• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gender Dalam Penyelenggaraan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Pnpm) Di Desa Nelayan Kurau (Kasus Komunitas Nelayan Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Gender Dalam Penyelenggaraan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Pnpm) Di Desa Nelayan Kurau (Kasus Komunitas Nelayan Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH:

ATIKAH DEWI UTAMI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

ANALISIS GENDER DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) DI DESA

NELAYAN KURAU

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Gender dalam Penyelenggaraan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Nelayan Kurau, (Kasus Komunitas Nelayan Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung) adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Atikah Dewi Utami

(3)

ABSTRAK

ATIKAH DEWI UTAMI. Analisis Gender dalam Penyelenggaraan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Nelayan Kurau (Kasus Komunitas Nelayan Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah). Dibimbing oleh SITI SUGIAH MUGNIESYAH.

Salah satu prinsip yang melandasi kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dengan tujuan utamanya meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya masyarakat miskin dan kelompok perempuan. Tujuan penelitian ini: 1) Menganalisis karakteristik sumberdaya individu Peserta Program PNPM MP, 2) Menganalisis proporsi peserta PNPM MP laki-laki dan perempuan yang berpartisipasi dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP dan 3) Menganalisis akses dan kontrol terhadap sumberdaya PNPM MP. Contoh penelitian sebanyak 60 responden rumahtangga peserta PNPM yang terbagi menjadi 30 orang laki-laki dan 30 orang perempuan, unit analisis dalam penelitian ini adalah individu rumahtangga. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian dengan analisis deskriptif mengacu pada teori, hasil observasi, serta wawancara mendalam. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan hanya variabel tingkat pendidikan formal, status bekerja, dan tingkat pengeluaran rumahtangga pada peserta pembangunan fisik yang berhubungan signifikan dengan tingkat partisipasi terhadap komponen PNPM pada taraf α= 0.05 sampai dengan taraf α= 0.30. Hasil penelitian menunjukkan hanya tingkat pendapatan, tingkat pendidikan berhubungan nyata dengan tingkat akses terhadap komponen PNPM. Pada peserta SPKP menunjukkan hanya tingkat pendidikan formal dan status bekerja yang berhubungan nyata dengan tingkat akses terhadap komponen PNPM pada taraf α= 0.00. Selanjutnya, tingkat pendapatan berhubungan negatif dengan tingkat kontrol terhadap komponen PNPM pada taraf α= 0.20 sampai dengan α= 0.30.

(4)

ATIKAH DEWI UTAMI. STUDY ANALYSIS GENDER IN PROGRAM

NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN in the Village Fisherman Kurau (Fishermen Community Case Kurau Village, District Koba, Central Bangka Regency). Supervised by SITI SUGIAH MUGNIESYAH.

One of the basic principles underlying the National Program for Community Empowerment (PNPM) is the equality principle and gender equity. The main purpose of PNPM to enhance community participation, especially of the poor and women. This study aims to: 1) To analyze the characteristic of individual resource of PNPM's participant, 2) To analyze the proportion of male and female participant who participates in the planning and implementation of PNPM MP and 3) To analyze the access and control toward the resources of PNPM MP. The representative respondents involved were 60 households which divided into 30 males and 30 females. The unit analysis of this study is the household individual.

The hypothesis of this study will be proved by implementing Rank Spearman‟s. Result from Spearman‟s rank correlation coefficient showed three variables which significantly affected participation level of PNPM component. These variables are 1) levels of formal education; 2) work status, and 3) household expenditures level of physical development‟s participants.The correlation stands at at the α= 0.05 to α= 0.30. SPKP participants indicated two variables that distinctly related to access level over PNPM component at at α=0.00. The two variables are formal education level and work status. Furthermore, income level is negatively related to the level of control over the PNPM component at α= 0.20 to α= 0.30.

(5)

ATIKAH DEWI UTAMI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

ANALISIS GENDER DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) DI DESA

NELAYAN KURAU

(6)
(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul Analisis Gender dalam Penyelenggaraan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Nelayan Kurau (Komunitas Nelayan Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah). Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan sebagai Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Ir Siti Sugiah Mugniesyah, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berbagi ilmu dan pengalaman mengenai studi analisis gender serta atas curahan waktu, tenaga, pikiran, dan dukungan moral, sejak penyusunan studi pustaka, penulisan proposal hingga penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Ir Dwi Sadono, MSi selaku dosen penguji utama dan Bapak Martua Sihaloho, SP, MSi selaku dosen penguji wakil Departemen SKPM yang telah bersedia menjadi dosen penguji dan memberikan masukan serta saran bagi penyelesaian skripsi ini.

3. Kepala Desa Kurau, Bapak Kasim yang telah memberikan izin dan memasilitasi kegiatan penulis selama melakukan penelitian kurang lebih satu bulan di Desa Kurau.

4. Kepala Dusun II Desa Kurau, Bapak Nasir beserta istri yang telah bersedia memberikan tempat tinggal serta kenyamanan selama tinggal bersama dan memberikan dukungan, fasilitas kepada penulis selama melakukan penelitian di Desa Kurau.

5. Kaur Bidang Pembangunan, Kaur Bidang Kesejahteraan, serta pengurus kantor Desa Kurau yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan kepada penulis mengenai kondisi Desa.

6. Ketua BPD Bapak Asnawi dan Istri, Sekretaris BPD Ibu Yuyun beserta suami yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan informasi terkait penelitian, mengajak penulis untuk mengikuti kegiatan sosial, serta memberikan dukungan moral kepada penulis.

7. Keluarga tercinta, Ayahanda Drs. A. Huzarni Rani, Msi, Ibunda Brinawati Bayuningrat, dan Kakanda Muhammad Abi Febianto, serta Uniq Ghita cahyani yang selalu mengirimkan do’a dukungan, motivasi, serta membantu penulis mengakses berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan literatur terkait skripsi ini, dan kasih sayang yang tiada putus kepada penulis dalam menyelesaikan studi S1 di Institut Pertanian Bogor.

(8)

9. Prastowo Alrajabi S.Pi yang selalu sabar mendampingi, mendo’akan, serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10.Rekan satu bimbingan, Rahma Nurina dan Wastini untuk kerjasama dan kebersamaan selama proses penulisan studi pustaka, proposal penelitian serta penyelesaian skripsi ini.

11.Sahabat penulis, Shella, Teh Lilis, Anca, Jae, Rina, Yayuk, Bebe yang menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi, serta memberi masukan dan kritik yang membangun kepada penulis. Meisela, Sandra, Novi Ndut, Destrie, dan Penti yang telah bersedia menemani penulis selama melakukan penelitian sampai penyelesaian skrispi, selalu memberikan dukungan moral, kasih sayang, dan canda tawa agar penulis segera menyelesaikan skripsi.

12.Seluruh teman SKPM 48 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang saling memberikan semangat dan dukungan untuk bersama-sama menyelesaikan penulisan skripsi dengan lancar.

Bogor, Juni 2016

(9)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Masalah penelitian 3

Tujuan penelitian 4

Kegunaan penelitian 5

PENDEKATAN TEORETIS 6

Tinjauan pustaka 6

Konsep gender dan teknik analisis gender 6

Karakteristik rumahtangga nelayan 7

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) 8 Hasil-Hasil Studi tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) 8

Hipotesis penelitian 13

Definisi operasional 13

PENDEKATAN LAPANG 15

Metode penelitian 15

Lokasi dan waktu penelitian 16

Penentuan sampel dan responden 16

Pengolahan data dan analisis data 16

KEADAAN UMUM DESA KURAU 18

Kondisi geografis dan luas wilayah 18

Keadaan umum penduduk 19

Kelembagaan desa 23

Sarana dan prasarana 24

Profil program-program pengentasan kemiskinan di Desa Kurau 25 PROFIL PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (PNPM) DESA KURAU 27

Sejarah dan Struktur Organisasi PNPM MP di Desa Kurau 27 Pembangunan sarana dan prasarana sosial dasar kegiatan PNPM MP di Desa

Kurau 29

(10)

PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONALPEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

(PNPM MP) DI DESA KURAU 38

Karakteristik Individu 38

Rata-rata jumlah anggota rumahtangga dan jenis kelamin 38 Anggota rumahtangga peserta PNPM MP menurut kelompok umur 39

Tingkat pendidikan formal 40

Jenis pekerjaan 41

Status pekerjaan 42

Status perkawinan 44

Karakteristik rumahtangga peserta PNPM MP 46

Kepemilikan benda berharga 46

Keterangan umum rumahtangga peserta PNPM MP di Desa Kurau 47 STIMULAN PNPM MP DAN PENGELOLAAN PNPM MP

Stimulan Dana BLM untuk Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana 50 Stimulan Dana BLM untuk Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

