• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELTIAN

4.6 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Natrium Benzoat Pada Saus Cabai 55

Pemerikssan bahan pengawet pada 10 sampel saus cabai yang ada di beberapa kantin sekitar lingkungan Universitas Sumatera Utara. Sampel tersebut dibawa ke Laboratorium Kimia Organik FMIPA USU untuk dilakukan pemeriksaan kuantitatif yaitu pemeriksaan untuk menghitung kadar natrium benzoat pada saus cabai dengan metode tritrasi. Hasil pemeriksaan kuantitaif pada saus cabai dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Natrium Benzoat Pada Saus Cabai yang ada di kantin sekitar lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2018

No Nama

2. Sampel 2 Kantin FK 0,0307 Memenuhi

Berdasarkan tabe 4.10 menunjukkan kadar kandungan natrium benzoat dibawah 1000 mg/kg menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet. Kandungan kadar tertinggi Natrium Benzoat pada sampel saus cabai pada sampel 7 yaitu 0,1974 g/kg dan kadar kandungan terendah pada sampel 0,0307 g/kg.

Ciri-ciri fisik saus cabai yang ditemukan pada saat penelitian di beberapa kantin sekitar lingkungan USU yaitu: Tidak berjamur terdapat pada sampel 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 ; Warna merah dan kental terdapat pada sampel 1,3,8,9;

Warna orange terang dan kental terdapat pada sampel 2,4,5,6,7,10; Bau agak nyengat terdapat pada sampel 7,10.

Kesehatan

Berdasarkan analisa data yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari setiap Fakultas Kesehatan yaitu FKM dari 40 orang yang memilki tingkat pengetahuan baik sebanyak 28 orang (38,4%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 11 orang (44,0%), tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 1 orang (100,0%).

Mahasiswa FK dari 17 yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 13 orang (17,8%), tingkat pengetahuan sedang 4 orang (16,0%), Mahasiswa FKG dari 22 orang yang memilki tingkat pengetahuan baik sebanyak 16 orang (21,9%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 6 orang (24,4%), Mahasiswa FARMASI dari 20 orang yang memilki tingkat pengetahuan baik sebanyak 16 orang (21,9%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 4 orang (16,0%).

Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan responden tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP) sudah baik, sebagian besar responden menjawab dengan benar. Pengetahuan responden tentang dampak langsung dan dampak jangka panjang natrium benzoat terhadap kesehatan sebagian besar responden sudah mengetahuinya. Pengetahuan responden yang masih kurang baik dapat dilihat dari pertanyaan mengenai batas maksimum penggunaan natrium benzoat pada saus serta Perundangan yang mengatur batas maksimum natrium benzoat.

Metabolisme Natrium Benzoat yang masuk ke dalam tubuh akan melewati

zat kimia. Natrium benzoat diabsorbsi dari usus halus dan diaktivasi melalui ikatan CoA untu menghasilkan benzoyl coenzyme A. selanjutnya benzoyl coenzyme A berkonjugasi dengan glisin dalam hati untuk membentuk asam hipurat yang kemudian dikeluarkan melalui urin. Oleh karena itu, dianjurkan agar banyak meminum air putih untuk membantu proses hidrolisa yang berfungsi sebagai ekskresi.

Green dalam Notoadmodjo (2003) menyebutkan bahwa penegtahuan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perilaku seseorang. Notoadmodjo juga menyebutkan bahwa perilaku sesorang akan lebih baik dan dapat bertahan lebih lama apabila didasari oleh tigkat pengetahuan dan kesadaran yang baik.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan memilki enam tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (applicaton), analisis (analysis), sintesis (synthetis) dan evaluasi (evaluation). Pengetahuan yang baik dapat dilihat jika seseorang dapat mudah mendefenisikan, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensistesis masalah dan membuat keputusan yang benar.

Meskipun berdasarkan hasil analisis data tingkat pengetahuan responden termasuk kategori baik, sedang, dan kurang baik tetapi tingkat pengetahuan responden tetap harus ditingkatkan lagi pada Mahasiswa FKM, FK, FKG, FARMASI karena pengetahuan merupakan awal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

5.2 Sikap Responden Terhadap Bahaya Natrium Benzoat bagi Kesehatan Berdasarkan analisa data yang dilkukan diketahui bahwa sikap Mahasiswa Fakultas Kesehatan yaitu Mahasiswa FKM dari 40 orang yang memilki sikap baik sebanyak 37 orang (39,4%), sikap yang sedang sebanyak 3 orang (60,0%), Mahasiswa FK dari 17 orang yang memilki sikap baik sebanyak 15 orang (16,0%), sikap yang sedang sebanyak 2 orang (40,0%), Mahasiswa FKG dari 22 orang (23,4%) seluruhnya memilki sikap yang baik, dan Mahasiswa FARMASI dari 20 orang (21,3%) keseluruhannya memilki sikap yang baik.

