PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA
DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL-MUHAJIRIN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Eki Dwi Larasati NIM 12108241151
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
i
PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA
DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL-MUHAJIRIN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Eki Dwi Larasati NIM 12108241151
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
“Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. Dan hanya kepada Rabb-mulah hendaknya kamu berharap.”
(Q.S Al Insyirah : 6-8)
“Intelligence plus character that is the true goal of education.”
(Martin Luther King Jr.)
“Kemandirianmu membawa kebanggaan, pelajarilah perlahan, dan jadilah mandiri itu sebagai sikapmu.”
vi
PERSEMBAHAN
Teriring ucapan Alhamdulillah, karya ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dukungan material maupun
spiritual dalam penyusunan skripsi ini.
2. Almamater Universitas Negeri Yogykarta
vii
PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA
DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL-MUHAJIRIN
Oleh Eki Dwi Larasati NIM 12108241151
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDIT Al-Muhajirin. Selain itu juga mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambatnya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, wali kelas III, IV dan V, pembina pramuka dan siswa kela III, IV, V sebagai anggota pramuka. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan langkah-langkah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik dan crosscheck.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Nilai karakter kemandirian yang ditanamkan diantaranya adalah sikap disiplin, tidak bergantung pada orang lain, keberanian, kepercayaan diri, solutif dan mampu mengambil keputusan, dan bertanggung jawab. (2) Kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri pada siswa SDIT Al-Muhajirin dilakukan melalui (a) kegiatan latihan rutin pramuka, (b) kegiatan berkemah, (c) Lomba Tingkat, dan (d) jambore. Proses untuk mewujudkan pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka menggunakan strategi pemanduan (cheerleading), strategi pujian dan hadiah (praise-and-reward), strategi definisikan dan latihkan (define-and-drill) dan strategi penegakan disiplin (forced formality). Dalam hal ini kegiatan ekstr,akurikuler pramuka dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri sudah sampai pada tahap moral doing tetapi belum tercapai secara maksimal karena tidak semua siswa mempraktikkan nilai karakter mandiri itu di dalam perilakunya sehari-hari.. (3) Faktor yang mendukung yaitu adanya keingian dan kesadaran dari diri siswa, serta adanya support dari wali kelas, guru dan orang tua. (4) Faktor penghambatnya yaitu diri siswa sendiri yang terbiasa dengan kebiasaan yang buruk serta pengaruh buruk dari kondisi perlakuan orang tua dan lingkungan sekitar seperti teman sebaya dan lain-lain.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Pramuka Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin”. Penyusunan skripsi ini
disusun sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bimbingan, arahan, perhatian, pengarahan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menempuh studi di universitas ini.
2. Dekan FIP UNY yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY yang telah memberikan
ijin dalam penyusunan proposal skripsi ini.
4. Bapak Suparlan, M. Pd.I selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
5. Bapak kepala sekolah SDIT Al-Muhajirin yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan penelitian.
6. Wali kelas III, IV, dan V SDIT Al-Muhajirin yang telah bekerjasama dan
ix
7. Seluruh siswa kelas III, IV, dan V SDIT Al-Muhajirin yang telah bersedia
menjadi subjek dalam penelitian ini.
8. Bapak, Alm.Ibu dan kakakku Linda V.S dan Lukito A.P, beserta keluarga
yang selalu mendukung dan selalu menjadi motivasi.
9. Teman-teman seperjuangan kelas A yang selalu mendukung dalam
penyusunan skripsi ini.
10. Dita, Arifah, Renny, dan Tiwi, teman satu kontrakan yang selalu memberi
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabatku, Oti, Rara, Indah, Jingga, Odiza, Oppie, Arini, Dwita, Kintan,
Katrin, Atika, Erin dan Maya sahabat seperjuangan yang selalu memberi
motivasi.
12. Semua pihak yang telah membantu serta memberi dukungan dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini terdapat kekurangan dan masih
jauh dari sempurna, namun demikian penulis berharap semoga karya ini dapat
bermanfaat.
Yogyakarta, 21 Desember 2016
x DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... . vi
ABSTRAK... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 10
1. Pendidikan Karakter ... 10
a. Konsep Pendidikan Karakter ... 10
b. Nilai Karakter ... 13
c. Prinsip Menanamkan Karakter... 20
xi
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter ... 28
2. Pendidikan Karakter Mandiri ... 29
a. Konsep Pendidikan Karakter Mandiri ... 29
b. Tujuan Pendidikan Karakter Mandiri ... 33
c. Strategi Menanamkan Pendidikan Karakter Mandiri... 35
3. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka ... 38
a. Pengertian Ekstrakurikuler Pramuka ... 38
b. Fungsi Gerakan Pramuka ... 41
c. Sifat Kepramukaan ... 42
d. Prinsip Dasar Kepramukaan ... 43
e. Struktur Grakan Pramuka... 43
f. Macam-macam Kegiatan Pramuka ... 44
4. Kegiatan Pramuka yang Memuat Strategi Pembentukan Nilai Karakter Kemandirian ... 47
B. Penelitian yang Relevan ... 50
C. Kerangka Berpikir ... 52
D. Pertanyaan Penelitian ... 54
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 56
B. Subjek Penelitian ... 56
C. Setting Penelitian ... 58
1. Waktu Penelitan ... 58
2. Tempat Penelitian ... 59
D. Teknik Pengumpulan Data ... 60
1. Observasi ... 60
2. Wawancara ... 60
3. Dokumentasi ... 61
E. Instrumen Penelitian ... .. 62
F. Teknik Analisis Data... 71
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 75
B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 80
C. Hasil Penelitian ... 87
1. Nilai Karakter Kemandirian yang Ditanamkan untuk Mewujudkan Pendidikan Karakter Mandiri ... 87
a. Nilai Karakter Kemandirian yang ditanamkan ... 87
b. Persepsi Keberhasilan Penanaman Nilai Karakter Madiri ... 90
2. Nilai Karakter Kemandirian yang ditanamkan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka... ... 95
3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka ... 106
4. Faktor Pendukung dalam Mewujudkan Pendidikan Karakter Mandiri pada siswa SDIT Al-Muhajirin ... 118
5. Faktor Penghambat dalam Mewujudkan Pendidikan Karakter Mandiri pada siswa SDIT Al-Muhajirin ... 121
D. Pembahasan ... 125
E. Keterbatasan Penelitian ... 148
