• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.8 Nefrostomi

Setelah selesai dilakukan PCNL maka penggunaan drainase nefrostomi biasanya dianjurkan. Pemasangan selang nefrostomi pasca PCNL memiliki beberapa tujuan antara lain sebagai tamponade perdarahan yang timbul dari jalur luka nefrostomi, memberikan kesempatan bekas pungsi ginjal sembuh, drainase urin, serta memberikan akses ke sistem pelviokalises bila dibutuhkan tindakan lanjutan PCNL (Hohenfellner et al, Manual Endourology 2005, Nugroho dkk. 2011; Wein A. J et al, Campbell-Walsh Urology, 2016).

Tubeless PCNL diindikasikan pada kasus dengan stone burden rendah dan pada prosedur yang sederhana, cepatserta tanpa komplikasi. Tindakan yang terakhir ini

Universitas Sumatera Utara

16

dapatdikombinasikan dengan penggunaan DJ stent atau ureterkateter untuk membuat drainase urin adekuat dan mempercepatpenyembuhan perlukaan sistem pelviokalises (Hohenfellner et al, Manual Endourology 2005, Nugroho dkk. 2011;

Wein A. J et al, Campbell-Walsh Urology, 2016)

Gambar 2.8. Pemasangan nefrostomi (dikutip dari Hohenfellner Manual Endourology, 2005)

2.9 Guy’s Stone Score

Walaupun minimal invasif, namun PCNL tetap dianggap operasi besar dengan resiko komplikasi dan tidak ada jaminan sepenuhnya akan bebas batu. Sampai saat ini tidak ada metode yang ditetapkan untuk memprediksi angka bebas batu pada prosedur PCNL. (Mandal et al, 2012 ; Noureldin A, et al 2014, Thomas K, 2011)

Universitas Sumatera Utara

17

Guy’s Stone Score adalah metode yang mudah dipahami, valid dan terpercaya untuk menjelaskan keadaan batu dan memprediksi angka bebas batu. . (Mandal et al, 2012 ; Noureldin A, et al 2014, Thomas K, 2011)

Ahli bedah dapat menggunakan Guy’s stone score untuk membandingkan antara hasil kerjanya dan prediksi angka bebas batu menurut Guy’s stone score.

Selain itu juga dapat berguna untuk persiapan preoperatif dan durante operatif. . (Mandal et al, 2012 ; Noureldin A, et al 2014, Thomas K, 2011)

Tabel 2.1 Guy’s Stone Score (Thomas K et al, 2015)

skor Keterangan Ilustrasi

I  Batu solid di pole tengah/bawah

18

 Batu pada divertikel kaliks, atau

 Batu staghorn parsial

IV  Batu staghorn, atau

 Batu pada pasien spina bifida atau cedera spinal

Menurut penelitian Thomas dkk, distribusi jumlah pasien yang menjalani prosedur PCNL adalah 28 % (skor I), 34 % (skor II), 21 % (skor III), 17 % (skor IV). Dan angka bebas batu adalah 81 % (skor I), 72,4 % (skor II), 35 % (skor III), dan 29 % ( skor IV) (Thomas K et al, 2011)

Menurut penelitian Mandal dkk munculnya komplikasi secara signifikan lebih sering muncul pada pasien dengan skor GSS yang lebih tinggi dan GSS telah terbukti efektif untuk memprediksi angka bebas batu, berdasrkan penelitian tersebut juga didapat angka bebas batu 100 % (skor I), 74 % (skor II), 56 % (skor III), dan 0 % (skor IV) (Mandal S et al, 2012)

Menurut penelitian Noureldin dkk, distribusi pasien berdasarkan Guy’s stone score adalah 25,4 % (skor I), 43,2 % (skor II), 11,4 % (skor III), 20 % (skor IV), Dan angka bebas batu berdasarkan Guy’s stone score adalah 91,5 % (skor I), 80 % (skor II), 47,6 % (skor III) dan 43,2 % (skor IV) (noureldin et al, 2015)