Hasil penelitian diketahui bahwa sikap responden menyatakan sikap setuju bahwa perlu mencari informasi tentang batas maksimum konsumsi saus agar terhindar dari bahayanya serta banyak minum air putih setelah mengkonsumsi makanan yang ditambahkan saus, dan semua bahan kimia jika digunakan secara berlebihan pada umunya bersifat racun bagi hewan dan manusia dan merasa kurang nikmat jika tidak menambahkan saus cabai ke makanan.

Berdasarkan analisis data diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan sikap tidak setuju bahwa natrium benzoat yang berlebih baik digunakan sebagai bahan pembuatan saus cabai, pengkonsumsian saus yang memilki kadar natrium benzoat berlebih tidak dapat menimbulkan bahaya kesehatan serta natrium benzoat merupakan zat pengawet yang tidak diizinkan pemerintah.

Namun kebanyakan responden tidak mengetahui batas maksimum natrium benzoat pada saus sebesar 1000 mg/kg. Sikap merupakan reaksi atau respon

dapat secara langsung dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sama halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab (Notoadmodjo, 2011).

Hasil analisa data menunjukkan masih ada responden yang sikapnya dalam kategori sedang yaitu pada Mahasiswa FKM dan FK. Sikap yang kurang baik tentu mempengaruhi tindakan yang kurang baik pula. Sikap juga sejalan dengan pengetahuan seseorang baik maka sikap juga baik.

5.3 Tindakan Responden Terhadap Bahaya Natrium Benzoat Bagi Kesehatan

Berdasarkan analisa data yang dilakukan diketahui bahwa tindakan responden Fakultas Kesehatan yaitu Mahasiswa FKM dari 40 orang yang memilki tindakan baik sebanyak 26 orang (39,4%), tindakan sedang sebanyak 14 orang (42,4%), Mahasiswa FK dari 17 orang yang memilki tindakan yang baik sebanyak 12 orang (18,2%), tindakan sedang sebanyak 5 orang (15,2%), Mahasiswa FKG dari 22 orang yang memiliki tindakan baik sebanyak 11 orang (16,7%), tindakan sedang sebanyak 11 orang (33,3%), Mahasiswa FARMASI dari 20 orang yang memilki tindakan yang baik sebanyak 17 orang (25,8%), tindakan yang sedang 3 orang (9,1%).

Dari analisa data yang dilakukan secara keseluruhan bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan Mahasiswa Fakultas Kesehatan (FKM, FK, FKG, FARMASI) lebih banyak baik daripada sedang. Tetapi berdasarkan Fakultas, yang memilki pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik adalah Fakultas Farmasi. Hal ini juga

dikarena bahwa Mahasiswa Farmasi mempelajari tentang Biokimia sera praktikum mengenai identifikasi karbohidrat, protein, lemak dan unsur-unsurnya.

Selain itu juga mempelajari tentang kimia bahan makanan serta paktikumnya, dan mempelajari nutraseutikal.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.

Disamping faktor, fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain untuk mendukung terjadinya suatu tindakan. Tindakan juga memilki beberapa tingkatan yaitu persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adaptasi.

Tindakan dari kebanyakan responden yang mengkonsumsi saus mengatakan jika mereka menambahkan saus cabai ke makanan tertentu saja contohnya seperti gorengan, bakso, mie ayam, dan lain-lain. Responden juga mengatakan mereka menambahkan saus cabai ke makanan tergantung mood, dan juga jika saus disediakan di meja kantin/rumah makan.

Beberapa responden juga memilki tindakan tidak mengkonsumsi saus setiap harinya, mencium saus cabai ketika ingin membeli atau mengkonsumsi saus cabai serta meminum air putih setelah memakan makanan yang ditambahkan saus cabai. Tetapi ada juga tindakan responden yang tidak mencari tahu batas anjuran mengkonsumsi saus cabai.

Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi sikap dan tindakannya dalam menanggapi suatu hal. Setelah responden mengetahui suatu informasi dan akan

diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa saja yang diketahui dan disikapinya.

