KONSERVASI BERDASARKAN PREFERENSI
MASYARAKAT DAN EFEKNYA TERHADAP PERUBAHAN
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI
KAWASAN LINDUNG SUNGAI LESAN, BERAU,
KALIMANTAN TIMUR
AGUSTINA TANDI BUNNA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Desain Media Komunikasi untuk Pendidikan Konservasi Berdasarkan Preferensi Masyarakat dan Efeknya Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat di Kawasan Lindung Sungai Lesan, Berau, Kalimantan Timur” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2010
Agustina Tandi Bunna
AGUSTINA TANDI BUNNA. Design of communication media for conservation education based on media preferences of communities and the effect in changing the knowledge, attitude and behavior of communities in Lesan River Protected Area, Berau, East Kalimantan. Under supervisory of E.K.S HARINI MUNTASIB and BURHANUDDIN MASY’UD.
The objective of this research was to identify types of communication media in delivering messages based on media preferences by the community; conservation education effect to the knowledge, attitude and behavior community in forest resources conservation; and to identify influence factor in media effectiveness. The research were conducted in 7 villages within Kelay subdistric and city of Tanjung Redeb for 18 month (November 2007 until April 2009) which managed by three phase, First phase: Preparation in identification and designing media and outreach program using multi stakeholder workshop, Focus Group Discussion and survey methodology; second phase: implementation activities by delivering the message used various communication media; third phase: Evaluation and monitoring of media effectiveness by conducting identification of influence factor and changing in knowledge, behavior and attitude community in forest resources conservation.
According to the research, indicate that knowledge of the community in status of the area increasing 48%, community knowledge in status of Sungai Lesan protected area increasing by 60,73%. Support to the area establish in local community increas ing by 22,51%. Based on Likert scale, shown that community attitude were very strong (90,78% to 94,08%), attitude of the community related to the sustainability forest use still high (from 73,39% to 74,70%).Changing behavior after implementation activities were happen, indicate with the communities initiative in land use planning in Sido Bangen village and initiative in arranging participative planning with villager in Merapun and Muara Lesan village.
Developing communication media based on community reference that implemented in environmental education has effective effect in delivering the conservation message to the community. The effective media for rural community generally has characteristic such as visual media and entertainment (e.q. poster and song). Urban community is more preference with mass media (e.q. radio, newspaper etc) as information media.
Recommendation from this research are always involving community in planning and implementing conservation education program and use structural research methodology; effective media should be designed with what community needed and also consider the availability of the resources; communication media will be more effective if the message and obstacle in the communication is minimize.
AGUSTINA TANDI BUNNA. Desain Media Komunikasi untuk Pendidikan Konservasi Berdasarkan Preferensi Masyarakat dan Efeknya terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat di Kawasan Lindung Sungai Lesan, Berau, Kalimantan Timur. Dibimbing oleh E.K.S HARINI MUNTASIB dan BURHANUDDIN MASY’UD.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis-jenis media komunikasi untuk pendidikan konservasi berdasarkan media preferensi masyarakat; menyusun dan merancang media komunikasi berdasarkan uji coba media terhadap masyarakat target; mengetahui efek perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat setelah implementasi media komunikasi; dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi untuk pendidikan konservasi.
Penelitian dilaksanakan di 7 kampung (Kecamatan Kelay) dan kota Tanjung Redeb (Kecamatan Tanjung Redeb) selama 18 bulan dari November 2007 – April 2009 yang dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu: Tahap-1: persiapan untuk mengidentifikasi dan merancang media dan program penjangkauan masyarakat; Tahap-2: implementasi penggunaan berbagai media komunikasi dan program penjangkauan masyarakat; dan Tahap-3: pemantauan dan evaluasi efektivitas media. Tahap persiapan dalam pengumpulan data menggunakan metode lokakarya multi pihak, metode Focus Group Discussion (FGD), survei, menetapkan pesan dan media kampanye. Tahap Implementasi dilakukan untuk menyampaikan pesan melalui berbagai media komunikasi. Tahap pemantauan dan evaluasi media preferensi masyarakat di kampung dan kota Tanjung Redeb, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi, serta seberapa besar tingkat perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai konservasi hutan.
Secara umum tingkat pengetahuan masyarakat terhadap kawasan dari yang tidak tahu menurun 48% menjadi tahu. Pengetahuan masyarakat mengenai status hutan di Kawasan Lindung Sungai Lesan meningkat 60,73% dari 3,4% menjadi 64,14% di akhir program pendidikan konservasi. Penetapan kawasan menjadi kawasan lindung di akhir implementasi program diketahui mendapatkan dukungan yang semakin kuat (dari 68,59% menjadi 91,10%) atau meningkat 22,51%. Dengan menggunakan pengukuran skala Likert, diketahui sikap masyarakat terhadap konservasi tetap tinggi/kuat (dari 90,78 menjadi 94,08%). Sikap masyarakat terkait pemanfaatan hutan yang berkelanjutan masih tetap kuat (dari 73,39% menjadi 74,70%).
Perubahan perilaku setelah pelaksanaan implementasi pendidikan konservasi dievaluasi melalui survei dan observasi langsung di lapangan. Perubahan perilaku yang terjadi yaitu adanya inisiatif dari pemerintah kampung dan masyarakat untuk melakukan penyusunan tata guna lahan (land use planning)
di kampung Sido Bangen dan penyusunan perencanaan partisipatif masyarakat kampung (P3MK) di kampung Merapun dan Muara Lesan.
masyarakat perkotaan lebih menyukai mendapatkan informasi melalui media massa (radio, televisi dan sebagainya).
Beberapa hal yang disarankan sebagai masukan untuk merancang dan mengimplementasikan program pendidikan konservasi hutan yaitu dalam merencanakan dan mengimplementasikan program pendidikan konservasi pastikan melibatkan masyarakat dan menggunakan metode riset yang terstruktur; media komunikasi yang efektif baiknya dirancang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki; media komunikasi tidak bekerja sendiri, akan efektif jika pesan dan hambatan dalam komunikasi dapat diminimalisir.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
KONSERVASI BERDASARKAN PREFERENSI
MASYARAKAT DAN EFEKNYA TERHADAP PERUBAHAN
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI
KAWASAN LINDUNG SUNGAI LESAN, BERAU,
KALIMANTAN TIMUR
AGUSTINA TANDI BUNNA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional Pendidikan Konservasi pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Kawasan Lindung Sungai Lesan, Berau, Kalimantan Timur
Nama : Agustina Tandi Bunna
NRP : E051064015
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Puji dan syukur penulis sampaikan atas pimpinan Bapa di surga, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini yaitu “Desain Media Komunikasi untuk Pendidikan Konservasi Berdasarkan Preferensi Masyarakat dan Efeknya Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat di Kawasan Lindung Sungai Lesan, Berau, Kalimantan Timur”. Penelitian dilaksanakan November 2007- April 2009. Tulisan tesis ini adalah bagian dari laporan program pendidikan konservasi “Kampanye Bangga” yang telah diaplikasikan di Kawasan Lindung Sungai Lesan, Kecamatan Kelay, Berau, Kalimantan Timur. Program merupakan hasil kerjasama The Nature Conservancy, RARE, Badan Pengelola Kawasan Lindung Sungai Lesan (BP Lesan), Pemerintah Kabupaten Berau, Institut Pertanian Bogor, World Education, MAPALA STIEM dan Teater Bumi.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada Ibu Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Bapak Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS yang menjadi ketua dan anggota komisi pembimbing; Ibu Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc. dan Bapak Prof. Dr. Imam Wahyudi, MS selaku penguji luar komisi dan pimpinan sidang pada ujian tesis; keluarga besar The Nature Conservancy dan RARE yang banyak mendukung dan mengarahkan penulis selama proses penelitian dan penulisan tesis; serta masyarakat di Kecamatan Kelay dan Tanjung Redeb atas segala dukungan dan persahabatannya.
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam merancang dan mengembangkan media komunikasi untuk pendidikan konservasi dan menjadi salah satu rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya pada program pascasarjana IPB. Disadari bahwa tesis ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu masukan dan kritikan yang membangun sangat diharapkan. Terima kasih.
Bogor, Januari 2010
Penulis dilahirkan di Kabupaten Tana Toraja Sulawesi Selatan pada tanggal 11 Agustus 1975 dari ayah Azer Tandi Puang dan ibu Lince Tandi Bunna. Penulis merupakan putri pertama dari 5 bersaudara. Tahun 1985 penulis dan keluarga pindah dan menetap di Samarinda Kalimantan Timur.
Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Samarinda dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman mengambil jurusan Manajemen Hutan. Penulis berhasil menyelesaikan studi program sarjana tahun 1999. Pada tahun 2000 penulis kembali melanjutkan pendidikan dengan mengambil Magister Ilmu Kehutanan di Universitas Mulawarman dan lulus pada tahun 2003.
