingkat Pendidikan Formal (X1) dan Status Bekerja (X2).

Data berkenaan dengan dua variabel bebas (pengaruh) pada karakteristik sumberdaya individu Peserta PNPM MP menurut kategori Stimulan disajikan pada Tabel 22 Sebagaimana terlihat pada Tabel 29, diketahui bahwa Tingkat Pendidikan Formal pada kedua kategori stimulan (Peserta Pembangunan Fisik dan Peserta SPKP) cenderung berada pada kategori rendah. Menurut kategori stimulannya Tingkat Pendidikan Formal pada Peserta Pembangunan Fisik yang tergolong kategori rendah tersebut sebanyak 83 persen atau 13 persen lebih tinggi dibandingkan Peserta SPKP.

Kondisi ini diperkuat karena mayoritas penduduk di Desa Kurau berpendidikan rendah seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dalam hal Status Bekerja pada kedua kategori stimulan, terdapat perbedaan diantara kedua kategori tersebut, yakni pada Peserta Pembangunan Fisik mayoritas ada pada kategori rendah (60 persen), sementara pada Peserta SPKP mayoritas berada paa kategori sedang (67 persen). Hal ini tidak dimungkinkan karena sebagaimana dikemukakan pada profil rumahtangga Peserta PNPM MP mayoritas Peserta PNPM Fisik bekerja sebagai nelayan yang status bekerjanya berusaha sendiri, sementara mayoritas Peserta SPKP bekerja sebagai pedagang yang status bekerjanya berusaha sendiri.

59

Tabel 29 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Akses dan Kontrol Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP terhadap Komponen PNPM MP

Karakteristik Sumberdaya

Individu

Tingkat Akses Peserta PNPM Fisik (Y1)

Tingkat Akses Peserta SPKP (Y1) Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total 1. Tingkat Pendidikan Formal (X1)

Rendah 70.00 6.67 6.67 83.33 60.00 10.00 0.00 70.00 Sedang 13.33 3.33 0.00 16.67 16.67 10.00 3.33 30.00 Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Total 83.33 10.0 6.67 100.00 76.67 20.00 3.33 100.00 2. Status Bekerja (X2) Rendah 0.00 0.00 0.00 0.00 30.00 3.33 0.00 33.33 Sedang 80.00 10.00 6.67 96.67 46.67 16.67 3.33 66.67 Tinggi 3.33 0.00 0.00 3.33 0.00 0.00 0.00 0.00 Total 83.33 10.00 6.67 100.00 76.67 20.00 3.33 100.00 Tingkat Kontrol Peserta Fisik (Y2)

Tingkat Kontrol Peserta SPKP (Y1) Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total 1. Tingkat Pendidikan Formal (X1)

Rendah 33.33 23.33 26.67 83.33 33.33 16.67 20.00 70.00 Sedang 10.00 3.33 3.33 16.67 13.33 3.33 13.33 30.00 Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Total 43.33 26.67 30.00 100.00 46.67 20.00 33.33 100.00 2. Status Bekerja (X2) Rendah 0.00 0.00 0.00 0.00 23.33 3.33 6.67 33.33 Sedang 43.33 23.33 30.00 96.67 23.33 16.67 26.67 66.67 Tinggi 0.00 3.33 0.00 3.33 0.00 0.00 0.00 0.00 Total 43.33 26.67 30.00 100.00 46.67 20.00 33.33 100.00

Meskipun Tingkat Pendidikan Formal pada kedua ketegori peserta PNPM keduanya tergolong rendah, namun Tingkat Akses terhadap Komponen PNPM MP diantara kedua kategori tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan. Tingkat Akses pada Peserta Pembangunan Fisik mayoritas berada pada kategori rendah (70 persen), sedangkan pada Peserta SPKP mayoritas sama berada pada kategori rendah (60 persen). Selanjutnya, mayoritas status bekerja pada Peserta Pembangunan Fisik tergolong sedang (80 persen) dengan Tingkat Akses terhadap komponen PNPM sedang. Hal serupa juga ditemukan pada Peserta SPKP mayoritas status bekerja berada pada kategori sedang dengan Tingkat Akses terhadap komponen PNPM sedang.

