• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1.6 Struktur Percakapan

2.1.6.1 Negosiasi Fungsi Ujar, Modus, dan Tanggapan ‘Respon’

Negosiasi dan fungsi ujar merupakan bagian dari semantik wacana, yang keduanya kemudian direalisasikan oleh modus sesuai dengan konteksnya. Negosiasi dan fungsi ujar berperan penting dalam menganalisis wacana karena maksud dari penutur akan tercapai jika dinegosiasikan dengan penggunaan fungsi ujar yang bersesuaian dengan hubungan tenor yang terlibat dalam komunikasi.

a. Negosiasi

Martin (1992:31) menyatakan bahwa negosiasi merupakan struktur percakapan dalam bentuk langkah ‘move’. Dalam hal yang sama Martin dan Rose (2002:219) menyatakan bahwa negosiasi berhubungan dengan interaksi sebagai suatu pertukaran langkah di antara para penutur. Bagaimana para penutur mengadopsi dan menandai perannya masing-masing di dalam percakapan serta bagaimana langkah-langkah disusun dalam kaitan satu dengan yang lain.Langkah itu sendiri diartikan sebagai fungsi atau peran yang dimainkan oleh penutur

‘addresser’ dalam sebuah percakapan yang berhubungan dengan fungsi atau peran yang

dimainkan oleh petutur ‘addressee’ dan komoditas yang dipertukarkan (Saragih, 2006:14).

Sedangkan menurut Martin (1992) ‘move’ adalah titik keberangkatan yang berharga.

Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik tiga parameter yang perlu dipertimbangkan dalam percakapan, yaitu apa yang akan dinegosiasikan, peran apa yang dilakukan, memulai percakapan atau merespon percakapan serta apakah memberi atau meminta informasi atau memberi atau meminta barang atau jasa (Martin dan Rose, 2002:222). Dalam meminta dan memberi informasi yang diharapkan adalah respon verbal atau gerak badan ‘gesture’

sedangkan jawaban yang diharapkan dapat berbentuk respon verbal atau aksi atau sekaligus keduanya, yaitu respon verbal dan respon aksi.

Contoh berikut memperlihatkan bahwa A memulai percakapan dengan meminta informasi kepada B (respon).

A : Enggo dung bandu kerina? ‘Sudah siap semua kau buat’?

B : Enggo ‘sudah’

Percakapan berikut merupakan contoh meminta dan barang atau jasa. L memulai percakapan dan M merespon.

L : Banci kita ngerana entisik ‘Boleh kita sebentar bercakap-cakap’?

M : (lalu mereka memulai percakapan)

Kedua contoh di atas memperlihatkan ilustrasi parameter pertama dan kedua yaitu apa yang dinegosiasikan dan peran apa yang dilakukan penutur yaitu memulai atau merespon. A dan L memulai percakapan atau langkah serta B dan M merespon percakapan. Respon yang diberikan B dalam bentuk elipsis sedangkan M tidak memberikan respon verbal tetapi melakukan apa yang diinginkan L.

Parameter ketiga adalah memberi versus meminta. Memberi atau meminta terdiri dari dua jenis memberi atau meminta informasi dan memberi atau meminta barang atau jasa.

Memberi informasi (pernyataan ‘statement’)

A : Lenga sahun itaruhkenna nande ku kuta ‘Belum jadi mamak diantarkannya ke kampung’

B : Bage nge? ‘Begitunya?

Memberi barang atau jasa (tawaran ‘offer’) A : Man kam pa? ‘Makan bapak?

B : Ue, yah ‘ya’

Meminta informasi ( pertanyaan ‘question’)

A : Enggo kam man pa? ‘Bapak sudah makan’?

B : Enggo ‘sudah’

Meminta barang atau jasa (tawaran ‘command’)

A : Tama nakan ku nakku? ‘Taruh nasi bapak, nak.

B : Ue, pa ‘ya, pak’

b. Fungsi Ujar

Dalam makna antarpersona Halliday (1994:69) menggolongkan fungsi ujaran ke dalam empat kelompok yaitu: tawaran ‘offer’, perintah ‘command’, pernyataan ‘statement’, dan pertanyaan ‘question’. Keempatnya kemudian dipasangkan dengan respons yang diharapkan yaitu menerima tawaran ‘accepting an offer’, melaksanakan perintah ‘carrying out command’, mengakui pernyataan’ acknowledging a statement’, menjawab pertanyaan ‘answering a question’. Thompson (1996:39) menyatakan bahwa tujuan fundamental dalam pertukaran komunikatif adalah memberi (dan menerima) atau meminta (dan diberi) komoditas tertentu.

