• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan merupakan program pemerintah yang mulai dilaksanakan pada tahun 2007. Di Desa Kurau sendiri, PNPM mulai dilaksanakan pada tahun 2009. Sehubungan dengan hal itu, dalam bab ini dikemukakan penjelasan singkat mengenai latar belakang PNPM MP yang dilaksanakan di Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Selanjutnya, akan dijelaskan sejumlah kelembagaan yang berperan serta dalam perencanaan maupun pelaksanaan PNPM MP.

Sejarah dan Struktur Organisasi PNPM MP di Desa Kurau

Penyelenggaraan PNPM MP di Desa Kurau dilatarbelakangi oleh beragam permasalahan yang ada di desa ini, diantaranya adalah: kondisi saluran pembuangan air yang belum layak serta minimnya fasilitas pendidikan khususnya PAUD yang masih belum memiliki gedung sendiri dan memanfaatkan pekarangan rumah dari salah satu aparat desa. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari PNPM MP di Desa Kurau antara lain memperbaiki saluran pembuangan air, membangun sarana pendidikan khususnya PAUD, meningkatkan kualitas hidup, perkembangan usaha dan pendapatan masyarakat Desa Kurau khususnya rumahtangga miskin. Dalam penyelenggaraan program PNPM MP di Desa Kurau terdapat dua jenis stimulan yakni: (a) stimulan sosial dasar ekonomi berupa pembuatan salauran drainase dan pembangunan gedung PAUD, dan (b) stimulan modal bagi Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP).

Pelaksanaan PNPM MP di Desa Kurau melibatkan sejumlah pihak yang seluruhnya berjumlah 139 orang terdiri dari 41 orang laki-laki yang berpartisipasi dalam Peserta PNPM Fisik dan 98 orang perempuan yang berpartisipasi dalam SPKP. Penyelenggaraan PNPM ini sejak sosialisasi, perencanaan sampai dengan evaluasi akhir programnya diawasi oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Lembaga ini juga berperan dalam melegitimasi peraturan desa yang berkaitan dengan pelembagaan dan pelestarian program pembangunan yang ada di desa ini. Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan Bpk. Kasim selaku Kepala Desa diperoleh informasi bahwa setiap program yang masuk ke desa harus dicatat oleh sekretaris desa.

Di bawah ini disajikan Bagan Struktur Tim Pelaksana PNPM MP di Desa Kurau yang selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Bagan Struktur Tim Pelaksana PNPM MP Tingkat Desa KEPALA DESA KS KETUA TPK NS SEKRETARIS SPKP EL SEKRETARIS SP BENDAHARA SM KETUA KELOMPOK SPKP YN KETUA UPK DJ BENDAHARA WN ANGGOTA MA ANGGOTA NR SEKERETARIS TPK YN BENDAHARA TPK DR

29

Berdasarkan Gambar 2, dibawah ini dijelaskan mengenai tugas pokok dari Tim Pelaksana PNPM MP di Desa Kurau.

1. Kepala Desa: Pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM MP, bersama BPD menyusun rancangan peraturan desa yang relevan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam kegiatan PNPM. Kepala desa juga mewakili desa untuk menyepakati keputusan bersama dalam pembentukan Badan Kerja Antar Desa (BKAD), mengkoordinasikan, mengintegrasikan, dan memastikan seluruh kegiatan pembangunan yang ada di desa, menyelesaikan permasalahan dan perselisihan yang terjadi dalam masyarakat berkaitan dengan pelakasanaan PNPM MP.

2. Ketua UPK: Unit Pengelola Kegiatan (UPK) adalah unit yang mengelola operasional kegiatan PNPM MP di Kecamatan dan membantu BKD mengkoordinasikan pertemuan-pertemuan di kecamatan. Selain itu, Ketua UPK bertanggungjawab terhadap seluruh pengelolaan dana, pengelolaan adminstrasi dan pelaporan transaksi kegiatan PNPM, pengelolaan dokumen baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan, pengelolaan dana bergulir, pembinaan terhadap kelompok SPKP, evaluasi dan pemeriksaan kegiatan PNPM, serta memasilitasi penyelesaian permasalahan-permasalahan yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan PNPM MP.