5.4. Natrium Benzoat 5.4.1 Hasil Uji Kuantitatif

Penelitian ini dilakukan mengingat penggunaan natrium benzoat sebagai bahan pengawet yang banyak digunakan pada produk saus memilki ambang batas maksimum penggunaan sebagai bahan tambahan makanan yaitu sebesar 1 g/kg sesuai dengan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 36 tahun 2013. Menurut Lutfi dalam Euis Safina (2015) mengatakan penggunaan Natrium Benzoat dalam kadar yang lebih rendah diperbolehkan, namun konsumsi natrium benzoat yang masuk kedalam tubuh akan bertambah dengan semakin banyak dan seringnya mengkonsumsinya.

Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif untuk mengetahui kadar dari natrium benzoat yang terdapat pada saus cabai. Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah metode titrasi. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 36 tahun 2013 yaitu sebesar 1 g/kg untuk saus. Penggunaan natrium benzoat pada saus masih dibawah batas maksimum yang diperbolehkan dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi.

Herliani dalam Yulinda (2011) mengatakan bahwa kadar yang berbeda-beda dari semua sampel, dapat menjadi alasan produksi saus tidak mencantumkan kadar pegawet natrium benzoat yang digunakan, selain itu mempengaruhi yaitu faktor penentu daya simpan seperti jenis makanan itu sendiri, pengemasan, kondisi penyimpanan dan distribusi.

Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan tahun 2013, Natrium Benzoat dalam penggunaanya termasuk ke dalam kelompok ADI (Acceptable Daily Intake) guna melindungi kesehatan. ADI didefinisikan sebagai jumlah bahan yang dapat masuk ke dalam tubuh setiap harinya meskipun dicerna setiap hari tetap bersifat aman dan tidak menimbulkan gangguan atau efek bagi kesehatan. Batas pengkonsumsiannya sebesar 0-5 mg/kg berat badan.

Natrium Benzoat yang masuk ke dalam tubuh akan melewati membran-membran tubuh manusia dan memasuki aliran darah karena tidak ada system yang khusus pada manusia untuk tujuan tunggal mengenai penyerapan zat-zat kimia.

Natrium benzoate diabsorbsi dari usus halus dan diaktivasi melalui ikatan CoA untu menghasilkan benzoyl coenzyme A. selanjutnya benzoyl coenzyme A berkonjugasi dengan glisin dalam hati untuk membentuk asam hipurat yang kemudian dikeluarkan melalui urin.

Pengkonsumsian natrium benzoat yang berlebihan dapat menyebabkan mual, sakit kepala dan iritasi tenggorokan. Natrium benzoat yang masuk ke dalam tubuh akan masuk ke aliran darah, diserap oleh lambung dan dapat mengiritasi lambung (WHO,2000).

Danang ., 2011. Analisis Data untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika:

Dewi A., 2013. Analisa Kandungan Natrium Benzoat, Siklamat Pada Selai Roti yang bermerek dan Tidak bermerek Serta Tingkat Penegtahuan Penjual di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2013. Skripsi. Universitas Sumatera Utara : Medan

Dewi Arfa,. 2011. Analisis Bahan Pengawet secara Tittrimetri Pada Saus Tomat yang berdear di wilayah Kota Pekanbaru. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau : Pekanbaru

Hilda Nuwairy, 2015. Pengaruh pengawet benzoat terhadap kerusakan ginjal.

Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol 13 : 14-21

Magaretha, P., 2017. Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong plastic dan Styrofoam di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017. Skripsi. Universitas Sumatera Utara : Medan

Notoatmodjo, S, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rinneka Cipta

Nurheti ., 2007. Awas! Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta : Andi Offset.

Nursanty E., 2004. Gambaran Kandungan Natrium Benzoat Pada Produk Saus Tomat yang beredar di Kota Medan Tahun 2004. Skripsi.

Universitas Sumatera Utara : Medan

Permenkes No 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan Pomarida S., 2006. Analisa Kadar Natrium Benzoat Pada Saus Cabe yang

beredar di Kota Medan tahun 2006. Skripsi. Universitas Sumatera Utara : Medan

Ratnani R.D, 2009. Bahaya Bahan Tambahan Makanan Bagi Kesehatan.

Momentum, Vol.5 : 16-22

Siaka., 2009. Analisis Bahan Pengawet Benzoat Pada Saos Tomat yang beredar di wilayah Kota Denpasar. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jumbaran, Halaman 73,88,90.