Komoditas yang dipertukarkan dalam fungsi ujaran ini terbagi dua yaitu: (1) informasi dan (2) barang & jasa. Yang termasuk ke dalam informasi adalah pernyataan dan pertanyaan, sedangkan tawaran dan perintah termasuk ke dalam barang & jasa. Kemudian, pernyataan dan pertanyaan dianggap sebagai proposisi, dan tawaran dan perintah dianggap sebagai proposal.

Keempat fungsi ujar itu disebut juga sebagai fungsi ujar dasar karena dari keempat fungsi ujar itu dapat diturunkan fungsi ujar yang lain. Secara ringkas Tabel 2.1 memperlihatkan keempat fungsi ujar dan respon terhadap fungsi ujar tersebut.

Tabel 2.1 Fungsi Ujar dan Respons

Tabel 2.1 memperlihatkan terjadinya delapan tindak tutur yang membentuk hati sistem wacana semantik. Selanjutnya Martin dan Rose menyatakan bahwa paling sedikit lima tindak tutur yang dibutuhkan untuk melengkapi tindak tutur yang terdapat dalam tabel di atas. Dua di antaranya adalah salam perjumpaan dan respon terhadap salam tersebut. Ketiga adalah tindak tutur memanggil dan respon terhadap panggilan. Yang terakhir adalah seruan ‘exclamation’ . Tindak tutur ini tidak memiliki respon khusus karena semua tindak tutur yang lainnya dapat direspon dengan tindak tutur seruan. Seruan atau ‘exclamation’ bukan sesuatu yang dapat dinegosiasikan sehingga tidak diperhitungkan sebagai langkah respon. Berdasarkan uraian fungsi ujar di atas diperoleh tiga belas fungsi ujar yang yang dapat digambarkan pada Figura 2.4

Ekspressi seruan

Figura 2.4 Sistem Jejaring Fungsi Ujar

Figura 2.4 memperlihatkan bahwa fungsi ujar dapat digunakan untuk berekspresi dan berbicara. Ekspresi adalah seruan, seperti oh, uh, ehm dan ekpsresi tidak memiliki tanggapan karena ekspresi juga dapat sebagai tanggapan dari fungsi ujar yang lainnya.

Ketika penutur berbicara maka dia dapat melakukan pilihan apakah orientasi atau negosiasi. Jika orientasi yang dipilih, maka ada dua pilihan yang dapat dilakukan apakah menyapa atau memanggil. Demikian pula negosiasi, terdapat dua pilihan apakah melakukan negosiasi informasi atau negosiasi barang dan jasa. Dalam negosiasi informasi juga terdapat pilihan apakah meminta atau memberi. Demikian juga dalam negosiasi barang dan jasa terdapat dua pilihan apakah menawarkan atau memerintah. Tanggapan bisa saja tidak terjadi.

Berdasarkan uraian ini, maka terdapat tiga belas fungsi ujar dan setiap fungsi ujar direalisasikan dalam modus yang berbeda.

c. Modus

Dari Tabel 2.1 akan terbentuk satu sistem dan struktur, misalnya bila ada pernyatan memberi informasi, maka pilihannya ada dua, yaitu diakui dan dibantah, dan bila ada pertanyaan menerima informasi, maka pilihannya adalah dijawab atau tidak dijawab.

Sistem:

dijawab pertanyaan (interogatif)

Struktur:

pertanyaan k2 : A : Kemana perginya si Budi?

dijawab k1 : B : Ke rumah pamannya.

tidak dijawab

Thompson (1996:40) menyebutkan bahwa tiga dari keempat fungsi ujar itu berhubungan erat dengan struktur gramatika tertentu. Pernyataan sering diujarkan dengan klausa deklaratif, pertanyaan dengan klausa interogatif, dan perintah dengan klausa imperatif. Yang aneh adalah tawaran karena tidak ada pilihan modus tertentunya, namun tawaran lebih berhubungan dengan modalitas. Dalam leksikogrammatika, modus memiliki peranan yang sangat khusus karena di dalam moduslah wacana semantik terealisasi. Eggins (1994:153) menyimpulkan fungsi ujar dan modus klausa yang biasa digunakan yang dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Fungsi Ujaran dan Modus Klausa Tipikal

