BAB III: PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
B. TEMUAN PENELITIAN
1. Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Ditanamkan oleh Orang
Muhaimin (1983:7) mendeskripsikan bahwa nilai adalah sesuatu yang
dianggap memiliki harga bagi sekelompok orang tertentu.
Nilai itu sendiri adalah hakikat suatu hal yang menyebabkan hal itu
dikejar oleh manusia. Nilai juga berarti keyakinan yang membuat
seseorang bertindak atas dasar pilihannya.
Dengan demikian, penanaman nilai-nilai yang dimaksud disini adalah
proses penanaman dan penghayatan nilai kedalam jiwa seseorang sehingga
dapat tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari seseorang. Nilai yang
telah dihayati tersebut kemudian dapat menyatu pada kepribadian
Pendidikan sebagai suatu proses spiritual, akhlak, intelektual dan
sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,
prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan (Langgulung, 1988:62).
Pendidikan adalah suatu usaha yang berproses berisikan bimbingan
yang akan mengarahkan seseorang pada perubahan sikap intelektual dan
sosial.
Pendidikan Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu mewujudkan eksistensinya
sebagai kholifah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran al-Qur‟an
dan sunnah sehingga terciptanya insan kamil (Arief, 2002:16).
Menurut Achmadi mendefinisikan pendidikan Islam adalah segala
usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber
daya insan yang berada pada subjek didik menuju terbentuknya manusia
seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam atau dengan istilah
lain yaitu terbentuknya kepribadian muslim (Achmadi, 1992:14).
Adapun menurut Chabib Thoha (1996:99) mendefinisikan pendidikan
Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori
yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan berdasaarkan
nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam al-Qur‟an dan Hadits.
2. Tunagrahita
Anak tunagrahita merupakan satu dari golongan anak luar biasa.
penglihatan), tunarungu (penyandang hambatan pendengaran), tunagrahita
(penyandang gangguan perkembangan intelegensi), tunadaksa
(penyandang hambatan fisik dan gerak), tunalaras (berperilaku aneh), anak
berbakat dan anak berkesulitan belajar.
Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki
kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai
hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya
(Apriyanto, 2012:21-28).
Sementara, pemerintah RI memiliki istilah resmi dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 72 tahun 1991, yaitu tunagrahita merujuk pada
anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental (Pratiwi, 2013:46).
Aqila Smart (2012:49) menuturkan bahwa anak tunagrahita ditandai
dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita yaitu seorang yang
memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya dan
mempunyai kesulitan dalam berkomunikasi dan interaksi sosial. Sehingga
mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
F. Tinjauan Pustaka
Terkait dengan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada anak
tunagrahita hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian penulis
Penelitian Rizqi Nurul Ilmi tentang Strategi Komunikasi Guru dalam
Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama pada Anak Penyandang
Tunagrahita di SLB-C Tunas Kasih I Kabupaten Bogor Tahun 2013. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa adalah adanya bentuk strategi komunikasi
yang digunakan oleh guru untuk mengajar kepada murid penyandang
tunagrahita, cara atau strategi yang digunakan berupa metode ceramah yang
mana guru terlihat lebih aktif untuk penanaman nilai-nilai agama islam pada
anak penyandang tunagrahita di SLB Tunas Kasih I Kabupaten Bogor.
Komunikasi verbal dan non verbal juga digunakan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar. Adanya materi agama yang diajarkan kepada murid SLB
Tunas Kasih I Kabupaten Bogor, dan materi ajar pun disesuaikan dengan
kondisi anak muridnya karena keterbatasan mental yang dimiliki menjadi
upaya dan faktor penentu keberhasilan komunikasi guru dalam penanaman
nilai-nilai agama pada anak penyandang tunagrahita di SLB Tunas Kasih I
Kabupaten Bogor.