Pengalaman kerja penulis dimulai sebagai staf pengendali mutu di perusahaan kayu lapis PT. Kalhold Utama sejak tahun 2000. Selama bekerja di perusahaan ini penulis juga pernah menjabat staf khusus bidang penelitian dan pengembangan sampai tahun 2003. Awal Tahun 2003, penulis selanjutnya bergabung dengan Kelompok Kerja Rehabilitasi Hutan dan Lahan Propinsi Kalimantan Timur/Yayasan Kaltim Hijau menjabat sebagai koordinator program dan manajemen kantor. Selama di lembaga ini, penulis berkesempatan bekerjasama dengan The Nature Conservancy, Care International, Dinas Kehutanan, BP DAS Mahakam Berau dan beberapa lembaga pemerintah dan perguruan tinggi lainnya. Tahun 2005 penulis bergabung dengan The Nature Conservancy sampai sekarang dengan tugas sebagai koordinator penjangkauan
(outreach coordinator) masyarakat yang menangani bidang komunikasi,
Halaman
DAFTAR ISI --- i
DAFTAR TABEL --- iv
DAFTAR GAMBAR --- v
DAFTAR LAMPIRAN --- vi
BAB I PENDAHULUAN --- 1
1.1 Latar Belakang --- 1
1.2 Perumusan Masalah --- 3
1.3 Kerangka Pemikiran --- 3
1.4 Tujuan Penelitian --- 4
1.5 Manfaat Penelitian --- 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA --- 6
2.1 Komunikasi (Communication) --- 6
2.1.1 Definisi dan Tujuan Komunikasi --- 6
2.1.2 Komunikasi yang Efektif --- 7
2.1.3 Tingkatan Komunikasi --- 9
2.2 Pesan (Message) --- 10
2.2.1 Definisi dan Komponen Pesan --- 10
2.2.2 Pesan yang Efektif --- 12
2.3 Media Komunikasi --- 14
2.3.1 Definisi dan Jenis-jenis Media Komunikasi --- 14
2.3.2 Karakteristik Media Komunikasi --- 15
2.4 Pemasaran Sosial (Social Marketing) --- 17
2.4.1 Definisi dan Bauran Pemasaran Sosial --- 17
2.4.2 Teori Perubahan Perilaku --- 19
2.4.3 Tahapan dan Keterbatasan Pemasaran Sosial --- 21
2.5 Kampanye Bangga RARE (RARE Pride Campaign) --- 22
2.5.1 Sejarah dan Perkembangan --- 22
2.5.2 Tahapan dan Partisipasi Masyarakat --- 24
2.6 Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) --- 28
2.6.1 Definisi, Tujuan dan Ruang Lingkup --- 28
2.6.2 Dasar Kebijakan dan Perkembangan --- 30
2.6.3 Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku --- 34
BAB III METODE PENELITIAN --- 36
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian --- 36
3.2 Ruang Lingkup Penelitian --- 36
ii
4.2 Gambaran Masyarakat di Lokasi Target --- 50
4.2.1 Keterikatan Masyarakat dengan SDA --- 50
5.1 Karakteristik Masyarakat Sasaran --- 66
5.2 Deskripsi Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Sasaran Pra Implementasi Pendidikan Konservasi --- 66
5.2.1 Hasil Lokakarya dan FGD --- 66
5.2.2 Hasil Survei --- 68
5.3 Media Komunikasi Preferensi Masyarakat --- 79
5.3.1 Sumber Informasi Terpercaya --- 79
5.4.3 Program Media Massa (Cetak, Audio Visual dan Visual) 100 5.4.4 Program Penjangkauan (Community Outreach) --- 107
iii
5.5 Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat
Sebelum dan Sesudah Implementasi Media Komunikasi ---- 120
5.5.1 Perubahan Pengetahuan --- 120
5.5.2 Perubahan Sikap --- 122
5.5.3 Perubahan Perilaku --- 126
5.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Komunikasi --- 127
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN --- 133
6.1 Kesimpulan --- 133
6.2 Saran --- 134
DAFTAR PUSTAKA --- 136
iv
Halaman
Tabel 1 Karakteristik level komunikasi --- 9
Tabel 2 Kekuatan dan kelemahan media komunikasi --- 16
Tabel 3 Pertimbangan dalam penerapan maskot --- 23
Tabel 4 Jumlah populasi dan sampel survei --- 38
Tabel 5 Tata guna lahan kawasan --- 49
Tabel 6 Tingkat bahaya erosi --- 52
Tabel 7 Karakteristik masyarakat target --- 66
Tabel 8 Pengetahuan masyarakat tentang status hutan --- 68
Tabel 9 Pengetahuan masyarakat mengenai penyebab kerusakan hutan 69
Tabel 10 Pengetahuan masyarakat mengenai dampak kerusakan hutan -- 70
Tabel 11 Pengetahuan masyarakat mengenai pengelola --- 71
Tabel 12 Sikap masyarakat terhadap penetapan Kawasan Lindung Sungai Lesan --- 72
Tabel 13 Persepsi masyarakat tentang konservasi sumberdaya hutan --- 73
Tabel 14 Persepsi masyarakat mengenai hutan lindung --- 74
Tabel 15 Sikap masyarakat tentang upaya konservasi hutan --- 75
Tabel 16 Sikap masyarakat terhadap pemanfaatan hutan --- 76
Tabel 17 Sikap masyarakat terhadap perilaku konservasi --- 77
Tabel 18 Sikap masyarakat terhadap aksi/tindakan konservasi hutan --- 78
Tabel 19 Sumber-sumber informasi masyarakat --- 79
Tabel 20 Media komunikasi cetak --- 85
Tabel 21 Program sekolah untuk menyampaikan pesan konservasi --- 95
Tabel 22 Program media massa untuk menyampaikan pesan konservasi - 100 Tabel 23 Program penjangkauan masyarakat --- 108
Tabel 24 Program penguatan kapasitas masyarakat --- 116
Tabel 25 Perubahan pengetahuan masyarakat mengenai status hutan --- 120
Tabel 26 Perubahan pengetahuan mengenai pemanfaatan hutan --- 121
Tabel 27 Perubahan pengetahuan mengenai dampak kerusakan hutan --- 121
Tabel 28 Perubahan pengetahuan mengenai pengelola hutan --- 122
Tabel 29 Perubahan sikap masyarakat terhadap penetapan kawasan --- 123
Tabel 30 Perubahan persepsi masyarakat mengenai hutan lindung --- 123
Tabel 31 Perubahan persepsi masyarakat mengenai konservasi --- 124
Tabel 32 Perubahan sikap masyarakat terhadap konservasi hutan --- 125
Tabel 33 Perubahan sikap masyarakat terhadap pemanfaatan hutan --- 125
Tabel 34 Perubahan perilaku dalam mendukung konservasi hutan --- 126
v
Gambar 8 Pelatihan Petugas Konservasi Kampung (PEKOKA) ... 64
Gambar 9 Desain poster yang diuji cobakan ... 82
Gambar 10 Desain kaos yang diuji cobakan ... 83
Gambar 11 Desain stiker/pin yang diuji cobakan ... 84
Gambar 12 Ibu guru sedang menciptakan dan merekam lagu ... 87
Gambar 13 Poster dan proses pendistribusian ... 89
Gambar 14 Stiker yang digunakan dalam penelitian ... 89
Gambar 15 Lembar informasi Kawasan Kawasan Lindung Sungai Lesan .. 90
Gambar 16 Darpius dan Rospina (penyusun materi kotbah konservasi) .... 91
Gambar 17 Kalender Sekolah 2009 ... 91
Gambar 18 Kaos yang digunakan dalam penelitian ... 92
Gambar 19 Standing banner ... 92
Gambar 20 Cinderamata (souvenir) ... 93
Gambar 21 Panggung boneka ... 94
Gambar 22 Kostum orangutan (maskot) ... 94
Gambar 23 Pertunjukkan panggung boneka ... 96
Gambar 24 Seminar pelajar di SMPN Kelay ... 97
Gambar 31 Wawancara Tribun Kaltim dengan warga Kelay ... 107
Gambar 32 Sosialisasi melalui gereja lokal ... 110
Gambar 33 Pertemuan kampung ... 110
Gambar 34 Penjangkauan masyarakat dari pintu ke pintu ... 111
Gambar 35 Perayaan Hari Bumi di Kecamatan Kelay ... 111
Gambar 36 Perayaan HUT RI di Kecamatan Kelay ... 112
Gambar 37 Diskusi Kampanye Bangga di Tanjung Redeb ... 114
Gambar 38 Kunjungan DPRD ke kawasan Lesan ... 114
Gambar 39 Kunjungan Kerja Bupati Berau ke kawasan ... 115
Gambar 40 Pelatihan teater di Lesan Dayak ... 117
Gambar 41 Loka latih public speaking ... 117
vi
Halaman
Lampiran 1 Rekomendasi terhadap Kawasan Lindung Sungai Lesan ---- 139
Lampiran 2 Konsep model hasil lokakarya --- 141
Lampiran 3 Naskah panggung boneka --- 142
Lampiran 4 Teks lagu konservasi --- 148
Lampiran 5 Naskah teater --- 149
Lampiran 6 Kliping berita media cetak --- 152
Lampiran 7 Implementasi media/kegiatan --- 163
Lampiran 8 Media/kegiatan yang efektif bagi masyarakat --- 165
1.1 Latar Belakang
Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 3 Tahun 2004 tentang Tata Ruang Wilayah Berau tahun 2001 – 2011 tanggal 29 Mei 2004, telah menetapkan secara khusus kawasan alokasi perlindungan habitat orangutan Kalimantan
(Pongo pygmaeus) di Sungai Lesan. Kawasan tersebut saat ini juga sedang
diusulkan ke Departemen Kehutanan untuk menjadi hutan lindung. Kawasan hutan ini bukan hanya menjadi tempat hidup primata endemik dan langka tersebut, akan tetapi juga memiliki peranan penting bagi masyarakat yang hidup di sekitarnya berupa hasil hutan kayu, bukan kayu dan jasa lingkungan. Hal ini berarti, menjaga keutuhan kawasan ini bukan hanya akan menyelamatkan orangutan dan keanekaragaman lainnya akan tetapi juga untuk mempertahankan keberlangsungan hidup masyarakat yang hidup di sekitarnya.
