• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Program Manasik Haji dalam Pembentukan Karakter Siswa di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan Program Manasik Haji dalam Pembentukan Karakter Siswa di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2016/2017"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Oleh :

FATHA AINUN RIZKY NIM. 084134011

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

MEI 2017

(5)

2016/2017”

Madrasah Ibtidaiyah At-taqwa Bondowoso merupakan lembaga swasta yang melaksanakan pembelajaran keagamaan sesuai visi misi madrasah ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso. Sebagaimana demi menciptakan sekolah yang berstandart dunia akhirat, banyak program kegiatan kegamaan yang diselengarakan di madrasah ini salah satunya ialah kegiatan manasik haji. Pada pelaksanaan program manasik haji di Madrasah Ibtidaiyah At- taqwa Bondowoso, guru dalam hal ini memberikan pembelajaran keagamaan salah satunya ingin mengenalkan tentang kewajiban haji bagi setiap muslim sedini mungkin dan menanamkan nilai karakter yang terdapat pada kegiatan manasik haji tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka fokus penelitian adalah:1) Bagaimana penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter siswa hubunganya dengan Allah SWT?, 2) Bagaimana penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter siswa hubunganya dengan diri sendiri di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso tahun pelajaran 2016/2017 ?.

Tujuan penelitian adalah: 1) Mendiskripsikan penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter siswa hubunganya dengan Allah SWT. 2) Mendiskripsikan penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter siswa hubunganya dengan diri sendiri di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso tahun pelajaran 2016/2017.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dekriptif.

Penentuan subyek penelitian secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data yaitu:

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dengan langkah-langkah yaitu:

reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi sumber dan metode.

Hasil penelitiannya adalah: 1) Penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter hubunganya dengan Allah SWT di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso yaitu melalui penyelenggaraan program keagamaan manasik haji yang berorientasi pada terbentuknya peserta didik yang beriman dan berakhlaq mulia atas dasar nilai-nilai Islam dengan cara membiasakan diri mewujudkan pola hidup Islami, serta memperluas wawasan siswa tentang makna-makna yang terkandung dalam ibadah-ibadah yang diperintahkan agama, sehingga mampu mengimplementasikanya pada kehidupan sehari-hari. 2) Penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter hubunganya dengan diri sendiri di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso yaitu kegiatan keagamaan yang mana berorientasi pada terbentuknya karakter pada peserta didik yang mampu menumbahkan sikap jujur, tegas dan berani dalam menjalankan tanggung jawabnya baik secara individual maupun sosial, melatih terampil dan disiplin dalam menjalankan ritual keagamaanya, melatih sikap mandiri sehingga tidak bergantung dengan orang lain serta melatih sikap kerja keras tidak pantang menyerah atas tugas-tugas yang dihadapinya.

(6)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 12

A. Penelitian Terdahulu ... 12

B. Kajian Teori ... 17

1. Program Manasik Haji ... 17

(7)

2. Pembentukan Karakter ... 22

a. Nilai Karakter yang Hubunganya dengan Tuhan ... 24

b. Nilai Karakter yang Hubunganya dengan Diri Sendiri ... 28

c. Nilai Karakter yang Hubunganya dengan Sesama ... 31

d. Nilai Karakter yang Hubunganya dengan Lingkungan ... 33

e. Nilai Karakter yang Hubunganya dengan Kebangsaan ... 33

3. Penerapan program Manasik haji dalam pembentukan karakter ... 34

4. Nilai- nilai yang terkandung pada penerapan manasik haji... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 40

B. Lokasi Penelitian ... 41

C. Subyek Penelitian ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Analisis Data ... 47

F. Keabsahan Data ... 50

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 52

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 55

A. Gambaran Objek Penelitian ... 55

1. Profil Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso ... 55

2. Sejarah Singkat Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso .. 56

(8)

Bondowoso ... 58

5. Data Guru Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso ... 60

6. Data Peserta Didik Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso ... 62

7. Sarana dan Prasarana di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso ... 63

B. Penyajian dan Analisis Data ... 64

C. Pembahasan Temuan ... 79

BAB V PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan 2. Matrik Penelitian

3. Pedoman Penelitian 4. Surat Izin Penelitian

5. Surat Keterangan Selesai Penelitian 6. Jurnal Kegiatan Penelitian

7. Denah Lokasi Penelitian 8. Dokumentasi Foto

(9)

No. Uraian Hal

Tabel 2.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian ... 15

Tabel 3.1 Nama Informan ... 43

Tabel 3.2 Data Observasi ... 44

Tabel 3.3 Data Wawancara ... 46

Tabel 3.4 Data Dokumentasi ... 47

Tabel 4.1 Data Guru MI At-Taqwa Bondowoso ... 60

Tabel 4.2 Data Jumlah Peserta Didik MI At-Taqwa Bondowoso ... 62

Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana MI At-Taqwa Bondowoso ... 63

Tabel 4.4 Temuan Penelitian ... 79

(10)

No. Uraian Hal Gambar 3.1 Teknik Analisis dan model interaktif Miles dan Huberman .... 48 Gambar 4.1 Struktur Organisasi MI At-Taqwa Bondowoso ... 59

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pendidikan memiliki peran penting dalam menata generasi bangsa yang berkarakter mulia sesuai prinsip moral nabi Muhammad SAW. Rasulullah bersabda “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”. Hadist ini secara tegas menyatakan bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad SAW adalah untuk menegakkan akhlaq atau moral. Serta dipertegas melalui firman Allah SWT.





































Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al- Ahzab 21).2

Pendidikan tidak hanya mendidik para peserta didiknya untuk menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadian agar berakhlak mulia.3 Perbaikan akhlaq atau moral yang saat ini biasa ditemui dalam dunia pendidikan sebagai pembentukan karakter ialah tidak lepas dari peran penting pendidikan.

Pendidikan karakter menurut Sunyoto mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu

2 Muhammad Shobib, Al-Quran terjemahan dan Tafsir (Bandung: Jabal Raudhatul Jannah, 2010), 420

3 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter Indonesia (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 15.

(12)

untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun bernegara.4

Pendidikan untuk menuju kedewasaan akan dapat dicapai melalui pembentukan karakter yang didalamnya terdapat suasana saling menghargai, kebebasan berpendapat, dan keterlibatan peserta didik yang mempunyai karakter adalah peserta didik dalam berbagai aktivitas disekolah. Pembinaan karakter siswa di sekolah berarti berbagai upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka pembentukan karakter siswa. Istilah yang identik dengan pembinaan adalah pembentukan atau pembangunan.

Terkait dengan sekolah, sekarang sedang digalakkan pembentukan kultur sekolah. Salah satu kultur yang dipilih sekolah adalah kultur akhlak mulia. Dari sinilah muncul istilah pembentukan kultur akhlak mulia di sekolah. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional telah mengembangkan pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah (jalur formal) tidak bisa dilepaskan dari pendidikan karakter dalam keluarga (jalur informal) dan pendidikan karakter di masyarakat (jalur nonformal). Karena itu, pendidikan karakter harus dilakukan secara terpadu dengan memadukan dan mengoptimalkan aktivitas pendidikan formal, informal, dan nonformal, serta mengupayakan terwujudnya media informasi dan komunikasi yang berkarakter.

4 ABD. Muis, Pengantar & Dimensi-Dimensi Pendidikan, (Jember; Stain Jember Pers, 2013), 101

(13)

Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah harus ditopang oleh manajemen sekolah yang berkarakter pula. Manajemen yang dimaksud di sini adalah bagaimana sekolah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pendidikan karakter dengan benar melalui berbagai aktivitas yang ada di sekolah.

Demikian juga dengan pendidikan yang bernormakan keislaman.

pendidikan Islam ialah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama islam dan menjadikanya pandangan hidup.

Pengertian tersebut memiliki tujuan khusus bagi makhluk Allah yang beragama islam dan ingin memperdalam ajaran Islam.5

Pembinaan karakter siswa berbasis pendidikan agama melalui model kokurikuler dilakukan melalui sejumlah kegiatan ibadah atau perbuatan- perbuatan yang mencerminkan karakter terpuji. Kegiatan-kegiatan peribadatan yang merupakan bagian kokurikuler mata pelajaran fiqh misalnya: manasik haji.

Menghadapi perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS), tantangan masa depan serta untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional, seperti yang telah dirumuskan pasal 3 Undang- Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarayang demokratis dan bertanggung jawab.6 Berdasarkan tujuan pendidikan tersebut pemerintah merealisasikannya dengan mengembangkan pendidikan berbasis karakter.

Pendidikan Berbasis Karakter adalah salah satu program prioritas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Dengan kebijakan

5 Sukarno, Metode Pendidikan Agama Islam (Surabaya: Elkat, 2012), 48

6 Undang-Undang Pendidikan Indonesia nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 68.

(14)

Kemendikbud, pendidikan karakter sudah saatnya terlaksana secara kongkrit melalui-melaui lembaga pendidikan masyarakat luas. 7 Pendidikan disetiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan beberapa penelitian diluar negeri bahwa kesuksesan seseorang ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).

Jadi, pembentukan karakter merupakan sebuah usaha atau proses yang dilakukan untuk menanamkan hal positif pada anak yang bertujuan setiap individu yang berkarakter atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri-Nya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia Internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya disertai dengan kecerdasan, emosi dan motivasinya (perasaanya).

Pembinaan karakter siswa berbasis pendidikan agama di MI At-Taqwa ini seperti manasik haji melalui pengembangan kultur sekolah antara lain bertujuan untuk penciptaan budaya sekolah yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang dibentuk oleh segenap elemen madrasah, mulai dari kepala madrasah, guru, tenaga kependidikan, tenaga administrasi, siswa, dan orang tua siswa. Penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter

7 Zainab dan Sujak, Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung; Yrama Widya, 2016), 2

(15)

siswa adalah salah satu model pengembangan kultur atau budaya sekolah yang mencerminkan karakter terpuji berbasis pendidikan agama juga bervariasi antara satu madrasah dengan sekolah / madrasah lainnya.

Pelaksanaan pembiasaan pendidikan agama melalui model kokurikuler atau ekstrakurikuler dilakukan melalui sejumlah kegiatan ibadah seperti sholat dluhaa, baca tulis quran, tartil, qiraatul quran, tahsinul khot/

kaligrafi, dan tahfidz quran di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Bondowoso hanya di laksanakan oleh beberapa madrasah yang memiliki program keagamaan seperti itu. Hanya saja di MI At-Taqwa memiliki satu program yang tidak diterapkan di madrasah lainya yakni program manasik haji. Dalam penelitian ini peneliti memilih melakukan penelitian di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso dengan alasan :

Pertama, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso merupakan Madrasah Ibtidaiyah Swasta dimana memiliki banyak program kegiatan kegamaan diantara lain; sholat dhuha berjamaah, sholat duhur berjamaah, tahfidzul quran, baca tulis qur’an, qiraatul qur’an, tahsinul khot/ kaligrafi dan manasik haji.

Sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Muhammad Zakariyah selaku guru Fiqh di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso yang menyatakan :

Seperti visi MI At-taqwa merupakan madrasah yang menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang berorientasi pada terbentuknya peserta didik yang beriman, bertaqwa, dan berakhlaq mulia atas dasar nilai-nilai Islam ala Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.8

8 Zakariyah, wawancara, Madrasah Ibtidaiayah At-Taqwa, 20 Januari 2017

(16)

Kedua, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso melaksanakan pembelajaran keagamaan beserta penerapanya tersebut demi menciptakan sekolah yang berstandart dunia akhirat, sedangkan di Madrasah Ibtidaiyah yang lain hanya menerapkan beberapa kegiatan saja dalam pembelajaran keagamaan.9

Ketiga, Permasalahan pelaksanaan pembelajaran keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa adalah kurangnya kesadaran orang tua betapa pentingnya kegiatan keagamaan tersebut menujang terhadap karakter siswa saat ini .

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Penerapan Program Manasik Haji dalam Pembentukan Karakter siswa di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2016/2017”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada Penerapan Program Manasik Haji dalam Pembentukan Karakter siswa di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso . Secara rinci, fokus penelitian dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter siswa hubunganya dengan Allah SWT di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2016/2017 ?

9 Observasi awal, Madrasah Ibtidaiayah At-Taqwa, 23 Desember 2016

(17)

2. Bagaimana penerapan program manasik Haji dalam pembentukan karakter siswa hubunganya dengan diri sendiri di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian.10 Tujuan penelitian dalam penelitian ini, yaitu : 1. Untuk mendeskripsikan penerapan program manasik haji dalam

pembentukan karakter siswa hubunganya dengan Allah SWT di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2016/2017.

2. Untuk mendeskripsikan penerapan program manasik Haji dalam pembentukan karakter siswa hubunganya dengan diri sendiri di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini di harapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dan praktis dalam penelitian ini, antara lain :

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Sumbangan pemikiran bagi kepala Madrasah terutama di Madrasah Ibtidaiyah untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.

b. Tambahan wawasan guru dan calon guru Madarasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar dalam kegiatan keagamaan.

10 Tim Penyusun, Pedoman Karya Tulis Ilmiah, (Jember :IAIN Jember Press, 2015), 45.

(18)

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis bagi :

a. Kepala sekolah, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam melakukan perbaikan pada pelaksanaan program keagamaan terutama dalam pembentukan karakter siswa.

b. Pendidik, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih efektif

c. Mahasiswa IAIN Jember, penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian keilmuan dan memperkaya khazanah dunia pustaka khususnya pada program studi PGMI.

d. Penulis dan pembaca, penitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran bagaimana pelaksanaan program keagamaan dalam pembentukan karakter siswa.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti dalam judul penelitiannya.11 Definisi istilah dalam penelitian ini meliputi :

1. Program manasik haji

Program dalam Kamus Besar Indonesia adalah rencana atau rancangan mengenai sesuatu serta usaha-usaha yang akan dilakuakan atau

11Tim penyusun, Pedoman karya Tulis Ilmiah, 45.

(19)

dijalankan.12 Sedangkan Manasik Haji adalah suatu proses peragaan ibadah haji sesuai dengan rukunnya.13

Diawali dengan berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan beberapa amalan antara lain, wukuf, mabit, thawaf, sa’i, dan amalan lainya pada masa tertentu , demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharapkan ridhanya.14

Jadi, program manasik haji adalah suatu kegiatan keagamaan yang mana pelaksanaanya memperagakan ibadah haji sesuai dengan rukunnya.

2. Karakter

Karakter merupakan keadaan asli yang ada didalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain.

Pengertian karakter, watak dan kepribadian memang sering tukar- tertukar dalam penggunaanya. Oleh karena itu, tidak heran jika dalam penggunaanya seseorang terkadang tertukar menyebutkan karakter, watak dan kepribadianya. 15 Hal ini karena ketiga istilah ini memang memiliki kesamaan yakni sesuatu asli yang ada dalam diri individu seseorang yang cenderung menetap secara permanen.

Seseorang yang berkarakter adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik untuk Tuhan Yang Maha Esa, diri-Nya.

Karakter hubunganya dengan Allah adalah karakter religius, sebagaimana karakter ini berkaitan dengan nilai pikiran, perkataan, dan tindakan

12 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 2007), 897.

13 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, (Jakarta: Balai pustaka, 2007), 709.

14 Kementrian Agama, Tuntunan Manasik haji dan Umroh (Jakarta: Kemenag, 2013) 67.

15 Heri Gunawan, Pendidkan karakter Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2014) 3

(20)

seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agamanya.16

Selain kepada Tuhan Yang Mahakuasa atau terkait erat dengan agama yang dianutnya, dalam diri anak didik juga dikembangkan nilai karakter dalam hubungan dengan dirinya sendiri.17 Pada karakter ini siswa dibentuk memiliki karakter yang bertanggung jawab, jujur, percaya diri, disiplin, kerja keras, mandiri dan rasa ingin tahu dalam segala bidang.

