• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Hasil Penelitian

3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Mandiri Melalui

a. Latihan Rutin

Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan kegiatan latihan rutin untuk mewujudkan pendidikan karakter mandiri, pembina memiliki strategi dan cara yang berbeda-beda. Berikut ini adalah cara yang digunakan pembina menurut siswa KW dalam pendapatnya ketika sesi wawancara yang dilakukan pada hari selasa tanggal 30 Agustus 2016.

Peneliti : “Maksudnya cara mengajari kemandiriannya seperti apa, bagaimana cara kakak pembina menanamkan nilai mandiri?”

Siswa KW : “Banyak bernyanyi menyenangkan kok” Peneliti : “Menyenangkannya gimana dik?”

Siswa KW : “Banyak permainan macam-macam, pembina juga baik jadi aku senang ikut latihan pramuka”

Pendapat siswa KW juga diperkuat dengan pendapat siswa GAK yang diungkapkan melalui wawancara pada hari selasa tanggal 30 Agustus 2016. Berikut adalah petikan wawancara selengkapnya.

Peneliti : “Maksudnya cara mengajari kemandiriannya seperti apa, bagaimana cara kakak pembina menanamkan nilai mandiri?

Siswa GAK : “Nggak tau mbak, tapi pramuka menyenangkan kok.”

Peneliti : “Menyenangkannya gimana dik?”

Siswa GAK : “Banyak permainan, terus pembina juga enggak galak jadi aku senang ikut pramuka tugasnya enggak susah.”

107

Pernyataan dari beberapa siswa tersebut selaras dengan hasil observasi ke 4 pada tanggal 6 Agustus 2016 dimana pembina lebih sering mengajak para anggota pramuka untuk memahami materi dengan permainan yang menarik. Dimana sesuai juga dengan dokumentasi gambar 2 kemudian memberikan pemahaman positif kepada anggota pramuka dengan memberikan kepercayaan dan tanggung jawab, membiasakan anggota pramuka berperilaku sesuai dengan aturan kepramukaan, memotivasi anggota pramuka agar tidak malas-malasan, memberikan pujian terhadap hasil yang dicapai anggota pramuka. Hasil penelitian tersebut juga di lengkapi dengan pernyataan pembina pramuka dalam pendapatnya ketika diwawancarai pada hari senin tanggal 29 Agustus 2016 dan di dukung dengan dokumentasi gambar 3, 4, 5 dan 6 pada lampiran. Berikut adalah sepenggal wawancara selengkapnya.

Ustadz L : “Memberi tugas, tugas mandiri ataupun kelompok.”

Ustadzah A : “Memberi tugas, tugas mandiri dan kelompok. Kemudian lebih interaktif dan pembelajaran pramukanya itu seperti dua arah selalu mencari feedback dari anak.”

Gambar 2

Kegiatan permainan Wide Game pada saat Latihan Rutin anggota Penggalang Dengan didampingi oleh pembina

108

Gambar 3

Anggota Siaga sedang berdiskusi dan mengaplikasikan strategi pemanduan (cheerleading) dimana salah satu anggota memimpin kelompoknya ketika menyelesaikan

tugas dari pembina.

Dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan latihan rutin ini pembina menyampaikan materi-materi kepramukaan yang diintegrasikan dengan menanamkan nilai karakter mandiri, serta memberikan tugas baik tugas mandiri ataupun tugas kelompok dan memberikan berbagai macam jenis permainan bersama yang beragam sebagai strateginya. Selain itu memberikan pemahaman positif kepada anggota pramuka dengan memberikan kepercayaan dan tanggung jawab, membiasakan anggota pramuka berperilaku sesuai dengan aturan kepramukaan, memotivasi anggota pramuka agar tidak malas-malasan, dan memberikan pujian terhadap hasil yang dicapai anggota pramuka. Sehingga dalam pelaksanaannya siswa memiliki antusias yang besar dan tidak merasa bosan ketika

109

mengikuti kegiatan latihan rutin yang dilakukan setiap minggunya ini dan orang tua pun mendapatkan pelaporan perkembangan sikap buah hatinya.

Disimpulkan juga menurut hasil obeservasi dan wawancara bahwa tahap pencapaian pendidikan karakter mandirinya sudah mencapai pada tahap Moral Doing. Dimana para siswa sudah mempraktikkan nilai-nilai karakter kemandirian meskipun dalam kehidupan sehari-harinya belum mempraktikkan secara maksimal. Dan sudah melewati tahap Moral Knowing secara optimal dimana semua anggota telah mampu membedakan nilai-nilai karakter yang baik dan yang tidak serta memahami betul pentingnya nilai karakter mandiri. Selain itu juga telah melewati tahap dimana anggota pramuka ketika mengikuti kegiatan latihan rutin telah memiliki rasa butuh terhadap nilai karakter mandiri, tahapan ini adalah tahapan Moral Feeling.

b. Kegiatan Berkemah

Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan kegiatan berkemah, baik persami (perkemahan sabtu minggu), perkajum (perkemahan kamis jumat), ataupun kost country selalu menggunakan berbagai macam strategi yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kemandirian. Menurut pendapat siswa SA yang diungkapkan pada saat wawancara pada tanggal 29 Agustus 2016 sebagai berikut.

110

Peneliti : “Maksudnya cara mengajari kemandiriannya seperti apa, bagaimana cara kakak pembina menanamkan nilai mandiri?”

Siswa SA : “Iya, eee… hahahah bingung pokoknya sama kalau waktu ngajar pramuka di kelas, ada banyak permaianan, tapi tetap disuruh patuh dengan aturan-aturan mbak.”

Peneliti : Contohnya seperti apa dek?

Siswa SA : Menjaga kebersihan kerapian gitu mbak , nyuci piring, membersihkan dan merapikan tenda ya pookoknya seperti itu mbak

Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa strategi yang digunakan pada saat kegiatan berkemah hampir sama dengan kegiatan latihan rutin. Hal ini diperkuat dengan dokumen tertulis jurnal pelaksanaan kegiatan berkemah yang mengoptimalkan nilai karakter kemandirian pada setiap tata perkemahannya. Kemudian di tambahkan dari hasil wawancara terhadap pembina pada hari senin, 29 Agustus 2016 sebagai berikut

Peneliti : Strategi apa yang digunakan untuk menanamkan nilai karakter pada saat kost country tersebut us ? Ustadz D : Saya motivasi dulu agar anak itu tumbuh rasa

sadar dari dalam dirinya, jika masih belum sadar ya dibuatkan peraturan yang mengarah pada pembentukan karakter mandiri tersebut.

Peneliti : Apakah itu saja us?

Ustadz D : Ada lagi mbak, saya akan memutar otak agar anak tidak bosan mengikuti kegiatan pramuka misalnya menggunakan permainan-permaianan atau bahkan kalau yang dapat mencapai prestasi yang perlu mendapatkan apresiasi ya saya beri reward kecil-kecilan mbak.

Dari hasil wawancara dan dokumen tertulis tentang jurnal pelaksanaan kegiatan berkemah yang dalamnya memuat strategi penanaman nilai karakter mandiri dapat disimpulkan strategi yang

111

digunakan di antaranya adalah dengan memberikan pemahaman-pemahaman yang positif pada anggota pramuka, mendidik anggota pramuka agar terbiasa hidup bersih dan rapi pada saat kegiatan berkemah sedang berlangsung, memberikan permainan-permainan menarik yang dapat membentuk kemandirian anggota pramuka, membiasakan anggota pramuka berperilaku sesuai dengan tata krama yang ada, memotivasi para anggota dan memberikan pujian ataupun reward sebagai apresiasi kepada anggota yang berhak menerimanya.