(SPKP) 50

Tingkat Kemudahan Sistem Alokasi Dana 51

Frekuensi Kunjungan Pendampingan Fasilitator 52 PROFIL RESPONDEN PESERTA PROGRAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA

KURAU 53

Tingkat pendidikan formal 53

Status bekerja 54

Tingkat pendapatan 54

Tingkat pengeluaran rumahtangga 55

Tingkat akses 56

Tingkat kontrol 56

Tingkat partisipasi 57

ANALISIS GENDER TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM 58 Hubungan karakteristik sumberdaya individu dengan tingkat akses dan kontrol peserta PNPM fisik dan peserta PNPM SPKP terhadap komponen PNPM MP 58 Hubungan karakteristik sumberdaya individu dengan tingkat partisipasi peserta

(11)

3

Hubungan karakteristik sumberdaya rumahtangga dengan tingkat akses dan

kontrol peserta PNPM fisik dan peserta SPKP terhadap komponen PNPM MP 62 Hubungan karakteristik sumberdaya rumahtangga dengan tingkat partisipasi

peserta PNPM fisik dan peserta SPKP 64

Pemenuhan kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender 65

SIMPULAN DAN SARAN 68

Simpulan 68

Saran 68

69 DAFTAR PUSTAKA

71 LAMPIRAN

(12)

1 Luas wilayah Desa Kurau menurut penggunaannya, tahun 2014 5 Distribusi penduduk Desa Kurau menurut tingkat pendidikan yang

ditamatkan dan jenis kelamin, tahun 2014 (dalam persen)

22

6 Jumlah pemanfaat proyek pembangunan drainase menurut kategori pemanfaat dan jenis kelamin, Desa Kurau, tahun 2014

30 7 Daftar nama kelompok peserta SPKP yang masih aktif di Desa Kurau,

tahun 2014

33

8 Jumlah dan persentase responden peserta SPKP berdasarkan tingkat perkembangan usaha di Desa Kurau, tahun 2014 (dalam persen)

35 9 Jumlah dan persentase peserta PNPM SPKP berdasarkan besarnya

dana pinjaman yang diperoleh oleh total peserta PNPM SPKP Desa Kurau, tahun 2014

36

10 Jumlah dan persentase responden SPKP (30 orang) berdasarkan besarnya pinjaman yang diperoleh, tahun 2014

37

11 Distribusi anggota rumahtangga peserta PNPM MP di Desa Kurau menurut kategori stimulan, kelompok umur dan jenis kelamin, tahun 2014 (dalam persen)

40

12 Distribusi anggota rumahtangga peserta PNPM MP di Desa Kurau menurut kategori stimlan, tingkat pendidikan formal dan jenis kelamin (dalam persen)

41

13 Distribusi ART peserta PNPM MP menurut jenis pekerjaan dan jenis kelamin, tahun 2014 (dalam persen)

42 14 Distribusi anggota rumahtangga peserta PNPM MP di Desa Kurau

menurut kategori stimulan, status bekerja, dan jenis kelamin, tahun 2014 (dalam persen)

43

15 Distribusi anggota rumahtangga peserta SPKP di Desa Kurau menurut golongan umur dan status perkawinan, tahun 2014 (dalam persen)

44

16 Distribusi anggota rumahtangga peserta pembangunan fisik di Desa Kurau menurut golongan umur dan status perkawinan, tahun 2014 (dalam persen)

45

17 Rata-rata kepemilikan benda berharga pada rumahtangga peserta PNPM SPKP di Desa Kurau menurut kategori stimulan, tahun 2014 (dalam persen)

46

18 Rata-rata kepemilikan benda berharga pada rumahtangga peserta PNPM fisik di Desa Kurau menurut kategori stimulan, tahun 2014 (dalam persen)

47

19 Jumlah dan persentase keterangan umum rumahtangga peserta PNPM SPKP di Desa Kurau, tahun 2014

(13)

2

Fisik Desa Kurau, tahun 2014

21 Tingkat bantuan dana BLM anggota peserta SPKP PNPM MP di Desa Kurau, tahun 2014 (dalam persen)

51 22 Tingkat pendidikan formal responden peserta PNPM menurut kategori

stimulan, tahun 2014 (dalam persen)

53 23 Status bekerja seponden peserta PNPM menurut kategori stimulan,

tahun 2014 (dalam persen)

54

24 Tingkat pendapatan responden peserta menurut kategori stimulan, tahun 2014 (dalam persen)

55 25 Tingkat pengeluaran rumahtangga responden peserta PNPM menurut

kategori stimulan, tahun 2014 (dalam persen)

55

26 Tingkat akses responden peserta PNPM MP menurut kategori stimulan, tahun 2014 (dalam persen)

56 27 Tingkat kontrol menurut kategori stimulan, tahun 2014 (dalam persen) 57 28 Tingkat partisipasi menurut kategori stimulan, tahun 2014 (dalam

persen)

57 29 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Akses

dan Kontrol Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP terhadap Komponen PNPM MP

59

30 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Partisipasi Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP

61 31 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan Tingkat

Akses dan Kontrol Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP terhadap Komponen PNPM MP

63

32 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan Tingkat Partisipasi Peserta PNPM Fisik dan Peserta SPKP

(14)

1 Hubungan antar variabel analisis gender dalam PNPM 12 2 Bagan struktur tim pelaksana PNPM MP tingkat desa 28 3 Persentase anggota rumahtangga peserta PNPM MP di Desa kurau menurut

kategori stimulan dan jenis kelamin

39

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung

71

2 Sketsa Desa Kurau 72

3 Hasil uji korelasi rank spearman antara variabel-variabel karakteristik sumberdaya individu dan variabel karakteristik sumberdaya rumahtangga

73

4 Parameter statistik dan kriteria kategori (skor) dari semua variabel peserta PNPM MP

74 5 Daftar penerima program simpan pinjam kelompok perempuan di Desa Kurau,

tahun 2014

75 6 Kerangka sampling dan responden penelitian 77 7 Pembangunan drainase di Desa Kurau tahun 2014 80 8 Kriteria kemiskinan menurut kriteria lokal (hasil partisipatif) 81

9 Jadwal kegiatan penelitian 82

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar kedua di dunia yang memiliki kawasan pesisir dengan garis pantai sepanjang lebih dari 81.000 km dan luas lautan sekitar 5,8 juta km² atau sekitar 70% dari luas total wilayah Indonesia (Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2011). Badan Pusat Statistik (2013) melaporkan ada sekitar 611 ribu rumahtangga nelayan atau sekitar 2,4 juta jiwa. Lebih lanjut, Sensus Penduduk 2010 menyatakan jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 237.56 juta orang, yang terdiri dari 119.51 juta laki-laki dan 118.05 perempuan.

Gender masih menjadi isu penting dalam masyarakat selama ini. Perbedaan gender dianggap menjadi salah satu perdebatan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Pemahaman yang minim mengenai konsep gender, kesetaraan gender dan peranan gender dalam pembangunan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan penjelasan mengenai kesetaraan gender yang dapat dicapai dengan pembelajaran mengenai konsep gender.

Mugniesyah et al. (2004a) menyatakan kesetaraan gender adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan keduanya memiliki kebebasan dalam mengembangkan kemampuan personal dan membuat pilihan tanpa dipengaruhi stereotype, prasangka dan peranan gender. Dijelaskan lebih lanjut, bahwa kesetaraan dan keadilan gender yang merupakan salah satu tujuan pembangunan yang ditetapkan dalam RPJPN 2005-2025 dan dijabarkan di dalam RPJMN 2015-2019 dihadapkan pada tiga isu strategis, diantaranya meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan. Dalam Perpres No 7 Tahun 20051dinyatakan bahwa kualitas komunitas nelayan tergolong rendah, tercermin dari rendahnya kualitas SDM nelayan dan terbatasnya akses mereka terhadap sumberdaya produktif, terutama akses terhadap sumber permodalan yang diiringi dengan rendahnya penguasaan teknologi. Oleh karena itu, arah kebijakan pemerintah yang ditetapkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (2005)2 antara lain ditempuh melalui: (1) peningkatan kemampuan nelayan dan pembudidaya ikan serta penguatan lembaga pendukungnya; dan (2) peningkatan produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk perikanan dengan tetap memperhatikan kesetaraan gender dan kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Pemerintah Baru dalam menjalankan program prioritas atau yang disebut Quick Win, menggunakan metodologi yang dipakai dalam melihat capaian dari kinerja Kabinet Kerja dengan ukuran dari prioritas setiap kementerian terkait dengan 10 Agenda Politik Perempuan, diantaranya adalah: hak atas pendidikan,

1

Peraturan Presiden Republik Indonesia No 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2004-2009. Dapat diunduh dari :

http://www.bappenas.go.id/files/9814/2099/2543/RPJMN_2004-2009.pdf

2

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor: Per.17/Men/2005. Dapat diunduh dari :

(16)

kemiskinan Perempuan, dan hak atas pengelolaan lingkungan SDA, hak atas pekerjaan yang layak, serta penghapusan hukum diskriminatif. Selain itu, indikator kunci dalam pelaksanaan yang paling utama adalah komitmen pada pengarusutamaan gender (PUG). Dengan kata lain, pengarusutamaan gender (PUG) masih menjadi fokus pemerintah dalam menjalankan program yang ingin dicapai.