Fungsi Ujaran Modus Tipikal dalam Klausa

Pernyataan Modus deklaratif

Pertanyaan Modus interogatif

Perintah Modus imperatif

Tawaran Modus interogatif termodulasi

jawaban Modus deklaratif eliptikal

pengakuan Modus deklaratif eliptikal

penerimaan klausa minor

persetujuan klausa minor

Modus memiliki struktur tersendiri, yang pada intinya terdiri dari dua komponen yaitu komponen Subjek dan komponen Finite. Kedua komponen inilah yang membentuk sebuah modus. Subjek biasanya nominal group dan didefinisikan sebagai partisipan terpenting dalam klausa, orang atau benda yang dimaksud oleh proposisi dan tanpanya tidak terjadi argumen atau negosiasi. Percakapan tidak dapat berlangsung tanpa hadirnya sebuah Subjek. Sedangkan Finite mengekspresikan bagian proses klausa itu yang memungkinkannya berargumen tentang partisipan Subjeknya. (Eggins & Slade, 1997:75&77).

Berdasarkan uraian di atas diperoleh tiga belas fungsi ujar. Untuk dapat menganalisis percakapan harus diketahui bagaimana cara membedakan satu dengan yang lain fungsi ujar

tersebut. Misalnya, fungsi ujar perintah ‘command’ lazimnya direalisasikan dengan modus imperatif, namun dapat juga direalisasikan dengan bentuk gramatika yang berbeda, yaitu deklaratif dan interogatif.

Contoh:

Ateku ngerana kam ras ia perintah deklaratif ‘Aku mau kau berbicara dengannya’

Banci kang kam ngerana ras ia ? perintah Interogatif ‘Bisa kau berbicara dengannya?’

Ula kam ngerana ras ia perintah imperatif ‘jangan kau berbicara dengannya ‘

Demikian pula halnya dengan fungsi ujar yang lain, seperti pertanyaan. Dalam bahasa Inggris pada umumnya pertanyaan direalisasikan dengan menggunakan kalimat tanya wh-question, tetapi dalam menanyakan nama seseorang tidak hanya dapat dilakukan dengan penggunaan kalimat tanya wh –question tetapi juga dengan penggunaan polaritas pertanyaan.

Penggunaan polaritas memberi pilihan untuk menolak pertanyaan.

Contoh:

Pertanyaan yang direalisasikan dengan penggunaan wh- question

What is your name? ‘siapa namamu’?

Pertanyaan yang direalisasikan dengan penggunaan penggunaan polaritas

Could you tell me your name? ‘Dapatkah kau katakan siapa namamu’?

Dalam posisi atau status yang berbeda untuk menanyakan nama seseorang dapat digunakan modus imperatif atau deklaratif yang tidak lengkap.

Contoh:

Pertanyaan yang direalisasikan dengan penggunaan imperatif

Tell me your name ‘Bilang siapa namamu’

Pertanyaan yang direalisasikan dengan penggunaan deklaratif tidak lengkap

And your name is....? ‘Dan namamu...’?

Mengikuti pendapat Halliday dan Matthiessen (2004) segala sesuatu yang sama disebut bersesuaian ‘congruent’ dan yang tidak langsung disebut metapora. Pembahasan kesesuaian fungsi ujaran dan modus merupakan salah satu dimensi dari metapora gramatika.

Dari satu sudut pandang, semua contoh di atas menghasilkan hal yang sama di mana penutur meminta dan memberi informasi yang diinginkan. Pada kasus yang sama terjadi realisasi yang berbeda yang mengkonstruksikan hubungan sosial yang berbeda di antara tenor dan memberikan peluang bagi mereka untuk memulai kemungkinan-kemungkinan negosiasi.

Dalam bahasa Inggris kalimat tanya dipolakan dengan menggunakan kalimat tanya wh-question dan kalimat tanya dengan jawaban ya/ tidak yes/no wh-question serta penggunaan finite.

Dalam bahasa Indonesia dan bahasa karo agak berbeda, kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya dan kalimat tanya dengan jawaban ya/tidak dengan intonasi menaik dan tanpa finite.

Contoh:

Interogatif menggunakan kata tanya wh-question Bahasa Inggris: When did you come here ? Bahasa Indonesia: Kapan kau datang ke sini?

Bahasa Karo: Digan kam reh ku jenda?

Interogatif menggunakan kata yes/question Bahasa Inggris: Is your mother ill?