Simanjuntak Fitriany, 2013. Analisa Pewarna Rhodamin dan Pengawet Natrium Benzoat Pada saus Cabai bermerek dan tidak bermerek di Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan

W Norman., 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah : Muchji Muljohardjo. Edisi ketiga, Universitas Indonesia (UI-Press)

Wawan A & M Dewi., 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Edisi dua, Jakrta : Nuha Medika

Winarno F.G,. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara Pencegahannya.

Penerjemah : Ir. Betty Sri Laksmi Jenie. Pusat Penelitian dan Pembangan Teknologi Pangan IPB

Winarno F.G., 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

di Pasar Sekip Kota Palembang danSumbangsihnya Pada Materi Zat Aditif Pada Makanan di Kelas VII SMP/MTS. Skripsi. UIN Raden Fatah. Palembang

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS NATRIUM BENZOAT PADA SAUS CABAI DAN PERILAKU MAHASISWAFAKULTAS KESEHATAN DI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA TENTANG BAHAYA BAGI KESEHATAN TAHUN 2018 A. Karakteristik Responden

1. No Responden :

2. Nama :

3. Usia :

4. Stambuk/ Semester : 5. Fakultas : B. Pengetahuan

Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang menurut anda paling benar.

1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP)?

a. Bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempegaruhi sifat ataupun bentuk makanan

b. Bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk membuat makanan terasa lebih lezat dan gurih

c. Bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpana

2. Menurut anda apa tujuan dari penggunaan Bahan Tambahan Pangan?

a. Untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan serta

mempermudah preparasi bahan pangan

b. Untuk menyembunyikan kerusakan dari bahan dasar pembuat makanan c. Untuk memperbaiki rasa dan memperpanjang daya simpan suatu

makanan

3. Menurut saudara apakah yang dimasud dengan bahan pengawet?

a. Bahan yang digunakan untuk mencegah, menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

b. Bahan yang digunakan untuk membuat makanan lebih enak

c. Bahan yang digunakan untuk memantapkan system disperasi yang homogeny pada makanan

4. Apakah kegunaan Natrium Benzoat dalam pembuatan makanan?

a. Untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur dalam kondisi asam

b. Untuk mengurangi biaya produksi c. Untuk menambah cita rasa pada makanan 5. Natrium Benzoat termasuk jenis bahan?

a. Bahan Pengawet Makanan b. Bahan Pengental Makanan c. Bahan Pewarna Makanan

6. Menurut anda penggunaan natrium benzoat yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan?

a. Jika dikonsumsi sedikit tidak berbahaya tetapi jika banyak dapat mengganggu kesehatan

b. Pemakaian natrium benzoate tidak dapat mengganggu kesehatan c. Dalam penggunaannya dapat menimbulkan efek teratogenik 7. Apakah dampak langsung dari natrium benzoat jika penggunaannya

melebihi ambang batas?

a. Nyeri lambung, mual dan muntah b. Hipertensi

c. Tidak ada efek yang terjadi

8. Apakah dampak jangka panjang dari natrium benzoat jika penggunaannya melebihi ambang batas?

a. Kanker, masalah pencernaan, dan penyakit ginjal b. Jantung koroner

c. Hipertensi

9. Berapa batas maksimum penggunaan natrium benzoat yang diizinkan pada pembuatan saus?

a. 1000 mg/kg b. 100 mg/kg c. 500-600 mg/kg

10. Batas maksimum penggunan natrium benzoat pada saus diatur dalam perundangan?

a. Permenkes No. 2 tahun 2003

b. Peraturan Kepala BPOM No 36 tahun 2013 c. Permenkes No. 942/ MENKES/SK/VII/2003

II. SIKAP

Pilihlah jawaban dari pertanyaan berikut dengan cara memberikan tanda ceklis/centrang (√) pada kolom yang telah disediakan.

SIKAP

No. Pertanyaan Setuju Tidak setuju

1. Saus merupakan salah satu produk olahan pangan yang popular dan sebagai bahan pelengkap nasi goreng, bakso, dll.

2. Natrium benzoat yang berlebih baik digunakan sebagai bahan pembuatan saus cabai

3. Natrium benzoat dalam saus sebaiknya harus memiliki syarat keamanan.

4. Pengkonsumsian saus yang memiliki kadar natrium benzoat berlebih tidak dapat menimbulkan bahaya kesehatan.

5 Perlu mencari informasi tentang batas maksimum konsumsi saus agar terhindar dari bahaya nya

6. Natrium benzoat merupakan zat pengawet yang tidak diizinkan pemerintah.

7. Sebaiknya banyak minum air putih setelah mengkonsumsi makanan yang ditambahkan saus cabai

bagi hewan dan manusia.

