• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

B. Penyajian dan Analisis Data

Setelah melakukan proses penelitian dan memperoleh data di lapangan dengan berbagai teknik pengumpulan data yang digunakan, mulai dari data yang umum hingga data yang spesifik. Selanjutnya data-data tersebut akan dianalisis secara tajam dan kritis dengan harapan dapat memperoleh data yang akurat. Secara berurutan akan disajikan data-data yang mengacu kepada fokus penelitian. Data yang akan digali adalah data tentang Penerapan Program Manasik Haji dalam Pembentukan Karakter Siswa di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2016/2017.

Sesuai dengan fokus penelitian di awal, maka data-data yang telah diperoleh dari lapangan akan disajikan sebagai berikut :

1. Penerapan Program Manasik Haji dalam Pembentukan Karakter Siswa Hubunganya dengan Allah SWT di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2016/2017.

Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso merupakan Madrasah Ibtidaiyah Swasta dimana melaksanakan pembelajaran keagamaan tersebut demi menciptakan sekolah yang berstandart dunia akhirat, banyak program kegiatan kegamaan yang diselengarakan di madrasah ini salah satunya ialah kegiatan manasik haji.

Latar belakang penerapan kegiatan keagamaan manasik haji dalam pembentukan karakter siswa di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso merupakan hal yang dijadikan landasan yang kuat diadakan kegiatan keagamaan manasik haji di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso dalam pembentukan karakter siswa baik karakter siswa hubunganya dengan Allah SWT dan hubunganya dengan diri sendiri.

Kegiatan keagamaan ini berangkat dari pembelajaran fiqh yang mana guru disini tidak ingin memberikan pemahaman sebatas materi saja melainkan dengan pembelajaran melibatkan praktek siswa. Diantaranya adalah pelaksanaan manasik haji pada saat sehari sebelum hari Raya Idul Adha. Para siswa kelas empat dan lima Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso pada hari itu bersiap-siap melaksanakan manasik haji sehari penuh.

Sebagaimana telah disampaikan oleh Fausi selaku Kepala Madrasah di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso yang menyatakan:

Salah satu misi Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa ini madrasah menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang berorientasi pada terbentuknya peserta didik yang beriman, bertaqwa, dan berakhlaq mulia atas dasar nilai-nilai Islam. Serta membangun kultur keteladanan, kebersamaan, kedisiplinan, dan keikhlasan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan mengadakan program manasik haji yang mana berangkat dari pembelajaran fiqh dikelas materi tentang haji.60

Selain Fausi, Muhammad Zakariyah selaku guru fiqh juga mengatakan hal yang senada. Berikut pernyataannya :

Madrasah ini menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang berorientasi pada terbentuknya peserta didik yang beriman, bertaqwa, dan berakhlaq mulia atas dasar nilai-nilai Islam dengan cara membiasakan diri mewujudkan pola hidup Islami serta mampu berprilaku yang baik sebagai cermin akhlaqul karimah di lingkunganya serta membekali siswa untuk siap berkompetisi meraih prestasi duniawi dan ukhrowi.61

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa Madrasah Ibtidaiyah At-taqwa bukan hanya menyelengarakan pendidikan umum saja melainkan madrasah ini mengemas suatu program pendidikan dan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik yang beriman, bertaqwa, berakhlaq mulia atas dasar nilai-nilai islam dengan cara membiasakan diri mewujudkan polah hidup Islami serta membekali siswa siap berkompetisi meraih prestasi duniah dan ukrowinya.

60 Fausi, wawancara, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 20 Januari 2017

61 Muhammad Zakariyah, wawancara, 21 Januari 2017 , Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso.

Penyajian data tentang Penerapan Program Manasik Haji dalam Pembentukan Karater Siswa Hubunganya dengan Allah SWT di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso bisa dilihat pada penyajian data sebagai berikut :

Manasik haji adalah faktor yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap muslim terutama calon jama’ah haji, agar kepergianya untuk menunaikan ibadah haji itu benar-benar dibekali dengan pengertian dengan pengetahuan yang cukup dengan ibadah yang merupakan rukun Islam yang kelima itu.