Untuk tahapan penanaman nilai karakter mandiri pada kegiatan berkemah menurut hasil wawancara dan dokumen menunjukkan bahwa telah melalaui dua tahap secara maksimal yaitu tahap Moral Knowing dan Moral Feeling dimana saat berkemah anggota pramuka secara logis dan rasional telah memahami betul dan mampu membedakan mana yang menunjuukkan nilai karakter mandiri dan mana yang bukan. Selain itu anggota pramuka dalam kegiatan berkemah dituntut untuk bersikap mandiri sehingga anggota pramuka berusaha untuk mencintai dan melakukan nilai karakter mandiri tanpa syarat sehingga mampu menilai dirinya sendiri dan mengetahui kekurangannya. Untuk saat ini telah mencapai pada tahap Moral

Doing dimana para anggota pramuka yang sudah mengikuti

112

mandiri jika dibandingkan ketika mengikuti kegiatan rutin. Selain itu sudah mampu membedakan sikap mandiri yang baik dengan yang kurang baik, anggota pramuka juga telah memahami secara rasional bahwa nilai mandiri sangat penting dimiliki dan bermanfaat dalam kehidupannya.

c. Lomba Tingkat

Menurut hasil penelitian dalam pelaksanaan lomba tingkat selalu menggunakan strategi-strategi yang digunakan untuk menanamkan nilai karakter, strategi ini dijalankan untuk mencapai tujuan umum bahwa pramuka adalah gerakan yang berperan untuk membentuk praja muda yang berakhlak mulia serta berkarakter dan dari bermacam-macam kegiatan pramuka salah satunya adalah melalui kegiatan Lomba Tingkat ini. Berikut adalah pendapat Ustadz L dalam wawancara yang mengungkapkan tentang salah satu strategi yang digunakan.

Ustadz L : “Saya selalu menanamkan kepada semua anggota pramuka khususnya yang ikut team inti jangan sampai tingkah laku/ akhlaqnya kurang baik, kalau bisa harus berbeda dengan teman-teman lain, harus lebih berani. LT3 kemarin juga hanya sedikit kok yang di jenguk. Dan saya beri kesempatan orangtua menjenguk ketika waktu istirahat saja, saya khawatirkan nanti kebiasaan manja dirumah ndak kebawa ke lokasi perkemahan.”

Ustadz L : “Memberikan tugas, tugas mandiri ataupun kelompok.”

113

Pernyataan di atas sesuai dengan hasil observasi ke 7 dimana Pembina memberikan tugas berkelompok dengan alasan agar masing-masing anggota bisa tetap mandiri akan tetapi tetap bertoleransi antar anggota sehingga masig-masing anggota diajarkan untuk mengontrol ego masing-masing. Hasil penelitian tersebut juga diperkuat dengan dokumentasi gambar 10, 11, 14, 17, 18 dan 20 pada lampiran dan jurnal teknis pelaksanaan Lomba Tingkat dan di tambah dengan hasil Observasi 8, dimana Uji mental yang diberikan pembina sebagai strategi dan treatment agar para peserta tidak mudah menyerah dan mengeluh dengan cara diberi sesi kedisiplinan selama 10 menit sesuai dengan gambar 22 pada lampiran. Strategi lain menurut hasil observasi adalah pembina hanya sebatas mengawasi dan sengaja membiarkan anggota mampu menyelesaikan masalahnya sendiri (Observasi 12).

Gambar 11

Regu inti sedang mengerjakan tugas morse pada LT2 merupakan contoh dilaksanakannya strategi define and

114

Gambar 22

Peserta LT 3 sedang berkumpul dan diharuskan berbaris rapi sebagai implementasi strategi kedisiplin (forced

formality).

Dalam pelaksanaan Lomba Tingkat dalam tingkat apapun selalu ada pemberian label atau pujian terhadap regu terbaik yang memperoleh penilaian tertinggi dan sesuai dengan kriteria penilaian dari segi apapun. Sesuai dengan hasil dokumentasi gambar 7 dan 8 pada lampiran.

Gambar 8. Throphy bergilir Lomba Tingkat 2 merupakan hasil dari strategi praise and reward.

115

Dari berbagai hasil temuan tersebut disimpulkan bahwa strategi yang digunakan untuk menanamkan nilai kemandirian pada Lomba Tingkat di antaranya adalah kedisiplinan, pemanduan, pujian dan hadiah, serta memberikan tugas ataupun dengan permainan yang dapat membentuk kemandirian anak.