Jadi, individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik pada Tuhan Yang Maha Esa, diri-Nya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara.

3. Siswa

Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia di jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.18 Siswa-siswa tersebut belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dengan mengembangkan potensi yang dimiliki agar dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Proses pengembangan potensi yang dimiliki dapat diarahkan dalam suatu tempat atau wadah yang berupa lembaga pendidikan.

Jadi, siswa ini merupakan seseorang anggota masyarakat yang mengikuti proses pendidikan yang dipersiapkan sebaik mungkin untuk menjadi seorang yang jauh lebih baik kedepanya dalam segala bidang pengetahuan dari potensi yang dimiliki.

16 Gunawan, Pendidikan Karakter, 33.

17 Muhaimin, Urgensi Pendidikan, 89

18 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam.(Jakarta: AMZAH., 2011). 103

(21)

Berdasarkan definisi tersebut maka yang dimaksud judul Penerapan Program Manasik Haji dalam Pembentukan Karakter Siswa di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Kabupaten Bondowos Tahun Pelajaran 2016/2017 adalah penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter siswa hubunganya dengan Allah SWT dan hubunganya dengan diri sendiri.

F. Sistematika Pembahasan

Bab satu, Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.

Bab dua, Kajian Kepustakaan. Bab ini berisi tentang penelitian terdahulu dan kajian teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan penelitian.

Bab tiga, Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

Bab empat, Penyajian data dan Analisis. Bab ini berisi tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis, dan pembahasan temuan.

Bab lima, Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

(22)

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang terkait dengan penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter siswa. Berikut ini merupakan hasil penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan.

1. Skripsi Siti Munirotul Himmah, Program S1 di IAIN Jember, Tahun 2015, dengan Judul “Implementasi Kegiatan Keagamaan Sholat Jumat dalam Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah Menengah Atas Negri Jember Tahun Pelajaran 2014/2015”

Metode penelitian dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dekskriptif. Teknik pemilihan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan (a). Wawancara tidak terstruktur (b). Observasi (c).

Dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan analisis deskriptif dan validitas data dengan menggunakan triangulasi sumber dan metode.

Hasil penelitiannya adalah Pertama, sebagaimana kegiatan keagamaan sholat jumat ini terbukti mendukung pembentukan karakter siswa terutama pada karakter religiusnya. Kedua, dalam pelaksanaan keagamaan sholat jumat ini menjadikan peserta didik lebih disiplin, sebab menjadikan pesesta didik untuk tahu, mampu dan ingin namun juga terbentuk yaitu terinternalisasi menjadi bagian dari kepribadian.

(23)

2. Skripsi Mas’udi, Program S1 di IAIN Jember, Tahun 2012, dengan judul

“Implementasi Mata Pelajaran Ahlusunnah Waljamaah dalam membentuk karakter siswa di MTs Al-amin Garahan Jati Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2011/2012 ”.

Metode penelitian dan pendekatan yang digunakan yakni pendekatan kualitatif dekskriptif dengan jenis penelitian lapangan.

Sumber data : (a). Kepala sekolah, (b). Waka Kurikulum, (c). Guru mata pelajaran Ahlusunnah waljamaah, (d). siswa. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode: (a).Observasi, (b). Interview, dan (c).

Dokumenter. Analisis data yaitu (a). Reduksi data, (b). Penyajian data, dan (c). Menarik Kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitiannya adalah Pertama, kegiatan yang dilakukan guru mata pelajaran ahlusunnah waljamaah dalam membentuk karakter siswa yaitu melalui pengajaran akidah (ilmu ketuhanan) dan pengajaran syari’ah dengan menggunakan pengetahuan, pengaplikasian dan pembiasaan dengan cara pembiasaan salam sapa kepada guru dan orang tua. Kedua, upaya guru mata pelajaran ahlusunnah waljamaah dalam membentuk siswa komitmen terhadap agama adalah dengan membimbing membaca ayat- ayat pendek setiap hari sebelum masuk kelas dan memulai pelajaran.

Ketiga, kegiatan yang dilakukan guru mata pelajaran ahlusunnah waljamaah dalam membentuk karakter berakhlakul karimah, dengan menganjurkan berkat yang sopan dan baik kepada orang yang lebih tua.

(24)

3. Malik Surbakah, Program S1 di IAIN Jember, Tahun 2016, dengan Judul

“Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Nuris Jember Tahun Pelajaran 2015/2016”

Metode dan jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah , waka kurikulum , guru, BK, Kesiswaan dan siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: (a).

Wawancara, (b). Observasi dan (c). Dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan (a). Pengumpulan data, (b).

Reduksi data, (c). Penyajian data dan (d). kesimpulan. Keabsahaan data menggunakan triangulasi sumber dan metode

Hasil penelitian adalah Pertama, yakni peran guru dalam membentuk karakter siswa dalam hubunganya dengan Tuhan yang Maha Esa adalah guru yang mencontohkan akhlaq yang mulia kepada peserta didiknya, dengan cara bersalaman bersikap sopan santun terhadap guru yang dikenal maupun yang belum dikenalnya. Kedua, terhadap peran guru dalam membentuk karakter siswa dalam hubunganya denga diri sendiri sebagaimana guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran serta mengarahkan pembelajaran sesuai dengan rencana yang sudah dibuat oleh guru dengan memberikan evaluasi yang bertujuan bukan hanya ingin mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi tetapi juga menekankan pada titik etika dan kedisiplinan.