Keberadaan Kawasan Lindung Sungai Lesan sebagai kawasan kebanggaan Kabupaten Berau dalam pengelolaannya memerlukan partisipasi aktif dan dukungan dari masyarakat lokal. Kenyataannya, dukungan masyarakat tersebut masih rendah, yang diduga karena kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan rasa
kepemilikan serta lemahnya keterlibatan dalam pengelolaan. Menurut Kushardanto (2007), kesadaran dan dukungan yang lemah dari masyarakat lokal membuat beberapa kawasan konservasi dunia yang sangat penting bagi keanekaragaman hayati terancam keberadaannya.
Pendidikan konservasi di dalam rangka mendukung pengelolaan kawasan konservasi perlu dijadikan program yang sama pentingnya dengan program-program yang lain. Seringkali pendidikan konservasi masih sebatas program-program pelengkap dan sifatnya hanya insidental. Pendidikan konservasi masih dilakukan dengan metode, penggunaan media dan waktu penjangkauan yang tidak tepat.
mengerti dan tidak memahami serta mereka berkeyakinan bahwa situasinya begitu serius sehingga kegiatan apa pun yang akan lakukan pasti tidak akan berguna.
Pendidikan konservasi yang tidak dirancang dengan baik dan dimaksudkan hanya untuk sekedar informasi tidak akan berhasil, baik dalam hal pesan yang disampaikan maupun dari aspek proses membangun dukungan konstituen. Pesan-pesan konservasi yang telah dirancang dengan teliti dan dengan segmentasi pasar
yang tepat diyakini akan berhasil jika disampaikan dengan menggunakan saluran komunikasi yang tepat. Saluran dalam berkomunikasi menurut Winarso (2005) yaitu media komunikasi interpersonal, televisi, radio, film, buku, koran, majalah (media komunikasi massa), telepon, teleks, telegram dan lain-lain. Menurut Weinreich (1999) untuk menjangkau target audiens untuk berbagai segmentasi yang berbeda, perlu diidentifikasi saluran komunikasi yang menarik perhatian dan yang dipercayai oleh audiens. Untuk target audiens yang berbeda, maka dalam penjangkauannya perlu memilih saluran komunikasi yang sudah popular dan dapat dipertanggungjawabkan.
Salah satu bentuk implementasi pendidikan konservasi dengan menggunakan berbagai media komunikasi dan kelompok sasaran yang luas yaitu
kampanye bangga (pride campaign). Kampanye bangga yang dikembangkan oleh RARE ini, adalah suatu perkawinan antara pendidikan konservasi secara tradisional dan teknik social marketing yang bertumpu kepada perubahan perilaku membangkitkan dukungan dan aksi konservasi dari publik. Media edukatif dan kreatif yang digunakan dalam kampanye bangga ini, misalnya menggunakan maskot spesies kunci, kegiatan sekolah, media cetak, media massa, dan berbagai media lain yang digali dari media preferensi target kampanye. Dengan menggunakan media yang tepat, maka akan mendorong terjadinya perubahan sikap dan perilaku positif terhadap kawasan konservasi ( Kushardanto, 2007).
Kawasan Lindung Sungai Lesan saat ini telah memiliki Badan Pengelola yang ditetapkan Bupati Berau tahun 2004. Dalam rangka mendukung Badan
dilakukan secara intensif. Pemilihan media komunikasi dilakukan melalui proses partisipasi masyarakat.
1.2 Perumusan Masalah
Pendidikan konservasi gagal untuk mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat salah satu penyebabnya karena kesalahan dalam memilih,
merancang dan menggunakan media komunikasi. Beberapa hal yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi menurut Weinreich (1999) yaitu proses pemilihan media berdasarkan preferens i masyarakat, uji coba penggunaan media, serta metode atau waktu pendistribusian media. Pertanyaan yang penting yang ingin dijawab melalui penelitian ini yaitu apakah benar media yang dipilih dengan melibatkan masyarakat dapat berdampak positif terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap konservasi sumberdaya hutan. Pembelajaran pendidikan konservasi di beberapa tempat menurut RARE (2007b) terbukti berhasil karena menggunakan media komunikasi berdasarkan media preferens i masyarakat target.
Penelitian untuk melihat peran media dalam perubahan pengetahuan,
sikap, dan perilaku masyarakat tentang konservasi sumberdaya hutan menjadi hal yang menarik yang ingin diketahui oleh peneliti. Pertanyaan penelitian yang diharapkan dapat dijawab melaui penelitian ini yaitu:
1. Jenis-jenis media komunikasi atau kegiatan apa saja yang diinginkan masyarakat untuk menyampaikan pesan konservasi sumberdaya hutan berdasarkan media preferens i atau pilihan mereka?
2. Seberapa besar perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang konservasi sumberdaya hutan setelah mendapatkan pendidikan melalui berbagai media yang dikembangkan berdasarkan preferensi mereka?.
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas media yang digunakan dalam implementasi program pendidikan konservasi sumberdaya hutan?
1.3 Kerangka Pemikiran
merancang media serta memberikan masukan merupakan hal penting dalam proses ini. Selanjutnya, keterlibatan dalam implementasi penggunaan media komunikasi dalam penyampaian pesan konservasi akan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, sikap positif dan aksi untuk bertindak atau berperilaku positif terhadap konservasi sumberdaya hutan.
Mengingat kelompok sasaran pendidikan konservasi sangat beragam dari
berbagai kelompok strata sosial, dimana setiap kelompok sosial tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, disamping kebutuhan dan keinginan dalam memanfaatkan media untuk mendapatkan informasi dan berinteraksi juga berbeda-beda, maka setiap individu dan kelompok secara alamiah akan memilih media yang sesuai dengan selera kebutuhan dan keinginannya. Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini apakah benar media yang dipilih dengan melibatkan masyarakat dapat berdampak positif terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat, maka peneliti merumuskan kerangka pemikiran penelitian sebagaimana pada Gambar 1 berikut.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian dan kerangka pemikiran penelitian, maka tujuan dari penelitian yaitu untuk:
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.
Masyarakat Alternatif
• Where: dimana digunakan?
• When: kapan & prasyarat yang perlu?
• Who: siapa messengers (pembawa pesan)?
• How: Bagaimana strategidistribusinya?
• Jenis dan sifat media
• Ketersediaan Anggaran
• Bentuk desain
• Visual: warna, ilustrasi
• dan lain-lain Identifikasi:
• Karakteristik (umur, pendidikan, dll)
• Pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap konservasi SDH
• Persepsi dan pilihan media (preferensi)
• Pesan konservasi dan slogan
1. Mengidentifikasi jenis-jenis media komunikasi untuk pendidikan konservasi berdasarkan media preferensi masyarakat.
2. Menyusun dan merancang media komunikasi berdasarkan uji coba media terhadap masyarakat target.
3. Mengetahui efek perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat setelah implementasi media komunikasi.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas media komunikasi untuk pendidikan konservasi.
1.5 Manfaat Penelitian
2.1 Komunikasi (Communication) 2.1.1 Definisi dan Tujuan Komunikasi
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio
yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis yang berarti umum atau bersama-sama (Wiryanto, 2004 dan Safanayong, 2006).