3. Sekretaris dan Bendahara UPK: Membantu ketua UPK terutama dalam masalah admistrasi dan keuangan.

4. Ketua kelompok SPKP: Simpan Pinjam Kelompok Perempuan adalah merupakan kelompok yang memperoleh bantuan dana bergulir dari PNPM. Tugas ketua SPKP sebagai penanggungjawab kelompok, menetapkan jadwal pertemuan kelompok, penyegaran kelompok, mengkoordinasikan anggota kelompok.

5. Sekretaris dan Bendahara SPKP: Membantu ketua SPKP terutama dalam masalah administrasi dan keuangan.

6. Ketua TPK: Tim Pengelola Kegiatan berfungsi dalam mengelola dan melaksanakan PNPM MP. Ketua TPK sebagai penanggungjawab operasional kegiatan di desa, mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di lapangan dan pengelolaan admistrasi serta keuangan program.

7. Sekretaris dan Bendahara TPK: Membantu ketua TPK dalam masalah admistrasi dan keuangan,

8. Anggota: kriteria yang termasuk dalam anggota adalah merupakan warga setempat, mempunyai pengetahuan tentang peta desa dan arah pembangunan desa, serta peduli terhadap pembangunan desanya, mampu bekerjasama dalam tim dan tidak memihak terhadap kelompok-kelompok tertentu, mampu melaksanakan tugas adminstratif.

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) di Desa Kurau mulai dilaksanakan pada tahun 2009. Proyek pertamanya berupa pembuatan drainase di Dusun IV sepanjang 515 m atau tepatnya 2 x 2575 m (sisi kiri dan kanan). Pembangunan drainase ini dilatarbelakangi oleh beragam permasalahan yang ada di Desa Kurau yaitu kondisi saluran pembuangan air yang kurang kondusif sehingga sering terjadi genangan air apabila curah hujan tinggi. Sebagian besar warga mengeluhkan sebelum adanya pembangunan drainase tersebut, kondisi saluran pembuangan air di Desa Kurau tidak baik yaitu tidak mampu menampung air yang berlebihan pada saat hujan dan menghambat aktivitas masyarakat pada saat musim hujan.

Pembangunan drainase bertujuan untuk menyediakan saluran pembuangan air (got) yang diharapkan dapat meminimalisir terjadinya banjir pada saat hujan. Selain itu, baik secara langsung maupun tidak langsung pembangunan drainase ini diharapkan akan berdampak positif terhadap kenyamanan lingkungan di Desa Kurau. Sasaran dari program drainase ini adalah rumahtangga miskin, sebagian besar yang berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan drainase ini adalah laki- laki yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan dalam kategori usia produktif yaitu 15-60 tahun. Adapun jumlah masyarakat pemanfaat dari proyek drainase menurut pemanfaat dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah pemanfaat proyek pembangunan drainase menurut kategori pemanfaat dan jenis Kelamin, Desa Kurau, tahun 2014

Kategori Pemanfaat

Laki-Laki Perempuan Total Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Pemanfaat Langsung Umum 464 48.38 355 44.60 819 46.67 Pemanfaat Rumahtangga Miskin 215 22.42 185 23.24 400 22.79 Pemanfaat Tidak Langsung 280 29.20 256 32.16 536 30.54 Total 959 100.00 796 100.00 1755 100.00 Sumber : Laporan Akhir Pembangunan Sarana dan Prasarana, Desa Kurau 2014

Pemanfaat langsung proyek drainase terdiri atas penduduk Desa Kurau yang bertempat tinggal dan menetap di wilayah Dusun 04. Adapun yang dimaksud dengan pemanfaat tidak langsung adalah mereka yang berasal dari luar Dusun 04 namun ikut memanfaatkan serta menggunakan jalan. (pengguna jalan).