9. Sebaiknya batas maksimum natrium benzoat pada saus sebesar 1000 mg/kg.

10. Apakah anda merasa kurang nikmat jika tidak menambahkan saus cabai pada makanan?

III. TINDAKAN

Pilihlah jawaban dari pertanyaan berikut dengan cara memberikan tanda ceklis/centrang (√) pada kolom yang telah disediakan.

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda suka mengkonsumsi saus cabai?

2. Apakah anda setiap hari mengkonsumsi saus?

3. Apakah anda setiap mengkonsumsi makanan seperti bakso, mie ayam dan gorengan menambahkan saus cabai?

4. Apakah anda mencium saus cabai ketika ingin membeli atau mengkonsumsi saus?

5. Apakah anda melihat label pada kemasan ketika membeli saus cabai?

6. Apakah anda meminum air putih setelah memakan makanan yang ditambah saus cabai?

7. Apakah anda melihat tanggal kadarluarsa saus cabai ketika ingin membelinya?

8. Apakah ketika saus terlihat tidak menarik, anda tetap mengkonsumsi nya?

9. Apakah anda mencari tahu batas anjuran mengkonsumsi saus cabai?

10.

Apakah anda selalu menyediakan saus cabai pada meja anda ketika makan dirumah/dikost/dikantin?

Gambar 1. Saus-saus Kantin yang ada disekitar Lingkungan USU

Gambar 2. Saus ditambahkan air suling

Gambar 4. Penyaringan Saus II

Gambar 6. Penelitian diKantin Farmasi

Gambar 7. Penelitian di kantin FKM

Missing 0

19 N Valid 3

Missing 0

20 N Valid 11

Missing 0

21 N Valid 18

Missing 0

22 N Valid 7

Missing 0

FK 18 N Valid 2

Missing 0

19 N Valid 4

Missing 0

20 N Valid 4

Missing 0

21 N Valid 5

Missing 0

23 N Valid 2

Missing 0

FKG 18 N Valid 5

Missing 0

19 N Valid 4

Missing 0

20 N Valid 5

Missing 0

FARMASI 18 N Valid 2

Missing 0

19 N Valid 2

Missing 0

20 N Valid 5

Missing 0

21 N Valid 6

Missing 0

22 N Valid 5

Missing 0

Statistics

Fakultas Responden

FKM 2014 N Valid 16

Missing 0

2015 N Valid 16

Missing 0

2016 N Valid 5

Missing 0

2017 N Valid 3

Missing 0

FK 2014 N Valid 2

Missing 0

2015 N Valid 8

Missing 0

FKG 2014 N Valid 4

Missing 0

2015 N Valid 5

Missing 0

2016 N Valid 1

Missing 0

2017 N Valid 12

Missing 0

FARMASI 2014 N Valid 6

Missing 0

2015 N Valid 10

Missing 0

2017 N Valid 4

Missing 0

Fakultas Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid FKM 40 40.4 40.4 40.4