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 150
B. Saran ... 151
DAFTAR PUSTAKA ... 154
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1 Nilai-nilai Karakter ... 13
Tabel 2 Kiasan Dasar Pramuka ... 47
Tabel 3 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 59
Tabel 4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara... 63
Tabel 5 Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 67
Tabel 6 Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi... ... .. 71
Tabel 7 Infrastruktur SDIT Al-Muhajirin ... 75
Tabel 8 Prestasi SDIT Al-Muhajirin ... 77
Tabel 9 Sumber Data Wawancara ... 161
Tabel 10 Reduksi Hasil Wawancara ... 194
Tabel 11 Reduksi Hasil Observasi ... 249
Tabel 12 Penyajian Data dan Kesimpulan Hasil Reduksi ... 257
Tabel 13 Triangulasi Sumber ... 259
xiv
DAFTAR BAGAN
hal
Bagan 1 Bagan Tujuan Pendidikan Karakter ... 34
Bagan 2 Bagan Kerangka Berpikir ... 54
xv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 2 Kegiatan Permainan Wide Game ... 107
Gambar 3 Anggota Siaga sedang Berdiskusi ... 108
Gambar 8 Thropy Bergilir Lomba Tingkat 2 ... 114
Gambar 11 Regu Inti sedang Mengerjakan Tugas ... 113
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 158
Lampiran 2 Sumber Data Wawancara ... 161
Lampiran 3 Hasil Wawancara ... 161
Lampiran 4 Reduksi Hasil Wawancara ... 194
Lampiran 5 Hasil Observasi... 218
Lampiran 6 Reduksi Hasil Observasi ... 249
Lampiran 7 Penyajian Data dan Kesimpulan Hasil Reduksi ... 257
Lampiran 8 Triangulasi Data ... 259
Lampiran 9 Dokumentasi ... 269
Lampiran 10 Dokumen Tertulis ... 276
Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian dari FIP UNY ... 383
Lampiran 12 Surat Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa Daerah Istimewa Yogyakarta ... 384
Lampiran 13 Surat Rekomendasi Penelitian dari Bapeda Jawa Tengah... 385
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan karakter merupakan program kementrian Pendidikan
Nasional yang sedang gencar dijalankan. Pentingnya pendidikan karakter
sering diangkat dalam wacana publik karena selama ini pendidikan di
Indonesia lebih mengutamakan pengembangan kemampuan intelektual
akademis saja dan mengabaikan aspek yang sangat fundamental, yaitu
pengembangan karakter. Menurut Thomas Lickona (2012:81) karakter
memiliki tiga bagian yang berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan
moral, dan perilaku moral. Ketiga hal ini diperlukan untuk mengarahkan suatu
kehidupan moral. Dengan begitu anak dapat menilai karakter yang benar,
sangat peduli dengan karakter yang benar, dan kemudian melakukan karakter
yang benar.
Salah satu cara untuk membangun karakter adalah melalui pendidikan.
Pendidikan yang ada, baik itu pendidikan di keluarga, masyarakat, dan sekolah
harus menanamkan nilai-nilai untuk pembentukan karakter. Di dalam proses
pendidikan karakter akan melibatkan aspek perkembangan siswa, baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik sebagai suatu keutuhan dalam konteks
kehidupan kultural. Karakter tidak bisa dibentuk dalam perilaku instan.
Pengembangan karakter harus menyatu dalam proses pembelajaran yang
2
suasana pembelajaran yang transaksional dan dilandasi pemahaman secara
mendalam terhadap perkembangan siswa.
Dalam pendidikan karakter terdapat beberapa nilai-nilai karakter yang
harus dikembangkan di antaranya adalah nilai religius, jujur, bertanggung
jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa
wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta
ilmu, sadar diri, patuh pada aturan sosial, respek, santun, demokratis, ekologis,
nasionalis, pluralis, cerdas, suka menolong, tangguh, berani mengambil risiko
dan berorientsi tindakan. Dari semua nilai karakter yang telah disebutkan,
salah satu nilainya adalah nilai karakter mandiri. Mandiri didefinisikan
sebagai sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas (Kemendiknas, 2010). Kemandirian
seseorang tidak ditandai dengan usia, tetapi salah satunya dapat dilihat dari
perilakunya. Dengan begitu orang yang memiliki usia lebih dewasa belum
tentu memiliki kemandirian. Akan tetapi pendidikan karakter dikatakan
berhasil jika kesemua nilai-nilai karakter tersebut semuanya telah dimiliki oleh
para siswanya.
Salah satu upaya untuk menanamkan nilai-nilai karakter khususnya
nilai karakter mandiri, selain mengintegrasikan nilai karakter tersebut melalui
kegiatan belajar mengajar adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Salah satu
ekstrakurikuler yang dapat meningkatkan kemandirian siswa adalah
ekstrakurikuler pramuka. Seiring dengan gencarnya pelaksanaan pendidikan
3
jenjang sekolah. Sebab tujuan kegiatan kepramukaan sejalan dengan tujuan
pendidikan karakter, bahwa pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah dasar dapat menjadi sarana seorang pendidik untuk menanamkan
pendidikan Karakter.
Sesuai dengan landasan hukumnya yaitu UU No.12 Tahun 2010
tentang Gerakan kepramukaan, disebutkan bahwa pembangunan kepribadian
ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta memiliki akhlak mulia,
pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga negara. Demi
tercapainya kesejahteraan masyarakat, pengembangan potensi diri sebagai hak
asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan
pendidikan, antara lain melalui gerakan pramuka. Gerakan pramuka selaku
penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam
pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri
dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Pada undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan
Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan
akhlak mulia, melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap anggota pramuka agar
memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa
patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan
4
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila,
serta melestarikan lingkungan hidup.
Meskipun penanaman nilai-nilai karakter melalui pendidikan formal
telah digalakkan dan bahkan lama waktu kegiatan belajar mengajar (KBM)
sekolah tersebut lebih lama jika dibandingkan dengan sekolah dasar lainnya
akan tetapi nilai karakter mandiri belum terbentuk secara maksimal dalam
pribadi siswa ataupun belum mencapai tahap yang diharapkan. Adapun upaya
yang telah dilakukan oleh sekolah tersebut adalah dengan mengoptimalkan
kegiatan-kegiatan diluar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seperti halnya
merutinkan latihan Pramuka. Dengan menggunakan berbagai macam strategi
yang direncanakan, seperti mengisi kegiatan-kegiatan yang menarik,
memadukan materi kepramukaan dengan permaian-permainan yang mengarah
pada pembentukan kemandirian dan dikemas dalam berbagai macam kegiatan
Pramuka seperti latihan rutin, persami, jambore, Lomba Tingkat dan lain-lain.