Komunikasi menurut Harold Laswell sebagaimana yang dikutip oleh Ruben (1992) dapat dijelaskan secara sederhana dalam suatu pernyataan “who say
what to whom in what channel with what effect”(siapa mengatakan apa dengan
saluran apa kepada siapa dengan akibat apa). Komunikasi menurut Safanayong
(2006) adalah esensi dan dasar dari hal-hal persuasi (seni untuk mempengaruhi), perubahan sikap dan tingkah laku serta sosialisasi melalui transmisi informasi.
Komunikasi menurut LoCicero (2007) adalah melewatkan atau menyampaikan informasi melalui kata-kata, gestur, atau pesan, pembicaraan dan tulisan; dan dalam hal ini terjadi pertukaran terus-menerus mengenai fakta dan
opini. Adapun tujuan utama dari komunikasi tersebut untuk:
a. Menginformasikan (to inform): yaitu menyediakan informasi, memberikan arahan dan untuk mengedukasi.
b. Memeriksa/menyelidiki (inquire): yaitu dengan meminta dan mengumpulkan informasi.
c. Meminta (request): yaitu menanyakan untuk memastikan tindakan yang akan diambil.
d. Membujuk (persuade): yaitu mendorong untuk segera mengambil tindakan. e. Membangun hubungan (build relationships) baik terhadap klien, pelanggan,
pekerja atau vendor yang sudah ada maupun yang prospek.
Fungsi dasar komunikasi menurut Ruben (1992) di dalam kehidupan atau
model komunikasi yang digunakan oleh binatang dan manusia yaitu: penglihatan
(visual), peraba/sentuhan (tactile), penciuman (olfactory), perasa (gustatory), dan pendengaran (auditory).
Tujuan komunikasi menurut Safanayong (2006) dapat dibedakan menurut maksud dan caranya menjadi identifikasi, informasi, promosi (provokasi, persuasi, propoganda dan sebagainya), dan ambience (penggarapan lingkungan). Dalam
semua usaha komunikasi pemasaran, tujuan diarahkan pada pekerjaan satu atau lebih untuk membangun keinginan, menciptakan kesadaran, meningkatkan sikap dan mempengaruhi niat, serta mempermudah pemakaian atau pembelian.
2.1.2 Komunikasi yang Efektif
Tubbs dan Moss (2000) dalam Kriyantono (2008) memberikan kriteria komunikasi yang efektif yaitu jika terjadi pengertian, menimbulkan kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik, dan perubahan perilaku. Bila dalam proses komunikasi terjadi khalayak merasa tidak mengerti akan apa yang dimaksud komunikator, maka telah terjadi kegagalan proses komunikasi primer. Bila setelah proses komunikasi terjadi hubungan semakin renggang, maka terjadi
kegagalan sekunder dalam proses komunikasi. Komunikasi efektif bisa diartikan terjadi bila ada kesamaan antara kerangka berpikir (frame reference) dan bidang pengalaman (field of experience) antara komunikator dengan komunikan.
Menurut Kotler dan Roberto (1989), elemen-elemen yang mempengaruhi efektifitas komunikasi yaitu:
a. Ekspresi Vocal (Vocal Expression). Audiens media massa akan sangat dipengaruhi oleh karakter vokal dengan artikulasi pesan yang konsisten dan memiliki kekuatan volume. Karakter vokal menjadi hal yang kritis dalam penyampaian pesan melalui radio, sehingga dalam pemilihan pembicara melalui radio harus berhati-hati memilih bahasa dan karakter vokal yang diperlukan.
diantaranya yaitu kebahagiaan, keterkejutan, ketakutan, kesedihan, kemarahan, perenungan, dan ketertarikan.
c. Pergerakan Tubuh (Body Movement). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengamat media akan memberikan perhatian pada gerakan tubuh dan gestur. Media dengan memperlihatkan gestur dan aktivitas wajah yang disajikan dalam posisi terbuka akan memberikan efek yang kuat dan bersifat persuasif.
d. Kontak Mata (Eye Contact). Dengan menjaga kontak mata dengan audiens akan memberikan efek yang persuasif. Hanya saja di sisi lain, pesan yang memperlihatkan kontak mata yang sifat pesannya persuasif yang negatif juga akan menghasilkan efek yang negatif.
e. Jarak Ruang (Spatial Distance). Pesan yang disampaikan akan efektif jika jarak ruang antara pengirim pesan dan penerima sesuai dengan situasi. Jarak ruang antara pengirim pesan dan penerima sangat bervariasi untuk kondisi sosial yang berbeda. Jarak ruang yang dekat bisa jadi sesuai di suatu tempat tetapi tidak sesuai dengan situasi di tempat lain. Jika terjadi pelanggaran norma individu maka pesan yang disampaikan menjadi tidak efektif.
f. Ketertarikan Fisik (Physical Apperance). Media yang diperlihatkan secara
atraktif akan lebih persuasif dibanding dengan yang tidak atraktif. Dalam beberapa keadaan ketertarikan fisik dari pesan yang ditampilkan agar mudah diingat kembali oleh audiens daripada pesan yang ditampilkan seadanya.
Komunikasi yang efektif sangat ditentukan oleh unsur-unsur atau komponen komunikasi dan variabel yang mempengaruhi dalam prosesnya. Menurut Safanayong (2006), unsur-unsur komunikasi yaitu sumber informasi
(sender/source), pembuatan kode/penyandian (encoding), pesan (message),
saluran/medium (channel), penguraian kode/sandi (decoding), penerima
(receiver), rintangan/distorsi (noise), umpan balik (feedback). Variabel yang mempengaruhi proses komunikasi diantaranya: persepsi, motivasi, learning, memori, sikap, kepercayaan, kepribadian, pengaruh kelompok, gaya hidup dan
2.1.3 Tingkatan Komunikasi
Tingkatan komunikasi dalam konteks sosial yang luas menurut Safanayong (2006) dapat dibagi dari tingkatan komunikasi intrapersonal (komunikasi dengan satu orang/dengan diri sendiri pada saat berpikir), komunikasi interpersonal (komunikasi antara dua orang), komunikasi kelompok kecil (komunikasi antara dua orang atau lebih, tetapi tidak lebih dari duapuluh
lima orang), komunikasi kelompok besar (komunikasi dari satu atau beberapa orang kepada khalayak, kira-kira lebih dari dua puluh lima orang), komunikasi organisasional (komunikasi antara suatu kelompok orang-orang terkait dalam suatu administrasi atau bisnis tertentu).
Adapan karakteristik level atau tingkatan komunikasi menurut Rogers dalam Wiryanto (2004) yang berdasar pada faktor-faktor arus informasi, segmentasi khalayak, derajat interaktif, dan kontrol terhadap arus informasi sebagaimana pada Tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik level komunikasi
Sifat Saluran
Sumber Khalayak Individu Peserta komunikasi interaktif
Organisasi media Segmentasi Khalayak Tinggi
(demassifikasi/bersifat
Tingkat Interaktif Tinggi Tinggi Rendah Arus Balik Cepat Bisa cepat, bisa tunda Cepat/tunda
Asynchronicity (terus
berlangsung)
Rendah Tinggi untuk media baru M edia audio tidak Kontrol Arus
Informasi
Oleh peserta komunikasi
Peserta komunikasi Kontrol khalayak kecil
Kebebasan Pribadi Rendah Biasanya rendah Tinggi
Sumber: Roger (1986) Communication Technology, The New Media in Society, The Free Press, New York dalam Wiryanto (2004)
seiring dengan penggunaan alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication).
Soemanagara (2008) mengatakan bahwa komunikasi antarpersonal memiliki tingkat interaktif yang tinggi, dapat dilakukan dengan tatap muka sehingga respon dan feedback akan mudah terlihat, jika ada pesan yang
dipersepsikan berbeda oleh penerima pesan bisa langsung diklarifikasi atau diperbaiki. Demikian halnya komunikasi kelompok (tergantung pada jumlah, usia, dan batasan geografis) respon dapat langsung dapat diperoleh walaupun akan beragam sesuai dengan perbedaan cara individu menangkap atau mengintepretasikan pesan yang diterima. Sedangkan komunikasi massa karena memiliki jangkauan komunikasi yang lebih luas, maka respon dari komunikan sulit diukur secara langsung, walaupun kemungkinan ada respon jumlahnya sulit diprediksikan.
Wright dalam Wiranto (2004) memberikan karakteristik pesan-pesan komunikasi massa yaitu publicly (pesan tidak ditujukan kepada orang per orang secara eksklusif melainkan bersifat terbuka untuk umum atau publik), rapid
(pesan dirancang untuk mencapai audience yang luas dalam waktu yang singkat serta simultan), transient (pesan dibuat untuk memenuhi kebutuhan segera, dikonsumsi “sekali pakai” dan bukan untuk tujuan yang bersifat permanen).