FK 17 17.2 17.2 57.6

FKG 22 22.2 22.2 79.8

FARMASI 20 20.2 20.2 100.0

Total 99 100.0 100.0

Responden artibtp1 N Mean Std. Deviation

FKM 0 artibtp1 7 .00 .000

Valid N (listwise) 7

1 artibtp1 5 1.00 .000

Valid N (listwise) 5

2 artibtp1 28 2.00 .000

Valid N (listwise) 28

FK 0 artibtp1 4 .00 .000

Valid N (listwise) 4

1 artibtp1 4 1.00 .000

Valid N (listwise) 4

2 artibtp1 9 2.00 .000

Valid N (listwise) 9

FKG 0 artibtp1 3 .00 .000

Valid N (listwise) 3

1 artibtp1 6 1.00 .000

Valid N (listwise) 6

2 artibtp1 13 2.00 .000

Valid N (listwise) 13

FARMASI 0 artibtp1 9 .00 .000

Valid N (listwise) 9

1 artibtp1 3 1.00 .000

Valid N (listwise) 3

2 artibtp1 8 2.00 .000

Valid N (listwise) 8

FKM 0 tjnbtp1 15 .00 .000 Valid N (listwise) 15

1 tjnbtp1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

2 tjnbtp1 24 2.00 .000

Valid N (listwise) 24

FK 0 tjnbtp1 7 .00 .000

Valid N (listwise) 7

2 tjnbtp1 10 2.00 .000

Valid N (listwise) 10

FKG 0 tjnbtp1 10 .00 .000

Valid N (listwise) 10

1 tjnbtp1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

2 tjnbtp1 11 2.00 .000

Valid N (listwise) 11

FARMASI 0 tjnbtp1 8 .00 .000

Valid N (listwise) 8

2 tjnbtp1 12 2.00 .000

Valid N (listwise) 12

Descriptive Statistics

Fakultas

Responden artipngwt1 N Mean Std. Deviation

FKM 2 artipngwt1 40 2.00 .000

2 artipngwt1 21 2.00 .000 Valid N (listwise) 21

FARMASI 2 artipngwt1 20 2.00 .000

Valid N (listwise) 20

Descriptive Statistics Fakultas

Responden Gunaben1 N Mean Std. Deviation

FKM 0 Gunaben1 7 .00 .000

Valid N (listwise) 7

1 Gunaben1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

2 Gunaben1 32 2.00 .000

Valid N (listwise) 32

FK 0 Gunaben1 3 .00 .000

Valid N (listwise) 3

2 Gunaben1 14 2.00 .000

Valid N (listwise) 14

FKG 0 Gunaben1 5 .00 .000

Valid N (listwise) 5

2 Gunaben1 17 2.00 .000

Valid N (listwise) 17

FARMASI 2 Gunaben1 20 2.00 .000

Valid N (listwise) 20

Valid N (listwise) 3

1 bhn1 3 1.00 .000

Valid N (listwise) 3

2 bhn1 34 2.00 .000

Valid N (listwise) 34

FK 0 bhn1 1 .00 .

Valid N (listwise) 1

1 bhn1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

2 bhn1 15 2.00 .000

Valid N (listwise) 15

FKG 0 bhn1 1 .00 .

Valid N (listwise) 1

2 bhn1 21 2.00 .000

Valid N (listwise) 21

FARMASI 2 bhn1 20 2.00 .000

Valid N (listwise) 20

Descriptive Statistics Fakultas

Responden pnggunaan1 N Mean Std. Deviation

FKM 0 pnggunaan1 6 .00 .000

Valid N (listwise) 6

2 pnggunaan1 34 2.00 .000

2 pnggunaan1 16 2.00 .000 Valid N (listwise) 16

FKG 0 pnggunaan1 4 .00 .000

Valid N (listwise) 4

2 pnggunaan1 18 2.00 .000

Valid N (listwise) 18

FARMASI 2 pnggunaan1 20 2.00 .000

Valid N (listwise) 20

Descriptive Statistics Fakultas

Responden dmpk1 N Mean Std. Deviation

FKM 0 dmpk1 2 .00 .000

Valid N (listwise) 2

1 dmpk1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

2 dmpk1 37 2.00 .000

Valid N (listwise) 37

FK 1 dmpk1 3 1.00 .000

Valid N (listwise) 3

2 dmpk1 14 2.00 .000

Valid N (listwise) 14

FKG 1 dmpk1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

2 dmpk1 21 2.00 .000

2 dmpk1 19 2.00 .000 Valid N (listwise) 19

Descriptive Statistics

Fakultas

Responden pjg1 N Mean Std. Deviation

FKM 0 pjg1 4 .00 .000

Valid N (listwise) 4

2 pjg1 36 2.00 .000

Valid N (listwise) 36

FK 1 pjg1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

2 pjg1 16 2.00 .000

Valid N (listwise) 16

FKG 0 pjg1 1 .00 .

Valid N (listwise) 1

2 pjg1 21 2.00 .000

Valid N (listwise) 21

FARMASI 0 pjg1 1 .00 .