Universitas Sumatera Utara

19

Dan berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Thomas dkk, Ingimarson dkk, Vicentini dkk menyatakan bahwa Guy’s stone score berhubungan secara signifikan dengan angka bebas batu (p = 0,001 ; p = 0,003 ; p < 0,001)(Noureldin et al, 2015)

Peningkatan jumlaan ukuran batu, lokasi batu di kaliks, batu cetak dan hidronefrosis sedang sampai berat berkaitan dengan rendahnya angka bebas batu sesudah PCNL (Zhu et al, 2011)

Pasien-pasien dengan batu solid pada pelvik ginjal dan hidronefrosis yang signifkan, sudut infundibulum kaliks superior dan inferior memainkan peranan penting dalam terjadinya migrasi batu selama proses pemecahan batu, apabila dilakukan aproach lewat kaliks inferior. Sudut infundibulum kalis superior dan inferior yang lebar (lebih dari 117,5 0) cenderung mengakibatkan batu yang menyebar apabila dilakukan pemecahan batu dengan “pneumatic lithotriptor”

Berbagai kelainan anatomi ginjal terjadi pada 3 – 11 % kejadian. Berbagai kelainan anatomi terebut berkaitan dengan terjadinya batu. Hal ini disebabkan ketidaksempurnaan drainase urin yang berkaitan dengan anatomi yang abnormal.

PCNL pada pasien dengan anatomi ginjal yang abnormal tetap aman hanya saja dibutuhkan kewaspadaan, persiapan preoperatif yang baik, dan persiapan terhadap terjadinya komplikasi intra dan pasca operasi (Aminsharifi et al, 2014)

Angka bebas batu primer berbeda secara signifikan pada batu kecil (< 2 cm) dibanding batu besar (> 2 cm) (90,8% vs 76,3%, p = 0,007). Pada walnya PCNL dilakukan dalam posisi prone. Sesudah tahun 1998, Valdivia Uria menjelaskan serangkaian pasien yang menjalani prosedur dengan posisi supine.

Universitas Sumatera Utara

20

Beberapa perubahan posisi dicoba untuk mengoptimalkan hasil dan mencegah komplikasi. Prosedur PCNL menjadi lebih sulit pada pasien dengan batu cetak dibandingkan pasien yang bukan batu cetak. Menurut penelitian Astroza dkk, angka bebas batu pasien batu cetak dengan prosedur PCNL posisi prone lebih tinggi dibanding posisi supine (59,2% vs 48,4%, p<0,001) (abdelhafez et al, 2012).

Luas area permukaan sistem pelvikalises merupakan faktor anatomi yang berpengaruh pada keberhasilan PCNL. Dan pasien dengan luas area sistem pelvikalises < 20,5 cm2 memiliki angka keberhasilan yang lebih tinggi (Binbay et all, 2011).

Obesitas tidak meningkatkan komplikasi, dan tehnik operasi pada pasien obesitas tidak berbeda dengan tehnik operasi pada pasien berat badan normal.(

Ortiz et al 2014, Sofer et al 2012)

PCNL tetap aman untuk pasien berusia diatas 65 tahun dengan angka bebas batu 85 % untuk semua jenis batu.( Karami et al, 2010)

Riwayat operasi ginjal terbuka tidak mempengaruhi efesiensi PCNL.