Bahasa Indonesia: Sakit ibumu?

Bahasa Karo: Sakit nande ndu?

Kalimat tanya yes /no question dalam bahasa Inggris menggunakan finite dengan intonasi turun-naik sedangkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Karo tidak menggunakan finite dengan intonasi turun-naik. Kalimat tanya dalam bahasa Indonesia juga dapat dalam bentuk deklaratif dengan intonasi turun-naik. Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia dan bahasa Karo dan bahasa-bahasa lainnya dikodekan berdasarkan prosodi bukan struktural sedangkan bahasa Inggris dan bahasa-bahasa yang terdapat di benua Eropah dikodekan berdasarkan struktural

Contoh : Nande ndu sakit? ‘Ibumu sakit? (intonasi turun-naik)

d. Tanggapan ‘Respond’

Fungsi ujar yang diekspresikan penutur menempatkan petutur pada posisi menanggapi.

Tanggapan berkembang dari struktur Subject – Finite langkah inisiasi yang berbentuk klausa lengkap, Subject dan Finite, klausa tidak lengkap (modalitas, polaritas, dan temporalitas) atau atau tanda-tanda polaritas (misalnya ya, tidak, baiklah) dan sebagainya.

Contoh berikut merupakan bentuk-bentuk respon seperti yang disebutkan di atas.

A: Does Amir live here?

‘Apakah Amir tinggal di sini’?

B: Dia tinggal di sini ( Respon dengan klausa Lengkap) A: Apakah Amir di rumah hari ini?

B: Dia di rumah ( Respon dengan Subject-Finite)

A: Does Amir live here? ‘Apakah Amir tinggal di sini’?

B: Yes ‘ya’ ( Respon dengan tanda-tanda polaritas)

A: Did Amir went to Jakarta yesterday? Apakah kemarin Amir berangkat ke Jakarta?

B: Perhap ‘Mungkin’ ( Respon dengan modal adverb)

A: Has Amir gone ‘Apakah Amir sudah pergi’?

B: Not yet ‘Belum ‘ (Respon dengan klausa temporal adverb)

Dalam percakapan sedikitnya terdapat satu langkah yang diperankan oleh penutur dalam melakukan transaksi komoditas berupa imformasi, barang dan jasa. Oleh karena itu percakapan dianalisis berdasarkan komoditas dan peran penutur. Peran yang dilakukan penutur dikatagorikan dengan 1 dan 2 yang masing-masing disebut primair dan sekunder. Orang yang memiliki sesuatu bermakna memiliki peran primair ditandai dengan 1 dan orang yang meminta sesuatu bermakna memiliki peran sekunder ditandai dengan 2. Jika percakapan berlanjut ditandai dengan f (follow up)

Sesuatu yang ditransaksikan oleh penutur disebut komoditas yang terdiri dari informasi barang dan jasa. Komoditas informasi ditandai dengan k dan komoditas barang dan jasa ditandai dengan a. Oleh karena itu penutur yang memiliki komoditas informasi ditandai dengan k1 dan penutur yang meminta informasi ditandai dengan k2. Selanjutnya penutur yang memiliki barang dan jasa ditandai dengan a1 dan penutur yang meminta barang dan jasa ditandai dengan a2. Jika percakapan berlanjut, k1 dan k2 menjadi k1f dan k2f, 1 dan a2 menjadi a1f dan a2f. Langkah yang berbeda dari penutur yang berbeda dihubungkan dengan garis lurus seperti pada contoh (1) di mana langkah k2 dan k1 dihubungkan oleh garis lurus. Langkah yang sama dari penutur yang sama serta langkah dinamis dihubungkan dengan tanda panah melengkung. Contoh (6) memperlihatkan bahwa langkah a2 dan a1 dihubungkan oleh garis lurus dan di antara kedua langkah tersebut terdapat dinamika langkah yang dihubungkan oleh tanda panah melengkung.