Untuk tahapan penanaman nilai karakter mandiri pada kegiatan berkemah menurut hasil wawancara dan dokumen menunjukkan bahwa telah mencapai pada tahap Moral Doing

dimana telah menduduki puncak keberhasilan. Tidak hanya disekolah saja akan tetapi sikap kemandirian telah di praktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan tentunya dalam hal ini telah melalui tahap sebelumnya yaitu tahapan Moral Knowing dimana pada saat Lomba Tingkat berlangsung anggota pramuka sudah mampu membedakan mana perilaku mandiri dan yang bukan mandiri serta telah melalui tahap Moral Feeling dimana siswa sudah mampu menilai dirinya sendiri, dan semakin tahu kekurangannya.

d. Jambore

Menurut hasil penelitian dalam pelaksanaan Jambore dalam tingkat apapun selalu menggunakan strategi-strategi untuk menanamkan karakter pada kontingen Jambore tersebut. Sama halnya dengan kegiatan-kegiatan pramuka yang lain Jambore juga

116

memiliki tujuan untuk meningkatkan karakter pada anggota pramuka meskipun pelaksanaannya tidak terlalu sering seperti kegiatan yang lain akan tetapi jambore sangat berperan untuk membentuk karakter kemandirian. Berikut in adalah pendapat salah satu pembina yang membahas tentang strategi yang digunakan pada saat kegiatan jambore berlagsung.

Ustadz L : “Iya… saya pernah mengamati anak, dia mampu tapi orang tua tidak memperbolehkan anak tersebut mengikuti lomba ataupun jambore pramuka, tapi saya bilang ini tanggung jawab saya saya berikan pemahaman-pemahaman positif agar dapat mensugesti kearah yang lebih baik. Alhamdulillah waktu ikut kemah anak tersebut malah sudah mandiri dan sepulangnya dari lomba pramuka dan kebiasaan-kebiasaan saat pramuka terbawa di rumah. Ada anak yang sama sekali tidak mau makan sayur, lalu di lokasi perkemahan anak ini mau makan sayur terus ketika pulang ke rumah jadi sudah bisa makan sayur.”

Ustadz L : Ya ada metode komando, metode secara lisan dan Tanya jawab.

Peneliti : Apa itu metode komando?

Ustadz L : Komando itu contohnya seperti menekankan menyuruh anak tolong dilakukan setelah dikasih materi lalu diajarkan

Pernyataan tersebut diperkuat dengan jurnal teknis pelaksanaan jambore dimana sangat jelas menyatakan bahwa tujuan dilaksanakannya jambore adalah untuk meningkatkan kemandirian. Selain itu di dalam jurnal teknis jambore, dasar penyelenggaraannya menggunakan rencana strategi gerakan pramuka tahun 2014-2019 yang sudah matang dan disertai dengan

117

dasar-dasar hukum yang lain dan program kerja kwarnas yang sudah disetujui bersama.

Dapat disimpulkan bahwa strategi-strategi yang digunakan mencakup beberapa strategi yang hampir sama dengan strategi pada kegiatan pramuka lainnya di antaranya adalah dengan memberikan pemahaman positif, dan strategi pemanduan (cheerleading), Untuk tahapan penanaman nilai karakter mandiri pada kegiatan berkemah menurut hasil wawancara dan dokumen telah melewati beberapa tahapan sebelumnya yaitu Moral Knowing

dimana anggota pramuka yang mengikuti jamboree sudah paham benar tentang pentingnya kemandirian, selain itu juga telah melewati tahap Moral Loving bahwa anggota pramuka telah merasa bersikap mandiri merupakan kebutuhan dan kini menunjukkan bahwa telah mencapai pada tahap Moral Doing

dimana sudah mencapai puncak keberhasilan. Terbukti dengan anggota pramuka terpilih telah mempraktikkannya nilai mandiri di dalam kehidupan sehari-hari dimanapun dia berada, dengan siapa dia berinteraksi sehingga mampu menjadi contoh ataupun panutan dan dapat mempengaruhi teman-temannya kearah yang positif yaitu agar sama-sama berperilaku mandiri.

118

4. Faktor pendukung dalam mewujudkan Pendidikan karakter

Dokumen terkait