Untuk kegiatan pembangunan drainase tersebut, penyelenggara PNPM MP memanfaatkan tenaga ahli dan tenaga kasar yang berasal dari Desa Kurau sebagai bagian dari upaya membuka kesempatan kerja bagi warga masyarakat miskin. Pembangunan drainase ini juga berkerjasama dengan Biro Pekerjaan Umum (PU).

Pembangunan Sarana dan Prasarana Sosial Dasar Kegiatan PNPM MP di Desa Kurau

31

Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana lainnya yang juga didanai PNPM MP di Desa Kurau berupa pembangunan gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang dilaksanakan pada tahun 2012 dengan jumlah tenaga kerja 10 orang. Seperti halnya pembangunan drainase, tenaga kerja untuk pembangunan PAUD juga berasal dari masyarakat setempat dan diutamakan anggota rumahtangga miskin. Bangunan PAUD yang telah dibangun terdiri dari dua ruangan yaitu ruang kantor dan ruang kelas dengan total luas gedung 12 x 9 meter.

Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) di Desa Kurau Kegiatan PNPM MP lainnya yang direalisir di Desa Kurau adalah dibentuknya lima kelompok Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP), pada tahun 2009. Masing-masing anggota kelompok berdomisili di beberapa dusun yang ada di desa ini. Jumlah kelompok SPKP ini bertambah setiap tahunnya berdasarkan kebutuhan masyarakat desa, sehingga sampai tahun 2014 jumlah keseluruhan kelompok SPKP yang ada di Desa Kurau sebanyak 14 kelompok. Masing-masing kelompok juga memiliki Ketua, Sekretaris dan Bendahara yang mengatur penguatan kelompok.

Kegiatan SPKP merupakan program lanjutan yang masih diadakan oleh pihak PNPM setempat dengan dana simpanan yang dimiliki oleh PNPM Kecamatan. Ketua dari Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Kecamatan mengakui bahwa untuk tahun 2014 atau masa pemerintahan Jokowi-JK kegiatan SPKP sudah tidak mendapatkan biaya dari pemerintah. Di bawah ini penuturan Bapak SU (48 tahun) dari hasil wawancara, sebagai ketua PNPM kecamatan:

Program PNPM ni sebener e dibutuhin kek masyarakat, seharus e pemerintah sekarang ngelanjutin program ni. Karna program ni bener-bener ngebantu masyarakat dalam hal kebutuhan modal buat usaha. Dimulai dari tahun 2014 sampai kelak kegiatan SPKP dak de nerima bantuan agik dari pemerintah, tapi kami pihak PNPM Kecamatan agik tetep ngelanjutin kegiatan ni dari dana simpanan yang ade. PNPM sendiri kate e nek diganti name terus dak dapet

perhatian agik dari pemerintah.”

(“Artinya: Program PNPM ini sebenarnya dibutuhkan masyarakat, seharusnya pemerintah sekarang melanjutkan program ini. Karena program ini benar-benar membantu masyarakat dalam memnuhi kebutuhan modal untuk usaha. Dimulai dari tahun 2014 sampai seterusnya kegiatan SPKP tidak menerima bantuan lagi dari pemerintah, tetapi dari pihak PNPM Kecamatan masih tetap melanjutkan kegiatan ini dari dana simpanan yang ada. PNPM sendiri katanya juga akan diganti nama dan tidak ada perhatian lagi

dari pemerintah.”)

Pernyataan di atas diperkuat oleh pendapat Ibu Ms (40 tahun), selaku sekretaris PNPM Kecamatan, sebagai berikut:

”Kami sebener e lah pernah nanya langsung ke pihak PNPM pusat cemane kelanjutan program ni, tapi pihak pusat bilang bahwa Kegiatan PNPM terakhir sampe akhir tahun 2014 ni lah. Seterus e dak de agik bantuan dari pihak pusat untuk kegiatan PNPM agik, jadi sekarang ni ngape program SPKP agik berlangsung tu karena pake dana sendiri dari kami PNPM Kecamatan.”