Menurut RPJMN 2015-20193 salah satu strategi peningkatan upaya keberlanjutan pembangunan sosial yaitu peningkatan kesetaraan gender untuk akses/kesempatan pendidikan, kegiatan ekonomi dan keterwakilan perempuan dalam organisasi. Kesetaraan gender dapat dicapai dengan mengurangi kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan dalam mengakses dan mengontrol sumberdaya, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan proses pembangunan, serta mendapatkan manfaat dari kebijakan dan program pembangunan. Kesetaraan dan keadilan gender yang merupakan salah satu tujuan pembangunan yang ditetapkan dalam RPJPN 2005-2025 dan dijabarkan di dalam RPJMN 2015-2019 dihadapkan pada tiga isu strategis, diantaranya meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan.

INPRES No 9 tahun 2000 perihal pengarusutamaan gender dalam pembangunan adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah menyatakan bahwa pengarusutamaan gender (PUG), bersamaan dengan pembangunan berkelanjutan dan good governance (tata kelola yang baik) merupakan tiga pengarustamaan dalam pembangunan nasional. Dalam proses pembangunan, PUG diartikan sebagai suatu strategi yang digunakan untuk mengurangi kesenjangan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan dalam mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan, serta meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses pembangunan. Sasaran PUG antara lain adalah meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan, terutama di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi serta akses terhadap sumberdaya.

Upaya pengentasan kemiskinan sebagaimana dinyatakan dalam RPJMN 2010-2014 mancakup empat prioritas, salah satu diantaranya adalah menyempurnakan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan program yang berbasis pemberdayaan masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM MP) dinyatakan bahwa sebagai program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan, dalam pelaksanaan pengambilan keputusannya harus dilandasi oleh sejumlah prinsip atau nilai-nilai dasar, diantaranya prinsip kesetaraan dan keadilan gender (KKG), dimana laki-laki maupun perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam proses pembangunan.

3

(17)

3

Sejak diintroduksikannya kepada masyarakat perdesaan, terdapat banyak peneliti yang tertarik untuk mempelajari pelaksanaan PNPM MP tersebut di atas. Keluaran program yang diharapkan adalah program mampu memenuhi kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender. Namun demikian, dari sejumlah penelitian sebelumnya, diketahui bahwa peneliti umumnya meneliti program pengentasan kemiskinan secara parsial yang hanya meneliti PNPM pada rumahtangga petani padi sawah, tidak melihat semua aspek gender menyangkut laki-laki dan perempuan, serta belum ditemui adanya yang meneliti mengenai analisis gender dalam PNPM pada komunitas nelayan. Hal tersebut dijumpai pada penelitian Annisa (2008) yang berjudul “Gender dalam Program Penanggulangan Kemiskinan”. Pada penelitian Annisa (2008), peneliti mengabaikan aspek kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender, dalam tulisannya tidak dijelaskan program telah mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari rumahtangga peserta dan meningkatkan kedudukan perempuan dengan laki-laki dalam pengambilan keputusan setelah mengikuti program yang artinya program telah mampu memenuhi kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender.

Berdasarkan penjelasan di atas, penting untuk mengkaji kembali Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat pada masa pemerintahan sebelumnya. Maka dari itu, penelitian ini memfokuskan pada hasil keluaran program PNPM terhadap peningkatan kesejahteraan dan kesempatan kerja rumahtangga sasaran serta peranan pemerintah setempat dalam pengawasan kegiatan program berlangsung. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini melihat pelaksanaan program PNPM pada komunitas nelayan untuk mengetahui sejauhmana partisipasi masyarakat khususnya masyarakat miskin yang ada di Desa Kurau dalam mengikuti kegiatan program, bagaimana akses dan kontrol dalam rumahtangga peserta PNPM dengan menggunakan prinsip kesetaraan gender, serta keluaran program dalam memenuhi kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender.

Masalah Penelitian

(18)

lokal? Kelembagaan pengelolaan dana bergulir apakah yang dikembangkan oleh partisipan PNPM MP tersebut?

Salah satu prinsip PNPM MP adalah mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG). Dalam hal metodologi, menurut Surbakti dkk. (2001) dalam Mugniesyah (2007b) untuk mengidentifikasi terwujud tidaknya KKG tersebut dapat menggunakan Teknik Analisis Gender (TAG), yang di dalamnya mencakup adanya empat faktor utama yang mencakup: akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat. Sehubungan dengan itu, apakah anggota rumahtangga pada komunitas nelayan memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya PNPM Mandiri Perdesaan baik dalam hal kelmbagaan, stimulan dana bergulir pada simpan pinjam dan sarana sosial dasar ekonomi? Apakah akses dan kontrol mereka terhadap sumberdaya dalam PNPM Mandiri tersebut memasilitasi mereka untuk memperoleh manfaat sesuai yang dirumuskan dalam tujuan PNPM Mandiri Perdesaan?

Mengingat peserta PNPM adalah individu-individu anggota rumahtangga, sehubungan dengan itu, faktor-faktor pada karakteristik individu dan sumberdaya rumahtangga apakah yang mempengaruhi gender dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan PNPM?

Program-program pembangunan selama ini memberikan manfaat terhadap keberlangsungan hidup masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Dalam konteks pendekatan kebijakan pembangunan, Moser (1993) dalam Mugniesyah (2006) memperkenalkan suatu konsep yang dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh dari manfaat yang dapat dipenuhi oleh program-program pembangunan yang dikenal sebagai pemenuhan kebutuhan praktis (practical gender needs) dan strategis gender (strategical gender needs). Sehubungan dengan hal itu, serta merujuk pada manfaat yang bisa diperoleh rumahtangga miskin dari adanya PNPM Mandiri Perdesaan, apakah PNPM Mandiri Perdesaan mampu memenuhi kedua kategori kebutuhan gender tersebut? Faktor-faktor apakah yang mempengaruhinya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis karakteristik sumberdaya individu Peserta Program PNPM MP di Desa Kurau berdasarkan kriteria lokal.

2. Menganalisis proporsi peserta PNPM MP laki-laki dan perempuan yang berpartisipasi dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP, baik dalam hal kelembagaan, stimulan dana bergulir kelompok SPKP, maupun sarana sosial dasar ekonomi perdesaan.

(19)

5

Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengalaman dalam berbagai konsep dan teori berkenaan dengan analisis gender, yakni dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan PNPM MP pada rumahtangga peserta PNPM di Desa Nelayan Kurau, Kabupaten Bangka Tengah.

2. Bagi Pemda Kabupaten Bangka Tengah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bagian dari aktivitas monitoring dalam pelaksanaan berbagai kegiatan perencanaan dan pelaksanaan program PNPM, khususnya di lokasi penelitian terpilih.

(20)

Tinjauan Pustaka Konsep Gender dan Teknik Analisis Gender

Konsep gender menurut Fakih (2013) adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural yang berubah dari waktu ke waktu. Dalam memaknai gender, muncul perbedaan-perbedaan yang menyebabkan ketidakadilan bagi kaum laki-laki maupun perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana baik kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut.

Menurut Moser (1993) dalam Mugniesyah (2007b), mengemukakan tiga peranan gender (triple roles), yaitu (1) produktif (dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan untuk memperoleh bayaran di sektor formal dan informal), (2) reproduktif (tugas-tugas domestik, misalnya melahirkan, mengasuh anak, memasak, dan mengurus rumahtangga), (3) peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial/volunteer) dan politik (kekuasaan/status).

Menurut Surbakti dkk. (2001) dalam Mugniesyah (2007b) analisis gender merupakan langkah awal penyusunan tujuan pembangunan yang responsif gender. Analisis gender dilakukan dengan memperhatikan empat faktor utama guna mengidentifikasi ada tidaknya kesenjangan gender. Keempat faktor tersebut adalah:

1. Faktor akses untuk melihat akses antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh sumberdaya pembangunan.

2. Faktor kontrol untuk melihat kontrol atau kekuasaan laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya pembangunan.