Valid N (listwise) 1

2 pjg1 19 2.00 .000

Valid N (listwise) 19

Valid N (listwise) 15

1 bts1 20 1.00 .000

Valid N (listwise) 20

2 bts1 5 2.00 .000

Valid N (listwise) 5

FK 0 bts1 4 .00 .000

Valid N (listwise) 4

1 bts1 10 1.00 .000

Valid N (listwise) 10

2 bts1 3 2.00 .000

Valid N (listwise) 3

FKG 0 bts1 3 .00 .000

Valid N (listwise) 3

1 bts1 14 1.00 .000

Valid N (listwise) 14

2 bts1 5 2.00 .000

Valid N (listwise) 5

FARMASI 0 bts1 4 .00 .000

Valid N (listwise) 4

1 bts1 12 1.00 .000

Valid N (listwise) 12

2 bts1 4 2.00 .000

Valid N (listwise) 4

Valid N (listwise) 9

1 UU1 4 1.00 .000

Valid N (listwise) 4

2 UU1 27 2.00 .000

Valid N (listwise) 27

FK 0 UU1 5 .00 .000

Valid N (listwise) 5

1 UU1 3 1.00 .000

Valid N (listwise) 3

2 UU1 9 2.00 .000

Valid N (listwise) 9

FKG 0 UU1 3 .00 .000

Valid N (listwise) 3

1 UU1 5 1.00 .000

Valid N (listwise) 5

2 UU1 14 2.00 .000

Valid N (listwise) 14

FARMASI 0 UU1 7 .00 .000

Valid N (listwise) 7

1 UU1 4 1.00 .000

Valid N (listwise) 4

2 UU1 9 2.00 .000

Valid N (listwise) 9

Responden saus1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 saus1 4 1.00 .000

Valid N (listwise) 4

5 saus1 36 5.00 .000

Valid N (listwise) 36

FK 5 saus1 17 5.00 .000

Valid N (listwise) 17

FKG 5 saus1 22 5.00 .000

Valid N (listwise) 22

FARMASI 1 saus1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

5 saus1 19 5.00 .000

Valid N (listwise) 19

Descriptive Statistics Fakultas

Responden lebih1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 lebih1 4 1.00 .000

Valid N (listwise) 4

5 lebih1 36 5.00 .000

Valid N (listwise) 36

FK 1 lebih1 2 1.00 .000

Valid N (listwise) 2

5 lebih1 15 5.00 .000

Valid N (listwise) 15

FKG 1 lebih1 3 1.00 .000

FARMASI 5 lebih1 20 5.00 .000 Valid N (listwise) 20

Descriptive Statistics Fakultas

Responden syrt1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 syrt1 3 1.00 .000

Valid N (listwise) 3

5 syrt1 37 5.00 .000

Valid N (listwise) 37

FK 1 syrt1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

5 syrt1 16 5.00 .000

Valid N (listwise) 16

FKG 5 syrt1 22 5.00 .000

Valid N (listwise) 22

FARMASI 5 syrt1 20 5.00 .000

Valid N (listwise) 20

Descriptive Statistics Fakultas

Responden konsumsi1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 konsumsi1 2 1.00 .000

Valid N (listwise) 2

5 konsumsi1 38 5.00 .000

Valid N (listwise) 38

FKG 5 konsumsi1 22 5.00 .000 Valid N (listwise) 22

FARMASI 1 konsumsi1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

5 konsumsi1 19 5.00 .000

Valid N (listwise) 19

Descriptive Statistics Fakultas

Responden info1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 info1 2 1.00 .000

Valid N (listwise) 2

5 info1 38 5.00 .000

Valid N (listwise) 38

FK 1 info1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

5 info1 16 5.00 .000

Valid N (listwise) 16

FKG 1 info1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

5 info1 21 5.00 .000

Valid N (listwise) 21

FARMASI 5 info1 20 5.00 .000

Valid N (listwise) 20

Valid N (listwise) 12

5 izin1 28 5.00 .000

Valid N (listwise) 28

FK 1 izin1 3 1.00 .000

Valid N (listwise) 3

5 izin1 14 5.00 .000

Valid N (listwise) 14

FKG 1 izin1 4 1.00 .000

Valid N (listwise) 4

5 izin1 18 5.00 .000

Valid N (listwise) 18

FARMASI 5 izin1 20 5.00 .000

Valid N (listwise) 20

Descriptive Statistics Fakultas

Responden minum1 N Mean Std. Deviation

FKM 5 minum1 40 5.00 .000

Valid N (listwise) 40

FK 1 minum1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

5 minum1 16 5.00 .000

Valid N (listwise) 16

FKG 1 minum1 2 1.00 .000

Valid N (listwise) 2

Descriptive Statistics Fakultas

Responden kimia1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 kimia1 2 1.00 .000