“Artinya: Pihak PNPM Kecamatan sebenarnya sudah pernah

menanyakan langsung ke pihak PNPM Pusat tentang kelanjutan program ini, tapi pihak pusat mengatakan bahwa kegiatan PNPM terakhir adalah sampai akhir tahun 2014 ini saja. Selanjutnya, tidak ada lagi bantuan dari pihak pusat untuk kegiatan PNPM lagi, jadi sekarang kenapa program SPKP masih berlangsung itu karena

pakai dana sendiri dari PNPM Kecamatan.”

Kegiatan SPKP merupakan kegiatan pemberian modal usaha untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam. Secara umum, sebagaimana tertulis dalam PTO PNPM MP, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, memberikan kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan untuk mendorong pengurangan rumahtangga miskin dan meciptakan lapangan pekerjaan bagi kaum perempuan. Sasaran dari program SPKP adalah rumahtangga miskin (RTM) yang produktif yang memerlukan pendanaan bagi kegiatan usaha dengan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) menggunakan sistem bantuan dana bergulir. Akan tetapi, kondisi di lapangan menunjukkan bahwa penerima program SPKP bukan rumahtangga miskin. Kebanyakan penerima program SPKP adalah yang memiliki usaha dan ada beberapa merupakan bagian dari aparat desa.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, terdapat sebanyak 14 kelompok SPKP di Desa Kurau yang terbentuk pada periode tahun 2009-2014 dengan jumlah anggota kelompok yang beragam.. Kegiatan perguliran modal dikalangan kelompok SPKP tersebut telah berlangsung selama empat kali, dua kali dan sekali, berturut-turut bagi mereka yang terbentuk pada tahun 2009 sampai 2014. Sejumlah kelompok SPKP tersebut merupakan kelompok terpilih berdasarkan hasil seleksi Tim Verfiikasi tingkat Kecamatan. Seleksi yang dilakukan Tim Verifikasi mempertimbangkan proporsi RTM yang ada di Desa Kurau dengan seleksi kelayakan kelompok. Adapun kelompok yang berhak mengajukan SPKP perguliran PNPM MP harus memenuhi persyaratan yang mencakup:

1. Kelompok yang sebelumnya pernah tergabung dalam kelompok SPP dan melakukan pengembalian tepat waktu.

2. Kelompok usaha perempuan yang sudah memiliki usaha sampai melakukan pinjaman minimal sudah berjalan selama dua tahun.

3. Organisasi kewanitaan yang ada di desa yang sudah baku dan mempunyai SK Kepala Desa: PKK, Kader Posyandu, atau kelompok pengajian perempuan yang sudah berjalan sedikitnya tiga tahun.

4. Kelompok harus mempunyai anggota minimal lima orang dan sebanyak- banyaknya sepuluh orang pada saat pembentukan kelompok.

33

5. Pengurus kelompok dan anggota kelompok salah adalah warga Desa Kurau minimal dua tahun dan memiliki tempat tinggal tetap dibuktikan dengan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Pengenal (KTP).