Tidak ditemukan adanya perbedaan Tingkat Akses pada kedua kategori Peserta diduga berhubungan dengan antusias masyarakat yang hanya biasa saja terhadap keikutsertaan dalam kegiaatan sosialisai perencanaan awal yang dilakukan oleh pihak PNPM. Pada Peserta Pembangunan Fisik dengan Tingkat Akses yang rendah diduga karena sebagian besar peserta merasa tidak berkewajiban untuk hadir dalam setiap tahapan PNPM, sedangkan Pada Peserta SPKP dengan Tingkat Akses rendah diduga karena beberapa peserta adalah ibu

rumahtangga yang hanya berperan sebagai anggota dalam kelompoknya dan merasa tidak berkewajiban untuk hadir dalam setiap tahapan program.

Adapun Tingkat Akses yang tinggi adalah mereka yang berperan sebagai ketua, sekretaris dan bendahara dalam pelaksanaan program. Selanjutnya, pada Tingkat Kontrol untuk kedua Peserta PNPM tergolong rendah dengan status bekerja yang rendah. Hal ini didukung dengan fakta dilapang bahwa dalam proses pengambilan keputusan penentuan besarnya dana yang dikeluarkan ditentukan oleh pihak pengelola PNPM.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan positif antara Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Akses dan Kontrol terhadap Komponen PNPM Peserta Pembangunan Fisik. Hal ini dimungkinkan terjadinya tidak terdapat hubungan karena berdasarkan fakta yang ada Tingkat Pendidikan Formal peserta PNPM di Desa Kurau cenderung homogen yaitu tergolong rendah. Tingkat pendidikan formal diduga mempengaruhi akses dan kontrol peserta PNPM karena mereka yang dengan tingkat pendidikan rendah cenderung tidak memiliki akses terhadap komponen, sedangkan yang memiliki akses terhadap komponen PNPM adalah ketua, sekretaris dan bendahara yang berlatar belakang pendidikan tamat SMA.

Hal tersebut diperkuat dengan hasil uji korelasi Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Akses terhadap Komponen PNPM pada Peserta Pembangunan Fisik yaitu rs= 0,023 pada taraf α= 0,900. Hubungan Status

Bekerja dengan Tingkat Akses terhadap Komponen PNPM yaitu rs= -0,083 pada taraf α= 0,663. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Kontrol terhadap Komponen PNPM Peserta Pembangunan Fisik yaitu rs= -0,144 pada taraf α=0,449. Hubungan Status Bekerja dengan Tingkat Kontrol terhadap Komponen PNPM Peserta Pembangunan Fisik yaitu rs= 0,048 pada taraf α=0,810. Selanjutnya, pada Peserta PNPM SPKP ditemukan adanya hubungan positif antara Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Akses terhadap Komponen PNPM yaitu rs= 0,342 pada taraf α= 0,064. Hal berbeda ditemukan adanya hubugan yang kurang baik atau tidak signifikan antara Status Bekerja dengan Tingkat Akses yaitu rs= 0,227 pada taraf α= 0,227. Tidak ditemukan adanya hubungan positif antara Tingkat pendidikan Formal dengan Tingkat Kontrol terhadap Komponen PNPM yaitu rs= 0,091 pada taraf α= 0,633. Dalam hal lain, ditemukan adanya hubungan positif antara Status Bekerja dengan Tingkat Kontrol terhadap Komponen PNPM yaitu rs= 0,301 pada taraf α= 0,107.

Hal ini dimungkinkan terjadinya tidak terdapat hubungan karena berdasarkan fakta yang ada bahwa Tingkat Pendidikan Formal mempengaruhi Akses dan Kontrol responden terhadap kegiatan PNPM. Hasil observasi di lapang menunjukkan bahwa masyarakat Desa Kurau tidak sepenuhnya terlibat dalam kegiatan PNPM yaitu dalam kegiatan perencanaan sampai pelaksanaan. Peserta memperoleh informasi berkaitan dengan kegiatan PNPM dari ketua yang selanjutnya diteruskan ke anggota lainnya. Menurut pendapat salah satu peserta PNPM SPKP yang mangatakan tidak pernah mengikuti kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh PNPM di balai desa dikarenakan harus menjaga warung dan ketua yang biasanya menghadiri kegiatan sosialisasi untuk selanjutnya disampaikan ke anggota kelompok.