Bagi siswa ibadah haji dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari materi yang senantiasa diberikan dan diperkenalkan kepada siswa melalui teori yang begitu padat, dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan, materi tersebut hanya diberikan secara teoritis saja, sehingga target yang di harapkan siswa maupun guru tidak tercapai.

Berikut pernyataaan dari Fausi selaku Kepala Madrasah di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso , beliau menyatakan :

Memberikan pendidikan keagamaan dengan menanamkan sedini mungkin kepada peserta didik tentang kewajiban haji bagi setiap muslim. Dalam hal ini penerapan pendidikan karakternya dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakulikuler dan kokulikuler dengan bernuansa keagamaan.62

62 Fausi, wawancara, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 20 Januari 2017

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Muhammad Zakariyah selaku guru Fiqh kelas 4,5 dan 6 Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso. Muhammad Zakariyah menyatakan :

Berangkat dari pembelajaran fiqh bab haji. Guru disini ingin menanamkan sedini mungkin kepada peserta didik tentang kewajiban haji bagi setiap muslim. Penerapanya dilakukan melalui kegiatan ekstrakulikuler dan kokulikuler dengan nuansa keagamaan. MI At-taqwa ini pada dasarnya merupakan sekolah yang memiliki banyak program keagamaan. Akan tetapi, salah satunya program manasik haji ini mampu membentuk karakter siswa, sebagaimana membentuk siswa yang religus, beriman, memiliki akhlaq yang mulia. 63

Berikut pernyataaan dari Fausi menegaskan kembali selaku Kepala Madrasah di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, beliau menyatakan :

Dalam lingkungan pendidikan yang seimbang antara pengetahuan dan agama beserta prakteknya tentu diadakanya program keagamaan manasik haji ini akan memperdalam keimanan dan pembentukan karakter religus pada siswa. Dan tentunya kegiatan itu akan sangat melekat nantinya pada diri siswa itu sendiri. Yang nantinya harapan setelah diadakan kegiatan manasik haji ini nilai-nilai karakter itu tetap melekat pada diri siswa tersebut dikehidupan sehari-harinya.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui dalam pemberian pendidikan keagamaan pun tentang kewajiban haji bagi setiap muslim harus ditanamkan kepada peserta didik dengan memberikan pendidikan sedini mungkin.

Pendidikan dituntun bisa menjadi sahabat bagi peserta didik, tidak cukup hanya mengajar dan membebani peserta didik dengan materi yang

63 Muhammad Zakariyah, wawancara, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 21 Januari 2017.

padat tanpa jelas implementasinya dalam kehidupan nyata. Untuk kegiatan ekstrakulikuler dan kokulikuler melalui kegiatan keagamaan, pihak sekolah harus membuka diri terhadap dunia luar, dengan menyelenggarakan kegiatan keagamaan seperti manasik haji dengan menghadirkan narasumber atau pemateri dari orang yang mempunyai kreadibilitas serta integritas keilmuan tentang manasik haji dan keteladanan akhlaq terutama yang hubunganya dengan Allah SWT.

Sebagaimana telah disampaikan oleh Sri Agustini selaku wali kelas 1 dan sekaligus pendamping manasik haji kelas 4 di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso yang menyatakan :

Penerapan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakulikuler dan kokulikuler dengan menerapkan kegiatan keagamaan dilingkungan madrasah, seperti dalam bentuk kegiatan manasik haji. Pada kegiatan tersebut bentuk penerapanya yang hubungan dengan Allah SWT adalah sebagai pemantapan keimanan sebagai renungan tentang kebesaran Allah SWT. Serta pemantapan akhlaq mulia berbusana muslim/muslimah dengan menggunakan pakaian ikhrom pada pelaksanaan manasik haji, yang nantinya setelah pelaksanaan manasik haji ini selesai siswa mengerti penerapan nilai-nilai yang terkandung pada kegiatan tersebut. Contohnya dengan siswa memakai pakaian ihrom pada pelaksanaan manasik haji semuanya sama memakai baju muslim putih sebagaimana kita manusia dihadapan Allah itu sama tidak ada beda satu dengan yang lainya. 64

Pernyataan senada disampaikan oleh Muhammad Zakariyah selaku guru Fiqh kelas 4,5 dan 6 Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso.