6. Memiliki penghasilan tetap dari usaha yang dimilikinya.

7. Pengurus atau anggota kelompok berusia produktif (21-60 tahun) pada saat mengajukan pinjaman SPP dana bergulir.

Berdasarkan pemaparan di atas, kelompok yang tergabung dalam SPKP telah melalui proses seleksi dari Tim Verifikasi yang kemudian dinyatakan layak tergabung dalam kegiatan SPKP. Adapun kelompok yang tidak berhak untuk mengajukan pinjaman SPP BLM atau perguliran, meliputi: Anggota TNI/POLRI, PNS, karyawan kecamatan, Kepala Desa/BPD, perangkat desa, karyawan BUMN, Purnawirawan TNI/POLRI, pensiunan PNS, kelompok laki-laki, pengusaha atau grosir. Sehubungan dengan hal itu, fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat sejumlah anggota yang merupakan bagian dari perangkat desa, yakni istri dari Ketua RT, istri dari seorang PNS, istri dari Kepala BPD dan seorang sekretaris BPD. Hal ini terjadi karena kurang tegasnya pemeriksaan yang dilakukan oleh Fasilitator dan/atau Tim Verifikasi dan adanya hubungan kekerabatan atau kekuasaan yang dimiliki aparat desa tersebut sehingga luput dari pemeriksaan Tim Verifikasi.

Tabel 7 Daftar nama kelompok Peserta SPKP yang masih aktif di Desa Kurau, Tahun 2014 No Nama Kelompok Jumlah Anggota Total Pinjaman Kelompok ( x 1000) Terendah (x 1000) Tertinggi ( x 1000) 1. Mawar 5 20.000 4.000 5.000 2. Raflesia 10 93.000 5.000 10.000 3. Anggrek 7 65.000 5.000 10.000 4. Asoka 12 144.000 7.000 14.000 5. Kamboja 7 46.000 4.000 7.000 6. Seroja 7 66.000 7.000 10.000 7. Tulip 6 54.000 7.000 10.000 8. Matahari 6 12.000 2.000 2.000 9. Melati Merah 6 34.000 4.000 6.000 10. Melon 5 24.000 4.000 4.000 11. Pelangi 11 132.000 12.000 12.000 12. Mentari 5 10.000 2.000 2.000 13. Mandiri 5 10.000 2.000 2.000 14. Anggur 5 26.000 2.000 6.000

Sumber: Daftar Nama Kelompok Simpan Pinjam Kelompok Perempuan, Desa Kurau 2014 Tabel 7 menyajikan data nama kelompok SPKP yang ada di Desa Kurau, yang meliputi 14 kelompok yang masih aktif dalam kegiatan SPKP dan tersebar di semua dusun desa ini. Keempat belas kelompok ini masing-masing memiliki pinjaman yang berbeda yang dimulai dari yang paling rendah sebesar Rp 2 000

000 s/d Rp 14 000 000. Angsuran kelompok dibayar setiap satu bulan sampai semua pinjaman dilunasi. Jenis usaha yang dilakukan oleh masing-masing kelompok adalah membuka warung kecil, membuat kerupuk ikan, menjual baju, dan membantu usaha suami.

Berdasarkan keempat belas kelompok di atas, ada beberapa kelompok yang menunggak pengembalian. Kesepakatan dari setiap kelompok adalah diberlakukannya sistem tanggung renteng apabila ada anggota kelompok yang telat melunasi pinjaman, tetapi menurut salah satu anggota kelompok bahwa kesepakatan sistem tanggung renteng dianggap memberatkan anggota kelompok lainnya.

Pihak PNPM sendiri memiliki aturan yang baru untuk mendisiplinkan anggota kelompok yang telat melunasi pembayaran berupa sanksi sosial yaitu dipasangnya semua foto anggota kelompok di papan pengumuman di kantor kecamatan dan kantor desa. Sanksi ini diharapkan dapat membuat anggota kelompok yang telat melunasi pinjaman dapat segera melunasi pinjaman. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Ms (40 tahun), selaku sekretaris PNPM kecamatan.

„‟…kalo dak cemtu dak tau kapan selesai ngelunasi e, kan men foto e di pajang jadi ade kesadaran di dalam diri e biak cepet-cepet ngelunasi karna dak kawa ditingok orang satu kecamatan kek satu desa. Kalo dulu kan agik ade sistem tanggung renteng, tapi banyak anggota yang ngerase dibebani, siape yang nunggak siape yang harus ikut-ikutan ngebayar..‟‟

“Artinya: kalau ngga gitu, ngga tau selesai dilunasinnya kapan,

soalnya klo fotonya di pajang ada kesadaran di dalam dirinya untuk cepet-cepet melunasi karna malu diliat orang-orang satu kecamatan dan satu desa. kalau dulu masih ada sistem tanggung renteng, tapi banyak anggota yang merasa dibebani, siapa yang menunggak siapa yang harus ikut-ikutan membayar.”