Komplikasi yang mungkin muncul juga tidak berbeda antara pasien dengan riwayat operasi ginjal terbuka ataupun pasien tanpa riwayat operasi ginjal terbuka sebelumnya(Khorami et al, 2014)

Selain Guy’s Stone Score, ada dua sistem skoring juga yang diketahui penulis untuk memprediksi keberhasilan prosedur PCNL yaitu sistem skoring STONE nephrolithometry dan sistem skoring kompleksitas batu ginjal dari Universitas Nasional Seoul.(Jeong et al, 2013, Noureldin et al, 2015)

Universitas Sumatera Utara

21

Pada sistem skoring STONE membutuhkan CT Scan dan perhitungan HU dalam penentuan skornya, sementara sistem skoring kompeksitas batu ginjal dari Universitas Seoul membutuhkan pemeriksaan CT scan aksial dan koronal, walaupun tidak memperhitungkan jumlah dan ukuran batu. Selain itu sistem skoring kompeksitas batu ginjal dari Universitas Seoul belum terlalu banyak digunakan sentra pada penelitian-penelitian lain. .(Jeong et al, 2013, Noureldin et al, 2015) Sementara pada penelitian kami menggunakan pemeriksaan x-ray dan USG. Selain itu Guy’s stone score mulai diterima secara luas di dunia dan banyak penelitian yang berkaitan sudah dipublikasi.

Universitas Sumatera Utara

22

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan desain prospektif.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Departemen Bedah Divisi Urologi RSUP H Adam Malik Medan dimulai sejak proposal dibacakan sampai terkumpulnya jumlah sampel dan penelitian dibatasi selama 6 bulan.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah semua pasien yang menjalani prosedur PCNL di RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel penelitian adalah pasien yang menjalani prosedur PCNL di RSUP H Adam Malik Medan sejak proposal ini dibacakan sampai terkumpulnya jumlah sampel. Dikarenakan pada penelitian-penelitian sebelumnya tidak ada mencantumkan nilai r , maka nilai r pada perhitungan jumlah sampel dianggap 0,5 dan dihitung dengan

Zα + Zβ2

n = 0,5 ln 1 + r + 3 1 – r

1,96 + 0,8422

22 Universitas Sumatera Utara

23

= 0,5 ln 1 + 0,5 + 3 1 – 0,5

= (5)2 + 3

= 28 ; maka jumlah sampel 28 orang Keterangan:

n = jumlah sampel

Zα = deviat baku α (tingkat kesalahan baku tipe I) = 5%, maka Zα = 1.96 Zβ = deviat baku β (tngkat kesalahan baku tipe II) = 20 %, maka Zβ = 0,842 r = nilai koefsisen korelasi = 0,5

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Yang termasuk kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Pasien yang menjalani prosedur PCNL di Departemen Bedah Divisi Urologi RSUP H. Adam Malik Medan sejak proposal ini dibacakan sampai terkumpulnya jumlah sampel dengan ukuran batu > 20 mm.

2. Pasien dengan data dasar pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan terapi yang jelas dan lengkap.

3. Usia penderita > 18 tahun

Yang termasuk kriteria eksklusi pada pasien ini adalah:

1. Pasien yang sudah dilakukan tindakan ESWL atau endourologi sebelum dilakukan PCNL.

Universitas Sumatera Utara

24

3.5 Alur Kerja

3.6 Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan independen.

Data Sekunder : Pasien yang Menjalani Prosedur PCNL

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Skor Guy

Angka Bebas Batu Sesudah PCNL

Batu Radioopak Batu Radiolusen

Foto BNO USG

Universitas Sumatera Utara

25

Yang termasuk variabel independen dan dependen adalah:

Independen Dependen

Guy’s Stone Score Angka bebas batu sesudah prosedur PCNL

3.7 Kerangka Konsep

3.8 Defenisi Operasional

1. Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) : tindakan minimal invasif di bidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai sistem pelviokalises 2. Guy’s Stone Score adalah metode yang mudah dipahami, valid dan

terpercaya untuk menjelaskan keadaan batu dan memprediksi angka bebas batu, yag diuraikan sesuai berikut