Muhammad Zakariyah menyatakan :

Penerapan manasik haji dalam membentuk pendidikan karakter yang hubunganya dengan Allah SWT melalui kegiatan keagamaan di madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa. Tentunya apabila diterapkan

64 Sri Agustin, wawancara, 23 Januari 2017, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso

pada mata pelajaran fiqh, bentuk penerapanya adalah sebagai penguatan fiqh/ ibadah seperti pelaksananan peragaan manasik haji. Sebagai pemantapan akidah (keimanan) renungan tentang pelaksanaan ibadah haji di tanah suci di Mekkah serta kebesaran Allah SWT, yang nantinya bisa diterapkan setelah pelaksanaan manasik haji yakni arti keimanan kepada Allah bahwasanya seorang siswa harus selalu berbuat baik tidak boleh mengganggu teman. Sebagai pembelajaran sejarah peradapan Islam melalui kegiatan manasik haji yang pelaksanaanya bersamaan dengan hari besar perayaan hari raya Idul adha. 65

Pernyataan senada juga oleh Aliya siswi kelas 4 dan Zahra siswi kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah At-taqwa Bondowoso. Aliya dan Zahra menyatakan :

Manasik haji yang diselenggarakan kemarin bersama teman-teman dan para guru dilaksanakan pada malam hari raya idul adha. Kami melaksanakan sesuai dengan apa yang dikerjakan jamaah haji pada waktu itu di Mekkah. Menggunakan baju ihrom untuk siswa laki-lakinya dan untuk perempuan menggunakan baju putih. Dari awal pelaksanaan kami dibimbing guru untuk meperagakan manasik haji yakni rukun Islam yang ke lima.66

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter hubunganya dengan Allah SWT. Sebagaimana dalam pemberian pendidikan keagamaan pun bahwa segala aktivitas harus berdasarkan nilai-nilai agama.

Guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam menerapkan pendidikan karakter sehingga peserta didik berkarakter (religius dan berakhlaq mulia) bukan hanya pada waktu pelaksanaan berlangsung sebagaimana nilai karakter tersebut bisa dipraktekkan pada kehidupan sehari-hari siswa.

65 Muhammad Zakariyah, wawancara, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 21 Januari 2017

66 Aliya dan Zahra, wawancara, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 19 Januari 2017

Berikut ini pernyataan dari Sri Agustini selaku pendamping manasik haji tentang nilai karakter yang dapat dibentuk dalam program tersebut. Sri Agustin menyatakan :

Sebagaimana program ini dibuat guru disini ingin menanamkan karakter religius. Dimana guru ingin sisiwa meneladani kisah Nabi Ismail as. Bahwasanya pada kisah Nabi Ismail pada waktu itu ada tiga nilai yang bisa dipetik hikmahnya. Pertama, kepatuhan seorang ayah kepada Allah SWT yang rela menyembelih anaknya sendiri atas perintah Allah SWT. Kedua, keikhlasan seorang ibu yang mana beliau telah menantinanti sosok buah hati, setelah dia memiliki dia harus merelakan atas perintah Allah. Ketiga, ketaatan seorang anak yakni Nabi Ismail as kepada orang tuanya dia rela disembelih demi menjalankan perintah dari Allah. 67

Pernyataan senada juga oleh Ali wafa selaku pendamping manasik haji kelas 5 di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso. Ali wafa menyatakan :

Nilai religius yang dapat diambil dalam kegiatan ini kami selaku guru-guru dan para siswa berdoa bersama sebagaimana. Didalam kegiatan manasik haji tersebut terdapat doa-doa memohon agar yang berada disini yang melaksanakan manasik haji maupun kaum muslim lainya agar di panggil ke baitullah untuk melaksanakan haji yang sebenarnya di Mekkah Madinah disana.68

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Nilai karakter pada penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter hubunganya dengan Allah SWT adalah karakter religius yang dalam penerapanya selain nilai-nilai karakter itu dibentuk dalam pelaksanaan manasik pada waktu itu, tetapi sisiwa mampu menerapkan nilai-nilai tersebut pada kegiatan sehari- hari siswa disekolah maupun dirumah.