Kasus anggota kelompok yang menunggak dikarenakan oleh faktor ekonomi, seperti warung sepi, musim angin kencang yang menyebabkan nelayan tidak bisa melaut dan berhutang. Berdasarkan fakta di lapang, kebanyakan anggota yang menunggak adalah istri nelayan yang penghasilannya tidak menentu. Sanksi sosial yang diberikan pihak kecamatan menimbulkan pro dan kontra dari anggota kelompok. Seperti penuturan dari Ibu Hs (28 tahun) salah satu anggota kelompok SPKP yang tidak menunggak:

“... Kami denger sih kalok ade yang nunggak sanksi sosial e majang

foto satu kelompok.Cemane ok, kalok sanksi sosial e majang foto satu kelompok same bai ngemalu semue anggota. Harus e yang dak bayar bai yang dipajang foto e jangan satu kelompok”.

(Artinya: “...Kami dengar sih kalau ada yang nunggak sanksi

sosialnya masang foto satu kelompok. Gimana ya, kalau sanksi sosialnya masang foto satu kelompok sama aja mempermalukan

35

semua anggota. Harusnya yang nggak bayar aja yang dipasang

fotonya jangan satu kelompok”)

Selanjutnya, Tabel 8 menyajikan informasi mengenai tingkat perkembangan usaha yang dilakukan oleh peserta SPKP berdasarkan responden yang tidak memiliki usaha, usaha tidak berkembang, usaha berkembang.

Tabel 8 Jumlah dan Persentase Responden Peserta SPKP Berdasarkan Tingkat Perkembangan Usaha di Desa Kurau, Tahun 2014 (dalam persen).

Sumber: Data Primer

Dari total seluruh responden SPKP, terlihat bahwa kegiatan SPKP membantu perempuan dalam mengembangkan usaha baik yang sudah memiliki usaha ataupun yang tidak memiliki usaha sebelumnya. Diakui sejumlah responden yang usahanya tidak berkembang, hal itu dikarenakan adanya kesulitan dalam rumahtangga sehingga membuat perempuan harus menggunakan modal usaha untuk menutupi keperluan suami. Hal itu diperkuat oleh penuturan dari Ibu Yn (45 tahun) selaku anggota dari salah satu kelompok SPKP yang menunggak sebagai berikut:

“...Aok dek, Ibu ni nunggak pengembalian pinjaman karena usaha

Ibu dak bekembang. Cemane nek ngembaliin pinjaman, kalok pemasukan e dak de. Sudeh ge warung Ibu sekarang sepi gara-gara lah banyak yang buka warung, saingan makin banyak. Suami tau kalo Ibu telat ngembaliin pinjaman dan lah sering ditelponin kek

pihak sane, tapi nek cemane agik.”

Artinya: Iya dek, Ibu menunggak pengembalian karena usaha Ibu tidak berkembang. Bagaimana mau mengembalikan pinjaman, kalau pemasukannya tidak ada. Terus juga warung Ibu sekarang sepi gara- gara sudah banyak yang buka warung, saingan makin banyak. Suami tau kalau Ibu telat mengembalikan pinjaman dan sudah sering

dihubungi oleh pihak PNPM, tapi mau bagaimana lagi.”

