BAB III METODE PENELITIAN
C. Hasil Penelitian
2. Nilai Karakter Kemandirian yang ditanamkan dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa kegiatan pramuka mewujudkan pendidikan karakter mandiri adalah dengan melalui kegiatan-kegiatan di dalam pramuka itu sendiri. Kegiatan pramuka yang berperan dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri di antaranya yaitu : a) Latihan rutin pramuka, b) Kegiatan berkemah, c) Lomba tingkat, dan d) Jambore. Keempat kegiatan tersebut akan dipaparkan selengkapnya sebagai berikut.
96
a) Kegiatan Latihan Rutin
Latihan rutin merupakan kegiatan pramuka yang sangat berperan dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri. Nilai karakter yang ditanamkan dan diintegrasikan melalui materi-materi kepramukaan dalam kegiatan latihan rutin pramuka ini diungkapkan oleh wali kelas, berikut ini adalah wawancara selengkapnya.
Ustadzah I : “Tentunya kepercayaan diri anak, tidak bergantung pada orang lain dan bertanggung jawab dengan apa yang diperbuat.”
Ustadz ZA : “Kedisiplinan, kepercayaan diri, mampu membuat solusi alternative dan masih banyak lagi mbak.” Kemudian berdasarkan hasil wawancara kepada pembina pada hari senin tanggal 29 Agustus 2016 mengungkapkan pentingnya peran kegiatan latihan rutin pramuka. Berikut adalah penggalan wawancara terhadap ustadz L.
Ustadz L : “Yang jelas nek saat dikelompok, dikelompok itu kan kemandirian setiap anak itu berbeda. Kan kalau SDIT kebanyakan siswanya masih anak mamalah. Seandainya kita latihan rutin kan lebih kelihatan kemandirian anak itu sendiri seperti apa. Mungkin kalau anaknya betul-betul mengikuti kegiatan maka akan bagus, inshaallah akan menonjol kemandiriannya. Contoh seperti disuruh melipat baju yang sepele. Nah kalau dirumah memang enggak bisa tapi disekolahan diaarkan, karena disekolahpun diajarkan lifeskill, seandainya anak itu bener-bener ingin bisa, itu nanti pasti akan bisa.”
97
Pendapat tersebut juga selaras dengan dokumen tertulis progam kerja ekstrakurikuler pramuka penggalang semester II pada kompetensi dasar ke 4 dan 5 yang berhubungan dengan lifeskill
yang diajarkan pada kegiatan pramuka. Serta selaras dengan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 30 juli 2016 hingga tanggal 12 September 2016. Bahwa peneliti mengamati kegiatan latihan dimana pada latihan rutin pertama yang diamati peneliti masih menemui anggota pramuka yang menunjukkan sikap dan perilaku kurang mandiri dan setelah beberapa kali mengamati kegiatan latihan rutin peneliti menemui siswa sebagai anggota sudah terlihat perbedaan dimana anggota pramuka menjadi lebih mandiri dari sebelumnya.
Dari hasil penelitian yang selaras tersebut dapat disimpulkan bawa kegiatan latihan rutin pramuka merupakan kegiatan yang sangat berperan dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri dikarenakan intensitas waktu yang cukup lama dan rutin dilaksanakan setiap minggunya sehingga kegiatan latihan rutin dapat dijadikan sebagai kegiatan yang dapat dilihat progressnya dari setiap pertemuan. Adapun nilai kemandirian yang ditanamkan pada kegiatan latihan rutin di antaranya adalah:
1) Kepercayaan diri
2) Tidak bergantung pada orang lain 3) Bertanggung jawab
98
4) Kedisiplinan, dan
5) Mampu memecahkan masalah. b) Kegiatan Berkemah
Kegiatan berkemah adalah salah satu kegiatan pramuka di alam terbuka. Dimana siswa melakukan kegiatan hingga bermalam di alam terbuka dan memperoleh pendidikan karakter yang terintegrasi lengkap khususnya adalah kemandirian. Hal ini sesuai dengan dokumen tertulis jurnal pelaksanaan kegiatan persami dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada hari senin tanggal 29 Agustus 2016 terhadap siswa FNC mengungkapkan beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan nilai karakter mandiri. Berikut adalah petikan wawancara selengkapnya.