Bahkan menurut hasil wawancara dengan tiga pembina pramuka dan
wali kelas III, IV dan V di SDIT Al-Muhajirin menyatakan bahwa kegiatan
pramuka dapat dan berhasil menanamkan nilai-nilai karakter mandiri secara
bertahap. Melalui berbagai macam kegiatan yang sudah direncanakan
misalnya seperti kegiatan latihan rutin yang dilaksanakan setiap minggunya
selama kurang lebih 2 jam tepatnya pada hari Sabtu pukul 07.00-09.00 WIB,
kegiatan berkemah yang rutin diselenggarakan pada pangkalan gudep setiap
tahunnya, Lomba Tingkat pada berbagai jenjang tingkatan dan Jambore.
5
tahunnya baik di tingkat Kwartir Ranting (Kecamatan) maupun Kwartir
Cabang (Kabupaten), bahkan sempat mewakili Kwarcab dalam Lomba
Tingkat III pada tingkat Kwartir Daerah (Provinsi) dalam hal ini tingkat Kedu,
Hal ini tentunya mendukung keberhasilan pendidikan karakter mandiri karena
pelaksanaan kegiatan pramuka yang dilaksanakan menuntut siswa untuk
bersikap mandiri telah memiliki pencapaian yang baik atau mencapai tujuan
yang dikehendaki.
Hal ini membuktikan bahwa Pramuka di SDIT AL-Muhajirin dapat
membantu membentuk karakter mandiri pada siswa karena pramuka memiliki
andil yang besar dalam membentuk kepribadian siswa yang berkarakter dan
bermoral baik sesuai dengan landasan hukumnya. Diharapkan dengan rutinnya
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka, siswa dapat lebih mandiri dari
sebelumnya. Serta diharapkan apabila semakin berprestasi dalam bidang
kepramukaan, nilai karakter mandiri semakin melekat pada diri siswanya.
Melalui kegiatan-kegiatan Pramuka yang beragam dan selalu
berkembang dapat membentuk siswa yang berkarakter dan memiliki perilaku
yang bertanggung jawab sebagai generasi muda penerus bangsa. Dengan
perilaku dan moral yang baik maka kondisi bangsa dan negara akan lebih baik
pula, maka peniliti melakukan penelitian yang berjudul Pendidikan Karakter
Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah Dasar Islam
6 B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1. Belum optimalnya penanaman nilai karakter mandiri melalui pendidikan
formal di sekolah.
2. Nilai karakter mandiri tidak bisa dibentuk secara instant.
3. Pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.
4. Strategi kegiatan ekstrakurikuler Pramuka yang digunakan untuk
menanamkan pendidikan karakter mandiri.
5. SDIT Al-Muhajirin selalu mengukir prestasi dalam bidang Kepramukaan.
6. Adanya faktor pendukung pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pramuka.
7. Adanya faktor penghambat pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pramuka.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah, dan dapat dikaji maka
perlu pembatasan masalah. Penelitian ini difokuskan pada pendidikan karakter
mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDIT Al-Muhajirin.
Selain itu juga mengkaji tentang faktor pendukung dan penghambat dari
7 D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin?
2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pendidikan
karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka?
E. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin.
2. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat dalam
pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka
F. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a) Sebagai salah satu alternatif untuk mewujudkan Pendidikan Karakter
Mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler Kepramukaan.
b) Sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang
membahas Pendidikan Karakter.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, Manfaat penelitian yang berjudul Pendidikan
Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah
8
a) Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat menambah wawasan peneliti. Selain
itu, melalui penelitian ini peneliti dapat mengasah kemampuan
dalam mengkaji dan menganalisis permasalahan yang ada
secara lebih dalam.
b) Bagi Pembina Pramuka
Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan masukan bagi
pembina pramuka dalam mengoptimalkan pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler Pramuka yang sangat memegang
peranan penting dalam pembentukan karakter siswa.
c) Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak
sekolah terkait beberapa hal, di antaranya sebagai berikut :
1) Guru
Guru agar dapat membantu Pembina Pramuka untuk
mengatasi merosotnya moral sebagian siswa melalui
pendidikan Karakter agar mengarah pada hal yang semakin
positif dengan menumbuhkan minat siswa untuk mengikuti
Kegiatan Kepramukaan sehingga siswa jauh lebih mandiri.
2) Siswa
Bagi siswa yang menjadi obyek penelitian
diharapkan dapat meningkatkan Pendidikan Karakter
9
yang salah satunya adalah dengan mengikuti Pramuka,
sehingga tertanam nilai karakter kemandirian pada dirinya.
3) Kepala Sekolah
Kepala Sekolah dapat mengambil
kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kegiatan kepramukaan yang
10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Karakter
a. Konsep Pendidikan Karakter
Berdasarkan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya. Untuk memiliki kekuatan spiritiual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.
Menurut Ki Hadjar Dewantara (1977:20) yang dinamakan
pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.
Adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya. Selain itu mengartikan pendidikan sebagai daya upaya
memajukan budi pekerti dan pikiran jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup. Oleh karena itu Ki Hajar Dewantara
menciptakan konsep “Tringa” yang meliputi ngerti (kognitif), ngrasa
(afektif), dan nglakoni (psikomotorik). Dalam pendidikan untuk
mencapai cita-cita dibutuhkan pengertian, kesadaran dan kesungguhan
11
dirasakan dan disadari, dan tidak aka nada artinya jika tidak
dilaksanakan dan tidak diperjuangkan.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di
dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang
berlangsung sepanjang hayat (life long process), dari generasi ke
generasi. Dan pendidikan, sangat bermakna bagi kehidupan individu,
masyarakat, dan suatu bangsa. (Siswoyo, 2011 :54). Dari beberapa
pendapat mengenai pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan pembelajaran dengan
ditandai dengan adanya transformasi pengetahuan yang berlangsung
setiap saat, untuk mencapai sebuah tujuan yang bermakna bagi
kehidupan.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1997:281), Karakter
diartikan sebagai sifat-sifat kewajiban, tabiat, watak, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Menurut Dali
Gulo (1982:29) Dalam kamus psikologi, karakter adalah kepribadian
yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran
seseorang yang biasanya mempunya kaitan dengan sifat-sifat yang
relative tetap. Menurut Thomas Lickona (1992:22) karakter merupakan
sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat
alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku
12
karakter mulia lainnya. Lickona menekankan tiga hal dalam mendidik
karakter, yang dirumuskan dengan indah :knowing, loving, and acting
the good. Menurutnya keberhasilan pendidikan karakter dimulai
dengan pemahaman karakter yang baik, mencintainya, dan
pelaksanaan atau peneladanan atas karakter baik itu.
Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh
dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya
(Winton, 2010:43). Pendidikan karakter menurut Burke (2001) dalam
Samani (2013:43) semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran
yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan
yang baik.
Jadi dapat disimpulkan Pendidikan karakter adalah proses
pemberian tuntunan kepada siswa dengan mengintegrasikan berbagai
aspek. Di antaranya adalah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk
menjadi manusia yang seutuhnya berkarakter dalam semua dimensi
yang bertujuan untuk mewujudkan kebaikan dan berkontribusi positif
dalam kehidupan sehari-hari adalah melalui pendidikan karakter yang
diinternalisasikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Dengan
demikian diharapkan krisis karakter bangsa ini bisa segera diatasi
karena pendidikan karakter sendiri merupakan salah satu tujuan
pendidikan nasional.
13 b. Nilai Karakter
Nilai-nilai karakter meliputi nilai karakter pokok dan
nilai-nilai karakter utama. Nilai-nilai-nilai karakter inilah yang kemudian dipilih
untuk diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan
materi yang akan disampaikan. Berdasarkan Kemendiknas (2010:19)
berikut ini nilai-nilai karakter pokok yaitu: a) nilai kereligiusan, b)
nilai kejujuran, c) nilai kecerdasan, d) nilai ketangguhan, e) nilai
kedemokratisan, f) nilai kepedulian, g) nilai nasionalisme, h) nilai
kepatuhan pada aturan sosial, i) nilai menghargai keberagaman, j) nilai
kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, k) nilai berpikir
logis, kritis, kreatif dan inovatif, dan l) nilai kemandirian.
Adapun menurut Kementrian Pendidikan nasional Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (2010), indikator
keberhasilan sekolah dan kelas dalam pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa diuraikan sebagai berikut :
Tabel 1. Nilai- nilai karakter
NILAI DESKRIPSI INDIKATOR
SEKOLAH INDIKATOR KELAS
Religius Sikap dan
perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksana ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Merayakan hari-hari besar keagamaan Memiliki
fisilitas yang dapat digunakan untuk beribadah.
Memberika
n
kesempata
Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.
Memberikan
14 n kepada semua peserta didik untuk melaksana kan ibadah.
Jujur Perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
Menyediak
an fasilitas tempat temuan barang hilang. Tranparasi
laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala.
Menyediak
an kantin kejujuran.
Menyediak
an kotak saran dan pengaduan. Larangan
membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian.
Menyediakn
fasilitas tempat temuan barang hilang.
Tempat
pengumuman barang temuan atau hilang. Transparansi
laporan keuangan dan penilaian kelas secara berkala. Larangan
menyontek.
Toleransi Sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Mengharga
i dan memberika n perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedak an suku agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan kemampua n khas.
Memberikan
pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.
Memberikan
pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus. Bekerja dalam
15
Memberika
n perlakuan yang sama terhadap stakeholder tanpa membedak an suku, agama, ras, golongan, status sosial dan status ekonomi.
Disiplin Tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Memiliki catatan kehadiran
Memberika
n penghargaa n kepada warga sekolah yang disiplin Memiliki
tata tertib sekolah.
Membiasak
an warga sekolah untuk berdisiplin.
Menegakka
n aturan dengan memberika n sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah.
Menyediak
an peralatan praktik sesuai program studi keahlian
Membiasakan
hadir tepat waktu.
Membiasakan
mematuhi aturan.
Mengguna
kan pakaian praktik sesuai dengan program studi keahlianny a.
Penyimpan
an dan pengeluara n alat dan bahan (sesuai proram studi keahlian) .
16 mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. suasana sekolah yang menantang dan memacu untuk bekerja keras. Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang kerja.
kondisi etos kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar. Menciptakan suasana belajar yang memacu daya tahan kerja.
Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang giat bekerja dan belajar.
Kreatif Berpikir dan
melakukan sesuatau untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berpikir dan bertindak kreatif.
Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya piker dan bertindak kreatif.
Pemberian tugas yang menantang munculnya karya-karya baru baik yang autentik maupun modifikasi.
Mandiri Sikap dan
perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta didik. Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja mandiri.
Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Melibatkan warga sekolah dalam setiap pengambilan keputusan. Menciptakan suasana sekolah yang menerima perbedaan. Pemilihan kepengurusan OSIS secara terbuka. Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah dan mufakat. Pemilihan kepengurusan kelas secara terbuka. Seluru produk kebijakan melalui musyawarah dan mufakat. Mengimplementasik an model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif. Rasa Ingin
Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat,
Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah. Memfasilitasi warga
17
dan didengar. sekolah untuk
bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik).
Semangat
Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Melakukan upacara rutin sekolah Melakukan upacara hari-hari besar nasional Meyelengggarakn peringatan hari kepahlawanan nasional Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah. Mengikuti lomba pada hari besar nasional
Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbed suku, etnis, status sosial-ekonomi Mendiskusikan hari-hari besar nasional.
Cinta Tanah
Air Cara berpikir yang
menunjukkan, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Menggunakan produk dalam negeri Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar Menyediakan informasi Indonesia.
Memajangkan : foto presiden dan wakil presiden, bendera negra, lambing Negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia Menggunakan produk buatan dalam negeri. Menghargai
Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah. Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik. Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi. Menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi. Bersahabat/K
omunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senag berbicar, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antarwarga sekolah. Berkomunikasi dengan bahasa yang
18 santun. Saling menghargai dan menjaga kehormatan. Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban. Guru mendengarkan keluhan-keluhan peserta didik. Dalam berkomunikasi, guru tidak menjaga jarak dengan peserta didik
Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman, tenteram dan harmonis. Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan. Membiasakan perilaku waga sekolah yang tidak bias gender. Perilaku seluruh warga sekolah yang penuh kasih sayang.
Menciptakan suasana kelas yang damai.
Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan.
Pembelajaran yang tidak bias gender. Kekerabatan di kelas yang penuh kasih sayang
Gemar
Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
Program wajib baca Frekuensi
kunjungan perpustakaan Menyediakan fasilitas dan suasana menyenangkan untuk membaca.