Valid N (listwise) 2

5 kimia1 38 5.00 .000

Valid N (listwise) 38

FK 1 kimia1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

5 kimia1 16 5.00 .000

Valid N (listwise) 16

FKG 5 kimia1 22 5.00 .000

Valid N (listwise) 22

FARMASI 1 kimia1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

5 kimia1 19 5.00 .000

Valid N (listwise) 19

Descriptive Statistics Fakultas

Responden btsmax1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 btsmax1 31 1.00 .000

Valid N (listwise) 31

5 btsmax1 9 5.00 .000

Valid N (listwise) 9

FKG 1 btsmax1 16 1.00 .000 Valid N (listwise) 16

5 btsmax1 6 5.00 .000

Valid N (listwise) 6

FARMASI 1 btsmax1 16 1.00 .000

Valid N (listwise) 16

5 btsmax1 4 5.00 .000

Valid N (listwise) 4

Descriptive Statistics

Fakultas

Responden nikmat1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 nikmat1 14 1.00 .000

Valid N (listwise) 14

5 nikmat1 26 5.00 .000

Valid N (listwise) 26

FK 1 nikmat1 7 1.00 .000

Valid N (listwise) 7

5 nikmat1 10 5.00 .000

Valid N (listwise) 10

FKG 1 nikmat1 12 1.00 .000

Valid N (listwise) 12

5 nikmat1 10 5.00 .000

Valid N (listwise) 10

FARMASI 1 nikmat1 8 1.00 .000

OUTPUT SKORING (TINDAKAN)

Descriptive Statistics Fakultas

Responden suka1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 suka1 11 1.00 .000

Valid N (listwise) 11

2 suka1 29 2.00 .000

Valid N (listwise) 29

FK 1 suka1 4 1.00 .000

Valid N (listwise) 4

2 suka1 13 2.00 .000

Valid N (listwise) 13

FKG 1 suka1 9 1.00 .000

Valid N (listwise) 9

2 suka1 13 2.00 .000

Valid N (listwise) 13

FARMASI 1 suka1 4 1.00 .000

Valid N (listwise) 4

2 suka1 16 2.00 .000

Valid N (listwise) 16

Descriptive Statistics Fakultas

Responden tiaphari1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 tiaphari1 37 1.00 .000

FK 1 tiaphari1 15 1.00 .000 Valid N (listwise) 15

2 tiaphari1 2 2.00 .000

Valid N (listwise) 2

FKG 1 tiaphari1 18 1.00 .000

Valid N (listwise) 18

2 tiaphari1 4 2.00 .000

Valid N (listwise) 4

FARMASI 1 tiaphari1 20 1.00 .000

Valid N (listwise) 20

Descriptive Statistics Fakultas

Responden bakso1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 bakso1 13 1.00 .000

Valid N (listwise) 13

2 bakso1 27 2.00 .000

Valid N (listwise) 27

FK 1 bakso1 5 1.00 .000

Valid N (listwise) 5

2 bakso1 12 2.00 .000

Valid N (listwise) 12

FKG 1 bakso1 12 1.00 .000

Valid N (listwise) 12

2 bakso1 10 2.00 .000

Valid N (listwise) 10

Descriptive Statistics Fakultas

Responden ciumsaus1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 ciumsaus1 19 1.00 .000

Valid N (listwise) 19

2 ciumsaus1 21 2.00 .000

Valid N (listwise) 21

FK 1 ciumsaus1 6 1.00 .000

Valid N (listwise) 6

2 ciumsaus1 11 2.00 .000

Valid N (listwise) 11

FKG 1 ciumsaus1 14 1.00 .000

Valid N (listwise) 14

2 ciumsaus1 8 2.00 .000

Valid N (listwise) 8

FARMASI 1 ciumsaus1 6 1.00 .000

Valid N (listwise) 6

2 ciumsaus1 14 2.00 .000

Valid N (listwise) 14

Valid N (listwise) 11

2 label1 29 2.00 .000

Valid N (listwise) 29

FK 1 label1 5 1.00 .000

Valid N (listwise) 5

2 label1 12 2.00 .000

Valid N (listwise) 12

FKG 1 label1 5 1.00 .000

Valid N (listwise) 5

2 label1 17 2.00 .000

Valid N (listwise) 17

FARMASI 1 label1 5 1.00 .000

Valid N (listwise) 5

2 label1 15 2.00 .000

Valid N (listwise) 15

Descriptive Statistics Fakultas

Responden airputih1 N Mean Std. Deviation

FKM 1 airputih1 1 1.00 .

Valid N (listwise) 1

Valid N (listwise) 1

Dokumen terkait