Peneliti : “Dik kalau nilai-nilai moral kemandirian apa yang nampak pada saat berkemah?”
Siswa FNC : “Nyuci piring sendiri, makan – makan sendiri hahaha tapi kalau masak ya nggak bisalah, kan udah ada catering tapi setidaknya kita bertanggung jawab dengan alat makan kita yang telah digunakan dan tidak merepotkan teman lain untuk membersihkan piringnya”
Selain menanamkan nilai karakter mandiri kegiatan berkemah juga merupakan kegiatan yang dijadikan sebagai tolok ukur sejauh mana siswa sebagai anggota pramuka telah menerapkan kemandirian dalam kesehariannya. Hal ini diperkuat dengan wawancara yang dilakukan pada hari senin tanggal 29
99
Agustus 2016 oleh Ustadz D dan Ustadz L , berikut adalah petikan wawancaranya.
Ustadz D : “Ya hampir semacam persami gitu mbak berkemah, nah melalui kegiatan ini disitu kita bisa lihat mbak , sikap anak anak. Akan terlihat yang biasanya dirumah sudah mandiri maka akan Nampak, begitu juga sebaliknya mbak.”
Peneliti : Lalu nilai-nilai kemandirian apa us yang nampak pada saat berkemah?
Ustadz D : Ya hampir sama pada kegiatan lain, yang jelas disiplin dan tanggung jawab.
Ustadz L : Yang jelas kalau nilai kemandiriannya itu tidak mengandalkan orang lain, jika bisa dilakukan sendiri ya dilakukan sendiri. Selain itu tanggung jawab dengan apa yang menjadi kewajibannya. Itu sih mbak.
Dari hasil wawancara tersebut dan didukung dengan crosscheck dokumen tertulis jurnal pelaksanaan kegiatan berkemah dapat disimpulkan bahwa kegiatan berkemah memilki peran untuk mewujudkan pendidikan karakter mandiri dimana kegiatan berkemah adalah sarana pembina untuk melihat kebiasaan-kebiasaan dan melihat sejauh mana karakter mandiri tertanam pada pribadi anggota pramuka itu. Di dalam kegiatan berkemah juga terdapat rangkaian kegiatan yang terencana dan tersistem dimana menuntut para anggota untuk bersikap mandiri. Adapun nilai-nilai karakter mandiri yang ditanamkan pada saat kegiatan berkemah ini
100
di antaranya adalah Tidak bergantung pada orang lain, disiplin dan bertanggung jawab.
c) Lomba Tingkat
Lomba tingkat adalah pertemuan regu-regu dalam bentuk lomba kepramukaan yang dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat gudep hingga nasional. Adapun beberapa nilai karakter mandiri yang ditanamkan untuk mewujudkan pendidikan karakter mandiri menurut pendapat dari siswa ADP melalui wawancara yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 30 Agustus 2016. Berikut adalah penggalan hasil wawancara selengkapnya.
Peneliti : “Nah terus menurutmu nilai moral kemandirian apa yang Nampak pada saat mengikuti kegiatan itu?”
Siswa ADP : “Ya aku cuci piring sendiri, gelas dan sendok juga ding. Terus to mbak kalau bangun tidur di lokasi perkemahan, kita lho yang bangunin pembina. Beneren ini…”
Pernyataan siswa ADP juga diperkuat dengan pernyataan dari pembina pramuka. Berikut adalah pendapat Ustadz L dalam wawancara.