Penelitian V Tri Mulyani W tentang Penanaman Nilai Pada anak cacat
mental mampu didik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh
kesimpulan guru diharapkan dapat memberikan penjelasan maupun
contoh-contoh konkret tentang nilai-nilai baik buruk, berguna tidak berguna, disiplin,
jujur, bijaksana, dan sebagainya. Dalam proses penanaman juga, guru
diharapkan memberikan penjelasan singkat mengingat anak cacat mental
didik sangat miskin dalam perbendaharaan kata, guru akan ditiru oleh siswa,
mengajar hendaknya juga menggunakan berbagai metode. Dalam pemakaian
alat peraga misalnya dapat menggunakan warna-warni yang menyolok.
Penanaman nilai hendaknya dimulai sedini mungkin, sehingga menjadi suatu
kebiasaan.
Penelitian Siti Nur Hidayah tentang Pendidikan Agama Pada Anak
Tunagrahita (Studi Terhadap Sistem Pembelajaran PAI di SLB A, B, C, D
Muhammadiyah Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2011). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Guru di SLB B A,B,C,D Muhammadiyah Susukan dalam
menyampaikan, materi kepada siswa menggunakan beberapa metode
pembelajaran diantaranya meliputi metode ceramah,tanya jawab, pemberian
tugas dan demonstrasi. Selain itu, guru dalam menyampaikan materi kepada
siswa dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan dilakukan secara
berulang-ulang sampai siswa benar-benar paham terhadap materi yang
disampaikan oleh guru.
Skripsi yang ditulis oleh Siti Farihah, Jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Yogyakarta Tahun 2006 yang
berjudul “Upaya Orang Tua Dalam Mendidik Anak Autis (Perspektif Pendidikan Islam)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
upaya orang tua dalam mendidik anak autis dalam proses perkembangan
motorik, komunikasi, sosial dan kognitif serta metodenya. Hasil dari
penelitian menujukkan untuk mendidik perkembangan anak autis, orang tua
melalui terapi okupasi, terapi wicara, sosialisasi, terapi edukasi, reward dan
punishment, metode pembiasaan, dan metode cerita.
Dari beberapa penelitian diatas, memang cukup banyak tulisan ilmiah
yang hampir sama dengan tema Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh
orang tua. Sehingga dari beberapa penelitian yang ada tersebut dapat saling
melengkapi satu sama lain.
Pada penelitian ini, penulis menekankan tentang penanaman nilai-nilai
pendidikan Islam yang diterapkan orang tua pada anaknya yang merupakan
anak tunagrahita yang bersekolah di SMPLB Negeri Salatiga
G. Metode Penelitian
Metode lahir dari kata methodos (Yunani) atau methodus (Latin); kata ini
terbentuk dari kata meta (melampaui) dan hodos (jalan). Kata ini
sekurang-kurangnya mengandung dua arti pokok, yaitu (1) jalan atau cara untuk
melakukan sesuatu, prosedur tertentu untuk mengajar atau meneliti; (2)
keteraturan dan tatanan dalam bertindak, pikiran, sistem untuk melakukan
sesuatu. Di dalam metode terdapat jalan, aturan, dan sistem yang mengatur
unsur-unsur yang saling terkait dalam satu rangkaian kerja (Chang, 2014: 12)
Metode penelitian adalah cara yang dipandang sebagai cara mencari
kebenaran secara ilmiah. Penelitian ilmiah merupakan penyaluran hasrat ingin
tahu manusia (Kasiram, 2008:31). Jadi, secara umum, metode penelitian
adalah serangkaian langkah-langkah dan arah yang pasti dalam rangkaian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Disini
penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan
penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah
yang ada relevansinya dengan penelitian ini.
Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif, yaitu kajian berbagai studi dan
kumpulan berbagai jenis materi empiris, seperti studi kasus, kisah hidup,
pengalaman personal, pengkuan introspektif, wawancara, artifak, berbagai
teks dan produksi kultural, pengamatan, sejarah, interaksional, dan berbagai
teks visual (Setiawan, 2007: 5).
Menurut Strauss dan Corbin (2007:4) istilah penelitian kualitatif
dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa
tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga Salatiga yang dalam prosesnya
menggambarkan dan menganalisis dari hasil data yang diperoleh peneliti
atau menggambarkan permasalah yang akan diteliti secara mendalam.
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti kualitatif kedudukan peneliti sebagai instrumen utama.