3. Faktor partisipasi untuk melihat partisipasi laki-laki dan perempuan terhadap program-program pembangunan.

4. Faktor manfaat untuk melihat manfaat yang sama diperoleh laki-laki dan perempuan dari hasil pembangunan.

(21)

7

transformasi pembagian kerja gender yang menentang sifat hubungan antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan menghilangkan subordinasi perempuan.

Karakteristik Rumahtangga Nelayan

Sebagian besar rumahtangga di pedesaan tidak hanya dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dapat dikatakan rumahtangga melakukan diversfifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan Susilowati dkk (2002). Dalam hal rumahtangga nelayan, adanya sumberdaya kelautan dan pesisir memungkinkan masyarakat disekitarnya memanfaatkan sumberdaya alam kelautan, tambak dan perairan umum sebagai sumber nafkah/pendapatan. Perempuan nelayan akses dalam hal budi daya produksi, penangkapan dan pasca panen sekunder (pengolahan hasil panen/tangkapan) dan bakulan (Peribadi dalam Mugniesyah 2001). Nelayan seringkali didefinisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut dan menggantungkan hidupnya pada alam, karena menggantungkan hidupnya pada hasil laut, nelayan selalu diidentikkan dengan kondisi pendapatan yang rendah dan rentan akan kemiskinan. Ketika perikanan sudah mengalami berbagai perkembangan, pelaku-pelaku dalam penangkapan ikan semakin beragam statusnya. Nelayan pemilik atau juragan adalah orang yang memiliki sarana penangkapan, seperti kapal/perahu, jaring, dan alat tangkap lainnya Satria (2002). Menurut Ditjen Perikanan dalam Satria (2002) mendefinisikan nelayan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Adapun orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring atau mengangkut alat-alat perlengkapan ke dalam perahu/kapal tidak dikategorikan sebagai nelayan. Berbagai pihak mengasosiasikan nelayan dengan kemiskinan atau marginalitas. Keluarga nelayan pada umumnya lebih miskin daripada keluarga petani atau pengrajin (Mubyarto, Soetrisno, dan Dove dalam Kinseng 2011)4.

Ditjen Perikanan dalam Satria (2002) mengklasifikasikan nelayan berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan/pemeliharaan ke dalam tiga kategori, yaitu:

1

1. Nelayan adalah orang yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan/pemeliharaan ikan/binatang air lainnya/tanaman air.

2

2. Nelayan utama adalah orang yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan/pemeliharaan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan penangkapan/pemeliharaan, nelayan kategori ini memiliki pekerjaan lain. 3

3. Nelayan tambahan adalah orang yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan/pemeliharaan ikan/binatang air lainnya/tanaman air.

4

Rilus. A Kinseng,. Konflik Kelas Nelayan di Indonesia (Tinjauan Kasus Balikpapan).

(22)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

PNPM adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dapat dikategorikan menjadi dua yakni: (1) PNPM-Inti terdiri dari program/proyek pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan, yang mencakup PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK). (2) PNPM-Penguatan terdiri dari program-program pemberdayaan masyarakat berbasis sektor untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya terkait pencapaian target sektor tertentu. Pelaksanaan program-program ini di tingkat komunitas mengacu pada kerangka kebijakan PNPM Mandiri.

Hasil-Hasil Studi tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Hasil penelitian Annisa (2008) menunjukkan terdapat beberapa faktor independen (faktor yang mempengaruhi) dalam keluaran P2KP yaitu: faktor stimulan fisik, serta pengelolaan oleh kelembagaan P2KP. Pada faktor stimulan, terdapat dua variabel yang diduga mempengaruhi output P2KP, yaitu: Jumlah Bantuan Dana BLM untuk pemugaran rumah dan permukiman, perbaikan sarana dan prasarana fasilitas umum, dan bantuan sosial, Tingkat Kemudahan Sistem Alokasi dan Pengembalian Dana BLM untuk Bantuan Pinjaman Kredit, dan Tingkat Kesesuaian Jenis Pelatihan Ketrampilan/Kewirausahaan. Adapun pada kelembagaan pengelola P2KP variabel-variabel yang diduga berpengaruh adalah: Tipe Pendekatan BKM dalam Pengelolaan P2KP pada: (a) Penentuan Sasaran P2KP dan (b) Pembentukan KSM, serta Frekuensi Kunjungan Pendampingan oleh Fasilitator.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan dan dukungan dari pemerintah desa, kecamatan dan LSM dalam pelaksanaan program ini tergolong rendah dilihat berdasarkan tingkat kehadiran dalam rembug warga pada tahap perencanaan. Selain itu, permasalahan yang terjadi pada program pinjaman kredit adalah terjadi kredit macet dan sasaran penerima bantuan yang tidak tepat. Selanjutnya, terdapat permasalahan pada kegiatan bantuan fisik yaitu pendistribusian yang tidak merata dan sasaran penerima program tidak menggunakan kriteria miskin menurut ukuran lokal.

(23)

9

pendidikan diduga memiliki hubungan dengan variabel pengembalian pinjaman yang diasumsikan jika tingkat pendidikan tinggi maka tingkat pengembalian pinjaman juga tinggi. Besarnya pinjaman menggambarkan nominal uang yang diterima oleh anggota KSM setiap periode. Besarnya pinjaman diduga berhubungan dengan pengembalian pinjaman, yakni jika nominal dana pinjaman kecil, maka pengembalian pinjaman lebih lancar dibanding dengan anggota yang mendapat pinjaman lebih besar. Kemudian besarnya pinjaman juga diduga berhubungan dengan ideologi gender yang dimiliki oleh anggota KSM, yaitu jika nominal pinjaman kecil, maka kontrol laki-laki terhadap besarnya pinjaman kecil, dan sebaliknya jika nilai nominal pinjaman besar, maka kontrol laki-laki terhadap besarnya pinjaman besar. Pengembalian pinjaman diduga berhubungan dengan pemberdayaan perempuan yang menjadi kunci keberhasilan Program PNPM-P2KP. Jika pengembalian lancar diduga kebutuhan praktis gender telah terpenuhi. Kemampuan mengembalikan pinjaman menunjukkan usaha yang dimiliki berkembang. Dengan berkembangnya usaha yang dimiliki menunjukkan bahwa kebutuhan strategis gender dilihat dari kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam pengambilan keputusan pengembangan usaha.

Hasil penelitian ini menunjukkan ideologi gender yang dianut oleh responden cenderung sedang dan rendah. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Desa Srogol sudah tidak terlalu membeda-bedakan peran perempuan dan laki-laki. Ideologi gender memiliki hubungan positif dengan akses perempuan terhadap program yaitu responden dengan ideologi gender tinggi justru memiliki akses terhadap program yang lebih tinggi pula dibanding dengan responden yang memiliki ideologi gender rendah. Kemudian, ideologi gender juga memiliki hubungan pengembalian pinjaman, namun hubungan tersebut bernilai negatif. Artinya, responden dengan ideologi gender yang rendah lebih lancar dalam mengembalikan pinjaman. Penelitian ini dilihat telah mampu memenuhi kebutuhan praktis gender yaitu responden memiliki modal usaha untuk meningkatkan kesejahteraannya. Akan tetapi, penelitian ini tidak menunjukkan adanya perubahan status perempuan dalam rumahtangga setelah mengikuti program. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Program PNPM-P2KP belum mampu memenuhi kebutuhan strategis gender yang berarti belum mampu memberdayakan perempuan dan meningkatkan kesejahteraan perempuan.

(24)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya rumahtangga peserta PNPM Fisik dan SPKP bukan termasuk ke dalam rumahtangga miskin maupun sangat miskin. Peran serta RTM kurang dilibatkan dalam perencanaan maupun pelaksanaan. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa berdasarkan hasil tabulasi silang yang diperoleh sebagian besar tingkat perkembangan usaha dan tingkat pendapatan peserta PNPM Fisik dan SPKP tergolong tinggi yang menunjukkan bahwa PNPM MP telah mampu mewujudkan pemenuhan kebutuhan praktis gender. Berbeda dengan pemenuhan kebutuhan praktis gender, rendahnya partisipasi perempuan dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang tidak diikuti oleh tingginya akses dan kontrol mereka mencerminkan bahwa prinsip KKG yang melandasi perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP belum berhasil memenuhi kebutuhan strategis gender.

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini mengacu pada beragam konsep, pendekatan dan teori berkenaan gender dalam pembangunan sebagaimana dikemukakan oleh Moser (1993) dalam Mugniesyah (2002); Surbakti dkk. dalam Mugniesyah (2007b), Mugniesyah (2004a) dalam Rahayu (2014). Disamping itu juga merujuk pada PTO PNPM Mandiri Perdesaan dan penelitian sebelumnya mengenai PNPM MP yang berperspektif gender khususnya yang dilakukan Sulistiawati (2011).