Berikut tabel persamaan dan perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian terdahulu.

(25)

Tabel 2.1

Perbedan dan Persamaan Penelitian

No

Nama peneliti, Judul dan Tahun Penelitian

Persamaan Perbedaan

Orsinilitas penelitian 1. Siti Munirotul Himmah,

“Implementasi

Kegiatan Keaagamaan Sholat Jumat Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Jember Tahun

Pelajaran 2014/2015”, Tahun 2015

Mengkaji tentang pembentukan karakter siswa

Fokus penelitian pada

implementasi pembentukan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan sholat jumat

Fokus

penelitian ini pada penerapan program

manasik haji dalam

pembentukan karakter siswa di Madrasah Ibtidaiyah At- Taqwa 2. Mas’udi,“Implementasi

Mata Pelajaran

Ahlusunnah Waljamaah dalam membentuk karakter siswa di MTS Al-amin Garahan Jati Kecamatan Silo Kabupaten Jember

Mengkaji tentang pembentukan karakter siswa

Fokus penelitian pada

implementasi pembentukan karakter siswa melalui mata

Fokus penelitian ini pada penerapan program

manasik haji dalam

pembentukan karakter siswa

(26)

Tahun Pelajaran 2011/2012”, Tahun 2012.

pelajaran ahlusunnah waljamaah

di Madrasah Ibtidaiyah At- Taqwa 3. Malik Subarkah,

“Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Nuris Jember Tahun Pelajaran 2015/2016”, Tahun 2016.

Mengkaji tentang pembentukan karakter siswa

Fokus penelitian pada

pembentukan karakter siswa melalui peran guru.

Fokus

penelitian ini pada penerapan program

manasik haji dalam

pembentukan karakter siswa di Madrasah Ibtidaiyah At- Taqwa

Berdasarkan tabel penelitian terdahulu tersebut, dapat diketahui bahwa posisi penelitian tentang Penerapan Program Manasik Haji dalam pembentukan Karakter Siswa di Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2016/2017 merupakan penelitian lanjutan dari penelitian terdahulu karena terdapat kesamaan pada bahasan penelitian yaitu dalam membentuk karakter siswa, tetapi dalam penelitian terdahulu belum ada yang spesifik membahas penerapan program manasik haji yang meliputi

(27)

penerapan yang hubunganya dengan Allah SWT, dan penerapan yang hubunganya dengan diri sendiri.

B. Kajian Teori

1. Program Manasik Haji a) Pengertian Manasik Haji

Manasik Haji terdiri dari dua kata yaitu Manasik dan Haji . Kata Manasik mempunyai arti ibadah. Menurut Kamus besar Bahasa indonesia (KBBI) definisi manasik atau ibadah adalah proses peragaan pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan rukun-rukunya.

Manasik haji adalah faktor yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang harus dim iliki oleh setiap muslim terutama calon jamaah haji agar kepergianya untuk menunaikan haji itu benar-benar dibekali dengan pengertian dan pengetahuan yang cukup tentang ibadah yang merupakan rukun islam yang ke lima.

Teori tersebut sesuai dengan Al-Qur’an Surat Ali Imron ayat 97 yang berbunyi :





















































Artinya : Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barang siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka

(28)

sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam”. (QS. Ali Imron 3 : 97)19

Pengertian haji menurut pengertian Bahasa , “ Haji” adalah

“menyengaja” atau “menuju”, sedangkan menurut syara’ ialah

“menuju tanah suci Mekkah (Ka’bah) karena menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Pada waktu tertentu dengan cara tertentu. 20

Jadi Manasik Haji adalah suatu proses peragaan ibadah haji sesuai dengan rukunnya. Dalam kegiatan manasik Haji, calon jamaah haji khususnya akan dilatih tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji yang akan dilaksanakanya, misalnya rukun haji, persyaratan, wajib, sunnah, maupun hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama pelaksanaan ibadah haji. Selain itu, para calon jamaah haji juga akan belajar bagaimana cara melakukan praktik tawaf, sai, wukuf, lempar jumrah, dan prosesi ibadah lainya dengan kondisi yang dibuat mirip dengan di tanah suci.

Program Manasik Haji adalah suatu rencana atau rancangan proses peragaan ibadah haji sesuai dengan rukunnya yang dibuat oleh sebuah lembaga Yayasan At-taqwa terutama bagi Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa yang diterapkan kepada para peserta didik. Ibadah haji dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari materi yang senantiasa diberikan dan diperkenalkan kepada siswa melalui teori yang begitu padat dikarenakan kondisi yang tidak

19 Departemen Agama RI, Al-Jumatul Ali Al-Quran dan Terjemahanya. (Jakarta; J-ART, 2004) 62

20 Mahfud Anwar, Tuntunan Ibadah Haji dan Umroh (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015), 5.

(29)

memungkinkan, materi tersebut hanya diberikan secara teoritis saja sehingga target yang diharapkan siswa maupun guru tidak tercapai.