Ustadz L : “Saya selalu menanamkan kepada semua anggota pramuka khususnya yang ikut team inti jangan sampai tingkah laku/ akhlaqnya kurang baik, kalau bisa harus berbeda dengan teman-teman lain, harus lebih berani. LT3 kemarin juga hanya sedikit kok yang di jenguk. Dan saya beri kesempatan orangtua menjenguk ketika waktu istirahat saja, saya khawatirkan nanti kebiasaan manja dirumah ndak kebawa ke lokasi perkemahan.”
101
Peneliti :” Berarti sudah mending ya us kemandirian siswanya?”
Ustadz L : “Jauh mbak jauh lebih mandiri menurut saya” Pernyataan siswa ADP dan Ustadz L juga diperkuat dengan pendapat kepala sekolah yaitu Ustadz NS. Berikut adalah petikan hasil wawancara terhadap Ustadz NS.
Peneliti : “Lalu setahu ustadz nilai mandiri apa yang nampak pada saat kemah ataupun lomba-lomba
kepramukaan?”
Ustadz NS : “Saling tidak menggantungkan kepada teman lain sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan diri.” Pernyataan-pernyataan tersebut didukung pula dengan hasil observasi 9, pada hari sabtu tanggal 13 Agustus pukul 07.00 WIB hingga 15.00 WIB, dimana pada waktu itu siswa yang tergabung menjadi regu inti yang mewakili gudep SDIT Al-Muhajirin untuk mengikuti Lomba Tingkat 2 (LT2) dimana para kontingen tanpa disuruh untuk melaksanakan berbagai tugas dengan inisiatif sendiri mereka sudah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan maksimal. Kegiatan ini sesuai dengan dokumen tertulis pada jurnal teknis Lomba Tingkat II kwaran Sawangan dan diperkuat juga dengan hasil dokumentasi pada gambar 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,dan 30 yang telah terlampir.
Selain itu diperkuat dengan hasil observasi 16, pada hari Selasa, tanggal 25 Agustus 2016 pada pukul 10.00 WIB hingga penelitian dihentikan pukul 00.00 WIB dimana regu inti dari SDIT
102
Al-Muhajirin mengikuti Lomba Tingkat jenjang selanjutnya yaitu Lomba Tingkat 3 (LT3) Kwarcab Magelang. Dimana pada waktu itu peneliti melihat dua anak dari regu putri yang tanpa disuruh kedua anak tersebut mengambil air menggunakan ember untuk digunakan sebagai persediaan di kapling tenda mereka. Kemudian menemui salah satu anggota regu inti putra menolong temannya yang sakit perut, anak tersebut dengan inisiatifnya sendiri dan tanpa memanggil pembina berusaha menolong temannya dengan mengambilkan obat pribadinya. Selain itu juga menjumpai salah satu anggota dari regu putra SDIT Al-Muhajirin memimpin teman-temannya untuk mengaji dan berdoa bersama.
Di hari selanjutnya pada observasi ke-17 hari selasa, 26 Agustus 2016 peneliti juga menemui dua anak dari regu inti putri membangunkan teman-temannya dan bahkan membangunkan pembinanya pada pukul 03.00 WIB. Dan menjumpai satu anggota yang mewakili untuk lomba pidato sedang berlatih sendiri di ujung kapling tenda dengan semangat ketika waktu istirahat berlangsung. Kegiatan Lomba Tingkat 3 ini diperkuat juga dengan hasil dokumentasi yang telah terlampir serta diperkuat dengan dokumen berkas jurnal teknis pelaksanaan LT 3 yang menjadi pedoman jalannya acara di antara adalah point B1, B2, B4, B5, B7, B9, B10, B11, C2, C3, D1, D3,D4, dan D5.