Daftar buku atau Tulsan yang dibaca peserta didik. Frekuensi kunjungan perpustakaan. Saling tukar bacan. Pembelajaran yang memotivasi anak menggunakan referensi.
Peduli
Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah. Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan
Menyediakan kamar mandi dan air bersih Pembiasaan hemat energy
Membuat biopori di area sekolah. Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik. Melakukan
Memelihara lingkungan kelas Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas
Pembiasaan hemat energi
19
pembiasaan memisahkan jenis sampah organic dan anorganik. Penugasan pembuatan kompos dari sampah organic. Penanganan limbah hasil praktik (SMK). Menyediakan peralatan kebersihan. Membuat tendon penyimpanan air. Memrogamkan cinta bersih lingkungan. Peduli Sosial Sikap dan
tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan Memfasilitasi kegiatan bersifat sosial. Melakukan akal sosial. Menyediakan fasilitas untuk menyumbang. Berempati kepada sesame teman kelas. Melakukan aksi sosial Membangun kerukunan warga kelas. Tanggung
jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dlam bentuk lisan maupun tertulis. Melakukan tugas tanpa disuruh. Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat. Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas. Pelaksanaan tugas piket secara teratur. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah.
Mengajukan usul pemecahan masalah.
Dapat disimpulkan dari sekian banyak nilai karakter yang
dikemukakan oleh beberapa ahli di atas terdapat nilai yang harus
dicapai khususnya untuk siswa sekolah dasar di antaranya adalah nilai
20
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Dengan dimilikinya nilai-nilai karakter pokok tersebut diharapkan
siswa siap mengahadapi permasalahan-permasalahan masa depan
Indonesia sehingga tercapailah kesejahteraan yang aman dan damai.
c. Prinsip Menanamkan Karakter
Menurut Lickona (dalam Kemendiknas 2010:11)
mengemukakan sebelas prinsip yang dapat diterapkan agar nilai-nilai
karakter dapat disampaikan secara efektif, kesebelas prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukung
fondasi karakter yang baik;
2) Definisikan karakter secara komprehensif yang mencakup pikiran,
perasaan dan perilaku;
3) Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja dan proaktif
dalam pengembangan karakter;
4) Ciptakan komunikasi sekolah yang penuh perhatian;
5) Beri peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral;
6) Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yag
menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter dan
membantu peserta didik untuk berhasil;
21
8) Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral
yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya
untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing
pendidikan peserta didik;
9) Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan
dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter;
10) Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
upaya pembangunan karakter;
11) Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik
karakter dan sejauh mana peserta didik memanifestasikan karakter
yang baik.
Selain itu ada beberapa prinsip yang bisa dijadikan pedoman
bagi promosi pendidikan karakter di sekolah (Doni : 218-220, 2010).
a. Karakter ditentukan oleh apa yang dilakukan, bukan apa
yang dikatakan atau diyakini.
b. Setiap keputusan yang diambil menentukan akan menjadi
orang seperti apa.
c. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu
dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya
bisa saja harus membayarnya secara mahal, sebab
22
d. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan
oleh orang lain sebagai patokan diri akan tetapi memilih
patokan yang lebih baik.
e. Apa yang dilakukan itu memiliki makna dan transformative
bahwa seorang individu dapat mengubah dunia.
f. Imbalan untuk mereka yang memiliki karakter baik adalah
bahwa pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia
menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni.
Dari prinsip prinsip yang telah dikemukakan para ahli di
atas dapat disimpulkan bahwa karakter ditentukan dengan perilaku
diri yang hendak dilakukan. Dalam mengambil keputusan apa yang
harus dilakukan baiknya harus mengembangkannilai-nilai etika inti
dan nilai-nilai kinerja pendukung fondasi karakter yang baik.
Prinsip-prinsip di atas hendaknya dapat dijadikan pedoman
bagi pendidik agar penyampaian nilai-nilai karakter dapat
terintegrasikan dengan baik dan berjalan dengan optimal. Selain
dilaksanakan oleh pihak sekolah sebagai lembaga formal juga
dibutuhkan kerjasama yang melibatkan semua komponen baik
keluarga, sekolah dan masyarakat secara umum. Dengan demikian
penyampaian dan pembinaan karakter terhadap peserta didik dapat
23
d. Tahap – tahap Pembentukan Karakter
Dalam pendidikan karakter terbentuknya akhlak mulia dalam
diri setiap peserta didik ada tahapan strategi yang harus dilalui.
Lickona (2013,74-87) menjelaskan mengenai tahapan pendidikan
karakter dalam sebuah model yang dikenal dengan “components of
good character”, meliputi :
1. Moral Knowing / Pengetahuan Moral
Pengetahuan moral ini maksudnya adalah seorang
mengetahu mana yang baik dan buruk. Dimensi yang
termasuk dalam moral knowing termasuk dalam ranah
kognitif, di antaranya kesadaran moral, pengetahuan
tentang nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran
moral, keberanian mengambil keputusan, dan pengetahuan
diri. Tujuannya diorientasikan pada penguasaan
pengetahuan tentang nilai-nilai. Dalam pengetahuan moral
ini peserta didik harus mampu membedakan nilai-nilai
akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal
juga memahami secara logis dan rasional pentingnya
akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan.
2. Moral Feeling / Perasaan Moral
Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi
peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter.
24
harus rasakan oleh peserta didik yaitu kesadaran akan jati
diri, percaya diri, kepekaan terhadap derita orang lain,
cinta kebenaran, pengendalian diri, dan rendah hati.
Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta
dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia.
Dalam tahapan ini menjadi sasaran guru adalah
dimensi emosional peserta didik, hati, atau jiwa. Bukan lagi
akal, rasio dan logika. Guru menyentuh emosi siswa
sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan
dalam diri siswa. Untuk mencapai tahapan ini guru bisa
memasukinya dengan kisah-kisah yang menyentuh hati atau
modeling. Hal itu dapat dengan menggunakan cerita rakyat
tema budaya local atau cerita kepahlawanan. Selain itu guru
juga dapat melakukan keteladanan. Melalui tahap ini pun
peserta didik diharapkan mampu menilai diri sendiri dan
semakin mengetahui kekurangan-kekurangannya.
3. Moral Doing / Tindakan Moral
Tindakan moral merupakan hasil dari dua
komponen moral yaitu moral knowing dan moral feeling.
Agar dapat terdorong untuk berbuat baik maka harus
memenuhi tiga aspek karakter, yaitu kompetensi,
25
adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan
moral ke dalam tindakan moral yang afektif.