MI At-taqwa Bondowoso yang berada di bawah naungan Yayasan “At-taqwa” sebagai lembaga pendidikan Islam yang memberikan kesempatan kepada siswa/siswi untuk melakukan praktek kegiatan manasik haji.21

b) Tata Cara Manasik Haji

Pada pelaksanaan program manasik haji ini terdapat komponen penting yang mendukung dan menunjang keberhasilan penerapan program tersebut, yaitu tata cara manasik haji. Adapun beberapa tata cara, bacaan , dan doa peragaan manasik Haji sebagai berikut: 22

(1) Upacara Pemberangkatan Haji

(2) Berangkat (melafalkan Do’a Naik Kendaraan)

(3) Niat haji Jika sudah sampai tujuan, maka melafalkan niat Haji

َلاَعَ ت ِهِلِل ِهِب ُتْمَرْحَأ َو َّجَْلْا ُتْيَوَ ن

Berikut ini urutan pelaksanan tata cara manasik haji : (1) Ihram

Tata cara pelaksanaan ihram pada garis besarnya berniat haji/ umrah dari miqat menjauhi hal-hal yang dilarang pada saat ihram yakni; niat miqat makani atau zamani, mandi atau

21 Observasi, Madrasah Ibtidaiyah At-Taqwa Bondowoso, 23 Desember 2017.

22 Anwar, Tuntunan Ibadah, 16-20

(30)

membersihkan diri, memakai pakaian ihram, niat dan membaca talbiyah

هللا َكْيه بَل َو َكَل َةَمْعِهنلا َو َدْمَْلْا َّنإ .َكْيَّ بَل َكَل َكْيِرَش َلا َكْيَّ بَل . َكْيَّ بَل َّمُه

َكَل َكْيِرَش َلا َكْلُمْلا

(2) Thowaf

Thawaf adalah mengelilingi ka’bah tujuh kali dengan arah ke kiri atau berlawanan dengan jarum jam. Thawaf dilakukan di Ka’bah yang dimulai di Hajar aswad atau garis yang sejajar dengan hajar aswad. Urutan pelaksanaan thawaf ;

(a) Setelah memasuki Masjidil haram berwudlu terlebih dahulu.

(b) Thawaf dimulai dai hajar aswad dengan mencium atau mengusapnya,lalu berjalan mengelilingi ka’bah tujuh kali.

Putaran ke 1,2, dan 3 berjalan cepat, dan putaran ke 4,5,6,dan ke 7 berjalan biasa.

(c) Setelah sampai di rukun yamani, maka memberi isyarat dengan tangan dan bila mampu mengusapnya

(d) Setelah selesai 7 putaran, maka diakhiri dengan sholat sunnah 2 rokaat.

(3) Sa’i

Berjalan antar bukit shafa dan marwah, setelah melakukan thawaf kita menuju kesumur air zam-zam (disunnahkan minum air zam-zam) kemudian menuju bukit shafa setelah itu dilanjut ke bukit marwah begitupun seterusnya hingga 7 kali.

(31)

(4) Wukuf

Wukuf adalah rukun terpenting dari haji pada tanggal 9 Dzulhijjah. Kemudian jalan menuju padang arofah dengan membaca Talbiyah untuk melaksanakan wukuf.

َو َدْمَْلْا َّنإ .َكْيَّ بَل َكَل َكْيِرَش َلا َكْيَّ بَل . َكْيَّ بَل َّمُههللا َكْيه بَل َو َكَل َةَمْعِهنلا

َكَل َكْيِرَش َلا َكْلُمْلا

Artinya : Ya Allah kami datang memenuhi panggilanmu ya Allah tidak ada sekutu bagi-Mu sesungguhnya segala puji dan kenikmatan serta kerajaan (kekuasaan adalah milik-Mu semua. Tidak ada sekutu bagi-Mu. (HR.

Bukhori)

Adapun tata cara wukuf yakni :

(a) Berdzikir

ُرَ بْكَا ُاللهَو الله هلاإ َهَلإلآَو ِلِل ُدْمَْلْاَو الله َناَحْبُس

(b) Menunggu adzan

(c) Sholat dhuhur dan Ashar Jamak Qosor Taqdim (d) Khutbah wuquf

Setelah magrib perlahan jamaah haji meninggalkan padang arafah menuju ke muzdalifah dengan tenang dan tentram

(5) Mabit

Mabit merupakan hadir di mudzalifah pada malam hari sebelum terbit fajar, setelah wukuf di arafah. Menuju ke Muzdalifah mengambil kerikil dengan membaca Talbiyah niat di Mudzdalifah. Selama bermalam di mudzdalifa dilanjut niat di Mina Melempar Jumroh masing-masing dilakukan 3 kali dengan membaca.

(32)

ُرَ بْكا ُللهأ ِالله ِمْسِب

Dalam praktek melempar jumroh di peragaan Manasik Haji anak dilakukan tiga kali, lain dengan manasik haji yang sebenarnya dilakukan tujuh kali. Yakni melempar jumroh Ula Wusto, Aqobah Pada setiap melempar jumroh dianjurkan membaca

ُرَ بْكا ُللهأ ِالله ِمْسِب

dan dilakukan tiga kali sampai tujuh

kali.

(6) Tahallul

Tahallul yakni mencukur, didalam tahallul ada dua macam, tahallul awal (mencukur / memotong rambut setelah melempar jumrah) dan tahallul akhir (mencukur / memotong rambut) setelah melempar Jumrah.

2. Pembentukan karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari “pembentukan”

yaitu proses, cara, perbuatan membentuk.23 Selanjutnya arti dari karakter secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terdapat dalam diri dan terwujud dalam perilaku.

Dalam hubunganya dengan pendidikan, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan

23 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, (Jakarta: Balai pustaka, 2007), 136.