2.2 Pesan (Message)
2.2.1 Definisi dan Komponen Pesan
Pesan (Message) menurut Winarso (2005) adalah pikiran atau perasaan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator, sedang yang menerima pesan disebut komunikan atau komunikate (communicate). Definisi yang serupa dikemukan oleh Wiryanto (2004), pesan adalah informasi yang dikomunikasikan kepada individu atau
khalayak, sedang informasi sendiri diartikan sebagai hasil dari proses intelektual atau berpikir seseorang.
runtut, singkat dan padat informasi. Elemen pesan yang penting yaitu: isi atau gagasan – merujuk pada ide sentral suatu pesan; bahasa – terdiri dari kata-kata untuk mengkomunikasikan pesan; pembawa pesan – merujuk pada orang/pihak yang menyampaikan pesan; waktu – kapan suatu pesan disampaikan; dan tempat – pilihan tempat dimana pesan akan disampaikan. Selanjutnya menurut Moffitt (1999) dalam suatu pesan sangat terkait erat dengan faktor visualisasi dari sesuatu
yang ingin disampaikan, penggunaan kata-kata, ukuran atau panjang dari suatu pesan, warna yang digunakan, ukuran huruf, penggunaan kertas, efek bunyi dan latar belakang musik dan sebagainya.
Elemen pesan menurut Kriyantono (2008) terdiri dari: 1. Struktur Pesan (Pengorganisasian elemen-elemen pokok):
a. Message Sidedness
* One – Sided:
- Penekanan pesan hanya pada kepentingan pihak pengirim pesan.
- Yang ditonjolkan kelebihan/kekuatan/aspek positif saja dari pesan
- Biasa digunakan untuk iklan atau upaya promosi penjualan lainnya.
- Pesan seperti ini cocok pada khalayak yang tingkat pendidikan rendah, tidak mempunyai pandangan atau penilaian yang bertentangan atau negatif atas idea atau produk yang dikomunikasikan.
- Tidak terkena “Counterraarguments” (argument yang menentang).
* Two – Sided:
- Penekanan pesan pada kepentingan kedua pihak yang berkomunikasi.
- Yang ditonjolkan kelebihan/kekuatan/aspek positif maupun kekurangan/negatif.
- Pesan seperti ini cocok pada khalayak dengan tingkat pendidikan tinggi, dan telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman atas ide, hal-hal, atau produk yang dikomunikasikan.
- Terdapat pro dan kontra tentang hal yang dikomunikasikan. b. Order of Presentation (Urutan Penyajian)
- Climax vs Anticlimax
bagian akhir pesan. Lebih tepat untuk khalayak yang tingkat perhatian dan kepentingan yang tinggi terhadap idea atau hal yang dikomunikasikan. Khalayak yang dituju sudah tahu apa yang akan disampaikan. Sedangkan Antiklimaks mengandung beberapa hal yang merupakan kebalikan dari teknik klimaks di atas.
- Recency vs Primacy
Biasanya untuk pesan yang dua sisi (two-sided).Recency adalah teknik menyusun pesan, di mana aspek-aspek positifnya diletakkan di bagian akhir. Sedangkan Primacy meletakkan aspek positif di bagian awal.
- Drawing a Conclusion (Penarikan Kesimpulan)
Eksplisit, secara langsung dan jelas. Implisit, tidak langsung dan diserahkan kepada khalayak untuk memberikan kesimpulan sendiri. Biasanya ditujukan pada khalayak yang tingkat pendidikannya lebih tinggi.
2. Dayak Tarik Pesan (Message Appeals)
a. Fear/Threat Appeals (Ancaman), menyajikan unsur-unsur ancaman,
ketakutan, kekuatiran dalam pesan.
b. Emotional Appeals, daya tarik emosional.
c. Rational Appeals, mengutamakan hal-hal yang logis-rasional faktual. d. Humor, mengandung sesuatu yang lucu.
Daya tarik emosional (emotional appeal) meliputi daya tarik positif dan negatif. Kotler dan Roberto (1989) menyebutkan bahwa pesan negatif sesuai untuk produk sosial yang menawarkan solusi nyata suatu masalah. Sedangkan pesan positif sesuai untuk produk sosial yang menawarkan sarana untuk memuaskan tujuan individu.
2.2.2 Pesan yang Efektif
Pesan dikatakan efektif jika informasi tersebut berhasil diterima dan
Media serta Lingkungan (The Media and The Environment). Adapun setiap faktor digambarkan sebagai berikut:
1. Penerima pesan (the receiver): kebutuhan (needs), sikap, kepercayaan dan nilai-nilai (attitudes, beliefs, values), sasaran (goals), pemanfaatan (uses), gaya komunikasi (communication style), kemampuan/kapabilitas (capabilities), pengalaman dan kebiasaan (experience and habit).
2. Pesan (the message): asli/ original, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (origin), pengulangan pesan (mode), karakter fisik (physical character), seperti ukuran, warna, huruf, ketajaman dan lain-lain dan bukan suatu novel (novelty).
3. Sumber (the source): kedekatan (proximity), attraktif (attractiveness), kesamaan (similarity), kredib ilitas dan berwenang (credibility and
authoritativeness), memotivasi dan intensif (motivation and intent),
pendistribusian (delivery) dan status, kekuatan dan kewenangan (status,
power, and authority).
4. Media serta lingkungan (the media and the environment): konteks dan pengaturan (context and setting), pengulangan (repetition), konsistensi
(consistency), bersaing (competition).
Safanayong (2006) mengemukan 3 tahapan dalam merumuskan pesan yang efektif yaitu:
1. Melahirkan pesan, dapat dilakukan dengan pendekatan berkomunikasi dengan sasaran untuk mendapatkan masukan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan mereka; sumbang saran dari tim kerja; serta menggunakan kerangka kerja deduktif formal yang berdasarkan strategi komunikasi yaitu rasional (pilihan yang bervariasi, ekonomis dalam penggunaan, tahan lama dan lain sebagainya), emosional (selera, hiburan, keindahan, kesederhanaan, kebanggan atas apa yang dimiliki dan sebagainya), dan moral (etika - baik buruk/benar salah manusia sebagai manusia, aklak, sikap, ajaran, kumpulan
peraturan, susila, mental/cara berpikir).
3. Menyampaikan pesan, tergantung pada apa yang ingin disampaikan dan bagaimana menyampaikannya. Hal ini berkaitan dengan gaya dan pendekatan visualisasi pesan yaitu tujuan yang fokus (memprediksi dan memaksimal keinginan atau harapan sasaran), fokus pada penetapan sasaran untuk memudahkan komunikasi dan persuasi, dan pesan tunggal (pesan harus cepat dapat dimengerti).
2.3 Media Komunikasi
2.3.1 Definisi dan Jenis- jenis Media Komunikasi
Media komunikasi (medium) juga umum disebut saluran atau medium komunikasi (channel). Saluran komunikasi menurut Winarso (2005) adalah medium yang dilalui oleh pesan yang menjembatani antara sumber dan penerima. Dalam melakukan komunikasi, jarang menggunakan hanya satu saluran komunikasi saja. Contohnya dalam interaksi tatap muka, kita berbicara dan mendengar (saluran suara dan pendengaran), juga gerak isyarat dan melihat tanda-tanda yang dapat bisa dilihat (saluran gerakan-penglihatan), dan memancarkan bau dan mencium bau (saluran penciuman-kimiawi). Seringkali kita saling
menyentuh agar lebih komunikatif (saluran perasaan-saraf).
Media komunikasi menurut Safanayong (2006) meliputi: iklan TV, iklan surat kabar, iklan majalah, iklan bioskop, iklan radio, poster, brosur, katalog, kendaraan (bus, taxi), direct mail, company profile, sales kit (sales kit), annual report, news letter, menu, signage, press kit, stationery and business forms, kalender, shopping bag, booklet, poscard, magazine insert, book cover/book jacket, CD cover dan booklet, book magazine, invitation, interactive commercial
media (CD-Rom, internet), telemedia, stamps, phonecard; P-O-P,
packaging/labeling, sticker. Saluran dalam berkomunikasi menurut Winarso
(2005) yaitu: telepon, surat dan surat elektonik/email (media komunikasi interpersonal), bioskop, televisi, radio, film, buku, koran, majalah (media
2.3.2 Karakteristik Media Komunikasi
Setiap media atau saluran komunikasi memiliki karakteristik sendiri yang berbeda satu sama lainnya. Setiap media juga secara khusus memiliki kelebihan dan kekurangannya. Oleh karenanya, penentuan saluran komunikasi yang digunakan perlu disesuaikan dengan tujuan dan kemampuan dari masing-masing pengguna. Beberapa karakteristik media menurut Riswandi (2009) sangat terkait
dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Karakter media berdasarkan kebutuhan luasnya jangkauan dan kecepatan penetrasi, kebutuhan pemeliharaan memori, kebutuhan jangkauan khalayak yang selektif, kebutuhan jangkauan khalayak lokal, kebutuhan frekuensi tinggi;
2. Karakter kreatif yang berkaitan dengan isi, bentuk, dan teknis penyajian beberapa hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya kebutuhan gerak, kebutuhan warna, kebutuhan suasana, kebutuhan demonstrasi, kebutuhan deskripsi;
3. Karakter khalayak atau audiens dimana khalayak dipandang sebagai penggar ap informasi, sebagai problem solver, sebagai mediator atau yang
mencari pembela, sebagai anggota kelompok dan sebagai kelompok.
Ruben (1992) berpendapat media dapat meringankan komunikasi manusia dengan cara penambahan produksi (termasuk pembuatan pesan oleh media) dan distribusi pesan; penerimaan, penyimpanan dan mudah didapatkannya kembali jika informasi yang terdapat di dalam media diperlukan (misalnya rekaman film dan lain- lain). Dalam pendistribusian media memiliki 3 komponen yaitu transmisi pesan; penggandaan dan perluasan pesan; serta tampilan pesan dalam bentuk fisik pada media. Media dalam konteks ini diharapkan membantu agar pesan mudah diakses oleh pengguna pesan.
Sebagaimana yang dikemukakan Weinreich (1999) bahwa penggunaan media komunikasi memiliki kekuatan dan kelebihannya masing-masing. Radio
disampaikan kepada target audiens akan melekat (stick). Kekuatan dan kelemahan beberapa media sebagaimana diuraikan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Kekuatan dan kelemahan media komunikasi
Saluran Komunikasi Kekuatan Kelemahan
Televisi • Dapat menjangkau banyak orang dalam waktu yang sama
• Dapat sekaligus menjadi iklan gratis
• Terdapat pengulangan pesan
• Dapat ditindak lanjuti dengan mengontak nomor bebas bayar
• Media visual akan memberikan dampak dan mampu
mendemonstrasikan perilaku yang ditawarkan
• Dapat menjangkau audiens yang spesifik melalui stasiun kabel/program
• Biaya produksi mahal dan memerlukan waktu
• Jika dalam format iklan, akan sulit dikontrol ketika sudah berjalan
• Format singkat tidak mengizinkan untuk lebih dari penyadaran
• Pesan dapat tersembunyi oleh pesan komersil yang ditayangkan
• Target audiens mungkin tidak akan menonton ketika tayangan komersil
mengudara Radio • Dapat menjangkau target
audiens yang spesifik
• Dapat didengarkan sembari melaksanakan aktivitas
• Biaya produksi tidak mahal dan tidak memerlukan waktu lama seperti televisi
• Bagus untuk menjangkau audiens yang terpelajar
• Audiens dapat membuat kliping, membaca kembali serta memikirkan tentang materi
• Media yang dapat dipertanggungjawabkan
• Menjangkau audiens yang jauh lebih terbatas (berbeda dengan televisi)
• Tidak dapat
mendemonstrasikan suatu aktivitas (sebagaimana pada televisi yang bisa dilihat)
Material Cetak (seperti brosur, lembaran fakta,
newsletters)
• Dapat memuat informasi yang mendalam, khususnya untuk isu yang kompleks
• Seringkali biayanya murah (satuan biaya akan meningkat sejalan dengan kuantitas yang bertambah)
• Baik digunakan untuk tindak lanjut dengan menyediakan informasi lebih lanjut (dihasilkan dari promosi lainnya)
• Tidak bersaing dengan iklan untuk menarik perhatian audiens
• Baik untuk menginformasikan dan menjawab secara rutin pertanyaan yang ditanyakan
• Audiens harus memiliki ketertarikan dan keinginan untuk mengambil dan membacanya
Tabel 2 Kekuatan dan kelemahan jenis -jenis media komunikasi (lanjutan)
Saluran Komunikasi Kekuatan Kelemahan
Poster dan flyers • Baik untuk media penyadaran yang bersifat umum
• Dapat ditempatkan di tempat yang mudah dilihat/ tempat yang penuh kesibukan (hight traffic)
• Dapat ditempatkan dimana audiens memutuskan untuk mengubah (perilaku positif) atau mengabaikan perilaku (negatif)
• Jika terlihat menarik dan enak dipandang, maka orang-orang akan menaruhnya di rumah atau kantornya
• Memerlukan biaya produksi yang mahal (relatif untuk media cetak)
• Tidak dapat menyediakan informasi yang detail atau terperinci
• Dapat dikirimkan sering-sering
Media diluar ruangan
(outdoor media) (seperti
billboards, transit ads)
• Sangat baik untuk penjangkauan masyarakat umum (commuters)
• Tidak bersaing dengan iklan lainnya
• Terdapat pengulangan pesan dan dapat menjangkau banyak orang
• Memerlukan biaya yang yang relatif mahal
Komunikasi
Interpersonal/ jaringan informal
• Komunikasi orang per orang sangat efektif, apalagi jika yang menyampaikan dapat
dipercaya/kredibel
• Setiap pertanyaan dapat dijawab segera
• Tidak efisien untuk massa yang luas
• Kemungkinan orang akan tidak percaya & merasa heran.
Komunikasi
Interpersonal/ jaringan informal
• Sifat pesan sangat
personal/pribadi sehingga dapat memberikan manfaat atau mengurangi hambatan setiap orang yang disasar
• Orang akan berpikir penyampai berita akan mendapatkan keuntungan dari komunikasi tersebut
• Tidak akan cukup waktu untuk mempengaruhi audiens yang potensial atau yang tertarik untuk terlibat
2.4 Pemasaran Sosial (Social Marketing) 2.4.1 Definisi dan Bauran Pemasaran Sosial
Pemasaran Sosial (Social Marketing) menurut Kotler dan Roberto (1989) adalah suatu strategi untuk perubahan perilaku yang merupakan kombinasi elemen terbaik dari pendekatan tradisional untuk perubahan sosial dengan mengintegrasikan perencanaan dan kerangka kerja aksi dan menggunakan kemajuan teknologi di bidang komunikasi serta keahlian pemasaran (“the strategy for changing behavior, combines the best elements of the traditional approaches
to social change in an integrated planning and action framework and utilizes
Weinreich (1999) mengemukan pemasaran sosial (social marketing) bukan sesuatu yang baru, menurutnya sosial marketing adalah pemanfaatan teknik pemasaran komersil untuk mempromosikan adopsi perilaku yang akan meningkatkan kesehatan atau semua hal baik yang diinginkan dilakukan target audiens atau kelompok sosial secara keseluruhan (“the use of commercial market
techniques to promoto the adoption of a behavior that will improve the health or
well being of target audience or of society as whole”).
Untuk mengembangkan strategi yang konprehensif, pemasaran sosial dengan meminjam ide dari pemasaran tradisional yang dikenal dengan sebutan bauran pemasaran sosial (social marketing mix) dikenal 4 P’s dari marketing (product, price, place, promotion). Menurut Kotler dan Roberto (1989) “4 Ps” ini bertujuan untuk untuk mempromosikan ide, perilaku dan obyek fisik (tangible object). Adapun 4 P’s ini yaitu:
a. Product berupa ide, perilaku dan obyek fisik, yang ditawarkan oleh agen
perubahan kepada kelompok sasaran;
b. Price ialah pengorbanan (uang, waktu, tenaga, upaya, tuntutan psikologis) yang harus dikeluarkan oleh kelompok sasaran untuk mengadopsi produk;
c. Place yaitu sarana untuk menyampaikan produk kepada kelompok sasaran,
misalnya outlet distribusi untuk produk fisik, media untuk ide dan perilaku;
d. Promotion merupakan sarana untuk mempromosikan produk kepada
kelompok sasaran melalui kontak interpersonal, penjualan langsung, iklan,
public relations, dan lain- lain.
Dalam sosial marketing, juga ditambahkan beberapa Ps, yaitu menurut Weinreich (1999) yaitu public, partnership, policy dan pursestrings.
a. Public, adalah target audiens yang disasar untuk perubahan sikap dan
perilakunya. Traget audiens yang ingin disasar ini bisa internal organisasi maupun eksternal;
b. Partnership atau kemitraan adalah organisasi lain yang diidentifikasi potensial
c. Policy, adalah kebijakan atau regulasi hukum yang diharapkan dapat dihasilkan dari pengambil kebijakan untuk mendukung keberlanjutan dari hasil perubahan sosial yang telah terjadi.
d. Pursestrings, merupakan suatu upaya mencari donator atau funding untuk
membiayai rencana tindak lanjut dari program sosial marketing yang ingin dilakukan untuk memastikan keberlanjutan perubahan yang telah dilakukan.
2.4.2 Teori Perubahan Perilaku
Weinreich (1999) menjelaskan teknik pemasaran sosial dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda yaitu untuk mendorong kesadaran publik atau kampanye edukasi; untuk membuat promosi atau materi edukasi; untuk mendorong tersedianya layanan organisasi; dan untuk menyusun program yang baru. Dengan kata lain, sosial marketing bertujuan agar target audiens mengubah sikap dan perilaku atau menerima produk sosial yang ditawarkan.
Produk sosial (social product) menurut Kotler dan Roberto (1989) ada 3 yaitu 1) ide (kepercayaan:persepsi terhadap kenyataan; sikap: evaluasi positif ataupun negatif terhadap orang, obyek, ide, event dan nilai: pemahaman tentang
apa yang dirasa benar ataupun salah); 2) praktek (practice) terdiri dari tindakan/aksi dan perilaku; serta 3) objek fisik (tangible object) yang menyertai ide atau praktek sosial yang dipasarkan.
Perilaku adalah suatu tindakan yang langsung terlihat atau dapat diamati (Simamora, 2004). Beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan perubahan perilaku menurut Weinreich (1999) dan Kushardanto (2007), yaitu: 1. Teori perilaku yang direncanakan (theory of planned behavior), teori yang
mengeksplorasi keterkaitan antara perilaku dan keyakinan (beliefs), sikap (attitudes), dan kehendak (intentions). Teori ini berasumsi bahwa kehendak berperilaku (behavioral intention) adalah determinant (faktor penentu) yang paling penting. Kehendak berperilaku dipengaruhi oleh sikap seseorang
terhadap suatu tindakan, dan keyakinan atas pendapat orang lain (tokoh yang dianggap penting) terhadap suatu perilaku (subjective norm).
yang mendukung dan individu memiliki pengaruh terhadap apa yang dilakukan, bagaimana respon individu terhadap lingkungan. Teori ini melihat lingkungan bukan hanya sebagai sistem yang mendorong atau mencegah suatu perubahan perilaku, akan tetapi lingkungan juga menyediakan tempat bagi sesorang untuk belajar tindakan orang lain dan konsekuensi dari tindakan tersebut. Tiga faktor utamanya yaitu kekuatan sendiri (self-efficacy), sasaran
(goals), dan harapan yang muncul.
3. Teori tahapan dari perubahan (transtheoretical model/stages of change teory), terdiri dari lima tahapan, yaitu:
a. Pre-contemplation (pra-perenungan): individu pada tahap ini tidak
menyadari suatu masalah atau suatu resiko terhadap sesuatu sehingga belum berpikir untuk mengambil tindakan.
b. Contemplation (perenungan): individu pada tahap ini sudah berpikir untuk bertindak dan menunjukkan indikasi sedang merencanakan tindakan.
c. Preparation (persiapan): orang akan mengambil tindakan dalam waktu
yang tidak lama lagi dan merencanakan untuk melakukan rencana tersebut segera mungkin.
d. Action (tindakan): pada tahap ini, orang sudah mengambil tindakan untuk
menangani suatu permasalahan tertentu.
e. Maintenance (menjaga): orang berusaha untuk mempertahankan tindakan
yang diambilnya dalam suatu periode waktunya lama.
4. Difusi suatu inovasi (diffusion of innovations). Terhadap suatu perilaku baru atau tindakan, beberapa orang akan mengadopsi dan yang lainnya melihat sampai orang lain dalam kelompoknya mengadopsinya dan kelompok yang lainnya sama sekali sama sekali tidak menerima inovasi tersebut.
Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Inovasi akan sangat mudah diterima jika amat cocok dengan budaya yang berlaku pada suatu masyarakat yang akan mengadopsinya (Ranjabar, 2008).
Simmons (1990) menjelaskan beberapa tipe pengadopsi (adopters) terhadap suatu inovasi yaitu:
2. Early Adopter (13,5%): menyadari keuntungan untuk mengadopsi dari informasi/kontak dengan innovators.
3. Early Majority Adopter (34%): meniru orang lain atau mencoba mengadopsi
inovasi dengan suatu tingkat ketidakpercayaan.
4. Late Majority Adopter (34%): bergabung untuk mencoba setelah
“mendapatkan legitimasi” dari early majority
5. Laggard (16%): sangat skeptis, memegang teguh tradisi.
2.4.3 Tahapan dan Keterbatasan Pemasaran Sosial
Tahapan pemasaran sosial menurut Weinreich (1999) ada 5 yaitu perencanaan (planning), pengembangan pesan dan material/media (message and materials development), ujicoba (pretesting), implementasi (implementation); evaluasi dan umpan balik (evaluation and feedback).
1. Perencanaan (planning), merupakan hal paling mendasar yang penting untuk mendisain perubahan sosial yang ingin disasar. Tahapan perencanaan merupakan tahapan dimana kita memahami masalah yang dihadapi, target audiens yang ingin disasar, dan program apa yang akan dilakukan.
2. Pengembangan pesan dan material/media (message and materials
development),dirancang berdasarkan informasi yang telah diperoleh dalam
tahapan perencanaan untuk menjangkau target audiens sasaran.
3. Ujicoba (pretesting) dilakukan terhadap pesan dan media yang telah dirancang dengan menggunakan berbagai metode. Dengan adanya uji coba media maka akan diketahui pesan dan media yang telah dirancang efektif untuk menjangkau audiens kita. Dengan adanya uji coba maka strategi keseluruhan dan pendekatan program akan bisa dilanjutkan.
4. Implementasi (implementation), adalah memperkenalkan program kepada target audiens dimana persiapan adalah kunci utama kesuksesan. Implementasi program harus dimonitoring untuk memastikan setiap elemen
proses sesuai dengan per encanaan.
mendapatkan umpan balik dari target audiens. Umpan balik merupakan langkah awal untuk mendorong program selanjutnya.
Sebagai suatu pendekatan, sosial marketing memiliki kekuatan dan keterbatasan. Weinreich (1999) mengemukakan kekuatan dari sosial marketing yaitu sangat baik digunakan untuk mempengaruhi atau tetap mempertahankan perilaku sehat atau manfaat sosial dari perubahan perilaku, meningkatkan
pemanfaatan program atau membangun kepuasan pelanggan atas layanan yang sedang dijalankan. Akan tetapi sosial marketing sebagai suatu pendekatan memiliki keterbatasan tidak dapat diharapkan untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan dan masalah sosial. Sosial marketing tidak efektif digunakan untuk menyelesaikan masalah yang kompleks dimana faktor penyebabnya dikontribusikan oleh banyak faktor dan masalah tidak di bawah kontrol individu (organisasi). Ketika organisasi ingin menggunakan teknik sosial marketing ini untuk mencapai tujuannya, maka diharapkan ada komitmen kuat dari organisasi dan didukung sumberdaya (staff dan dana) yang memadai.
2.5 Kampanye Bangga RARE (RAREPride Campaign)
2.5.1 Sejarah dan Perkembangan
Kirana (2001) mengemukakan kampanye adalah program komunikasi yang terencana untuk mencapai tujuan spesifik. Perubahan perilaku adalah tujuan yang ingin dicapai melalui kampanye, dengan perencanaan yang teliti, melibatkan penggunaan berbagai media dan berbagai cara penyampaian pesan. Kampanye merupakan adaptasi langsung dari kata ‘campaign’ berarti ‘the art of war’ atau seni perang, di dalamnya tercakup taktik dan strategi, walaupun demikian istilah ini bukan monopoli kalangan militer saja. Industriwan, politisi, dan aktifis – jenis-jenis manusia dengan sangat sedikit perbedaan, semuanya menggunakan istilah ini dengan pemaknaan yang relatif sama.
Terdapat 3 jenis utama dari kampanye yaitu kampanye komersil, politik
marketing yang bertumpu kepada perubahan perilaku. Kampanye bangga membangkitkan perluasan advokasi publik dan tekanan dari orang-orang yang dikenal (peer pressure) untuk mendorong perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku. Kunci kesuksesan itu adalah kampanye bangga melibatkan dan membangun komitmen setiap lapisan masyarakat: guru, pelaku bisnis, anggota legislatif, dan masyarakat awam (RARE, 2007b).
Di Pulau Saint Lucia, di Karibia Timur, RARE merancang dan memulai kampanye “Rasa Bangga”-nya yang pertama, bekerja-sama dengan Departemen Kehutanan pulau itu. Kampanye itu memfokuskan perhatian pada burung nuri Saint Lucia yang endemik dan terancam. Kampanye menggunakan spesies sebagai maskot ini memicu rasa bangga yang mengakibatkan dukungan publik bagi perlindungan hutan hujan dan satwa liar. Soemanagara (2008) mengatakan bahwa maskot merupakan simbolisasi terhadap sesuatu yang mampu merepresentatifkan suatu keinginan, hasrat, atau kebutuhan, dapat dengan mudah mengaktifkan ransangan kepada audience agar dapat menyimpulkan arti dari simbolisasi secara sederhana atau umum. Dengan demikian sebuah maskot diharapkan mampu menjangkau tujuan komunikasi yaitu terjadinya perubahan
pada pengetahuan, sikap dan perilaku. Pertimbangan dalam penerapan maskot sebagaimana pada Tabel 3.
Tabel 3 Pertimbangan dalam penerapan maskot
Pengetahuan Sikap Perilaku
• Dapat dengan mudah disimpulkan
• Memiliki dimensi citra dari produk dan servis
• Dapat dipersepsikan sama pada umumnya
• Kedekatan (visual/ sering dilihat)
• Memiliki kerangka emosional
• Kualitas simbol (garis, warna, dan bentuk)
• Memenuhi harapan dan kebutuhan
• Memiliki nilai kepercayaan
• Menunjukkan equitas sebuah produk
• Memiliki rasa aman
• Mampu
flagship, dan rasa bangga nasional untuk membangkitkan dukungan akar rumput bagi konservasi. Beberapa contoh keberhasilan kampanye bangga RARE di Indonesia yaitu (RARE, 2007b):
1. Kampanye bangga di Kepulauan Togean (2001-2002). Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan mengenai perlindungan ekosistem terumbu karang masyarakat telah membuat peraturan kampung untuk melindungi terumbu
karang dan sumberdaya penting kelautan lainnya.
2. Kampanye bangga di Siberut (2004-2005) dengan membawa pesan-pesan konservasi kepada kelompok masyarakat yang rendah angka melek hurufnya mela lui radio komunitas telah berhasil mengangkat pengetahuan mengenai nilai pentingnya hutan.
3. Kampanye bangga di Phakpak Bharat (2004-2005) membangun dukungan masyarakat lokal untuk mengelola lahan yang tidak terpakai di sekitar kawasan lindung sebagai bagian program penghijauan.
4. Kampanye bangga di Derawan (2006-2007) membangun dukungan masyarakat lokal untuk pengelolaan sumberdaya laut yang berkelanjutan dan memperkuat dukungan penciptaan Kawasan Konservasi Laut (KKL) Berau.
5. Kampanye bangga di Lhoknga dan Leupung Kabupaten Aceh Besar Naggroe Aceh Darussalam (2007-2008) telah berhasil menguatkan lembaga adat pawang uteun untuk pengelolaan hutan berkelanjutan di Aceh Besar.
6. Kampanye bangga di Kawasan Hutan Produksi Potorono dan Hutan Lindung Gunung Sumbing Magelang (2007-2008) telah berhasil mengubah perilaku pada gerakan sosial konservasi sumberdaya hutan jawa.
2.5.2 Tahapan dan Partisipasi Masyarakat
Metode kampanye bangga melestarikan ini terdiri dari 11 tahapan yang merupakan uraian dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (RARE, 2007b) yaitu:
ini adalah suatu matriks stakeholder (stakeholder matrix) yang mengidentifikasi pemain utama dan kepentingannya terhadap kawasan target. 2. Matriks stakeholder ini kemudian dipakai untuk menentukan dan
mengundang kelompok atau individu ke dalam suatu pertemuan stakeholder dimana dalam pertemuan ini mereka bekerja bersama untuk mengembangkan Model Pemikiran (Concept Model) dari ancaman kunci yang ada.
3. Model Pemikiran (Concept Model) mengidentifikasikan faktor kunci langsung, tidak langsung, serta faktor kontribusi (akar permasalahan) dari ancaman terhadap konservasi yang ada di kawasan.
4. Pelaksanaan diskusi kelompok terfokus (focus group discussion)
dilaksanakan untuk menggali lebih dalam faktor kunci langsung yang berhubungan dengan kawasan. Frekuensi FGD sesuai dengan kebutuhan isu yang akan digali dan dipertajam.
5. Pelaksanaan pra survei dengan mensurvei 1-3% populasi yang ada di kawasan sasaran untuk mengumpulkan informasi mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. Pertanyaan survei mengkonfirmasi ancaman yang telah diidentifikasikan oleh stakeholder dalam model pemikiran, dan
membantu untuk membuat ranking dari ancaman ini melalui suatu sampel acak terhadap masyarakat yang tinggal di dalam atau di sekitar kawasan sasaran. Data dari kelompok kontrol (control group) juga diambil sebagai pembanding sasaran kampanye.
6. Setelah data survei dianalisa, model pemikiran kemudian direvisi dalam pertemuan stakeholder yang lain. Stakeholder membantu mengidentifikasi sasaran kampanye yang fokusnya kepada perubahan pengetahuan dan kesadaran yang dapat mempengaruhi ancaman kuncinya.
7. Suatu sasaran yang baik adalah yang memenuhi kaidah SMART (Specific,
Measurable (dapat diukur), Action-oriented (berorientasi kepada tindakan),
Realistic (realistik), dan Time-bound (terikat waktu). Sasaran-sasaran
SMART ini kemudian dikaitkan dengan rencana pemantauan dengan suatu indikator yang jelas. Aktifitas dari setiap sasaran dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut.
(project plan) yang menjadi suatu dasar arahan kampanyenya.
9. Rencana Proyek ini dikaji dan selanjutnya menjadi acuan pelaksanaan kampanye Bangga selama periode 1 tahun kemudian. Ada pun Rencana Proyek berisi suatu susunan aktivitas pelaksanaan kampanye seperti kunjungan sekolah, kostum maskot, panggung boneka, papan iklan, lembar dakwah, lagu populer dan video musik dan sebagainya.
10.Survei pasca kampanye dilakukan di akhir kampanye dan hasilnya dipakai untuk menilai perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku sebelum dan sesudah kampanye.
11.Pada akhir kampanye, diadakan evaluasi dan pelaporan sebagai bagian dari pengalaman berharga (lesson learned) dan juga merancang suatu rencana tindak lanjut.
Keterlibatan masyarakat atau sasaran kampanye dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi Kampanye Bangga merupakan kunci sukses sukses . Beberapa metode partisipasi masyarakat yang digunakan dalam kampanye bangga diantaranya metode lokakarya, Focus Group Discussion(FGD) dan survei. Partisipasi merupakan merupakan faktor kunci dimana masyarakat bersama mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah, pengambilan keputusan kolektif, penyusunan rencana bersama dan melaksanakannya dengan sepenuh hati, menghadapi setiap permasalahan dan mengelola apa yang mereka telah disepakati bersama-sama (Braakmandan Edwards, 2002).
Metode lokakarya yang digunakan dalam Kampanye Bangga diadaptasi dari metode yang dikembangkan oleh Spencer (1989) dalam Winning Through Participation, terdiri dari beberapa langkah kegiatan yaitu:
1. Menentukan konteks (set the context), yaitu menetapkan dan mendefinisikan konteks atau parameter dari lokakarya multi pihak.
2. Curah pendapat (brainstorm), yaitu dimana peserta mengeluarkan atau mencurahkan semuapendapat, data dan ide-ide mengenai isu konservasi pada suatu kawasan yang ingin disasar melalui kampanye.
4. Penamaan (name), yaitu memberikan judul baru data atau ide- ide yang telah dikelompokkan atau dikategorisasikan oleh peserta.
5. Pemantauan (evaluate), yaitu mengevaluasi tahapan yang telah dilakukan dari tahap sebelumnya untuk memastikan sesuai dengan pendapat yang disepakati.
Sebagaimana halnya lokakarya, teknik yang digunakan dalam pelaksanaan FGD juga diadaptasi dari teknik yang disebut ORID (Objective, Reflection, Interpretive and Deciosional) yang diperkenalkan oleh Spencer (1989). Tahapan dari ORID ini yaitu:
1. Objective (objektif) yaitu tahap dimana peserta diskusi mengeluarkan fakta-fakta mengenai pengalaman atau kejadian apa saja yang berhubungan dengan kehidupan mereka dengan kawasan yang ingin disasar melalui kampanye.
2. Reflection (refleksi), yaitu tahapan dimana anggota diskusi kelompok
merasakan (memberikan tanggapan emosi) atas pengalaman atau kejadian yang telah diterima dan mengasosiasikannya dengan pengalaman lain yang pernah dialami.
3. Interpretive (interpretasi), yaitu tahapan dimana partisipan atau peserta diskusi mempertimbangkan atau menginterpretasikan arti, nilai dan tujuan dari kejadian.
4. Deciosional (pengambilan keputusan), yaitu tahapan dimana peserta diskusi
kelompok telah memutuskan untuk memberikan respon dengan mengambil keputusan tindakan apa yang akan dilakukan yang dianggap penting untuk masa mendatang.
Pengembangan kegiatan atau media dalam kampanye bangga digali melalui lokakarya, FGD dan survei dengan melibatkan masyarakat target. Pertimbangan pemilihan kegiatan dalam Kampanye Bangga dilakukan dengan menjawab pertanyaan 5W1H yang diadaptasi dari teknik yang diterapkan Margoluis dan Salafsky (1998) Ukuran Keberhasilan, yaitu:
1. What: apa media atau saluran komunikasin yang akan digunakan?
2. Why: alasan mengapa memilih media tersebut, apa asumsi dasar atau prasyarat
jika memiliki media tersebut?
3. Where: dimana media akan digunakan atau dimana kegiatan akan