Skor Guy Angka Bebas Batu sesudah prosedur PCNL

Universitas Sumatera Utara

26

Skor Keterangan Ilustrasi

I  Batu solid di pole tengah/bawah dengan anatomi normal, atau

 Batu solid di pelvik dengan anatomi normal

II  Batu solid di pole atas dengan anatomi normal, atau

 Batu multipel dengan anatomi normal, atau

 Semua batu solid dengan anatomi tidak normal

III  Batu multipel dengan anatomi abnormal, atau

 Batu pada divertikel kaliks, atau

 Batu staghorn parsial IV  Batu staghorn, atau

 Batu pada pasien spina bifida atau cedera spinal

3. Batu Radioopak : batu yang yang dapat terlihat pada pemeriksaan x-ray

Universitas Sumatera Utara

27

4. Batu Radiolusen : batu yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan x-ray

5. Foto BNO : suatu pemeriksaan x-ray di daerah abdomen dan pelvis untuk melihat kelainan sistem urinaria

6. CT Scan : gabungan gambaran x-ray serial yang diambil dari berbagai sudut yang berbeda dan menggunakan proses komputerisasi unntuk menghasilkan gambaran melintang atau irisan pada tubuh.

7. Angka Bebas Batu : jumlah pasien dengan fragmen batu sisa < 4 mm

3.9. Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak statistik SPSS versi 20. Data karakteristik sampel akan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi. Pengukuran akurasi sistem skor Guy dan angka bebas batu akan dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman.

Hubungan antara Guy’s Stone Score dan Angka Bebas Batu akan

dan dikemudian dianalisa dengan uji korelasi Spearman

Universitas Sumatera Utara

28

3.10. Masalah Etika

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data rekam medik. Selama penelitian data rekam medik dijaga kerahasiannya dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kode etik penelitian biomedik. Izin didapat dari Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran USU Medan.

Universitas Sumatera Utara

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Dari data pasien yang kami kumpulkan sejak Oktober 2017 sampai April 2017 , kami dapatkan data demografi sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik sampel keseluruhan

Variabel Descriptive N(%)

30

Prone Supine Stone Free Tidak Ya

17 (50%) 17 (50%)

7 (20.6%) 27 (79.4%)

Secara keseluruhan, rerata usia pasien didapatkan 51.02 ± 10.4 tahun dengan jumlah laki-laki dan perempuan berturut-turut 18 dan 16 (52.9% dan 47.1%).

Kami juga mengelompokan pasien berdasarkan BMI dengan BMI Underweight (IMT<18.9), normal dengan (18.9<IMT<22.5), dan BMI Overweight (IMT>22.5) dengan rerata BMI 23.3 ± 2.9, kelompok terbanyak didapatkan dari BMI Overweight dengan 17 pasien (50% dari total sampel). Total batu didominasi oleh kelompok batu radiopak dengan 32 pasien (94.1%) dan keberhasilan terapi dengan parameter stone free rate didapatkan pada 27 pasien (79.4%).

Berikut merupakan distribusi Guy Stone Skor pada 34 pasien yang kami analisa.

Universitas Sumatera Utara

31

Tabel2. Distribusi Frekuensi Guy Stone Score.

Variabel Descriptive

GSS ( Guy Stone Score):

 1

 2

 3

 4

6 (17.6%) 8 (23.5%) 7 (20.6%) 13 (38.2%)

Total 34 (100%)

Dari 34 pasien yang kami analisa, Guy Stone Skor 4 merupakan yang terbanyak dengan 13 pasien (38.2%) dan Guy Stone Skor 1 merupakan yang terendah, dimiliki oleh 6 pasien (17.6%). Kami juga menganalisa karakteristik pasien berdasarkan Guy Stone Skor, dengan sebaran distribusi seperti tabel dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara

32

Tabel 3. Karakteristik pasien berdasarkan Guys Stone Score.