No Perkembangan Usaha Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Berkembang 10 33.33

2 Berkembang 20 66.67

Fakta di lapang menunjukkan bahwa tujuan program yang ingin memberdayakan kelompok perempuan belum terlaksana di Desa Kurau. Kelompok perempuan yang tinggal di daerah pesisir mayoritas cenderung berpendidikan rendah dengan tingkat ketrampilan yang minim. Dalam hal ini, seharusnya program mampu memberdayakan kelompok perempuan dengan memberikan pinjaman modal diikuti peningkatan ketrampilan kelompok perempuan agar dapat menggunakan pinjaman berdasarkan pelatihan ketrampilan yang telah diikuti.

Selanjutnya, Tabel 9 menyajikan informasi mengenai jumlah dan persentase Peserta PNPM SPKP berdasarkan besarnya dana pinjaman yang diperoleh oleh responden Desa Kurau yang dilihat dari besar kecilnya dana pinjaman yang diperoleh peserta SPKP.

Tabel 9 Jumlah dan persentase Peserta PNPM SPKP berdasarkan besarnya dana pinjaman yang diperoleh oleh total Peserta PNPM SPKP Desa Kurau, Tahun 2014 No Besarnya Pinjaman Jumlah (orang) Persen (%) 1 Kecil 32 32.7 2 Besar 66 67.3 Total 98 100.00

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 9, dilihat bahwa persentase jumlah pinjaman yang diperoleh dari total keseluruhan anggota yang tergabung dalam kelompok SPKP dengan jumlah 98 orang. Selanjutnya, dibagi menjadi dua kategori yaitu kecil dan besar. Persentase yang diperoleh adalah sebanyak 32.7 persen berada pada kategori kecil dimana jumlah pinjaman yang diperoleh berkisar antara Rp 2 000 000 s/d Rp 7 000 000. Adapun, persentase pada kategori besar adalah sebanyak 67.3 persen yang memperoleh dana pinjaman berkisar antara Rp 8 000 000 s/d Rp 14 000 000.

Dana pinjaman yang diperoleh tiap kelompok berbeda-beda dilihat berdasarkan jenis usaha yang sudah ada pada saat mengajukan pinjaman dan dicantumkan dalam proposal. Jumlah pinjaman pada masing-masing anggota kelompok juga berbeda dan tidak sama, hal ini dilihat berdasarkan kemampuan anggota dalam mengembalikan pinjaman. Anggota kelompok yang baru bergabung dalam kegiatan SPKP biasanya akan memperoleh dana pinjaman sebesar Rp 2 000 000. Kelompok yang telah lama bergabung dan tidak pernah telat mengembalikan pinjaman akan terus meningkat jumlah pinjaman selanjutnya sampai maksimum pinjaman yang diperoleh adalah sebesar Rp 14 000 000.

Bila dibandingkan dengan total pinjaman dana keseluruhan peserta SPKP sebanyak 98 orang. Dibawah ini disajikan data mengenai jumlah dan persentase responden SPKP sebanyak 30 orang berdasarkan besarnya pinjaman yang diperoleh, Tahun 2014 (Tabel 10).

37

Tabel 10 Jumlah dan Persentase responden SPKP (30 orang) berdasarkan besarnya pinjaman yang diperoleh, Tahun 2014.

No Besarnya Pinjaman Jumlah (orang) Persen (%)

1 Kecil 13 43.33

2 Besar 17 56.67

Total 30 100.00 Sumber: Data Primer

Tabel di atas menyajikan informasi mengenai besarnya pinjaman responden kelompok SPKP dengan jumlah n=30. Diperoleh bahwa jumlah pinjaman besar jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah pinjaman kecil, hal itu sesuai dengan fakta di lapanga yang menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pinjaman terbanyak responden berada pada skala Rp 7 000 000 sampai dengan Rp 14 000 000, dengan jumlah pinjaman terendah sebanyak Rp 2 000 000. Responden yang memiliki usaha berkembang dan selalu mengembalikan pinjaman tepat waktu cenderung akan lebih berani mengajukan pinjaman dengan jumlah besar, berbeda dengan responden yang memiliki usaha kecil.

NASIONALPEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

Dokumen terkait