67 Sri Agustini, wawancara , Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 23 Januari 2017

68 Ali wafa, wawancara , Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 24 Januari 2017

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi tersebut dapat dianalisis bahwa Penerapan program manasik haji dalam membentuk karakter siswa yang hubunganya dengan Allah SWT di madrasah ibtidaiyah at-taqwa Bondowoso melalui kegiatan keagamaan, Bahwasanya madrasah ini menyelenggrakan program manasik haji berangkat dari pembelajaran fiqh. Dimana guru dalam hal ini tidak ingin hanya memberikan pemahaman kepada siswa dengan monoton teori saja tanpa adanya praktel. Oleh karena itu guru disini memberikan pendidikan keagamaan tentang kewajiban haji bagi setiap muslim sedini mungkin ditanamkan kepada peserta didik. Yang diterapkan pada mata pelajaran mata pelajaran fiqh, bentuk penerapanya adalah sebagai penguatan fiqh/

ibadah bahwasanya ibadah haji adalah termasuk rukun Islam yang ke lima sebagaimana orang islam mampu wajib melaksanakan ibadah tersebut selain ibadah wajib lainya,sebagai pemantapan akidah (keimanan) renungan tentang pelaksanaan ibadah haji di tanah suci di Mekkah serta kebesaran Allah SWT. Sebagai pengetahuan sejarah peradapan Islam melalui kegiatan manasik haji, serta sebagai pemantapan akhlak mulia.

2. Penerapan Program Manasik Haji dalam Pembentukan Karakter Siswa Hubunganya dengan Diri Sendiri di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Kabupaten Bondowoso tahun pelajaran 2016/2017.

Secara garis besar berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan disetiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Pendidikan nasional

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang dekmokratis dan bertanggung jawab.

Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Dalam hal ini karakter adalah masalah yang paling menonjol dari aspek yang melekat pada diri seseorang.

Karakter bisa berubah dan dipengaruhi oleh suatu situasi atau peristiwa yang terjadi. Karakter melekat pada diri seseorang melalui bagaimana pemahaman yang dimunculkan terhadap suatu hukum atau ketentuan. Sebagaimana ibadah ritual memiliki tingkatanya yang dimaknai oleh seseorang dalam menjalankanya.

Berikut ini data disampaikan oleh Ali wafa tentang penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter siswa hubunganya dengan diri sendiri di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso dengan melihat kondisi karakter siswa, sebagai berikut :

Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting dilakukan oleh sekolah/madrasah untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah/madrasah.

Contohnya penyelenggaraan program manasik haji di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa ini. Dalam program ini siswa diajarkan untuk memiliki karakter dalam hubunganya dengan diri sendiri seperti bertanggung jawab atas segala tugastugasnya sebagai siswa dan anak ,disiplin akan segala tugas-tugas yang diberikan orang tua dan guru, berusaha mandiri tanpa bantuan orang lain dan bekerja keras tidak pantang menyerah.69

69 Ali wafa, wawancara, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 24 Januari 2017

Berdasarkan pernyataan dari Ali wafa dapat diketahui bahwa penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter siswa hubunganya dengan diri sendiri di mana siswa dapat meningkatkan daya nalar dan memberikan pengalaman belajar untuk mereka terlebih dalam hal peragaan manasik haji. Berbeda pendapat dengan, Sri Agustini menyatakan :

Karakter anak dikembangkan melalui tahap pengetahuan, pelaksanaan dan kebiasaan. Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuanya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kegiatan tersebut. Dan bahwa salah satu alasan pelaksanaan kegiatan manasik haji ialah selain membentuk karakter religius melainkan ingin membentuk siswa yang disiplin, bertanggung jawab, mandiri, bekerja keras. Dan siswapun bisa menerapkan karakter tersebut pada kegiatan setelah pelaksanaan manasik haji contohnya dalam kehidupan sehari-harinya seperti disiplin saat upacara hari senin, pada pelaksanaan sholat dluha dan sebagainya.