Kehadiran peneliti dilapangan untuk melakukan pengamatan dan
diperlukan peneliti guna untuk melengkapi data penelitian. Dalam penelitian
ini, peneliti terjun langsung ke lapangan tanpa mewakilkan kehadirannya
pada orang lain agar data dari informan didapat secara akurat.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPLB Negeri Salatiga dan di rumah
orang tua anak tunagrahita dan dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2016
sampai 20 September 2016. Dengan alasan, peneliti ingin mengetahui
bagaimana cara orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam
pada anak tunagrahita.
4. Sumber dan Jenis Data
Mengungkapkan sebuah karya ilmiah haruslah berdasarkan fakta dan
data yang nyata, baik diperoleh secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu, dalam penelitian ini dapat memperoleh data melalui data primer
dan data sekunder.
a. Data Primer
Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau
tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang
diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti
menggunakan data ini untuk memperoleh informasi langsung tentang
bagaimana cara orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan
Islam pada anak tunagrahita.
Adapun sumber data langsung penulis dapatkan dari para orangtua,
Dalam hal ini penulis mengambil 10 orang tua wali sebagai
responden utama, wakil kepala sekolah, dan guru PAI SMLB Negeri
Salatiga sebagai sumber pelengkap.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam
sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula
rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi
pemerintah. Data ini dapat berupa buletin, majalah, publikasi dari
berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil survei, studi historis, dan
sebagainya. Data sekunder yang diperoleh penulis adalah data siswa
tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga dan profil keluarga siswa
tunagrahita.
Penulis menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
wawancara langsung dengan para narasumber.
5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
2011:186). Ada kalanya wawancara dilaksanakan secara individu
Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang
penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada anak
tunagrahita yang bersekolah di SMPLB Negeri Salatiga dengan
pihak-pihak yang terkait.
b. Observasi
Metode observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki
(Sukandarrumidi,2004:69). Metode ini penulis gunakan sebagai alat
bantu dalam penelitian.
Observasi di dasarkan atas pengamatan langsung. Teknik observasi
juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mengamati perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
sebenarnya. Observasi juga dapat memungkinkan peneliti mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional
maupun pengetahuan yang langsung di peroleh dari data (Moleong,
2008:174).
Adapun pada teknik ini penulis gunakan untuk mencari data
bagaimana proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua
pada anak tunagrahita yang bersekolah di SMPLB Negeri Salatiga
Salatiga. Dengan ini, penulis akan mengadakan observasi pada pihak
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar, maupun elektronik (Sukmadinata, 2012: 221).
Guba dan Lincoln mendefinisikan antara dokumen dan record.
Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang
atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau
mengajukan akunting. Sedangkan dokumen adalah setiap bahan tertulis
ataupun film (Moleong, 2011:216).
Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data atau data gambar
tentang bagaimana penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang
tua pada anak tunagrahita yang bersekolah di SMPLB Negeri Salatiga.
d. Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang di pelajari, dan memutuskan
apa yang diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2011: 248).
Pengumpulan dan analisis data bersifat interaktif, berlangsung
dalam lingkaran yang saling tumpang tindih. Langkah-langkahnya biasa
disebut strategi pengumpulan dan analisis data. Teknik yang digunakan
fleksibel, tergantung pada strategi terdahulu yang digunakan dan data
Gambar 3.1: Analisis data model interaktif
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif,
yakni cara analisis yang menggunakan kata-kata untuk menjelaskan
fenomena-fenomena yang diperoleh dalam suatu penelitian. Pada tahap
pertama, peneliti sebisa mungkin untuk memperoleh data
sebanyak-banyaknya yang berkaitan dalam penelitian, dimana peneliti
mengumpulkan berbagai data dari orang tua siswa tunagrahita dan dari
pihak SMPLB Negeri Salatiga.