61

Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Partisipasi Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP

Karakteristik Sumberdaya Individu diduga memiliki hubungan positif dengan Tingkat Partisipasi (Y1) Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP. Sumberdaya Individu dalam hal ini adalah Tingkat Pendidikan Formal (X1) dan Status Bekerja (X2). Tingkat Partisipasi dilihat berdasarkan keikutsertaan Peserta Pembangunan Fisik dan Peserta SPKP dalam kelembagaan yang ada dalam kegiatan PNPM yang kemudian dikategorikan menjadi rendah apabila berperan sebagai anggota, sedang apabila berperan sebagai sekretaris dan bendahara dan tinggi apabila berperan sebagai ketua dalam kelembagaan. Tabel 30 menunjukkan Tingkat Partisipasi Peserta PNPM menurut kategori stimulan (PNPM Fisik dan SPKP) berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja.

Tabel 30 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Partisipasi Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP

Karakteristik Sumberdaya

Individu

Tingkat Partisipasi Peserta PNPM Fisik (Y1)

Tingkat Partisipasi Peserta PNPM SPKP (Y1) Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total 1. Tingkat Pendidikan Formal (X1)

Rendah 60.00 13.33 10.00 83.33 56.67 6.67 6.67 70.00 Sedang 16.67 0.00 0.00 16.67 26.67 0.00 3.33 30.00 Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Total 76.67 13.33 10.00 100.00 83.33 6.67 10.00 100.00 2. Status Bekerja (X2) Rendah 0.00 0.00 0.00 0.00 26.67 3.33 3.33 33.33 Sedang 73.33 13.33 10.00 96.67 56.67 3.33 6.67 66.67 Tinggi 3.33 0.00 0.00 3.33 0.00 0.00 0.00 0.00 Total 76.67 13.33 10.00 100.00 83.33 6.67 10.00 100.00 Berdasarkan Tabel 30, terlihat bahwa baik Peserta PNPM Fisik maupun Peserta PNPM SPKP memiliki Tingkat Partisipasi rendah. Hal ini berarti bahwa mayoritas Peserta PNPM baik Fisik maupun SPKP berperan sebagai anggota dalam kelembagaan PNPM. Secara administratif, pelaksanaan kegiatan PNPM dalam setiap tahapannya seharusnya diikuti sekurang-kurangnya minimal 40 persen Peserta PNPM. Akan tetapi, pada kenyataannya pelaksanaan kegiatan PNPM tidak diikuti oleh 40 persen Peserta SPKP. Dalam penentuan keanggotaan yang menentukan partisipasi peserta PNPM dipilih dengan mempertimbangkan proporsi laki-laki dan perempuan, kecuali Peserta SPKP yang keanggotaannya hanya melibatkan perempuan saja. Sedangkan untuk kenggotaan Peserta Fisik dimana yang menjadi ketua, sekretaris dan bendahara adalah laki-laki.

Pada Peserta PNPM (Fisik dan SPKP) mayoritas berpendidikan rendah sehingga menyebabkan mayoritas Tingkat Partisipasinya juga rendah terhadap Komponen PNPM. Akan tetapi, ditemukan adanya perbedaan antara kedua Peserta PNPM terhadap Tingkat Partisipasi. Ditemukan adanya hubungan positif terbalik antara Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Partisipasi pada Peserta Fisik. Hal ini didukung oleh hasil uji statistik yaitu rs= -0,244 pada taraf

α= 0,193. Berbeda dengan Peserta PNPM Fisik, pada Peserta PNPM SPKP tidak ditemukan adanya hubungan positif antara Tingkat Pendidikan Formal dengan

Tingkat Partisipasi yang didukung oleh hasil uji statistik yaitu rs= -0,084 pada taraf α= 0,658.

Selanjutnya, pada Peserta PNPM Fisik ditemukan tidak adanya hubungan nyata antara Status Bekerja dengan Tingkat Partisipasi yang didukung oleh hasil uji statistik yaitu rs= -0,102 pada taraf α=0,593. Fakta lain bahwa status bekerja Peserta SPKP mayoritas tergolong sedang namun mayoritas Tingkat Partisipasinya tergolong rendah menjadikan hasil uji statistik hubungan kedua variabel tersebut tidak berhubungan nyata rs= - 0,057 pada taraf α= 0,766.

