• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naskah teater

Dalam dokumen Desain media komunikasi untuk pendidikan (Halaman 166-169)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 5 Naskah teater

Penulis Naskah : Wasti Gun Tokoh–tokoh : 1. Penjaga Hutan (P.H.) 2. Penebang Liar 1 (P.L.1) 3. Penebang Liar 2 (P.L.2) 4. Polisi 5. Pohon – pohon Sinopsis:

Alam yang indah memang merupkan suatu kebanggaan bagi siapa saja yang merasa meilikinya. Pepohonan yang berhijauan, dan ratusan, Bahkan ribuan satwa yang termasuk di dalamnya. Tapi manusia tetaplah makhluk Tuhan yang paling serakah. Yang hanya mau menikmati kekayaan alam, tanpa mempedulikan kerusakan–kerusakan yang dialami oleh alam karena kepentingan manusia itu sendiri. Jalan terbaik yang harus dilakukan oleh para malaikat alam adalah memberikan hukuman yang setimpal kepada para tikus – tikus alam yang selalu menggerogoti alam bumi pertiwi ini.

Disuatu sore, si Penjaga Hutan sedang duduk di pos jaga sambil menikmati secangkir kopi kental.

P.H : “ Wah… benar – benar nikmat kopi ini. Apalagi sambil menikmati sejuknya angin di tengah hutan yang sangat alami seperti ini. Ya… semoga saja, alam ini terus terjaga, dan tidak terjadi perusakan – perusakan terhadap alam yang tercinta ini. Sehingga anak cucuku kelak dapat juga merasakan apa yang aku rasakan sekarang. Oh.. iya.. sampai lupa, aku harus pulang dulu kerumah, karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di rumah. Besok saja aku kembali ke hutan ini untuk menjaga lagi” (pemain keluar panggung )

Tiba- tiba, dari arah yang berlawanan muncul dua orang pria, sambil membawa beberapa alat untuk menebang pohon. Dengan mengendap – ngendap mereka memasuki hutan.

P.L 1 :” wah… dik, busyet bener! Lihatlah hutan yang kita masuki sekarang ini. Kita bisa cepat kaya nih, kalau kita bekerja disini.

P.L 2 :”iya kak. Kayunya besar – besar, mahal – mahal, mana banyak lagi.” P.L.1 :” iya sih, memang. Tapi kita harus hati – hati, soalnya ini hutan dijaga

dengan ketat. Dan kabarnya lagi, ini hutan bukan sembarang hutan. Ini hutan lindung.”

P. L 2 :” bodoh amat! Hutan ini dilindungi kek, diapain kek, aku tidak perduli. Yang aku tau aku mau tebang pohon – pohon ini dan akan aku jual. Dan aku bisa cepat kaya. Ayo ah… jangan banyak omong. Sekarang kita mulai bekerja, keburu si penjaga sialan itu datang.”

P.L 1 :” baiklah… ini gergajinya.” (menyerahkan gergaji)

P.L 2 :”wah… lelah juga yach ternyata. Tapi lumayan juga, kita bisa menebang tiga pohon yang besar – besar. Bagaimana kalau kita lanjutkan besok saja, karena aku sudah sangat lelah.”

P.L 1 :”iya… aku juga lelah.” ( pemain keluar panggung)

Paginya, si penjaga hutan tiba di hutan dan berjalan menuju kedalam hutan untuk mengecek keadaan hutan tempat ia ditugaskan. Namun alangkah terkejutnya si penjaga hutan melihat apa yang terjadi.

P.H :”hah… apa yang terjadi? Kenapa pohon – pohon ini ditebang, dan siapa yang melakukannya? Oh… aku tahu ini pasti ulahnya para tikus – tikus alam yang tidak bertanggung jawab. Kenapa mereka tidak bisa menyadari, kalau apa yang mereka lakukan itu akan menimbulkan kerugian yang besar bagi masyarakat luas. Baiklah tadi malam aku bisa mereka tipu mentah – mentah. Tapi malam ini aku tidak akan membiarkan mereka lolos!”

Si penjaga hutan mencari tempat persembunyian yang aman. Kemudiandengan seksama memperhatikan sekelilingnya. Tiba – tiba dua orang muncul sambil mengendap – ngendap mendatangi pohon yang sudah mereka tebang sebelumnya. Melihat hal itu, si penjaga hutan keluar dari persembunyiannya, dan langsung mendatangi kedua pencuri tersebut.

P.H :” Maaf, anda berdua siapa? Dan apa yang kalian lakukan disini? Melihat dari penampilan dan gerak – gerik kalian, tidak salah lagi pasti kalian yah yang menebang pohon – pohon ini?”

P.L.1 :”Kalau iya, kenapa? Kenapa situ yang sewot!”

P.H :” Saya sangat tidak setuju terhadap apa yang kalian lakukan.”

P.L 2 :” Memangnya apa hak kamu melarang kami untuk menebang pohon – pohon ini. Kami Cuma mau mencari makan di hutan ini. Kenapa tidak boleh?”

P.H :” Saya jelas mempunyai hak untuk melarang kalian beroperasi di hutan ini. Dan asal kalian tahu, hutan ini tidak boleh di ganggu. Karena hutan ini sudah ditetapkan sebagai hutan lindung.”

P.L 1 :” Bukan urusan mu!”

P.H :” ini urusan aku manusia bebal! Sekarang kalian pergi dari sini, atau saya akan melaporkan kalian pada yang berwajib, karena kalian telah merusak kawasan yang dilindungi ini.”

P.L 2 :” Tidak, kami tidak akan pergi dari sini. Dan kami tetap mau bekerja disini.”

P.H :”Oh… jadi kalian tidak dapat diberitahu baik – baik. Ok, kalian rasakan ini!”

(memukul kedua penebang liar tersebut dengan pentungan )

Kedua penebang liar itu pingsan, dan si penjaga hutan mengikat mereka dan segera berlari untuk melaporkan pada pihak yang berwajib.

P.H :Aku harus melaporkan mereka pada polisi.” ( Pemain berlari keluar panggung)

Penjaga hutan tiba di kantor polisi, dan segera melaporkan apa yang terjadi. P.H :”Selamat siang pak! Maaf, saya mengganggu bapa.”

Polisi :”Selamat siang. Anda ingin melaporkan apa?”

P.H :”Begini pak, di hutan lindung, tempat saya bekerja sekarang, terjadi pencurian kayu. Dan saya sudah berhasil mengamankan para pencuri itu untuk sementara waktu.”

Polisi :” Baiklah. Dimana mereka sekarang?” P.H :” Mereka saya ikat di pos jaga saya pak.”

Polisi :”Ayo… kita harus kesana sekarang, sebelum mereka meloloskan diri.”

Mereka pergi menuju kedalam hutan dan mendapatkan kedua pencuri itu sudah mulai sadarkan diri.

P.H :” Nah… ini mereka pak, silahkan tangkap mereka. Dan ini barang buktinya.” (menyerahkan gergaji dan beberapa peralatan yang dibawa oleh penebang liar itu)

Polisi :”Terimakasih atas laporannya pak, mereka memang buronan polisi. Dan mereka memang sangat berbahaya.”

P.H :”Sama – sama pak. Saya juga ikut senang karena mereka akhirnya tertangkap. Semoga tidak ada lagi orang – orang yang seperti mereka.” Polisi :”ayo ikut!” (Polisi dan penjaga hutan membawa kedua pencuri itu pergi)

Dalam dokumen Desain media komunikasi untuk pendidikan (Halaman 166-169)

Dokumen terkait