Merujuk pada Teknik Analisis Gender, terdapat empat variabel terpengaruh dalam penelitian ini, yaitu: Tingkat Akses Laki-laki dan Perempuan terhadap Komponen Program PNPM, Tingkat Kontrol Laki-laki dan Perempuan terhadap komponen Program PNPM, Tingkat Partisipasi Laki-laki dan Perempuan, Tingkat Manfaat yang diperoleh Laki-Laki dan Perempuan dari PNPM. Selanjutnya hanya akan dituliskan sebagai Tingkat Akses Partisipan terhadap Komponen PNPM (Y1), Tingkat Kontrol Partisipan terhadap komponen PNPM (Y2), Tingkat Partisipasi Partisipan terhadap Komponen PNPM (Y3), Tingkat Manfaat Partisipan terhadap Kompnen PNPM (Y4)

Sebagaimana dipersyaratkan dalam PTO PNPM target atau sasaran subyek program ini adalah rumahtangga miskin (RTM). Merujuk pada BPS rumahtangga terdiri dari individu laki-laki dan perempuan. Dengan demikian diduga karakteristik sumberdaya individu peserta dan karakteristik sumberdaya rumahtangga mempengaruhi empat variabel dependen tersebut di atas. Merujuk pada Sulistiawati (2011), semua variabel dependen tersebut di atas diduga berhubungan dengan variabel independen pada sumberdaya individu yaitu Tingkat Pendidikan (X1) dan Status Bekerja (X2). Selanjutnya sumberdaya rumahtangga yang diduga berhubungan adalah Tingkat Pendapatan (X3) dan Tingkat Pengeluaran Usaha pada Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (X4).

Sesuai dengan PTO Program PNPM terdapat stimulan yang diterima para peserta PNPM MP serta pendampingan oleh sejumlah fasilitator. Sehubungan dengan itu variabel independen lainnya yang diduga mempengaruhi adalah Tingkat Bantuan Dana yang diperoleh peserta PNPM MP (X5) dan Frekuensi Kunjungan Pendampingan oleh Fasilitator (X6).

(25)

11

(26)

Karakteristik Sumberdaya Individu

X1. Tingkat Pendidikan

X2. Status Bekerja

Pendampingan oleh Fasilitator PNPM

X6. Frekuensi Kunjungan oleh Fasilitator

Stimulan yang diterima peserta PNPM

X5. Tingkat Bantuan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

Pembangunan Fisik SPKP

Pemenuhan Kebutuhan Gender

Pemenuhan Kebutuhan Praktis Gender

Pemenuhan Kebutuhan Strategis Gender Karakteristik Sumberdaya

Rumahtangga

X3. Tingkat Pendapatan

X4. Tingkat Pengeluaran Rumahtangga

Analisis Gender dalam PNPM RTM Peserta

Y1. Tingkat Akses Partisipan terhadap Komponen PNPM Y2. Tingkat Kontrol Partisipan

terhadap Komponen PNPM

Y3. Tingkat Partisispasi Partisipan terhadap Komponen PNPM

Y4. Tingkat Manfaat Partisipan terhadap Komponen PNPM

Keterangan:

Kuantitatif Berhubungan dan Diteliti secara kuantitatif

Kualitatif Berhubungan dan Diteliti secara kualitatif

(27)

13

Hipotesis Penelitian

Merujuk pada kerangka pemikiran, hipotesis pengarah penelitian disajikan sebagai berikut:

1. Berdasarkan prinsip KKG, terdapat hubungan antara variabel tingkat pendidikan dan status bekerja dengan empat variabel dependen (Tingkat Akses, Tingkat Kontrol, Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat) pada gender dalam RT peserta PNPM.

2. Terdapat hubungan antara variabel pada sumberdaya rumahtangga dengan empat variabel dependen (Tingkat Akses, Tingkat Kontrol, Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat) pada gender dalam RT peserta PNPM.

3. Stimulan yang diterima peserta PNPM berhubungan nyata dengan akses dan kontrol laki-laki dan perempuan dalam program, serta berhubungan dengan partisipasi dan manfaat yang diterima laki-laki dan perempuan dalam program. 4. Pendampingan oleh fasilitator PNPM berhubungan nyata dengan akses dan

kontrol laki-laki dan perempuan peserta program, serta partisipasi dan manfaat yang diperoleh laki-laki dan perempuan dalam mengikuti program setara.

5. Adanya hipotesis pengarah yang diperoleh secara kualitatif untuk melihat manfaat yang diterima oleh Peserta PNPM berhubungan nyata dengan terwujudnya pemenuhan kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender.

Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik Sumberdaya Individu adalah karakteristik sosial ekonomi

sumberdaya yang dimiliki oleh individu (responden beserta anggota keluarganya) berupa pendidikan dan status bekerja.

a) Tingkat Pendidikan Peserta PNPM MP adalah jenjang pendidikan tertinggi yang diikuti Peserta PNPM meliputi pendidikan formal yang dibedakan dan diberi skor sebagai berikut: rendah= Tamat SD-SMP (Skor 1), sedang= SMP-SMA (Skor 2), tinggi= Perguruan Tinggi (Skor 3)

b) Status Bekerja Peserta PNPM MP adalah kondisi bekerja dan hubungannya ada tidaknya dengan bantuan pekerja lainnya, dibedakan ke dalam: berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, berusaha dengan dibantu buruh tetap/buruh dibayar, pekerja tidak dibayar (pekerja keluarga). Selanjutnya status bekerja diberi kode 1= bekerja/berusaha sendiri, 2= bekerja dibantu tenaga kerja keluarga, 3= bekerja dibantu tenaga kerja upahan, 4= karyawan/buruh, 5= pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar. Berdasarkan hal itu, pengkategorian dibagi menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

Rendah= berstatus pekerja keluarga; Sedang= berstatus berusaha sendiri;

Tinggi= berstatus pekerja karyawan/pekerja tetap.

(28)

a) Tingkat Pendapatan adalah hasil rata-rata yang diperoleh dari pekerjaan tetap dan diakumulasikan dalam satu bulan dan diberi skor sebagai berikut: rendah= Rp 2 018 500, sedang= Rp 2 018 500 – Rp 5 213 166, tinggi= Rp 5 213 166

b) Tingkat Pengeluaran Rumahtangga adalah seluruh biaya pengeluaran yang dikeluarkanoleh seluruh anggota rumahtangga, yang meliputi pengeluaran pangan dan non pangan, yang diukur dengan satuan rupiah per bulan yang dikeluarkan rumahtangga, diberi skor dan dibedakan menjadi: rendah= Rp 810 005, sedang= Rp 810 005 – Rp 932 560, tinggi= Rp 932 560

3. Stimulan yang diterima oleh peserta PNPM yang meliputi tingkat bantuan modal. Tingkat bantuan modal adalah jumlah bantuan dana (rupiah) yang diperoleh peserta PNPM kegiatan PNPM. Dikategorikan ke dalam: rendah= Rp 2 000 000 – Rp 5 000 000, sedang= Rp 6 000 000 – Rp 9 000 000, tinggi= Rp 10 000 000 – Rp 14 000 000

4. Tingkat Akses adalah keikutsertaan perempuan atau laki-laki peserta PNPM dalam mengikuti semua aktivitas pada kegiatan PNPM. Dikategorikan ke dalam rendah, sedang, tinggi. Berturut-turut dengan total skor sebagai berikut: rendah= 0 sampai dengan 34, sedang= 35 sampai dengan 69, tinggi= 70 sampai dengan 104 5. Tingkat Kontrol adalah keikutsertaan perempuan atau laki-laki peserta PNPM

dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan semua akivitas pada kegiatan PNPM. Dikategorikan ke dalam rendah, sedang, tinggi. Berturut-turut dengan total skor sebagai berikut: rendah= 0 sampai dengan 34, sedang= 35 sampai dengan 69, tinggi= 70 sampai dengan 104

6. Tingkat Partisipasi adalah keikutsertaan perempuan atau laki-laki peserta PNPM dalam kelembagaan PNPM yang ada di tingkat desa, yaitu Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Tim Penulis Usulan (TPU), dan Kelompok SPKP. Dikategorikan ke dalam rendah, sedang, tinggi. Berturut-turut dengan total skor sebagai berikut: Rendah= 1 – 3 Sedang= 4 – 6 Tinggi= 7 – 9

7. Tingkat Manfaat adalah adanya perubahan yang diperoleh perempuan atau laki-laki peserta PNPM setelah mengikuti semua aktivitas pada kegiatan PNPM. Dikategorikan ke dalam rendah, sedang, tinggi. Berturut-turut dengan total skor sebagai berikut: Rendah= Manfaat hanya diterima istri/suami saja (skor 1), Sedang= Manfaat diterima istri dan suami (skor 2), Tinggi= Manfaat diterima seluruh anggota rumahtangga peserta (skor 3)

8. Frekuensi kunjungan oleh fasilitator adalah jumlah kunjungan yang dilakukan fasilitator dalam kegiatan pendampingan program PNPM kepada penerima program. Dikategorikan ke dalam rendah, sedang, tinggi. Berturut-turut dengan total skor sebagai berikut: Rendah= 2–4 kali kunjungan, Sedang= 5–7 kali kunjungan, Tinggi= 8–10 kali kunjungan

9. Pemenuhan Kebutuhan Gender adalah dampak yang berhasil dicapai dari pelaksanaan PNPM MP, yang dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu:

a) Pemenuhan Kebutuhan Praktis Gender terpenuhi apabila rumahtangga mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa menentang pembagian kerja berdasarkan gender.

b) Pemenuhan Kebutuhan Strategis Gender terpenuhi apabila kedudukan perempuan setara dengan laki-laki dalam hal pengambilan keputusan.