Merujuk Purnaningsih (2006), hanya Tingkat Pendidikan Formal yang memiliki hubungan positif dengan Tingkat Partisipasi terhadap Komponen PNPM, itupun hanya dikalangan Peserta PNPM Fisik. Pada Peserta SPKP tidak terdapat hubungan yang nyata antara Tingkat pendidikan Formal dan Status Bekerja dengan Tingkat Partisipasi terhadap Komponen PNPM.

Hal ini dimungkinkan tidak adanya hubungan pada variabel Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja dengan Tingkat Partisipasi karena mengingat kondisi umum Desa Kurau dengan tingkat pendidikan cenderung rendah (Tamat SD) dan status bekerja cenderung sedang (berusaha sendiri), menjadikan tingkat partisipasi peserta cenderung rendah. Logikanya mereka yang berpendidikan tinggi dengan status bekerja tinggi tidak memiliki banyak waktu luang untuk mengikuti seluruh kegiatan PNPM dikarenakan kesibukan dalam pekerjaan, akan tetapi mereka yang berpendidikan rendah dengan status bekerja sedang jauh lebih memiliki banyak waktu luang untuk berpartisipasi penuh dalam kegiatan PNPM. Namun, hal tersebut tidak dijumpai pada peserta PNPM di Desa Kurau.

Hubungan Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan Tingkat Akses dan Kontrol Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP terhadap Komponen

PNPM MP

Sub bab ini akan menyajikan data dan informasi berkenaan dengan hubungan antara peubah Tingkat Pendapatan (X3) dan Tingkat Pengeluaran Usaha (X4) dengan Tingkat Akses dan Kontrol Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP dalam PNPM MP. Selengkapnya data tersebut disajikan pada Tabel 31.

Berdasarkan Tabel 31 diketahui bahwa mayoritas Tingkat Pendapatan Anggota Rumahtangga pada Peserta PNPM Fisik tergolong rendah (80 persen), sedangkan pada rumahtangga Peserta PNPM SPKP tergolong sedang (46,67 persen). Artinya, pada rumahtangga Peserta PNPM SPKP memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Peserta PNPM Fisik. Dalam hal Tingkat Pengeluaran Rumahtangga, diketahui bahwa Peserta PNPM Fisik tergolong rendah (76,67 persen) dan Peserta PNPM SPKP tergolong tinggi (43,33 persen). Berdasarkan kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa rumahtangga PNPM SPKP tidak tergolong rumahtangga miskin dan rumahtangga PNPM Fisik tergolong rumahtangga miskin. Hal ini berhubungan dengan tingkat pengeluaran rumahtangga yang menunjukkan kemampuan rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan data hasil uji korelasi rank Spearman (Lampiran 3) Tingkat Pendapatan Peserta PNPM Fisik berhubungan positif dengan Tingkat Akses Peserta PNPM Fisik dengan nilai rs = 0,274 pada taraf α= 0,143. Adanya terdapat

63

hubungan positif ini diduga tingkat pendapatan peserta PNPM Fisik yang tergolong rendah, membuat peserta PNPM Fisik lebih antusias dalam memperoleh informasi terkait kegiatan PNPM karena adanya manfaat ekonomi yang diperoleh peserta apabila mengikuri kegiatan PNPM. Sementara pada Peserta SPKP tidak ditemukan adanya hubungan antara Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pengeluaran Rumahtangga Peserta SPKP dengan Tingkat Akses peserta PNPM berturut-turut yaitu rs = -0,065 pada taraf α= 0,732 dan rs = 0,021 pada taraf α= 0,912.

Selanjutnya, dalam hal Tingkat Kontrol peserta terhadap PNPM MP hubungan nyata hanya ditemukan pada variabel Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pengeluaran Rumahtangga. Pada peserta PNPM Fisik ditemukan adanya hubungan positif Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Kontrol yaitu rs = 0,347

pada taraf α= 0,060 dan ditemukan adanya hubungan positif kurang baik Tingkat Pengeluaran Rumahtangga dengan Tingkat Kontrol yaitu rs = 0,206 pada taraf α=

0,274. Selanjutnya, pada Peserta SPKP ditemukan adanya hubungan negatif kurang baik Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Kontrol yaitu rs = -0,268 pada

taraf α= 0,271.