Setelah itu, data-data yang telah diperoleh kemudian direduksi
dengan memilah, memusatkan dan menyederhanakan data yang sudah
diperoleh sebelumnya. Miles (1992:16) mengungkapkan bahwa proses
reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian kualitatif
berlangsung. Melalui tahap ini, akan terlihat mana saja data yang
diperlukan untuk mengetahui bagaimana penanaman nilai-nilai
pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri
Setelah direduksi, data yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan
kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi maupun narasi, karena jenis
penelitian yang peneliti lakukan yaitu kualitatif deskriptif. Setelah
penyajian data disusun secara sistematis, dilanjutkan tahap selanjutnya
yaitu penarikan kesimpulan sesuai rumusan masalah yang ditetapkan
pada awal penelitian.
6. Pengecekan Keabsahan Temuan
Lexy J.Moleong (2011: 326-327) mengungkapkan masing-masing
teknik pengecekan diuraikan terlebih dahulu ikhtisarnya. Ikhtisar itu terdiri
dari kriteria yang di cek dengan satuatau beberapa teknik pengecekan
tertentu. Kriteria-kriteria mencakup kredibilitas (derajat kepercayaan),
kepastian (uraian rinci), kebergantungan, dan kepastian (audit kepastian).
Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara mendalami
wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subjek dan memperhatikan
suatu peristiwa secara lebih cermat. Hasil analisis sementara selalu
dikonfirmasikan dengan informasi baru yang diperoleh dari sumber lain.
Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang
berbeda, misalnya observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang
masing-masing dibandingkan sebagai upaya pengecekan temuan.
Dalam memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan
teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009:331).
1) Trianggulasi sumber data
Trianggulasi sumber data untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2011:241).
2) Trianggulasi metode
Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan
data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama (Moleong, 2011:331)
7. Tahap-tahap Penelitian
Tahap ini terdiri atas tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan,
tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.
1. Tahap Pralapangan
Tahap ini terdiri dari enam tahapan yaitu: menyusun rancangan
penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurusi perizinan, menjajaki
dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan
perlengkapan penelitian, dan persoalan etika penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahapan ini terdiri dari tiga bagian yaitu: memahami latar
penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan berperan serta
sambil mengumpulkan data yang akan di cari tentang penanaman
nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada anak tunagrahita yang
3. Tahap Analisis Data
Pada bagian ini yang dibahas adalah prinsip pokok, tetapi tidak
akan dirinci bagaimana cara analisis data itu dilakukan karena ada bab
khusus yang mempersoalkannya. Yang di uraikan tentang analisis data
dikemukakan pada bab berikutnya (Moleong, 2011:127-148).
4. Tahap Penulisan laporan
Langkah-langkah yang harus di lakukan antara lain:
1. Menyusun materi data sehingga bahan-bahan itu dapat secepatnya
tersedia apabila di perlukan.
2. Penyusunan kerangka laporan.
3. Mengadakan uji silang antara indeks bahan data dengan kerangka baru
yang di susun.
Setelah pekerjaan tersebut selesai, barulah peneliti siap menghadapi
penulisan yang sebenarnya dengan mengikuti kerangka yang telah disusun
itu (Moleong, 2011: 361-362).
H. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka dibuat
sistematika penulisan skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang dimaksud
adalah:
BAB I: Pendahuluan meliputi: Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka,
BAB II: Pada bab ini lebih banyak memberikan tekanan pada kajian atau
landasan teoritis dalam menunjang permasalahan penanaman nilai-nilai
pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri
Salatiga
BAB III: Pada bab ini akan dikemukakan tentang profil orang tua dan bentuk
gambaran umum penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada
anak tunagrahita yang bersekolah di SMPLB Negeri Salatiga
BAB IV: Pada bab ini berisi pemaparan data beserta analisis deskriptif
penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam oleh orang tua pada anak
tunagrahita yang bersekolah di SMPLB Negeri Salatiga
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penanamaman Nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai Pendidikan Islam
Nilai merupakan ukuran untuk menentukan apakah sesuatu itu baik
atau buruk. Nilai-nilai tersusun secara hirarkis dan mengatur rangsangan
kepuasan hati dalam mencapai tujuan kepribadiannya (Sauri & Hufad,
2007: 46).