Dalam moral doing ini diharapkan peserta didik
dapat mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia dalam
perilakunya sehari-hari. Jika hal tersebut sudah tercapai
maka tindakan selanjutnya adalah pembiasaan dan
pemotivasian.
Selain itu Menurut Abdul Majid (2013:112) dalam pendidikan
karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap siswa
terdapat tiga tahapan yang harus dilalui di antaranya :
1) Moral Knowing / Learning to know
Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan
karakter. Dalam tahapan ini tujuan diorientasikan pada
penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Siswa harus
mampu: a) membedakan nilai-nila akhlak mulia dan akhlak
tercela serta nilai-nilai universal; b) memahami secara logis dan
rasional (bukan secara dogmatis dan doktriner) pentingnya
akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan.
2) Moral Loving / Moral Feeling
Belajar mencintai dengan melayani orang lain. Belajar
mencintai dengan cinta tanpa syarat. Tahapan ini dimaksudkan
untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap
26
guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa, bukan
lagi akal, rasio dan logika. Guru menyentuh emosi siswa
sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan. Melalui
tahapan ini pun siswa mampu menilai dirinya sendiri, dan
semakin tahu kekurangannya.
3) Moral Doing / Learning to do
Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa
mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya
sehari-hari. Siswa menjadi semakin sopan, ramah, hormat,
penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih dan sayang, adil serta
murah hati dan seterusnya. Selama perubahan akhlak belum
terlihat dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu pula
kita memiliki setumpuk pertanyaan yang harus selalu dicari
jawabannya.
Pembentukan karakter diklasifikasikan dalam 5 tahapan yang
berurutan dan sesuai usia (Budimansyah, 2010:137) yaitu:
1) Tahap pertama adalah membentuk adab, antara usia 5
sampai 6 tahun. Tahapan ini meliputi jujur, mengenal
antara yang benar dan yang salah, mengenal antara yang
baik dan yang buruk serta mengenal mana yang
diperintahkan, misalnya dalam agama.
2) Tahap kedua adalah melatih tanggung jawab diri antara usia
27
menjalankan kewajiban shalat, melatih melakukan hal yang
berkaitan dengan kebutuhan pribadi secara mandiri, serta
dididik untuk selalu tertib dan disiplin sebagaimana yang
telah tercermin dalam pelaksanaan shalat mereka.
3) Tahap ketiga adalah membentuk sikap kepedulian antara
usia 9 sampai 10 tahun. Tahapan ini meliputi diajarkan
untuk peduli terhadap orang lain terutama teman-teman
sebaya, dididik untuk menghargai dan menghormati hak
orang lain, mampu bekerjasama serta mau membantu orang
lain.
4) Tahap keempat adalah membentuk kemandirian, antara usia
11 sampai 12 tahun. Tahapan ini melatih anak untuk belajar
menerima resiko sebagai bentuk konsekuensi bila tidak
mematuhi perintah, dididik untuk membedakan yang baik
dan yang buruk.
5) Tahap kelima adalah membentuk sikap bermasyarakat,
pada usia 13 tahun ke atas. Tahapan ini melatih kesiapan
bergaul di masyarakat berbekal pada pengalaman
sebelumnya. Bila mampu dilaksanakan dengan baik, maka
pada usia yang selanjutnya hanya diperlukan
penyempurnaan dan pengembangan secukupnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap pembentukan
28
tahun diorientasikan pada penguasaan tentang nilai-nilai dengan
membentuk adab dan mengenal baik buruk. Kemudian usia 7
hingga 10 tahun merupakan tahapan untuk menumbuhkan rasa
cinta dan butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dan pada tahap
ini dilatih untuk bertanggung jawab serta membentuk sikap
kepedulian. Dan untuk usia 11tahun ke atas memasuki tahapan
dimana siswa mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam
perilakunya sehari-hari dengan membentuk sikap mandiri dan
sikap bermasyarakat.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter indivdu pada umumnya melalui berbagai
proses dan memiliki banyak sekali faktor-faktor yang berperan ketika
pembentukan karakter tersebut berlangsung. Interaksi seseorang
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa V. Campbell
dan R. Obligasi menyatakan bahwasanya terdapat beberapa faktor
yang berpengaruh dalam pembentukan karakter, yaitu:
1) Faktor keturunan
2) Pengalaman masa kanak-kanak
3) Pemodelan oleh orang dewasa atau orang yang lebih tua
4) Pengaruh lingkungan sebaya
5) Lingungan fisik dan sosial
6) Substansi materi di sekolah dan lembaga pendidikan lain.
29
Pendapat lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan karakter juga diungkapkan ole Sjarkawi (2006:19-20)
yang mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi dua, yaitu:
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
orang itu sendiri. Faktor internal itu biasanya merupakan faktor
biologis. Faktor biologis yang dimaksud dapat membentuk
karakter seseorang bukan hanya faktor genetic tetapi juga
faktor fisiknya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya berasal dari
lingkungan seseorang seperti keluarga, sekolah, masyarakat.
Maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi pembentukan karakter mandiri dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal yang berasal
dari diri pribadi dan faktor eksternal yang berasal dari
lingkungan sekitar. Seperti lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan sosialnya.
2. Pendidikan Karakter Mandiri
a. Konsep Pendidikan Karakter Mandiri
Karakter adalah tabiat, perangai, dan sifat-sifat karakter
30
kepribadian sendiri. Karakter dalam konteks pendidikan seringkali
mengacu pada bagaimana “kebaikan” seseorang. Sehingga seseorang
yang dianggap memiliki karakter yang baik akan mampu menunjukkan
sebagai kualitas pribadi yang patut serta pantas sesuai dengan yang di
inginkan dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai suatu konsep akademis, karakter memiliki makna
substansif dan proses psikologis yang sangat mendasar. Lickona
(1992:50) merujuk pada konsep good character yang dikemukakan
oleh aristoteles menegaskan bahwa karakter adala “… the life of right
conduct- right conduct in relation to other persons and in relation to
oneself”. Dengan kata lain, karakter dapat dimaknai sebagai kehidupan
berperilaku baik atau penuh kebajikan, yakni berperilaku baik terhadap
pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta) dan
terhadap diri sendiri.
Menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang
memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu
atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan
dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak priginal/kreatif, dan
penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa
percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan
tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana
31
yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan
sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan
sesamanya (Antonius, 2002:145).