Tabel 31 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan Tingkat Akses dan Kontrol Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP terhadap Komponen PNPM MP

Karakteristik Sumberdaya

Individu

Tingkat Akses Peserta PNPM Fisik (Y1)

Tingkat Akses Peserta SPKP (Y1) Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total 1. Tingkat Pendapatan (X3)

Rendah 80.00 10.00 3.33 93.33 0.00 0.00 0.00 0.00

Sedang 3.33 0.00 3.33 6.67 46.67 16.67 0.00 63.33

Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00 30.00 3.33 3.33 36.67

Total 33,3 60,0 6,7 100.00 76.67 20.00 3.33 100.00

2. Tingkat Pengeluaran Rumahtangga (X4)

Rendah 76.67 10.00 6.67 93.33 0.00 0.00 0.00 0.00 Sedang 6.67 0.00 0.00 6.67 33.33 10.00 0.00 43.33 Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00 43.33 10.00 3.33 56.67 Total 83.33 10.00 6.67 100.00 76.67 20.00 3.33 100.00 Karakteristik Sumberdaya Individu Tingkat Kontrol Peserta PNPM Fisik (Y1)

Tingkat Kontrol Peserta SPKP (Y1) Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total 1. Tingkat Pendapatan (X3)

Rendah 43.33 26.67 23.33 93.33 0.00 0.00 0.00 0.00

Sedang 0.00 0.00 6.67 6.67 23.33 16.67 23.33 63.33

Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00 23.33 3.33 10.00 36.67

Total 43.33 26.67 30.00 100.00 46.67 20.00 33.33 100.00 2. Tingkat Pengeluaran Rumahtangga (X4)

Rendah 43.33 23.33 26.67 93.33 0.00 0.00 0.00 0.00

Sedang 0.00 3.33 3.33 6.67 20.00 13.33 10.00 43.33

Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00 26.67 6.67 23.33 56.67

Merujuk pada Purnaningsih (2006) terdapat sejumlah variabel yang berhubungan nyata kurang baik pada taraf α= 0,20 sampai 0,30 antara lain Status Bekerja peserta PNPM Fisik dengan Tingkat Akses, Tingkat Pengeluaran Rumahtangga Peserta PNPM Fisik dan Tingkat Pendapatan Peserta SPKP dengan Tingkat Kontrol. Hal ini berarti bahwa status bekerja tidak mempengaruhi akses peserta PNPM dalam mengikuti kegiatan dari perencanaan sampai pelaksanaan, sedangkan tingkat pengeluaran benar tidak mempengaruhi kontrol peserta. Pada PNPM SPKP tingkat pendapatan tidak mempengaruhi kontrol mereka, karena pengambilan keputusan dalam rumahtangga tetap didominasi oleh laki-laki (suami).

Hubungan Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan Tingkat Partisipasi Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP

Diduga terdapat hubungan positif antara variabel karakteristik sumberdaya rumahtangga yang terdiri dari Tingkat Pendapatan (X3) dan Tingkat Pengeluaran Rumahtangga (X4) dengan Tingkat Partisipasi Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP dalam PNPM MP. Tabel 25 menyajikan data yang berkenaan Tingkat Partisipasi Peserta PNPM Fisik dan Peserta PNPM SPKP.

Sebagaimana terlihat pada Tabel 32 mayoritas tergolong kategori rendah dengan persentase Peserta PNPM Fisik 10 persen lebih tinggi dibandingkan Peserta SPKP. Adapun, pada Tingkat Partisipasi Peserta PNPM Fisik tidak ditemukan mereka yang Tingkat Partisipasinya tergolong kategori sedang. Hal ini berarti pada tidak ada Peserta PNPM Fisik yang berstatus sebagai sekretaris atau bendahara. Tingkat Partisipasi yang rendah juga terlihat pada kelompok SPKP, sebagaimana diketahui dalam struktur kelembagaan SPKP terdapat Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota yang berperan, namun hal ini tampaknya hanya formalitas saja karena yang terlihat di lapangan adalah yang berperan dalam kelompok hanyalah Ketua. Peran Ketua disini meliputi koordinasi anggota, mengadakan jadwal pertemuan rutin kelompok, mengumpulkan angsuran anggota per bulan, serta pembukuan kelompok.

Tabel 32 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan Tingkat Partisipasi Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP

Karakteristik Sumberdaya

Individu

Tingkat Partisipasi Peserta PNPM Fisik (Y1)

Tingkat Partisipasi Peserta SPKP (Y1) Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total 1. Tingkat Pendapatan (X3)

Rendah 73.33 13.33 6.67 93.33 0.00 0.00 0.00 0.00

Sedang 3.33 0.00 3.33 6.67 53.33 6.67 3.33 63.33

Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00 30.00 0.00 6.67 36.67

Total 76.67 13.33 10.00 100.00 83.33 6.67 10.00 100.00

2. Tingkat Pengeluaran Rumahtangga (X4)

Rendah 73.33 13.33 6.67 93.33 0.00 0.00 0.00 0.00

Sedang 3.33 0.00 3.33 6.67 36.67 3.33 3.33 43.33

Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00 46.67 3.33 6.67 56.67

65

Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat pada Peserta PNPM Fisik terdapat kecendrungan dimana mayoritas Tingkat Pendapatan mereka rendah, maka mayoritas mereka rendah dalam hal Tingkat Partisipasinya dalam PNPM MP. Akan tetapi, pada Peserta SPKP terdapat kecendrungan dimana mayoritas Tingkat Pendapatan mereka sedang, akan tetapi mayoritas mereka rendah dalam hal Tingkat Partisipasinya dalam PNPM MP. Hal ini didukung oleh hasil uji statistik (Lampiran 3), menunjukkan bahwa ditemukan adanya hubungan nyata kurang baik antara Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pengeluaran Rumahtangga dengan Tingkat Partisipasi pada Peserta PNPM Fisik berturut-turut yaitu rs = 0,209 pada

taraf α= 0,268 dan nilai rs = 0,208 pada taraf α= 0,268. Sementara tidak ditemukan

adanya hubungan negatif antara Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pengeluaran Rumahtangga dengan Tingkat Partispasi pada Peserta PNPM SPKP berturut-turut dengan nilai rs = 0,055 pada taraf α= 0,770 dan rs = 0,035 pada taraf α= 0,850.

Fakta dilapang menunjukkan bahwa rendahnya partisipasi dikarenakan adanya tingkat kesenjangan ekonomi dalam mengikuti program, peserta PNPM SPKP bukan termasuk ke dalam ARTSM (anggota rumahtangga sangat miskin) melainkan mereka yang sudah memiliki usaha, sedangkan untuk PNPM Fisik ditemui bahwa sebagian anggota bukan termasuk ARTSM juga. Dapat disimpulkan bahwa program PNPM belum tepat sasaran dikarenakan, peserta yang mengikuti program tidak termasuk ke dalam ART Sangat Miskin. Pemerintah belum melakukan pendekatan secara menyeluruh terhadap sasaran program. Hal ini yang membuat rendahnya pasrtisipasi masyarakat sangat miskin dalam mengikuti program.

Pemenuhan Kebutuhan Praktis Gender dan Kebutuhan Strategis Gender Aspek keluaran program yang dilihat dalam penelitian ini salah satunya adalah variabel pemenuhan kebutuhan gender. Program PNPM-MP di Desa Kurau diharapkan mampu memenuhi kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang menjadi alat ukur berhasil atau tidaknya suatu program disebut sebagai pemenuhan kebutuhan praktis gender, selanjutnya penyetaraan kedudukan perempuan dengan laki-laki dalam pengambilan keputusan disebut dengan pemenuhan kebutuhan strategis gender. Menurut BPS (2013) keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta suatu kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis.