Variabel

*Data parametric dipresentasikan dalam bentuk Mean ± Standard deviasi

Usia pasien rata-rata dari Guys Stone Skor 1,2,3,4 berturut-turut 50.5 ± 10.2, 48.1

± 9.7, 47 ± 8.8, 55.2 ± 11.3. Perbandingan jenis kelamin didominasi oleh laki-laki dengan perbandingan 2:1 didapatkan pada Guy Stone Skor 1 dan 4, sedangkan

Universitas Sumatera Utara

33

Guy Stone Skor 2 dan 3 didominasi oleh perempuan. Pada pemeriksaan radiologis, didapatkan gambaran batu radiopak mendominasi polpulasi dari Guy Stone Skor 1 sampai 4 dengan berturut-turut, 100%, 75%, 100%, 100%.

Pada Penelitian ini kami menilai hubungan antara Guy Stone Skor dengan kerberhasilan Stone Free rate pada pasien, dengan hasil Stone free rate pada Guys Stone Skor 1-4 berturut-turut adalah 100%, 87.5%, 71.4%, dan 69.2%, dengan p-Value 0.102 dimana tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistic antara grading GSS dengan Stone free rate.

Tabel 4. Hubungan Antara Guy’s Stone Score dan Angka Bebas Batu

GSS Stone free Residual Stone % free

1 6 0 100%

r = -1,0 p = 0,000

2 7 1 87.5%

3 5 2 71.4%

4 9 4 69.2%

Total 27 7

Universitas Sumatera Utara

34

BAB V PEMBAHASAN

Sebelumnya, tidak ada sistem penilaian yang tepat untuk memprediksi hasil PCNL dan tingkat komplikasi, yang sangat penting bagi dokter dan pasien.

Sistem penilaian yang ideal harus mudah dilakukan dan harus memiliki daya penentu yang baik, mampu mengatur pasien dalam kelompok risiko sesuai dengan prognosis mereka serta memprediksi hasil dan komplikasi termasuk SFR (Stone Free Rate) setelah PCNL. Hal ini sangat penting untuk konseling pasien, pelatihan ahli bedah, dan perencanaan tindakan.

Beberapa studi telah berusaha mengklasifikasikan PCNL untuk memprediksi hasil dan komplikasi. Saat ini, sistem penilaian urolitiasis untuk hasil PCNL telah dikembangkan termasuk Guy Stone Score (GSS), STONE nephrometry dan CROES nefrolithometric nomogram. Guy Stone Score, STONE nephrometry dan CROES nomogram digunakan sebagai sistem stratifikasi untuk perencanaan tindakan bedah dan konseling pasien dalam aspek hasil operasi, tetapi hanya skor GSS dan STONE nephrometry yang dikaitkan dengan kemungkinan komplikasi.

Guy Stone Score (GSS) adalah skala pertama yang dilaporkan dan paling sederhana sehingga dapat diandalkan untuk memprediksi tingkat keberhasilan.Penelitian Thomas dkk. Menggunakan skala GSS untuk mengevaluasi SFR pada 100 pasien yang menjalani PCNL, dan melaporkan nilai

34 Universitas Sumatera Utara

35

prediksi GSS untuk SFR sebagai berikut: Kelas 1-81%, Kelas 2-72,4%, kelas 3-35% dan kelas 4-29%. Kemudian Vicentini dkk menggunakan Guy's Stone Score (GSS) untuk memprediksi hasil PCNL pada posisi supine berdasarkan CT scan dan melaporkan SFR sebagai berikut: 95%, 79,5%, 59,5% dan 40,7% untuk Kelas 1-4. Vincentini dan tim menegaskan kegunaan sistem GSS berdasarkan hasil CT scan dengan akurasi evaluasi batu ginjal sehubungan dengan hasil operasi dan komplikasi.

Beberapa penelitian melaporkan penggunaan CT (computed tomographic) scan dalam estimasi GSS untuk lebih akurat. CT scan digunakan sebagai investigasi pra operasi pada pasien batu, yang meningkatkan akurasi informasi batu dan ginjal serta sistem saluran kemih. Kami setuju bahwa CT scan preoperatif dapat memberikan akurasi lebih terkait detail anatomi seperti karakteristik batu dan anatomi sistem pelviocalices, yang merupakan faktor dalam penilaian sistem ini. Namun, GSS berdasarkan pada foto BNO dan urografi intravena cukup murah dan merupakan penyelidikan rutin umum pada pasien batu terutama di negara berkembang dengan prevalensi penyakit batu yang tinggi.