Hasan Basri mengemukakan kemandirian arti psikologis dan
mentalis juga mengandung pengertian keadaan seseorang dalam
kehidupannya mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa
bantuan orang lain. Kemandirian juga dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sendiri
atau sedikit bimbingan, sesuai dengan tahap perkembangan dan
kapasitasnya. Secara operasional menurut Steinberg (dalam Yusuf,
2001) aspek kemandirian ini terdiri dari beberapa indikator yaitu
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan tanpa campur
tangan orang lain (changes in decision making abilities), dan memiliki
kekuatan terhadap pengaruh orang lain (changes in comformity and
susceptibility to influence), serta memiliki rasa percaya diri dalam
mengambil keputusan (self reliance in decision making).
Steinberg (1995:289) membagi kemandirian dalam tiga tipe,
yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian
behavioral atau tingkah laku (behavioral autonomy), dan kemandirian
nilai (values autonomy). Kemandirian emosional adalah aspek
kemandirian yang berhubungan dengan perubahan hubungan dengan
seseorang khususnya orang tua, dimana anak mengembangkan
32
kekanak-kanakan dan ketergantungan terhadap orang tua. Kemandirian
perilaku merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan
mengambil keputusan. Kemandirian nilai merupakan yang paling
kompleks, tidak jelas bagamana proses berlangsung dan
pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya
tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit
dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya.
Dan ciri-ciri kemandirian menurut Antonius (2002:145) adalah
sebagai berikut:
a. Percaya diri
b. Mampu bekerja sendiri
c. Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan
kerjanya
d. Meghargai waktu
e. Tanggung Jawab
Sedangkan Tabrani (2003:67-69) menuliskan bahwa anak yang
memiliki kepribadian mandiri memiliki ciri-ciri berikut:
a. Memiliki cita-cita
b. Memanfaatkan kesempatan
c. Percaya diri sendiri
d. Berusaha keras untuk meraih sukses
33
Menurut Paul Suparno dalam Ratna Megawangi (2007:40)
menguraikan empat aspek dalam karakter mandiri di antaranya adalah :
a. Keberanian untuk mengambil keputusan secara jernih dan
benar
b. Mengenal kemampuan diri
c. Membangun kepercayaan diri
d. Menerima keunikan diri.
Maka dapat disimpulkan bahwa mandiri adalah sikap individu
yang bertindak sesuai dengan keinginannya dan mampu
mempertanggung jawabkan hasil tindakan tersebut sesuai dengan tahap
perkembangan dan kapasitasnya tanpa adanya bantuan orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter mandiri
adalah proses pemberian tuntunan kepada siswa untuk menjadi
manusia yang seutuhnya berkarakter mandiri yang bertujuan untuk
mewujudkan sesuatu yang dikehendaki tanpa adanya bantuan dari
orang lain.
b. Tujuan Pendidikan Karakter Mandiri
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap
satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik
34
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta
mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Menurut Anisah (2007:9), Pendidikan karakter bertujuan
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat, dan warga Negara yang baik.
Pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi memiliki tujuan
agar setiap pribadi semakin menghayati individualitasnya, mampu
menggapai kebebasan yang dimilikinya sehingga ia dapat semakin
bertumbuh sebagai pribadi maupun sebagai warga negara yang bebas
dan bertanggung jawab. Bahkan sampai ada tingkat tanggung jawab
moral integral atas kebersamaan hidup dengan yang lain di dalam
dunia. (Zainal, 2011:64)
Tujuan lain adanya Pendidikan Karakter adalah sebagai
penawar penyakit sosial yang mewabah dan menjangkiti semua lapisan
masyarakat. Serta menjadi sebuah jalan keluar bagi pelaksanaan
perbaikan mental masyarakat secara luas. Tujuan Pendidikan karakter
mandiri yaitu agar siswa mempunyai kesadaran dan tanggung jawab
yang lebih besar dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, dan
memandang permasalahan sebagai tantangan yang harus dihadapi.
Fungsi pendidikan karakter adalah :
1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik,
35
2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang
mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil,
masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha dan media massa.
(Narwanti ,2011 : 89)
Sedangkan fungsi lain pendidikan karakter mandiri adalah
siswa dapat lebih bertanggung jawab dan menghargai waktu dalam
setiap tugas yang sedang diembannya. Fungsi lainnya adalah
mengembangkan pancadaya kemanusiaan siswa bagi tegaknya hakikat
manusia pada dirinya sendiri dalam bingkai dimensi kemanusiaan.
c. Strategi Menanamkan Pendidikan Karakter Mandiri
Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan,
method or series of activities designed to achieve a particular
educational goal (J.R David, 1976). Jadi, dengan demikian strategi
dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
(Wina Sanjaya, 2008:126)
Strategi adalah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai
tujuan, sedangkan tak tik adalah lagkah-langkah tertentu yang
ditempuh untuk melaksanakan. Strategi dikembangkan untuk
memenangkan tujuan, dan tak tik dikembangkan untuk memenangkan
36
kemudahan bagi subyek untuk melakukan eksplorasi dan penemuan
diri, serta mencapai proses dan hasil-hasil yang bermakna
(Ridwan,2004:187)
Strategi pengembangan kemandirian adalah suatu perencanaan
yang telah disusun sedemikian rupa secara terperinci, berisi tentang
rangkaian kegiatan sistematik untuk mengembangkan nilai karakter
mandiri bagi siswa sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Menurut Whitley, 2007 dalam Samani 2013, dalam kaitannya
dengan metodologi, strategi yang umum diimplementasikan pada
pelaksanaan pendidikan karakter di Negara-negara barat antara lain
adalah strategi pemanduan (cheerleading), pujian dan hadiah (
praise-and-reward), definisikan dan latihkan (define-and-drill), penegakan
disiplin (forced-formality) dan juga perangai bulan ini (traits of the
month).