(29)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh metode kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui survei, sementara pendekatan kualitatif dilakukan dengan metode wawancara mendalam dan observasi. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran umum perencanaan dan pelaksanaan kegiatan PNPM.

Survei yang dilakukan dalam penelitian ini adalah survei rumahtangga dan individu penerima program PNPM MP dengan menggunakan kuisioner terstruktur. Survei rumahtangga peserta PNPM dilakukan untuk memperolehdata tentang profil rumahtangga peserta PNPM, terutama tentang aspek demografi, penguasaan lahan, aset kepemilikkan benda berharga, serta partisipasi dalam beragam kelembagaan, baik formal maupun informal. Kuisioner survei rumahtangga ini disusun dengan mengadaptasi kuisioner profil rumahtangga pada studi tentang “Pemberdayaan Wanita dalam Pembangunan dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan untuk Meningkatkan Ekonomi dan Ketahanan Pangan Rumahtangga” (Mugniesyah 2000). Adapun kuisioner mengenai akses, kontrol, partisipasi dan manfaat rumahtangga peserta PNPM MP disusun dengan mengadaptasi kuisioner “Analisis Gender dalam Penyelenggaraan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan” (Susilawati 2011). Kuisioner ini mengidentifikasi sejauhmana rumahtangga mengetahui tentang program PNPM, kontrol yang dilakukan oleh istri dan suami dalam mengambil keputusan untuk mengikuti program, serta bagaimana partisipasi anggota rumahtangga dalam mengikuti program dan manfaat yang diperoleh dari mengikuti program tersebut. Survei pada tingkat individu dilakukan untuk mengumpulkan data primer, selanjutnya wawancara mendalam (indepth interview) terhadap stakeholder terkait dilakukan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan PNPM, serta ada tidaknya permasalahan yang dihadapi peserta PNPM setelah mengikuti program tersebut. Observasi penelitian ini dilakukan dengan mengikuti pertemuan kelompok dan kunjungan lapangan dilakukan untuk lebih mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan berbagai aspek dalam kegiatan PNPM di tingkat rumahtangga. Selain itu dilakukan teknik partisipatif dalam menyusun karakteristik rumahtangga miskin menurut kriteria lokal dengan Focus Group Discussion (FGD).

(30)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Peta desa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa desa tersebut telah menerima program PNPM sejak tahun 2009 dan masih menerima program sampai dengan tahun 2014. Pertimbangan lainnya adalah bahwa desa ini merupakan desa dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan. Selama ini komunitas nelayan menjadi kelompok yang termarjinalkan dan sering disebut sebagai daerah terpinggirkan, maka dari itu program pemerintah sangat membantu kelangsungan hidup pada komunitas nelayan. Selanjutnya di desa ini dipilih semua dusun yang menerima program PNPM baik pembangunan fisik maupun SPKP berdasarkan data penerima program PNPM yang diperoleh dari data sekunder, kemudian dipilih beberapa responden dari masing-masing dusun untuk mewakili semua dusun. Penelitian berlangsung dari minggu ketiga bulan Maret sampai dengan akhir bulan Mei 2015. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, penjajagan lapang, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penyusunan draft skripsi, bimbingan skripsi, uji petik, sidang skripsi, perbaikan skripsi. Jadwal penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

Penentuan Sampel dan Responden

Populasi contoh (sampling population) dalam penelitian ini adalah seluruh penerima program PNPM MP di Desa Kurau. Adapun populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh rumahtangga penerima program PNPM di Desa Kurau. Berdasarkan populasi contoh yang diperoleh dari data sekunder pada tahun 2014 yang berjumlah 139 orang, karena tidak dimungkinkan memilih seluruh penerima PNPM dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya dan energi maka dipilih 60 responden yang dibagi menjadi 30 orang laki-laki peserta program PNPM fisik dan 30 orang perempuan peserta PNPM SPKP. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu (anggota rumahtangga yang menerima program PNPM) dan rumahtangga. Unit analisis individu rumahtangga digunakan dalam mendiskusikan profil rumahtangga peserta program PNPM MP.

Pengolahan Data dan Analisis Data

Data primer yang telah diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam Program Microsoft Excel 2007. Pengujian kecenderungan ada tidaknya hubungan antar variabel dan diterima atau tidak diterimanya sejumlah hipotesis dalam penelitian ini menggunakan SPSS 16 for windows. Gambaran mengenai karakteristik rumahtangga disajikan dalam bentuk tabel frekuensi untuk melihat hubungan antar variabel digunakan analisis menggunakan tabulasi silang yang diperkuat dengan uji korelasi Rank Spearman.

(31)

17

(32)

Kondisi Geografis dan Luas Wilayah

Desa Kurau dikenal sebagai desa wisata. Secara administratif, Desa Kurau termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Wilayah desa ini terletak berturut-turut sejauh 35 kilometer dari Ibukota Provinsi, 38 kilometer dari Ibukota Kabupaten Bangka Tengah dan sekitar 30 kilometer dari Ibukota Kecamatan Koba. Untuk mencapai desa ini dapat menggunakan kendaraan motor atau mobil dengan waktu tempuh sekitar 40 menit dari Ibukota Provinsi, 45 menit dari Ibukota Kabupaten Bangka Tengah dan sekitar 35 menit dari Kecamatan.

Dilihat dari kondisi geografisnya, Desa Kurau berbatasan langsung dengan perairan lepas pulau Bangka. Di sebelah Utara Desa Kurau berbatasan dengan Hutan Bakau dan Pasir Pantai. Di Sebelah Timur berbatasan degan Pesisir Laut. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Penyak dan Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kurau Barat. Dilihat dari kondisi topografinya desa ini berada pada titik koordinat 2338 LS dan 106.2349 BT. Wilayah Desa Kurau secara umum berupa daratan dan daerah pesisir pantai yang berada pada ketinggian 2 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, Desa Kurau terdiri atas 4 dusun dan 14 RT. Dua dusun terdiri dari masing-masing 3 RT, dan dua dusun selainnya masing-masing terdiri atas 4 RT. Dusun I mencakup RT 01 sampai dengan RT 04, Dusun II mencakup RT 05 sampai dengan RT 07, Dusun III mencakup RT 08 sampai dengan RT 10, dan Dusun IV mencakup RT 11 sampai dengan RT 14. Untuk mencapai desa ini dapat menggunakan kendaraan motor dan/atau mobil, dengan waktu tempuh berturut-turut ± 30 kilometer dari Kecamatan Koba, ± 38 kilometer dari Kabupaten Bangka Tengah, dan ±35 kilometer dari Provinsi Bangka Belitung. Adapun waktu tempuh menuju ke desa ini, khususnya menggunakan mobil dari Ibukota Pangkal Pinang, diperlukan waktu selama sekitar 40 menit. Waktu tempuh dengan menggunakan motor dari Ibu kota Pangkal Pinang diperlukan waktu selama 50 menit. Trayek angkutan umum yang masuk ke desa ini berupa bis ekonomi dengan biaya satu kali perjalanan sebesar Rp 40 000 dari Ibukota Pangkal Pinang.