Pernyataan Sri Agustini lebih dominan kepada pelaksanaan yang memuat praktek yang dapat meningkatkan kinerja psikomotorik pada anak dan kinerja anak akan lebih maksimal apabila adanya kerjasama dengan teman dan guru.

Hal yang serupa juga peneliti dapatkan pada saat observasi wawancara bersama Fausi selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso bahwasanya siswa sebelum melaksanakan program manasik haji itu siswa diberi persiapan oleh madrasah yang dilakukan oleh para guru selaku pembimbing/ tutor sekitar 3 bulan sebelum pelaksanan

program manasik haji berlangsung. Dimana semua guru di beri pengarahan atau pelatihan selam 2 hari oleh ketua LKBHI oleh KH Ahmad shodiq.70

Hari pertama pelatihan apa saja bacaaan manasik haji untuk hari berikutnya peraganya. Pada siswa 3 bulan sebelum hari pelaksanaanya siswa diberi selebaran bacaan dan tata cara manasik haji. Dan semua itu diberikan pada seluruh siswa kelas 4 dan 5 untuk dipelajari. Kiat guru dalam mengajarkan itu semua diberikan pada saat jam membaca Al-quran, yang diawali bel masuk siswa mengaji dilanjut membaca asmaul husna, kemudian membaca Al-Quran selanjutnya guru memberikan contoh dan pehaman dilanjut guru men-drill hafalan bacan yang diperlukan pada pelaksanaan manasik haji. Menjelang satu bulan siswa diberi jadwal untuk mempergakannya sebelum hari pelaksanaan berlangsung.71

Berdasarkan paparan data tersebut dapat diketahui bahwa prinsip memperhatikan karakter siswa dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa dan meningkatkan kemampuan invidu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Allah SWT dan dirinya sendiri. Tetapi dalam pelaksanaannya prinsip tersebut kurang adanya oleh orangtua karena orangtua tidak peduli terhadap pembelajaran disekolah/ madrasah dan menyerahkan semuanya kepada guru terutama dalam hal pembelajaran yang melibatkan praktek.

70 Fausi, wawancara, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 20 Januari 2017

71 Observasi , 23 Desember 2016 diruang kepala Madrash Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso

Selain prinsip memperhatikan karakter siswa yang hubunganya dengan diri sendiri. Program manasik haji ini merupakan Sebagai Syiar Islam di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, memberikan pengalaman praktis atau pembelajaran praktek langsung tentang ibadah haji dan umrah kepada siswa, guru, wali murid dan masyarakat di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso.

Serta sebagai sarana taqarrub kepada Allah SWT agar segera dipanggil untuk bisa melaksanakan ibadah haji.

Penerapan program manasik haji dalam membentuk karakter yang hubunganya dengan diri sendiri merupakan salah satu bentuk nilai-nilai karakter yang berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma sosial, peratuaran atau hukum, etika akademis dan prinsip-prinsip HAM, yang mana telah teridentifikasi dalam butir-butir nilai karakter yakni nilai karakter dalam hubunganya dengan Allah SWT dan diri sendirinya. Nilai karakter dalam hubunganya dengan diri sendiri seperti; bersikap jujur, bertanggung jawab, disiplin , kerja keras, percaya diri, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu serta berfikir logis, kritis,kreatif dan inovatif.

Beberapa guru berpendapat dalam hal ini, salah satunya adalah Ali wafa selaku pembimbing manasik haji kelas 5, beliau mengatakan :

Nilai karakter yang dibentuk dalam program ini adalah tanggung jawab sebagaimana siswa memiliki tanggung jawab dengan tugas yang mereka kerjakan bersama teman-teman satu kelompoknya.