Sesuai dengan Design Induk Pendidikan karakter yang
dirancang Kementrian Pendidikan Nasional (2010) dalam samani 2013
strategi pengembangan pendidikan karakter yang akan diterapkan di
Indonesia antara lain melalui transformasi budaya sekolah dan
habituasi melalui kegiatan ekstrakurikuler. Strategi ini sejalan pula
dengan pemikiran Elkind dan Sweet (2004). Bahwa implementasi
pendidikan karakter melalui transformasi budaya dan perikehidupan
sekolah, dirasakan lebih efektif daripada mengubah kurikulum dengan
37
Menurut Hermann Holsten (1984:38) Strategi yang digunakan
untuk mengembangkan kemandirian di antaranya adalah :
a) Memberikan pemahaman positif pada diri anak, yaitu
memberikan kepercayaan dan tanggung jawab siswa.
b) Mendidik anak agar terbiasa bersih dan rapi, menyiapkan
penyimpanan, memberi contoh, dan menjelaskan konsekuensi
hidup jika tidak rapi dan tidak bersih.
c) Memberikan permainan yang dapat membentuk kemandirian
anak.
d) Memberi anak pilihan sesuai minatnya.
e) Membiasakan anak berperilaku sesuai dengan tata karma.
f) Memotivasi anak supaya tidak malas-malasan
g) Memberi pujian terhadap hasil yang dicapai siswa.
h) Mengadakan program parenting
Jadi dapat disimpulkan strategi pengembangan mandiri yang tepat
adalah melalui transformasi budaya melalui kegiatan pengembangan diri
yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, dimana nilai-nilai
kemandirian dapat dikembangkan secara efektif, khususnya dalam hal ini
strategi pengembangan kemandirian yang nyata adalah melalui kegiatan
38 3. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka
a. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka
Menurut Moh. Uzer Usman (2011:148), kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan belajar yang waktunya diluar waktu
yang telah ditetapkan dalam susunan program seperti kegiatan
pengayaan, perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler atau
kegiatan lain yang bertujuan memantapkan pembentukan kepribadian
seperti kegiatan pramuka, usaha kesehatan sekolah, Palang Merah
Indonesia, olahraga, kesenian, koperasi sekolah, peringatan hari-hari
besar agama/nasional, dan lain-lain.
Novan Ardy Wiyani (2012:110) menyebutkan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang tercangkup dalam
kurikulum yang dilaksanakan di luar mata pelajaran untuk
mengembangkan bakat, minat, kreativitas, karakter siswa di sekolah.
Maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di luar jam kegiatan belajar
mengajar yang bertujuan untuk memantapkan kepribadian dan
mengembangkan bakat ataupun minat siswa.
Gerakan Pramuka yang nama lengkapnya adalah gerakan
pendidikan kepanduan Praja Muda Karana, disingkat dengan Gerakan
Pramuka. Pengertian ini tertuang dalam Buku Anggaran Dasar/
Anggaran Rumah Tangga Pramuka bahwa, “Gerakan Pendidikan
39
organisasi yang membantu pemerintah dan masyarakat dibidang
pendidikan anak-anak, para remaja, dan pemuda/pemudi di luar
lingkungan keluarga dan di luar sekolah.
Menurut Mertoprawiro Soedarsono (1992:20), bahwa kata
pramuka merupakan rangkaian dari tiga kata yaitu pra adalah singkatan
dari praja yang berarti rakyat atau warga Negara, mu adalah singkatan
dari muda yang berarti belum dewasa dan ka adalah singkatan karana
yang artinya adalah perbuatan, penghasilan, aksi, tindakan, upacara,
perusahaan, alat, pengertian, badan, pesawat. Merujuk dari pengertian
di atas, dapat disimpulkan bahwa gerakan pramuka adalah gerakan
rakyat atau warga Negara yang masih muda yang sanggup dan mampu
berkarya.
Pramuka merupakan salah satu lembaga yang ditugaskan untuk
menyelenggarakan pendidikan kepanduan. Sebenarnya eksistensinya
ada hampir di setiap lembaga resmi misalnya Kepolisisan, Dinas
Kesehatan, Perhutani, dan semua lembaga pendidikan. Sebenarnya
tugas yang diemban pramuka sangat kuat sebab hal ini tertuang dalam
Kepres RI nomor 238 tanggal 20 Mei 1961. Kepres tersebut memuat
tentang Gerakan Pramuka Indonesia sebagai satu-satunya badan atau
lembaga yang ditugaskan untuk menyelenggarakan pendidikan
kepanduan kepada anak-anak dan Pemuda Indonesia.
Kegiatan Pramuka dalam proses belajar mengajarnya memiliki
40
pendidikan luar sekolah. Sudjana (2010: 89-95), memperinci lebih jauh
bahwa Pendidikan Luar Sekolah memiliki komponen, proses dan
tujuan: masukan lingkungan (environment input), masukan sarana
(instrumental input), masukan mentah (raw input), proses pendidikan
melalui pembelajaran, keluaran (output), masukan lain (other input),
pengaruh (outcome).
Pendidikan kepramukaan bersifat non formal, yaitu pendidikan
yang dilaksanakan di luar sekolah. Hal ini seperti diuraikan Sudjana
(2010:21), bahwa “Pendidikan non formal ialah kegiatan terorganisasi
dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan
secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih
luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di
dalam mencapai belajarnya.”
Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka
agar menjadi: (1) Manusia yang memilki : kepribadian yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berjiwa
patriotic, taat hukum, disiplin dan menjunjung tinggi nilai nilai luhur
bangsa; kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia; Jasmani yang sehat
dan kuat; dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. (2) warga Negara
Republik Indonesiayang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota
41
sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas
pembangunan bangsa dan Negara.
Kegiatan Pramuka itu sangatlah penting dan bermanfaat untuk
mendidik kedisiplinan siswa, seperti yang tertuang dalam Dasa
Dharma Pramuka, bahwa Pramuka itu; (1) Taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (2) Cinta alam dan kasih sayang sesame manusia, (3)
Patriot yang sopan dan kesatria, (4) Patuh dan suka bermusyawarah,
(5) Rela menolong dan tabah, (6) Rajin,terampil dan gembira, (7)
Hemat, cermat, dan bersahaja, (8) Disiplin, berani, dan setia, (9)
Bertanggung Jawab dan dapat dipercaya, (10) Suci dalam pikiran
perkataan dan perbuatan.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
ekstrakurikuler adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah
dalam bentuk kegiatan yang dinamis dan menarik di alam terbuka
dengan prinsip dasar membentuk manusia yang berkarakter,
berkepribadian, berakhlak mulia dan terampil. Sehingga mampu
menjalankan kewajiban terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan mengamalkan pancasila.
b. Fungsi Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka juga mempunyai beberpa fungsi. Dijelaskan
oleh Pusdiklatda (2011: 18) bahwa fungsi kepramukaan adalah:
1) Bagi peserta didik, sebagai permainan (game) yang menarik,
42
2) Bagi pembinaan pramuka atau anggota pramuka dewasa, sebagai