(33)

siswa untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.24

Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, dimana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu

“mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradap berdasarkan falsafah pancasila”. 25

Jadi atas dasar itu semua, pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan bisa melakukanya (psikomotor). Dengan kata lain pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik, melaikan juga merasakan dengan baik dan diselingi dengan perilaku yang baik, dengan menekankan kebiasaan yang terus menerus dilakukan atau dipraktikkan.

Pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholdernya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter disekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan

24 Anas Salahudin, Pendidikan Karakter pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 42.

25 Gunawan, Pendidikan Karakter, 26.

(34)

komitmenya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalandengan benar dan memiliki tujuan hidup.26

Pembentukan karakter melalui tahap pengetahuan, pelaksanaan, dan kebiasaan tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu bertindak sama pengetahuanya jika tidak terlatih dan membiasakan untuk melakukan kebaikan tersebut. Oleh karena itu , karakter juka menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri.27

Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditegaskan bahwa suatu pendidikan karakter merupakan upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai–nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama , hukum, tata, krama, budaya dan istiadat.

a) Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Allah SWT

Nilai karakter yang hubunganya dengan Allah SWT adalah religius. Apabila seseorang mempunyai karakter yang baik hubunganya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, seluruh kehidupanya pun akan menjadi baik. Namun, sayang sekali karakter yang semacam ini tidak selalu terbangun dalam diri orang-orang yang beragama. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya kesadaran dalam keberagamaanya.28

26 Ibid 38

27 Ibid hal 39

28 Muhaimin, Urgensi Pendidikan, 88

(35)

Kemudian anak didik harus dikembangkan karakternya agar benar-benar berkeyakinan, bersikap, berkata-kata, dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.untuk melakukan hal ini, sudah tentu dibutuhkan pendidik yang bisa menjadi teladan.

Oleh karena itu bukan guru (atau orang tua) yang mengajarkan kepada anak didik agar taat dan patuh serta menjalankan ajaran Tuhan Yang Mahakuasa, sementara ia sendiri tidak taat dan patuh , sungguh dalam hal ini anak didik membutuhkan sososk figur, dan keteladanan.

Dibawah ini yang terkandung dalam nilai karakter hubunganya dengan hubungan Tuhan Yang Maha Esa adalah nilai (religius).

Nilai Religius berkaitan dengan nilai ini,pikiran,perkataan, dan tindakan sesorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agamanya.29

Bagi umat islam , sumber dasar pendidakan karakter menurut visi Islam adalah sebagai berikut; 30

(1) Kitab Suci Al-quran

Bagi umat islam Kitab Suci Al-quran adalah firman Allah SWT. Kitab Suci Al-Quran merupakan ajaran Islam yang universal, baik dalam bidang akidah, syariah, ibadah, akhlaq, maupun muamalah.Dengan luasnya cakupan dalam aspek ekonomi,sosial, budaya, pertahanan dan keamanan ataupun aspek pendidikan.Hal tersebut sangat sesuai dengan firman Allah SWT

29 Gunawan, Pendidikan Karakter, 33.

30 Anas Salahudin, Pendidikan Karakter pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 81.

(36)





















Artinya : “Kitab (Al-Quran ) yang kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang berakal sehat mendapat pelajaran”.

(Q.S. Sad [38] : 29)31 (2) Sunnah (Hadis) Rasulullah SAW

Bagi umat islam , Nabi Muhammad SAW. merupakan Rasul Allah terakhir yang mengemban risalah Islam. Segala yang berasal dari beliau SAW, baik perkataan, perbuatan maupun ketetapanya sebagai rasul merupakan sunnah bagi umat Islam yang harus dijadikan panutan.

Ramayulis (2006: 123) menjelaskan ,konsepsi dasar pendidikan yang dicontahkan Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut. Disampaikan sebagai rahmatan lil’alamin seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT:













Artinya: “Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.

(Q.S. Al-Anbiya’ [21] : 107)32

31 Departemen Agama, Al-jumanatul Ali Al-quran dan Terjemahanya, ( Bandung : J-ART, 2005), 456

32 Ibid 332

(37)

(3) Teladan Para Sahabat dan Tabiin

Para sahabat dan tabiin merupakan generasi awal yang mendapat pendidikan langsung dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu, sikap, perkataan, dan tindakan mereka dalam pengawasan Rasulullah SAW. Mereka semua dapat dijadikan contoh selama tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As- Sunnah.

(4) Ijtihad

Ijtihad merupakan totalitas penggunaan pikiran dengan ilmu yang dimiliki untuk menetapkan hukum tertentu apabila tidak ditemukan dalam Al-quran , As-Sunnah, ataupun suatu kasus atau peristiwa tidak ditemukan semasa Rasulullah SAW.

Jadi bagi umat islam, ke empat pernyataan diatas adalah dasar pendidikan karakter (religius) yang ada pada ajaran Islam.

Dalam ajaran Islam pendidikan karakter merupakan perintah Allah SWT. yang dipertegas oleh Allah SWT yang dijelaskan dalam firman Allah SWT:















































Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl [16] : 125)33

33 Departemen Agama, Al-jumanatul Ali Al-quran dan Terjemahanya, ( Bandung : J-ART, 2005), 282

(38)

b) Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Diri Sendiri

Selain kepada Tuhan Yang Mahakuasa atau terkait erat dengan agama yang dianutnya, dalam diri anak didik juga dikembangkan nilai karakter dalam hubungan dengan dirinya sendiri34.dibawah ini adalah beberapa nilai karakter yang perlu dikembangakan diantaranya:35 (1) Jujur

Karakter terpenting yang mesti dikembangkan adalah kejujuran. Sungguh kejujuran hal yang paling mendasar dalam kepribadian seorang anak manusia.dimana upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkatan, tindakan. Dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.Oleh karena itu karakter kejujuran harus dibangun sejak anak usia dini melalui proses pendidikan.