Berdasarkan hal itu, analisis pemenuhan kebutuhan praktis gender dalam penelitian ini dilihat dari tingkat manfaat yang diperoleh peserta PNPM khususnya pada peserta PNPM SPKP yang berkaitan dengan perkembangan usaha dan pendapatan peserta. Terdapat perbedaan manfaat yang diterima dalam hal tingkat perkembangan usaha Peserta PNPM Fisik dengan Peserta PNPM SPKP yakni pada Peserta PNPM Fisik yang dirasakan dari adanya pembangunan drainase ini diantaranya dapat menunjang aktivitas masyarakat setempat khususnya pada saat musim hujan. Hal ini dirasakan oleh pedagang warung yang membuka warung disekitar pembangunan drainase tersebut. Hal itu didukung dengan penuturan salah satu warga yang ada di dusun IV yang merasakan adanya manfaat dari pembangunan drainase tersebut. Berikut penuturan Bapak FS (38 tahun) sebagai berikut:

“...Aok dek, men dak dek perbaikan drainase ni dulu kalok ujan pasti selalu ngeluap air got e sudeh tu ade bau dak sedap bikin lingkungan tercemar lah pokok e. Kadang kalo lah cemtu, kami dak de buka warung soal e dak de yang nek beli ke warung jalanan e becek, bau got, kami ge jadi repot. Nah, setelah ade e perbaikan drainase kami ngerasa lah enak walaupun ujan dak de ngeluap agik

aik bandar tu.”

Artinya: “...Iya dek, seandainya ngga ada perbaikan drainase ini dulu kalau hujan pasti selalu naik air got nya setelah itu ada bau ngga enak bikin lingkungan tercemar deh pokoknya. Kadang kalau udah gitu, kami ngga buka warung soalnya ngga ada yang mau beli ke warung karna jalanan becek, bau got, kami jadi repot. Nah, setelah adanya perbaikan drainase kami ngerasa sudah enak walaupun ujan ngga banjir lagi got nya.”

Adapun, manfaat yang diperoleh dari Peserta SPKP dengan adanya stimulan dana bergulir bagi kelompok perempuan. Peserta menggunakan dana bergulir tersebut untuk modal usaha baru dan sebagian peserta menggunakannya untuk meningkatkan usaha yang sudah ada yakni dengan menambah jumlah dan macam barang. Manfaat yang dirasakan oleh Peserta SPKP ini dapat dilihat dari meningkatnya tingkat pendapatan peserta. Seperti penuturan dari salah satu peserta SPKP Ibu MI (45 tahun) dibawah ini:

“.... Modal usaha yang dikasih kek pihak PNPM ibu gunain untuk

buka warung makan dek kek nambah pemasukan. Untung e sih dak seberape, tapi lumayan lah. Ade juga peserta yang lain e digunain untuk usaha keluarga, ningkatin usaha yang lah ade, atau dak untuk bantu suami.”

Artinya: “....Modal usaha yang dikasih sama pihak PNPM ibu

gunakan untuk buka warung makan dek untuk nambah pemasukan. Untungnya sih ngga seberapa, tapi lumayan. Ada juga peserta yang lain e digunakan untuk usaha keluarga, ningkatin usaha yang sudah

ada, atau ngga untuk bantu suami.”

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa program telah mampu memenuhi kebutuhan praktis peserta. Namun hal tersebut belum sepenuhnya menggambarkan peningkatan kesejahteraan peserta yang mengikuti program. Selanjutnya, perlu dilihat sejauhmana program mampu memenuhi kebutuhan strategis gender, yakni mampu mengubah status kedudukan perempuan dalam rumahtangga agar setara dengan laki-laki setelah mengikuti program.

Pemenuhan kebutuhan strategis gender pada penelitian ini dilihat dari kontrol peserta dalam hal pengambilan keputusan serta partisipasi peserta dalam mengikuti kelembagaan PNPM MP. Pada dasarnya, tidak hanya Peserta PNPM Fisik saja, Peserta SPKP juga memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan PNPM MP termasuk dalam menentukan besarnya pinjaman dan menentukan jenis usaha apa yang akan

67

dilakukan. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa rendahnya kemampuan perempuan dalam hal menetukan keikutsertaan pada kegiatan PNPM baik dalam hal perencanaan dan pelaksanaan program. Sebaliknya pada laki-laki. Seperti yang dituturkan oleh Ibu NH (40 tahun), sebagai berikut:

Dokumen terkait