Contoh berikut menunjukkan bahwa A meminta informasi kepada B:

(1)

k2 A : Digan berkat nande ndu ‘ Kapan berangkat ibumu’?

k1 B : Sendah bi ‘ hari ini bik ‘

Dalam percakapan ini, A dinyatakan sebagai k2 ‘secondary knower move’ karena ia meminta informasi dengan harapan adanya jawaban dari B. Sedangkan B sebagai pemilik informasi

diistilahkan dengan k1 ‘primary knower move’. Langkah k2 digunakan karena A tidak mengetahui atau memiliki informasi. Ia kemudian mengetahui informasi setelah B memberitahunya. Jadi, yang lebih dahulu mengetahui informasi adalah B. Itulah sebabnya A dinyatakan sebagai k2 dan B sebagai k1. Namun percakapan itu bisa saja berlanjut menjadi:

(2)

k2 : A : Kuja laus na Budi ? ‘Kemana perginya si Budi’?

k1 : B : Ku rumah mamana ‘Ke rumah pamannya’.

k2f : A : Bujur yah ‘Terima kasih ya’.

k1f : B : Bujur ‘Sama-sama’

Tindak lanjut A terhadap jawaban B dinyatakan dengan k2f ‘secondary knower’s follow-up’ dan tindak lanjut B disebut dengan k1f ‘primary knower’s follow-up’. Sehingga diperoleh struktur percakapan sebagai k2^k1^(k2f)^(k1f) yang berarti k2f dan k1f bisa muncul bisa juga tidak.

Dalam situasi lain, A sudah mengetahui jawabannya namun ia seolah-olah bertanya kepada B. Ini sering terjadi dalam konteks percakapan di kelas ketika guru menguji kemampuan siswanya secara lisan.

Contoh:

(3)

dk1 : A : Disebut apakah hewan pemakan daging?

k2 : B : Karnivora k1 : A : Bagus

Struktur percakapan ini adalah dk1^k2^/k1/. A disebut sebagai dk1 ‘delayed primary knower’

yang menunjukkan bahwa orang yang bertanya sebenarnya sudah mengetahui jawabannya.

Begitu juga dengan interaksi dengan tujuan untuk memberikan atau meminta barang dan jasa ‘goods & services’, strukturnya dapat terbentuk sedemikian rupa dengan istilah yang berbeda dengan permintaan dan pemberian informasi.

Contoh:

(4)

da1 : A : Kopi man bandu? ‘Minum kopi’?

a2 : B : Ue ‘Ya’.

a1 : A : Enda kopi ndu ‘Ini kopinya’.

a2f : B : Bujur ‘Terima kasih’.

a1f : A : Bujur ‘Sama-sama’

Struktur percakapan itu dapat dipahami sebagai da1 ^ a2 ^ a1 ^ (a2f) ^ (a1f). dA1 merepresentasikan orang yang menunda pemberian barang & jasa ‘delayed primary actor’, a2 orang yang meminta barang dan jasa ‘secondary actor’, a1 orang yang memberi barang dan jasa ‘primary actor’, a2f langkah tindak lanjut orang yang meminta barang dan jasa, dan a1f langkah tindak lanjut orang yang memberi barang dan jasa.

d. Dinamika Langkah

Contoh-contoh percakapan di atas menggambarkan hanya kondisi-kondisi percakapan yang biasa tanpa terjadi dinamika di dalamnya. Percakapan-percakapan semacam itu bisa saja bersifat hipotetikal dan bukan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, dalam percakapan atau wacana yang lebih luas dan lebih alami bisa saja muncul penghalang. Martin (1992:66) menyatakan bahwa interaksi tidak selalu terbentuk berpasangan ‘adjacency pair’; ini berarti bahwa bila sebuah ujaran meminta informasi atau barang dan jasa disampaikan maka jawaban atau aksi yang diterima secara langsung memenuhi keinginan orang yang menyampaikan ujaran

itu begitu juga sebaliknya. Saragih (2006:16) juga mengungkapkan hal yang sama: sejumlah kendala bisa saja terjadi dalam sebuah interaksi ‘some hindrances may occur to the smoothness of an interaction’ Kendala-kendala itu diklasifikasikan ke dalam tantangan ‘challenge’, klarifikasi ‘clarification’, dan konfirmasi ‘confirmation’. Contoh-contoh berikut akan memberikan ilustrasi yang jelas:

(5)

a2 A : Buatken sitik teh ku dek ‘ambilkan teh ku dik’

ch B : Laku sempat bang Sangana aku sibuk bang ‘Tidak sempat aku bang aku sedang sibuk bang’

Dalam percakapan itu proposisi yang disampaikan a2 ditolak oleh pendengar dengan tantangan

‘challenge’ (ch) disertai dengan justifikasi penolakannya.