Investigasi ini memiliki keuntungan tambahan dengan dosis radiasi yang lebih rendah daripada CT scan.

Pada studi kami menggunakan GSS untuk memprediksi hasil PCNL baik posisi supine atau prone dan mendapatkan SFR sebagai berikut : 100%, 87.5%, 71,4% dan 69,2% untuk grade 1-4. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vincentini dkk yang menggunakan CT scan. Penelitian ini menegaskan bahwa GSS berdasarkan foto BNO dan urografi intravena merupakan

Universitas Sumatera Utara

36

modalitas yang berharga dalam memprediksi hasil dan tingkat komplikasi pasca PCNL. Tingkat keberhasilan, waktu operasi, tingkat kelancaran operasi (tubeless rates), dan komplikasi secara signifikan berbeda pada masing-masing kelompok GSS. Jumlah yang lebih sedikit dari semua parameter hasil positif dan lebih banyak komplikasi yang ditemukan pada pasien dengan skor GSS yang lebih tinggi.

Berdasarkan studi kami, kami tidak menemukan perbedaan bermakna dalam hal umur pasien. Hal ini ditunjukkan dari rentang pasien yang variasinya cukup dekat dan tidak mempengaruhi hasil pasca PCNL. Dalam literatur memang dijelaskan bahwa peningkatan usia dan BMI mempengaruhi prognosis yang kurang baik pasca PCNL. Kelompok obesitas (n=8) sendiri pada penelitian kami masuk dalam kategori GSS 4 dengan SFR lebih rendah.

Keterbatasan. Jumlah pasien dalam penelitian ini adalah kecil dan tidak merekrut pasien dengan faktor-faktor lain seperti anomali ginjal yang dapat mempengaruhi hasilnya. Hanya Guy’s Stone Score (GSS) yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan BNO dan pyelogram intravena (IVP) untuk memprediksi hasilnya, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan skoring lainnya, yang membutuhkan CT scan. Selain itu pada penelitian ini prosedur PCNL dilakukan lebih dari satu operator, sehingga ke depannya diharapkan ada penelitian dengan satu operator. Diperlukan studi prospektif atau meta-analisis yang lebih besar di masa depan.

Universitas Sumatera Utara

37

DAFTAR PUSTAKA

Abdelhafez M.F, B. Amend, J. Bedke, S. Cruck, U. Nagele, A. Stenzi, D.

Schilling, 2012, Minimally Invasive Percutaneous Nephrolithotomy : A Comparative Study of Management of Small and Large Renal Stones, Journal Urology, 81 (2), 241 – 245

Aminsharifi A, A. Eslahi, A.R. Safarpour, S. Mehrabi, 2014, Stone Scattering During Percutaneous Nephrolithotomy : Role of Renal Anatomical Characteristics, Urolithiasis, 42, 435 – 439

Astroza G, M. Lipkin, A. Neisius, G. Preminger, M. De Sio, H. Sodha, C.

Saussine, J. De la Rosette, 2013, Effect of Supine vs Prone Position on Outcomes of Percutaneous Nephrolithotomy in Staghorn Calculi : Results from the Clinical Research Office of the Endourology Society Study, Journal Urology, 82(6), 1240 – 1245

Binbay M, T.Akman, F. Ozgor, O. Yazici, E. Sari, A. Erbin, C. Kezer, O. Sarilar, Y. Berberoglu, A.Y. Muslumanoglu, 2011, Does Pelvicaliceal System Anatomy Affect Success of Percutaneous Nephrolithotomy?, Journal Urology, 78(4), 733 – 737

38

Score for Predicting Stone Free Rate after Percutaneous Nephrolithotomy, PLOS ONE, 8(6) 1 – 8

Kamphuis G.M, J. Baard, M Westendarp, J.J. de la Rosette, 2015, Lesson Learned from the CROES Percutaneous Nephrolithotomy Global Study, World Journal Urology, 33, 223 – 233

Karami H, M.M. Mazloomfard, A. Golshan, T. Rahjoo, B. Javanmard, 2010, Does Age Affect Outcomes of Percutaneous Nephrolithotomy ?, Journal Urology , 7(1), 17 – 21

Khorrami M, M. Hadi, M.M. Sichani, K. Nourimahdavi, M. Yazdani, F. Alizadeh, M.H Izadpanahi, F. Tadayyon, 2014, Peecutaneous Nephrolithotomy Succes Rate and Complications in Patients with Previous Open Stone Surgery, Urology Journal, 11(03), 1557 – 1562

Kyriazis I, V. Panagopoulos, P. Kallidonis, M.Ozsoy, M. Vasilas, E. Liatsikos, 2014, Complications in Percutaneous Nephrolithotomy, World Journal Urology, 33, 1069 – 1077

Mandal S, A. Goel, R. Kathpalia, S. Sankhwar, V. Singh, R.J. Sinha, B.P Singh, D. Dalela, 2012, Prospective Evaluation of Complications Using the Modified Clavien Grading System and of Succes Rate of Percutaneous Nephrolithotomy Using Guy’s Stone Score : a Single-Center Experience, Indian Journal of Urology, 28(4): 392-398

McAninch J.W, Lue T.F, 2013, Smith & Tanangho’s General Urology , 18th ed, McGraw Hill, New York

Universitas Sumatera Utara

39

Nerli R.B, S. Devaraju, M.B Hiremath, 2014, Training in Percutaneous Nephrolithotomy: A Structured Apprenticeship Program, Journal of the Scientific Society, 41(1), 26 – 31

Noureldin Y.A, M.A Elkoushy, S. Andonian, 2015, Which is Better? Guys Versus S.T.O.N.E Nephrolithometry Scoring System in Predicting Stone Free Status Post Percutaneous Nephrolithotomy, World Journal Urology, 33(5), 1821 – 1825

Nugroho D, P. Birowo, N. Rasyid, 2011, Percutaneous Nephrolithotomy sebagai Terapi Batu Ginjal, Majalah Kedokteran Indonesia, 61(3), 130 - 138

Ortiz C.T, A.I. Martinez, A.J Morton, H.V Reyes, S.C. Feixas, J.F. Novo, E.F.

Miranda, 2014, Obesity in Percutaneous Nephrolithotomy. Is Body Mass Index Really Important?, Journal Urology, 84(3), 538 – 543

Prakash G, R.J. Sinha, A. Jhanwar, A. Bansal, V. Singh, 2017, Outcome of Percutaneous Nephrolithotomy in Anomalous Kidney : Is It Different ?, Urology Annals, 9(1), 23 – 26

Purnomo B.B, 2011, Dasar-Dasar Urology, Edisi Ketiga, Sagung Seto, Jakarta Sofer M, I. Druckman, A. Blachar, J. Ben-Chaim, H. Matzkin, G. Aviram, 2012,

Non-contrast Computed Tomography After Percutaneous Nephrolithotomy : Finding and Clinical Significance, Journal Urology, 79(5), 1004 – 1010 Thomas K, N.C. Smith, 2011, The Guy’s Stone Score – Grading the Complexity

of Percutaneous Nehrolithotomy Procedures, Journal Urology

Universitas Sumatera Utara

40

Thomas K, N.C. Smith, N. Hegarty, J.M. Glasee, 2011, How Accurate is the :Guy’s Stone Score: for Predicting the Stone Free Rates after Percutaneous Nephrolithotomy?, Indian Journal of Urology , 27 (4), 568 - 569

Wein A.J, Kavoussi L.R, Partin A.W, Peters C.A, 2016, Campbel-Walsh Urology, 11th ed, Elsevier,Philadelphia

Williams N.S, BulstrodeC.J.K, O’Connell P.R, 2008, Bailey & Love’s Short Practice of Surgery, 25th ed, Hodder Arnold, London

Zhu Z,S. Wang Q. Xi, J. Bai, X. Yu, J. Liu, Logistic Regression Model for Predicting Stone Free Rate after Minimally Invasive Percutaneous Nephrolithotomy, 2011, Journal Urology,

Universitas Sumatera Utara

41

Lampiran 1

SUSUNAN PENELITI

Peneliti

Nama Lengkap : dr. Boni Irawan Hatoguan

NIM : 117041249

Jabatan Fungsional : PPDS Ilmu Bedah

Fakultas : Kedokteran

Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Pembimbing 1

Nama Lengkap : dr. Dhirajaya Dharma Kadar, Sp.U

NIP : 19800303 200812 1 004

Jabatan Fungsional : Staf Pengajar Sub Bagian Urologi FK USU

Fakultas : Kedokteran

Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Bidang Keahlian : Bedah Urologi

Pembimbing 2

Nama Lengkap : Dr. dr. Syah Mirsya Warli, Sp.U(K)

NIP : 19650505 199503 1 001

Jabatan Fungsional : Staf Pengajar Sub Bagian Urologi FK USU

Fakultas : Kedokteran

Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Bidang Keahlian : Bedah Urologi

Universitas Sumatera Utara

42

Lampiran 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : dr. Boni Irawan Hatoguan

Umur : 38 tahun

Tempat Tanggal Lahir : Bengkulu, 29 Oktober 1980 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat : Jl. Sikambing No. 2D Medan

No Telp : 081370333654

Menerangkan dengan sesungguhnya:

PENDIDIKAN

1. Tamatan SD Harapan Pertiwi 1987-1993, berijazah

2. Tamatan SLTP Harapan 2 Medan, 1993 s/d 1996, berijazah 3. Tamatan SMA Negeri 12 Medan, 1996 s/d 1999, berijazah 4. Tamatan Fakultas Kedokteran USU Tahun 1999 s/d 2005

5. Tamatan Program Magister Kedokteran Klinis Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012 s/d 2018

6. Mulai Program Pendidikan Dokter Spesialis/PPDS Departemen Ilmu Bedah FK-USU Tahun 2012 s/d sekarang

Medan, April 2018

dr. Boni Irawan Hatoguan

Universitas Sumatera Utara

43

Lampiran 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : dr. Boni Irawan Hatoguan

Umur : 38 tahun

Tempat Tanggal Lahir : Bengkulu, 29 Oktober 1980 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat : Jl. Sikambing No. 2D Medan

No Telp : 081370333654

Menerangkan dengan sesungguhnya:

PENDIDIKAN Tamatan SD Harapan Pertiwi 1987-1993, berijazah

1. Tamatan SLTP Harapan 2 Medan, 1993 s/d 1996, berijazah 2. Tamatan SMA Negeri 12 Medan, 1996 s/d 1999, berijazah 3. Tamatan Fakultas Kedokteran USU Tahun 1999 s/d 2005

4. Tamatan Program Magister Kedokteran Klinis Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012 s/d 2018

5. Tamatan Program Pendidikan Dokter Spesialis/PPDS Departemen Ilmu Bedah FK-USU Tahun 2012 s/d 2018

Universitas Sumatera Utara

44

Universitas Sumatera Utara

45

Lampiran 4

Hubungan Guy’s Stone Score (GSS) dan Angka Bebas Batu pada Prosedur Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) di RSUP H. Adam Malik Medan

Boni Irawan*, Dhirajaya Dharmakadar**, Syah Mirsya Warli**

*Residen Departemen Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara –

*Residen Departemen Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara –

Dokumen terkait