Kemudian disiplin sebab pada pelaksanaan wukuf, melempar jumroh siswa harus disiplin terhadap waktu.dan disiplin dalam hal thawaf . Thawaf mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali putaran.

Sikap mandiri pun muncul disana sebab orang tua tidak ikut campur dalam pelaksaan manasik haji dan guru disini hanya

sebagai pendamping. Serta kerja keras sangat terlihat dari kegiatan awal sampai akhir. 72

Hal senada juga disampaikan oleh Sri agustini, beliau menyatakan : Iya. Karena proses pelaksannan program manasik haji tujuan salah satunya adalah menanamkan sedini mungkin kepada peserta didik tentang kewajiban haji bagi setiap muslim dan menanam kan akhlaq yang mulia serta nilai-nilai karakter seperti tanggung jawab, disiplin, mandiri dan bekerja keras. Sebagaimana setelah penerapan pembentukan karakter melalui kegiatan manasik haji tersebut.

Siswa dapat bertanggung jawab atas tugas-tugasnya disekolah dan dirumah. Disiplin tidak pernah telat datang kesekolah. 73

Muhammad Zakariyah juga memberikan pendapatnya tentang hal ini, sebagai berikut :

Dalam program manasik haji ini selain mengenalkan rukun islam yang kelima tetapi siswa diajak agar memiliki sikap akhlaq yang mulia yang mampu bertanggung jawab. Disiplin terhadap waktu dan tertib dalam pelaksanaan manasik haji. Mandiri tidak bergantung pada guru dang orang tua. Bekerja keras berupaya melaksanakan manasik haji dengan sungguh-sungguh semata-mata hanya mengharap ridho Allah.74

Menurut Muhammad Zakariyah penerapan manasik haji mengajarkan siswa untuk berfikir secara kritis dan mampu bersikap mandiri karena orang tua tidak ambil andil pada pelaksanaan program manasik haji tersebut. Hal ini juga di perkuat oleh Fausi selaku kepala madrasah. Fausi menyatakan:

Dalam pengembangan karakter dalam suatu program pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan

72 Ali Wafa, wawancara, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 24 Januari 2017

73 Sri Agustini, wawancara, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 23 Januari 2017

74 Muhammad Zakariyah, wawancara, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 21 Januari 2017

nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Allah SWT dan dirinya sendiri. 75 Berdasarkan paparan data tersebut dapat dianalisis bahwa dalam pelaksanaan program manasik adalah sangat banyak keterkaitan antara komponen-komponen karakter dengan nilai perilaku yang mana dilakukan secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan siswa dengan nilai perilaku siswa pada pelaksanaan manasik haji. Yang mana hsail dalam penerapan pembentukan karakter yang hubunganya dengan diri sendiri menciptakan siswa yang bertanggung jawab atas tugas-tugasnya sebagai siswa dan anak, mampu disiplin datang kesekolah dan beribadah.

Mandiri tidak bergantung pada kawanya, dan memiliki sifat pekerja keras tidak pantang menyerah.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut dapat dianalisis bahwa Penerapan Program Manasik Haji dalam Pembentukan Karakter Siswa di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso dalam hal ini guru lebih memperhatikan karakter siswa, dengan meningkatkan daya tanggung jawab pada siswa, sikap disiplin siswa, sikap mandiri siswa dan sikap kerja keras atau berupaya sungguh-sungguh semata –mata karena mengharap ridho Allah dengan mengenalkan tata cara menunaikan rukun Islam yang ke lima dengan manasik haji. Dan dengan harapan nilai-nilai tersebut tetap melekat pada diri siswa. tetapi dalam pelaksanaannya tersebut kurang adanya kesadaran orangtua karena orangtua tidak tahu terhadap perkembangan siswa baik pengetahuan maupun prilaku/sikap

75 Fausi, wawancara, 20 Januari 2017 , Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso.

Dokumen terkait