103
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan Lomba Tingkat berperan dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri karena dalam sub kegiatan yang dilaksanakan sesuai jurnal teknis tersebut sudah dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan dengan tepat sasaran dengan menanamkan nilai karakter pada para peserta kontingen Lomba Tingkat itu. Nilai-nilai karakter mandiri yang ditanamkan pada saat kegiatan Lomba Tingkat di antaranya adalah :
1) Kepercayaan diri
2) Tidak bergantung dengan orang lain 3) Bertanggung Jawab
4) Kedisiplinan, dan
5) Mampu memecahkan masalah. d) Jambore
Jambore yang diikuti oleh perwakilan anggota pramuka terpilih dari gudep pangkalan SDIT Al-Muhajirin adalah jambore nasional yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali dengan diikuti oleh ribuan peserta dari seluruh Indonesia. Selain jambore nasional juga rutin megikuti jambore Jaringan Sekolah Islam Terpadu yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Adapun beberapa nilai karakter yang ditanamkan melalui beberapa kegiatan menurut siswa RAG sebagai anggota pramuka yang pernah menjadi peserta jambore. Berikut ini adalah hasil wawancarnya.
104
Peneliti : “Yakin nih? Hahaha lalu nilai mandiri apa dong yang Nampak pada saat jambore itu?
Siswa RAG : “Aku ngumbahi yo…”
Peneliti : “Beneran nyuci baju sendiri?”
Siswa RAG : “Iyalah kan waktu Jamnas soalnya itu ki 8 hari mbak, sui to..”
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh pendapat siswa ADP pada petikan wawancara berikut.
Peneliti : “Ikutan apa aja dik, mbak dikasih tau dong.” Siswa ADP : “LT2, LT3, Pesta siaga, jamnas juga.”
Peneliti : “Nah terus menurutmu nilai moral kemandirian apa yang Nampak pada saat mengikuti kegiatan itu?”
Siswa ADP : “Ya aku cuci piring sendiri, gelas dan sendok juga ding. Terus to mbak kalau bangun tidur di lokasi perkemahan, kita lho yang bangunin pembina. Beneren ini…”
Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan dari Ustadz L sebagai pembina yang mana menyatakan keberhasilan kegiatan jambore dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri. Berikut ini adalah penggalan wawancaranya.
Ustadz L : “Iya… saya pernah mengamati anak, dia mampu tapi orang tua tidak memperbolehkan anak tersebut mengikuti lomba ataupun jambore pramuka, tapi saya bilang ini tanggung jawab saya. Alhamdulillah waktu ikut kemah anak tersebut malah sudah mandiri dan sepulangnya dari lomba pramuka kebiasaan-kebiasaan saat pramuka terbawa di rumah. Ada anak yang sama sekali tidak mau makan sayur, lalu di lokasi perkemahan anak ini mau makan sayur terus ketika pulang ke rumah jadi sudah bisa makan sayur.”
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan jambore juga merupakan kegiatan berkemah, kemudian
105
kegiatan Lomba tingkat dapat dikatakan sebagai kegiatan jambore karena kegiatan Lomba Tingkat juga lebih sering pelaksanaannya berupa kegiatan perkemahan besar. Maka jambore juga merupakan kegiatan yang memiliki berbagai macam peran dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri jika dilihat jambore merupakan kegiatan perkemahan besar. Hal ini sesuai dengan dokumentasi tertulis jurnal teknis pelaksanaan jambore nasional pada Bab I Pendahuluan bagian umum point ke 2 di mana disebutkan bahwa Jambore Nasional Gerakan Pramuka X Tahun 2016 disingkat Jamnas X 2016 adalah sarana pendidikan dan pertemuan besar bagi Pramuka Penggalang yang bertujuan untuk membentuk watak, meningkatkan sikap kemandirian, keterampilan, mengkokohkan jiwa persatuan dan kesatuan. Adapun nilai-nilai karakter mandiri yang di tanamkan pada saat kegiatan jambore ini di antaranya adalah :
1) Kepercayaan diri
2) Tidak bergantung pada orang lain 3) Bertanggung jawab
4) Kedisiplinan, dan
106
3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan