• Tidak ada hasil yang ditemukan

Netralitas Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1 Pendahuluan

Dalam dokumen BAB PENGANTAR ETIKA PROFESI PNS (Halaman 186-192)

ETIKA PELAYANAN PUBLIK

D. Netralitas Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1 Pendahuluan

Reformasi di bidang kepegawaian yang merupakan konsekuensi dari perubahan di bidang politik, ekonomi dan sosial yang begitu cepat terjadi sejak paruh pertama tahun 1998 ditandai dengan berlakunya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Peraturan perundang-undangan yang merupakan perubahan dan penyempurnaan dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 dengan pokok bahasan yang sama tersebut, kemudian diikuti dengan berbagai peraturan pelaksanaannya, baik yang berupa Peraturan Pemerintah (PP) maupun Keputusan Presiden (Keppres), untuk menjamin terlaksananya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 ini secara baik dan terarah.

Pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) di negara manapun mempunyai tiga peran yang serupa.Pertama, sebagai pelaksana peraturan dan perundangan yang telah ditetapkan pemerintah.Untuk mengemban tugas ini, netralitas PNS sangat diperlukan.Kedua, melakukan fungsi manajemen pelayanan publik.Ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi peran ini adalah seberapa jauh masyarakat puas atas pelayanan yang diberikan PNS. Apabila tujuan utama otonomi daerah adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, sehingga desentralisasi dan otonomi terpusat pada pemerintah kabupaten dan pemerintah kota, maka PNS pada daerah-daerah tersebut mengerti benar keinginan dan harapan masyarakat setempat. Ketiga, PNS harus mampu mengelola pemerintahan.Artinya pelayanan pada pemerintah merupakan fungsi utama PNS.Setiap kebijakan yang diambil pemerintah harus dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap PNS sehingga dapat dilaksanakan dan disosialisasikan sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut. Dalam hubungan ini maka manajemen dan administrasi PNS harus dilakukan secara terpusat, meskipun fungsi-fungsi pemerintahan lain telah diserahkan kepada pemerintah kota dan pemerintah kabupaten dalam rangka otonomi daerah yang diberlakukan saat ini.

2. Prasyarat Netralitas

Untuk mewujudkan ketiga peran tersebut diharapakan dalam manajemen sistem kepegawaian perlu selalu ada:

b. Stabilitas, yang menjamin agar setiap PNS tidak perlu kuatir akan masa depannya serta ketenangan dalam mengejar karier.

c. Balas jasa yang sesuai untuk menjamin kesejahteraan PNS beserta keluarganya. Sehingga keinginan untuk melakukan korupsi, baik korupsi jabatan maupun korupsi harta, menjadi berkurang, kalau tidak mungkin dihapuskan sama sekali dan

d. Promosi dan mutasi yang sistematis dan transparan, sehingga setiap PNS dapat memperkirakan kariernya dimasa depan serta bisa mengukur kemampuan pribadi.

Ketiga prasyarat ini akan menumbuhkan keyakinan dalam diri setiap PNS, apabila mereka menerima sesuatu jabatan harus siap pula untuk melepas jabatan yang didudukinya itu pada suatu waktu tertentu. Bahkan kehilangan jabatan tersebut tidak perlu dikuatirkan.Apabila sistem penggajian sudah ditata rapih, setiap PNS tidak perlu mengejar jabatan hanya sekedar untuk mempertahankan kesejahteraan hidup bersama keluarganya. Selain itu, sistem kepegawaian yang memenuhi ketiga kreteria tersebut akan menjaga integritas dan kepribadian setiap PNS yang memang sangat diperlukan untuk mewujudkan

peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara seperti diamanatkan dalam Undang-undang No. 43 Tahun 1999.

1. Pelayanan publik yang beretika : mempertimbangkan cara yg tepat untuk bertindak bagi pegawai negeri sebagai ―pelayan publik‖―abdi negara/abdi masyarakat‖ dalam berbagai situasi pelayanan publik.

2. Etika pelayanan publik mencakup prinsip-prinsip, nilai-nilai, standar-standar atau norma-norma moral (etika) yang harus dijadikan panduan, dan kriteria penilaian terhadap aparatur birokrasi/pegawai negeri dalam menjalankan aktivitasnya di dlm orang & berhubungan dengan pihak-pihak luar khususnya masyarakat pengguna layanan birokrasi

3. Etika pelayanan publik memiliki interpretasi kurang lebih mempertimbangkan cara yang tepat untuk bertindak bagi pegawai negeri sebagai ‖palayan publik‖ dalam berbagai situasi pelayanan publik.

4. Seperti yang terjadi pada sektor bisnis, tuntutan akan efisiensi dan efektivitas organisasi, profesionalisme dan standar perilaku yang tinggi juga ditujukan pada birokrasi atau administrasi publik yang bertanggung jawab terhadap pelayanan publik. Aparat birokrasi kini makin dituntut untuk secara profesional menunjukkan kinerjanya yang berkualitas tinggi, dengan cara-cara yang menjunjung tinggi prinsip- prinsip etrika.

5. Secara khusus, perhatian pada isu-isu etika dalam pelayanan publik bermuara pada tujuan untuk mewujudkan integritas dalampelayanan publik.

6. Masyarakat kini tidak hanya makin sadar akan hak-haknya, tetapi juga makin berani untuk menggugat birokrasi (administrasi pemerintahan) yang ternyata tidak mampu bekerja secara profesional sesuai harapannya. Oleh karena itu, seperti halnya bisnis, birokrasi juga memikul mandat baru untuk terus-menerus mereformasi diri guna meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya, dan pada saat yang sama mendorong aparatur birokrasi (PNS atau ‖abdi masyarakat‖) agar memiliki integritas yang tinggi.

7. Pemahaman yang baik mengenai isu-isu etika dalam birokrasi akan memberikan bekal yang berharga bagi mereka jika mereka menjadi aparat birokrasi yang

mengemban tugas-tugas pelayanan publik ataupun jika menjadi akuntan profesional yang independen dan melakukan pengkajian dan penilai terhadap sistem dan kinerja birokrasi. Dalam kaitan ini, selain isu-isu etika birokrasi pada umumnya, perkembangan di bidang tata kelola pemerintahan (governance), secara khusus penting bagi akuntan profesional. Perkembangan tersebut menuntut para akuntan profesional untuk senantiasa memastikan bahwa nilai-nilai etika mereka adalah mutakhir, dan mereka siap bertindak berdasarkan nilai-nilai tersebut untuk mencapai kinerja terbaiknya

8. tiga masalah penting yang banyak terjadi di lapangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu besarnya diskriminasi pelayanan, tidak adanya kepastian biaya dan waktu pelayanan, rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik.

9. Prinsip-prinsip etika ini juga dapat dipandang sebagai kombinasi antara nilai-nilai yang berasal dari tradisi birokrasi/pelayanan publik (nilai-nilai tradisional) dan nilai- nilai baru. Nilai-nilai tradisional mencerminkan misi pokok pelayanan publik dan tercermin Sementara itu, nilai-nilai baru mencerminkan artikulasi dari etos baru akibat adanya perkembangan dan tuntutan baru.

10. masyarakat sering mengeluh karenadalam berurusan dengan birokrasi pemerintahan, pelayanan yang mereka terima dari aparatur pemerintah kurang memuaskan karena lambat dan mahal.

11. Pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) di negara manapun mempunyai tiga peran yang serupa. yaitu sebagai pelaksana peraturan dan perundangan yang telah ditetapkan pemerintah, melakukan fungsi manajemen pelayanan public, PNS harus mampu mengelola pemerintahan.

12. Pegawai negeri atau birokrasi pelayanan publik secara umum tidak dikategorikan sebagai suatu profesi. Namun, pegawai negeri juga dituntut profesionalismenya. 13. Birokrasi pelayanan publik yang ideal harus ditunjang oleh keunggulan teknis dan

keunggulan etis (moralitas).

14. Semakin berkembang sistem pemerintaha yang ada di suatu Negara, maka dituntut juga pelayanan public yang semakin baik. Hal ini berkaitan dengan semakin beragamnya kebutuhan warga Negara akan pelayanan public yang baik. Pelayanan publik ini tidak semata-mata hanya mencukupi kebutuhan warga Negara, tapi dalam pelaksanaannya itu sendiri harus ada sebuah etika yang menjamin kepuasan pelanggan, kalancaran palaksanaan pelayanan, dan penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah secara efektif dan efisien. Sebagai calon pengawal

keuangan Negara, maka sudah sewajibnya kita semua mempelajari bagaimana manjadi pelayan masyarakan dan pengabdi Negara yang baik.nan public yang semakin baik.

1. Berikan pengertian etika dan hubungkan dengan dengan fungsi pelayanan public dari birokrasi pemerintahan.

2. Ikhtisarkan secara singkat alasan-alasan pentingnya etika dalam pelayanan public (birokrasi).

3. Nilai-nilai apa saja yang relevan untuk dijadikan prinsip etika dan perilaku dalam pelayanan publik? Jelaskan masing-masing.

4. Jika seorang pegawai negeri ceroboh, tidak teliti sehingga pelaksanaan

pekerjaannya selalu memerlukan waktu yang lebih lama dan menggunakan bahan- bahan yang lebih banyak dari seharusnya, prinsip manakah yang tidak terpenuhi? 5. Prinsip apa saja yang ditetapkan untuk pelayanan publik di Indonesia?

GLOSARIUM

:

Artikulasi perubahan ruang dan ruang dalam saluran suara untuk menghasilkan bunyi bahasa. Daerah artikulasi terbentang dari bibir luar sampai pita suara, dimana fenom-fenom terbentuk berdasarkan getaran pita suara disertai perubahan posisi lidah dana semacamnya.

Birokrasi sistem pemerintahan yg dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan

Transparansi kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi

Akuntabilitas keadaan untuk dipertanggungjawabkan, keadaan dapat dimintai pertanggungjawaban

Kondisional sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan publik

Partisipatif setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan

Tupoksi Tugas pokok dan fungsi

Otonomi wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah

Dalam dokumen BAB PENGANTAR ETIKA PROFESI PNS (Halaman 186-192)