(6)

a2 : A : Tukurken ge tambar ku dek ‘belikan obatku dek’

cl : B : mmm, gundari? ‘mmm, sekarang?

rcl : A : Ue.’ya ‘

a1 : B : Ue yah ‘baiklah’

Ujaran pertama B sebagai respons perintah a2 dianggap sebagai klarifikasi ‘clarification’ (cl), sedangkan respons A disebut dengan respon terhadap klarifikasi ‘response to clarification’ (rcl).

Setelah itu barulah muncul a1.

(7)

a2 : A : Tukurken ge sitik bengkau ‘ Tolong belikan lauk’

cf : B : Bengkau? ‘Lauk’?

rcf : A : Ue ‘ya’

a1 : B : Ue yah ‘baiklah’

Dalam konteks ini aksi yang diharapkan dari B juga tertunda dengan adanya konfirmasi

‘confirmation’ (cf) yang dimintanya atas ujaran a1. Respons A dalam percakapan seperti ini disebut dengan ‘response to confirmation’ (rcf).

Semua langkah dalam contoh 1s/d7 adalah tipikal percakapan yang terjadi antara partisipan dengan peran yang setara sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada sistem percakapan terdahulu.

Jika Martin (1992) mengklasifikasikan dinamika langkah atau kendala-kendala percakapan ke dalam tantangan ‘challenge’, klarifikasi ‘clarification’, dan konfirmasi

‘confirmation’. Lain pula halnya dengan Ventola (1987), Ventola mengklasifikasikan kendala-kendala tersebut menjadi dua bagian, yaitu (1) langkah sinopsis ‘Synopsis moves’ dan (2) langkah dinamis ‘dynamic moves’. Langkah sinopsis adalah langkah yang standar dan sederhana.

Contoh:

(1)

k1 A: Ujian dimulai tepat pukul 08.00.

k2 B: Baik, pak

Struktur percakapan tersebut sangat sederhana, k1 dan k2 hanya terdiri dari satu informasi.

Langkah dinamis adalah langkah yang lebih kompleks dari langkah sinopsis. Satu struktur dapat berisikan dua atau lebih informasi dan juga terdapat kendala-kendala di dalamnya.

Contoh:

(2)

k1 Dosen : Besok kita berangkat pukul 07.00

k1: Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu k1: Kita berkumpul di Kantor

k2: Mahasiswa: Baik Pak (3)

k1 Dosen : Besok kita berangkat pukul 07.00

k1: Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu cf: Mahasiswa: Pukul 07.00?

rcf: Dosen: Ya k2: Mahasiswa: Baik Pak

Langkah dalam percakapan (2) dan (3) ini lebih kompleks dari langkah dalam percakapan (1).

Percakapan (1) informasi k1 yang diberikan dosen lebih dari satu dan sangat sederhana sedangkan pada percakapan (2) selain informasi k1 yang diberikan dosen lebih dari satu juga terdapat kendala yang berbentuk konfirmasi dan respon terhadap konfirmasi. Langkah dinamis konfirmasi bertujuan untuk memastikan apa yang didengar sebelumnya. Langkah dinamis tidak hanya berbentuk klarifikasi dapat juga berbentuk, tantangan, respon terhadap klarifikasi dan tantangan, ulangan, bahkan tidak ada jawaban ‘Non verbal’ juga termasuk dalam dinamika langkah. Berdasarkan bentuk-bentuk langkah dinamis yang terdapat di dalam percakapan, Ventola membagi langkah dinamis atas tiga bahagian, yaitu ( 1) Perluasan ‘suspending’ yang terdiri atas empat bagian, yaitu konfirmasi ‘confirmation’, pemindai ‘back chanelling’, respon terhadap konfirmasi‘respon to confirmation’, dan cek ‘checking’; (2) pengguguran/pembatalan

‘aborting’ yang berguna untuk menantang percakapan yang sebelumnya, yang termasuk di dalamnya adalah tantangan ‘challenge’ dan respon terhadap tantangan ‘respone to challenge’;

dan (3) penjelasan terhadap apa yang didengar sebelumnya ‘elucidating’ yang terdiri dari klarifikasi dan respon terhadap klarifikasi ‘clarification’ dan ‘respon to clarification’.

Selanjutnya Martin menyatakan bahwa struktur percakapan baik memberi dan meminta informasi maupun memberi dan meminta jasa dapat diformulasikan sebagai berikut.

1. Memberi dan meminta informasi: (dk1) ^ (k2) ^ k1^ (k2f) ^ (k1f) dan dari formula ini

Dokumen terkait