(33)

19

Tabel 1 Luas wilayah Desa Kurau menurut penggunaannya, tahun 2014 (dalam hektar)

No Jenis Penggunaan Lahan Luas

(Ha) Persentase (%)

1 Perkebunan 844 78.73

2 Kawasan Konservasi Perairan/Laut 86 8.02

3 Pemukiman 72.75 6.79

4 Kawasan Konservasi Darat 42 3.92

5 Wisata 27 2.52

6 Peternakan 0.25 0.02

Total 1072 100.00

Sumber : Potensi Desa Kurau 2014

Berdasarkan observasi di lapangan, penggunaan lahan untuk perkebunan, antara lain dimanfaatkan untuk tanaman kelapa sawit, lada dan karet. Pemasaran hasil perkebunan dijual langsung ke konsumen, tengkulak dan pasar. Berbeda dengan lahan perkebunan, penggunaan lahan untuk kawasan konservasi perairan/laut dimanfaatkan untuk pengelolaan sumberdaya ikan. Desa Kurau dikenal sebagai Desa Wisata karena adanya tempat wisata berupa Pulau Ketawai dengan jarak tempuh 1 jam menggunakan perahu motor sewa dari pelabuhan Desa Kurau.

Keadaan Umum Penduduk

Berdasarkan Potensi Desa Kurau Tahun 2014, jumlah penduduk desa ini tercatat sebanyak 2743 jiwa, terdiri atas 1417 penduduk laki-laki (51,67%) dan 1326 penduduk perempuan (48,33%). Adapun distribusi penduduk Desa Kurau menurut kelompok golongan umur dan jenis kelamin, disajikan pada Tabel 2.

(34)

Tabel 2 Distribusi penduduk Desa Kurau menurut golongan umur dan jenis kelamin, tahun 2014 (dalam persen)

Kelompok

Usia (Tahun) Laki- Laki Perempuan Total

0-4 3.72 3.23 6.95

5-9 4.71 3.57 8.28

10-14 5.39 5.36 10.75

15-19 4.79 5.13 9.91

20-24 4.94 5.01 9.95

25-29 5.43 4.82 10.25

30-34 5.28 4.22 9.49

35-39 4.10 3.72 7.82

40-44 4.03 3.68 7.71

45-49 2.96 2.92 5.89

50-54 2.54 2.54 5.09

55-59 1.37 1.41 2.77

60-64 1.10 1.25 2.35

65-69 0.68 0.61 1.29

70-74 0.46 0.38 0.84

>75 0.27 0.38 0.65

Total (persen) 51.77 48.23 100.00

Total (jumlah) 1363 1270 100.00

Sumber : Potensi Desa Kurau 2014

Masyarakat Desa Kurau merupakan masyarakat yang terdiri dari beragam suku yang hidup secara berdampingan, antara lain: Suku Bugis, Suku Jawa, Suku Buton, dan Suku Melayu Kurau (Bangka Belitung). Adapun distribusi penduduk Desa Kurau menurut etnis dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 3.

(35)

21

Tabel 3 Distribusi penduduk Desa Kurau menurut etnis dan jenis kelamin tahun 2014 Sumber : Potensi Desa Kurau Tahun 2014.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, mayoritas lahan di Desa Kurau adalah perkebunan. Meski demikian, hal itu tidak menggambarkan bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Kurau adalah petani. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Desa Kurau adalah nelayan. Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4 Distribusi penduduk Kesa Kurau menurut jenis pekerjaan dan jenis kelamin, tahun 2014 (dalam persen)

Mata Pencaharian

Laki-laki Perempuan Total

Jumlah

Sumber : Potensi Desa Kurau 2014

(36)

buruh non tani) sebesar 64.17 persen, Jasa (pensiunan PNS, PNS, POLRI, montir) sebesar 5.67 persen, perdagangan (pengrajin industri rumahtangga dan pedagang keliling) sebesar 30.31 persen. Penduduk laki-laki dominan bekerja sebagai nelayan, sementara penduduk perempuan dominan bekerja sebagai pengrajin industri rumahtangga seperti pengolahan ikan menjadi kerupuk. Hal ini dimungkinkan karena pada masyarakat nelayan di Desa Kurau nilai gender yang mempengaruhi pembagian kerja menurut jenis kelamin cenderung masih kuat. Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan dengan responden, salah seorang responden yang sudah menikah menyatakan bahwa:

“Kalo menurut kami, urang laki kan kewajiban e nyari duit kek

nafkahi keluarga, nah urang bini gawe e dirumah bai, gawi ape bai yang pacak digawi dirumah, usaha ape ge jadi asal urusan rumahtangga tetep dikerjaken”(IB, 51 tahun)

Artinya: “kalau menurut kami, laki-laki memang kewajibannya mencari uang untuk menafkahi keluarga, sementara perempuan kerjanya dirumah aja, kerja apa aja yang bisa dikerjain dirumah, usaha apa aja boleh asal urusan rumahtangga tetep dikerjain”

Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan selama di lapang, etnis yang dominan bekerja sebagai nelayan adalah etnis Bugis. Sementara etnis dengan jumlah perempuan terbanyak bekerja sebagai pengelola industri rumahtangga etnis Melayu. Hal ini dikarenakan, secara turun temurun etnis Bugis terbiasa dikenal dengan mata pencaharian sebagai nelayan dan kebanyakan laki-laki dari etnis Bugis menikah dengan perempuan dari etnis Melayu.

Di bawah ini dikemukakan tentang penduduk di Desa Kurau menurut tingkat pendidikan formal disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 terlihat masih rendahnya pendidikan penduduk Desa Kurau. Tingkat pendidikan yang terlihat adalah bahwa penduduk Desa Kurau yang merupakan tamatan Sekolah Dasar tidak mencapai 50 persen, yakni sekitar 49 persen. Selanjutnya mereka yang berpendidikan menengah pertama dan menengah akhir, yakni sekitar 46 persen, sedangkan mereka yang berpendidikan diploma dan sarjana adalah berjumlah sekitar 4 persen.

Tabel 5 Distribusi penduduk Desa Kurau menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan dan jenis kelamin, tahun 2014 (dalam persen)

Tingkat Pendidikan

Laki-Laki Perempuan Total

Jumlah

(37)

23

Tabel 5 memperlihatkan fenomena bahwa dari total penduduk Desa Kurau yang berpendidikan formal 49.23 persen berpendidikan SD. Secara umum terdapat kecendrungan dimana semakin tinggi tingkat pendidikan semakin menurun persentase penduduk yang menikmati pendidikan. Lebih lanjut, jika dilihat menurut jenis kelaminnya, diketahui bahwa penduduk perempuan yang berpendidikan dari tingkat SD sampai dengan SMA/sederajat menunjukkan persentase yang lebih rendah dibanding penduduk laki-laki, sebaliknya mereka yang berpendidikan di perguruan tinggi menunjukkan persentase sedikit lebih tinggi dibandingkan penduduk laki-laki, berturut-turut lebih tinggi 0.58 persen pada tingkat diploma dan 0.08 persen pada tingkat perguruan tinggi.

Kelembagaan Desa

Kelembagaan yang ada di Desa Kurau meliputi kelembagaan formal dan informal. Kelembagaan formal terdiri dari lembaga pemerintahan seperti Kantor Pemerintahan Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa yang meliputi kelompok PKK, Lembaga Permusyawaratan Masyarakat (LPM), Rukun Tetangga (RT), Karang Taruna, Posyandu, Kelompok Wanita Tani (KWT), Koperasi Mina Lestari dan Kelompok Mandiri Pangan (MAPAN).

Kelompok Wanita Tani (KWT) di desa ini dibentuk pada tahun 2014. Latar belakang dari terbentuknya kelompok ini adalah adanya dana bantuan yang diperoleh desa dari pihak swasta yaitu Bank Indonesia (BI) sebesar 600 juta rupiah. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh kelompok ini adalah menanam sayuran, beranggotakan ibu-ibu rumahtangga atau istri nelayan yang dalam pelaksanaannya didampingi oleh penyuluh pertanian. Kegiatan ini memperoleh pendampingan dari penyuluh pertanian. Di setiap dusun dibangun kebun bibit untuk memasok kebutuhan bibit tanaman, ternak, dan ikan bagi anggota kelompok dan masyarakat agar tercipta keberlanjutan kegiatan. Untuk itu, pengembangan kebun bibit pada kegiatan ini mengutamakan pada tanaman-tanaman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat setempat ataupun jenis tanaman baru yang memiliki keunggulan nilai gizi. Implementasi dari program ini adalah Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari yang selanjutnya disebut KRPL. Aplikasi teknologi inovasi hemat lahan dan ramah lingkungan spesifik lokasi serta pengelolaan kebun bibit merupakan karakteristik utama dalam pengembangan KRPL.

Koperasi Mina Lestari merupakan koperasi nelayan yang berdiri pada tahun 2009, koperasi ini beranggotakan nelayan Desa Kurau. Kegiatan yang dilakukan oleh koperasi ini diantaranya memasilitasi modal usaha untuk para nelayan. Namun, koperasi ini tidak memasilitasi terhadap pembelian dan pemasaran hasil tangkapan ikan.