Sidi Gazalba berpendapat sebagaimana dikutip oleh Muhaimin
(1996:110) bahwa nilai bersifat ideal, abstrak, dan tidak dapat disentuh
oleh panca indra. Sedangkan yang dapat ditangkap hanya barang atau
tingkah laku yang mengandung nilai tersebut. Nilai juga bukan fakta yang
berbentuk kenyataan dan konkret. Oleh karena itu, masalah nilai bukan
soal benar dan salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau
tidak.
Dalam kaitannya dengan kejiwaan, nilai ialah sesuatu yang
diinginkan. Seberapa besar keinginan terhadap sesuatu menentukan kadar
nilainya. Misalnya bagi orang yang hampir mati kehausan, air sangat
dibutuhkan, maka nilai air sangat tinggi, lebih tinggi dibandingkan emas
dan berlian. Sedang, bagi orang lain yang tidak haus, nilai air biasa saja
Dengan demikian, nilai merupakan sesuatu yang diyakini
kebenarannya dan dijadikan sebagai acuan seseorang maupun masyarakat
dalam menentukan suatu perkara atau tindakan yang dianggap baik. Nilai
sebagai pendorong dalam kehidupan seseorang yang bermakna dan akan
mewarnai kehidupan seseorang.
Sedangkan, penanaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti proses, cara, perbuatan menanam, menanami atau menanamkan
(KBBI, 2007: 1134).
Istilah penanaman sama halnya dengan internalisasi. Dalam hal ini,
menurut Langgulung (1988:365-371) mengungkapkan bahwa penghayatan
(internalizazion) adalah satu jenis proses belajar dimana manusia-manusia
atau hal-hal tertentu menjadi perangsang bagi seseorang untuk
mengamalkan atau menghayati nilai-nilai tertentu dan perbuatan itu
mendapat ganjaran dari dalam perbuatan itu sendiri.
Dengan kata lain, seseorang merasa puas sebab mengerjakan
pekerjaan itu dan merasa tidak enak jika tidak mengerjakan pekerjaan itu.
Motivasi untuk menghayati nilai atau kepercayaan tertentu adalah
keinginan untuk benar. Maka, penghayatan atau penanaman terhadap suatu
ajaran yang kemudian akan mempribadi dalam diri seorang individu yang
tercermin dalam perilaku yang diwujudkannya..
Pendidikan merupakan sebagai suatu proses spiritual, akhlak,
memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan
(Langgulung, 1988:62).
Pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir (2001:32) adalah bimbingan
yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Sedangkan menurut Muhaimin dan Mujib (1993:136) pendidikan
Islam adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai pada diri anak didik melalui penumbuhan dan pengembangan
potensi fitrahnya gun mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup
dalam segala aspeknya. .
Dengan demikian, penanaman nilai pendidikan Islam yang dimaksud
disini adalah proses penghayatan nilai agama Islam kedalam jiwa
seseorang sehingga dapat tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari
seseorang. Nilai yang telah dihayati tersebut kemudian dapat menyatu
pada kepribadian seseorang.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan adalah suatu proses yang berisikan bimbingan yang akan
mengarahkan seseorang pada perubahan sikap dan kepribadian seorang
Muslim. Sedangkan pendidikan agama Islam merupakan usaha yang lebih
khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan
(religiousitas) subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan
Dengan ini, pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar sebagai
landasan acuan. Melalui dasar ini, kemudian akan memberikan arah bagi
pelaksana pendidikan yang akan dipraktikkan. Untuk itu, dasar terpenting
dari pendidikan Islam dalam menentukan arah adalah al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah (hadis) sebagai sumber utama yang berisi nilai
kebenaran dalam Islam.
Selain itu, Azyumardi Azra (2002:9) juga mengungkapkan bahwa
nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan
al-Qur‟an dan sunnah juga merupakan dasar pendidikan Islam. Dengan
catatan nilai-nilai tersebut akan mendatangkan kemanfaatan dan
menjauhkan kemudharatan bagi manusia.
Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Sa‟id Ismail Ali,
sebagaimana dikutip Langgulung terdiri dari atas 6 macam, yaitu:
al-Qur‟an, sunnah, qaul al-shahabat, masalih al-mursalah, urf dan pemikiran
hasil ijtihad intelektual muslim (Al-Rasyidin, 2005:35). Al-Qur‟an