(38)

Pelabuhan Pelelangan Ikan (PPI) Desa Kurau adalah kelembagaan yang berhubungan dengan sistem pelelangan ikan di Desa Kurau. Selain sebagai tempat pelelangan ikan, PPI ini juga menjadi pelabuhan perahu yang mengantar wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Ketawai salah satu obyek wisata di Desa Kurau. Hal yang menarik dari PPI ini adalah aktivitas jual beli berlangsung pada malam hari pukul 20.00 WIB sampai dengan pukul 00.00 WIB.

Kelembagaan lainnya yang ada di desa ini adalah kelembagaan yang berhubungan dengan Jejaring Pengaman Sosial (JPS). Terdapat beberapa program yang diterima warga Desa Kurau, yaitu (1) Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diterima sejak tahun 2009, dan diberikan kepada nelayan dalam bentuk alat produksi nelayan (motor tempel, jaring, dan perahu). (2) Program Beras Miskin atau Raskin yang dialokasikan kepada rumahtangga miskin pada setiap bulan, dan (3) Program Saluran Keluarga Sejahtera (PSKS) yang diberikan juga kepada rumahtangga miskin dalam bentuk uang setiap bulan sebanyak Rp 500 000 yang bersumber dari pemerintah provinsi, dengan ketentuan dan syarat yang berlaku melalui kantor desa.

Kelembagaan informal Desa Kurau adalah kelembagaan keagamaan (pengajian), keuangan (arisan), dan olahraga. Terdapat beberapa kelompok pengajian di setiap dusun dan masing-masing dusun memiliki satu kelompok pengajian karena seluruh warga Desa Kurau beragama Islam. Selain kelompok pengajian, kelompok yang aktif melakukan kegiatan adalah kelompok arisan yang juga tergabung dalam kelompok PKK, umumnya diikuti oleh kaum perempuan.

Selanjutnya, di Desa Kurau juga terdapat kelompok olahraga, seperti bola voli, bulutangkis dan futsal yang aktif bertanding dalam beberapa perlombaan pada acara-acara tertentu seperti perayaan peringatan hari-hari nasional, khususnya yang diselenggarakan oleh tingkat kecamatan dan tingkat provinsi.

Dalam hal Posyandu, terdapat dua unit Posyandu di Desa Kurau yaitu Posyandu Nusa Indah yang berada di Dusun I dan Posyandu Kejora yang berada di Dusun IV. Kegiatan Posyandu secara rutin, yakni sebulan sekali. Kegiatannya berupa penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, dan pemeriksaan kesehatan lainnya bagi warga. Selain itu, terdapat kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh kader posyandu dari kecamatan yakni sosialisasi keluarga berencana (KB) dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Sarana dan Prasarana

Desa Kurau memiliki sejumlah sarana dan prasarana yang menunjang berbagai kegiatan masyarakat desa. Prasarana transportasi desa yang tersedia berupa jalan dengan kondisi sudah beraspal dengan pemandangan sepanjang jalan berupa perkebunan kelapa sawit. Untuk menempuh perjalanan menuju desa ini, tersedia sarana transportasi umum seperti bus.

(39)

25

Dalam hal sarana peribadatan, di Desa Kurau terdapat dua unit mesjid dan dua unit balai pertemuan. Adapun prasarana olahraga yang ada mencakup masing-masing satu unit lapangan futsal, lapangan voli, dan lapangan bulutangkis. Khusus prasarana pendidikan, di desa ini terdapat, masing-masing satu unit Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan masing-masing dua unit PAUD (satu merupakan keluaran dari PNPM) dan Sekolah Dasar (SD). Desa ini tidak memiliki fasilitas Sekolah Menengah Akhir (SMA), karenanya anak-anak yang bersekolah SMA mengikutinya di SMA yang ada di luar desa. Terdapat fasilitas umum lain yang dimiliki oleh Desa Kurau adalah satu unit pelabuhan dan sarana pendukung perikanan yaitu satu unit tempat pelelangan ikan (TPI) dan SPDN (Solar Package Dealer Nelayan).

Dalam hal prasarana komunikasi di Desa Kurau terdapat provider dari perusahaan swasta, XL, Telkomsel, dan Indosat dengan jumlah pengguna 500 pelanggan. Selain itu, terdapat penduduk yang mengakses informasi melalui media koran (25 unit), radio (35 unit), televisi (575 unit) dan parabola/satelit (40 unit). Berdasarkan keadaan yang terlihat di lapang, penduduk desa ini terbilang jarang mengakses informasi via media massa. Hal ini dikarenakan, aktivitas sebagian penduduk yang bekerja memilih untuk istirahat daripada membaca koran. PAM, 419 unit sumur tanah, dan 77 unit tadah hujan. Disamping itu terdapat pula fasilitas jamban, MCK, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) drainase, dan pengelolaan sampah dengan kondisi kurang baik.

Profil Program-Program Pengentasan Kemiskinan di Desa Kurau Desa Kurau merupakan desa yang berada di wilayah pesisir dan sebagian besar matapencaharian penduduk adalah nelayan. Berprofesi sebagai nelayan membuat penduduk di desa ini harus bergantung kepada kondisi angin dan para “toke” (tengkulak), hal ini kemudian yang menyebabkan pendapatan para nelayan di desa tidak tetap. Sehubungan dengan itu, pemerintah telah memperhatikan masyarakat miskin di desa ini yang tinggal di daerah pesisir pantai tersebut dengan mengintroduksikan beberapa program pengentasan kemsikinan, yang meliputi:

a. Program Beras Miskin (RASKIN)

Program ini merupakan program yang telah berlangsung dari periode Presiden SBY sampai sekarang. Program ini berfokus member bantuan terhadap rumahtangga miskin yang berpendapatan perkapita Rp 500 000 ribu rupiah Pemerintah juga menetapkan indikator bagi rumahtangga yang layak mendapat program.

(40)

untuk menunjang kemajuan desa. Bentuk dari program ini yang sudah dikenal oleh masyarakat adalah Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (KSPP), Pembangunan PAUD, dan Pembangunan Drainase. Program yang masih dilanjutkan oleh PNPM sampai sekarang adalah kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan. Adapun kegiatan pembangunan sarana dan prasarana sudah tidak dilakukan lagi. Pada kegiatan SPP, pihak PNPM Kecamatan mengakui bahwa mereka menggunakan dana dari anggaran sendiri dan tidak berasal dari pemerintah dikarenakan Program PNPM sudah diberhendtikan pada masa pemerintahan Jokowi.

c. Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), adalah program yang memberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin. Dalam hal masyarakat nelayan, bantuan langsung yang diperoleh adalah berupa bantuan alat tangkap, jaring ikan, dan motor tempel. Program ini diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi dan kemudian dikelola oleh Kabupaten untuk diberikan kepada desa yang membutuhkan. Pemerintah kecamatan menggunakan standar sendiri dalam menentukan siapa saja yang berhak menerima bantuan tersebut, standar tersebut antara lain adalah nelayan yang belum memiliki alat tangkap sendiri, penduduk asli dengan menyerahkan bukti fotocopy KTP, membuat proposal dengan berkelompok minimal 10 orang perkelompok. Proposal yang telah diserahkan ke kecamatan langsung diproses oleh pihak Kecamatan melalui tim verifikasi kecamatan hingga akhirnya dinyatakan layak menerima bantuan. Proses tersebut memerlukan waktu sekitar dua sampai tiga bulan.

Gambar

Gambar 1 Hubungan Antar variabel Analisis Gender dalam PNPM
Tabel 2   Distribusi penduduk Desa Kurau menurut golongan umur dan jenis  kelamin, tahun 2014 (dalam persen)
Tabel 3  Distribusi penduduk Desa Kurau menurut etnis dan jenis kelamin tahun
Tabel 5  Distribusi penduduk Desa Kurau menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan dan jenis kelamin, tahun 2014 (dalam persen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Tingkat peranan KPMD dalam program PNPM-MP, 2) Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program PNPM- MP, dan 3) Hubungan antara

Menurut saya karna melihat kelulusan anak-anak di desa suka damai ini telah mengalami peningkatan secara langsung atau tidak langsung tentunya diakibatkan pengaruh dari PNPM

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah menganalisis manfaat pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Di kalangan peserta SPKP, tidak satupun variabel bebas yang berhubungan dengan tingkat akses dan kontrol mereka terhadap perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP; namun

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan partisipasi masyarakat di Desa

Analisis partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di kota Solok. Program Pasca Sarjana Universitas Andalas

Secara umum, partisipasi masyarakat desa Babalan Lor dapat disimpulkan bahwa masyarakat sudah berpartisipasi dalam keseluruhan proses pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di

Pelaksanaan pro- gram PNPM ± MP di Desa Bendungan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulung- agung adalah sebagai program pember- dayaan masyarakat khususnya masyarakat