(2) Bertanggung jawab

Selain kejujuran, anak didik juga harus dikembangkan untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab. Manusia yang bertanggung jawab adalah yang mempunyai sikap dan perilaku untuk bisa melaksanakan tugas dan kewajibanya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

34 Muhaimin, Urgensi Pendidikan, 89

35 Gunawan, Pendidikan Karakter, 33.

(39)

(3) Percaya diri

Karakter yang penting selanjutnya terkait dengan diri sendiri ini dibutuhkan rasa percaya diri .sangat penting anak didik dibangun karakternya agar ia memiliki keyakinan akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapanya.

Namun kepercayaan diri yang dimaksud disini bukanlah kepercayaan diri yang berlebihan;kepercayan diri yang demikian bisa menyebabkan rasa sombong, kurang hati-hati dan tidak mau menerima saran dari orang lain.kepercayaan diri harus dibangun pada diri anak didik adalah kepercayaan diri yang positif sehingga menyebabkan ia mempunyai semangat dan optimisme dalam menghadapiberbagai persoalan.36

(4) Disiplin

Setelah orang memiliki kepercayaan diri yang baik, penting bagi anak memiliki karakter disiplin.tanpa disiplin yang baik, usaha yang dilakukan oleh seseorang juga sulit mencapai keberhasilan.

Disiplin adalah sebuah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Peraturan itu bisa jadi dibuat oleh diri sendiri atau peraturan yang berasal dari pihak lain.Peraturan dibuat agar seseorang dapat

36 Muhaimin, Urgensi Pendidikan, 90

(40)

berbuat atau bertindak secara baik agar berhasil dengan baik untuk meraih hal yang diharapkan.

Oleh karena itu pihak sekolah/ madrasah harus membangun karakter disiplin kepada anak didik agar dapat menjalani kehidupan dengan teratur dan mudah dalam meraih keberhasilan.

(5) Kerja keras

Ketika seseorang sudah mempunyai disiplin yang baik dalam hidupnya, hendaknya ia juga mempunyai karakter bisa bekerja keras . sebuah kedisiplinan tidak membuahkan hasil yang optimal bila tidak dibarengi upaya kerja keras.37

Kerja keras yang dimaksud disini adalah sebuah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.hal ini tentu berbeda dengan anak yang tidak ingin bekerja keras, tentu ia akan mudah menyerah dan menganggap pekerjaan itu sulit.

(6) Mandiri

Karakter bisa mandiri adalah kemampuan seseorang yang tidak mudah tergantung dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapinya.Kemampuan untuk bisa mandiri sangat penting untuk dikembangkan pada diri anak didik. Terlebih dalam menghadapi persaingan terjadi di segala kehidupan.

37 Gunawan, Pendidikan Karakter, 33

(41)

(7) Ingin tahu

Mempunyai rasa ingin mengetahui tentang sesuatu secara lebih baik dan berupaya untuk lebih mengetahui lebih mendalam dan meluas dari appa yang dipelajarinya, dilihat, dan di dengarnya.

Oleh karena itu guru maupun lembaga pendidikan harus bisa mengembangkan karakter anak didiknya untuk mempunyai rasa ingin tahu dan bisa mencintai ilmu pengetahuanya.

Jadi dasar pendidikan diatas bisa diterapkan sejak usia kanak- kanak sebagai usia masa emas (Golden Age) karna usia dini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangakan potensinya.dari sini sepatutnya pendidikan dimulai dari pendidikan keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak. Akan tetapi, bagi sebagian keluarga proses pendidikan karakter sangat sulit bagi sebagian orang tua yang sibuk padat rutinitasnya. Karena itu sebaiknya pendidikan karakter juga perlu diberikan di lingkungan sekolah, dan disinilah peran guru menjadi ujung tombak yang berhadapan langsung dengan peserta didik.

c) Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Sesama (1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dang mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik hak diri sendiri dan orang lain serta kewajiban diri sendiri serta orang lain. Karakter ini perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan agar siswa mengetahui dan mengerti serta

(42)

melaksanakan apa yang menjadi milik diri sendiri dan orang lain serta tugas atau kewajiban diri sendiri atau orang lain.38

(2) Patuh pada atururan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap atura-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. Aturanaturan sosial biasanya dibuat untuk kebaikan bersama dan melindungi kepentingan umum. Perlunya karakter ini menjadikan peserta didik memahami normanorma yang ada , seperti normaa agama, kesusilaan, kesopanan/adat, dan hukum.39

(3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.40

(a) Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. Orang yang bersikap santun adalah orang yang halus dan baik budi bahasa maupun tingkah lakunya kepada orang lain.

Sungguh, orang yang demikian akan disukai banyak orang dalam pergaulan. Salah satunya yakni bersikap menghormati orang yang lebih tua.

39 Ibid 34

40 Zainal aqib, Panduan & aplikasi Pendidikan Karakter, (Bandung : Yrama Widya, 2016) 8

(43)

(b) Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Dalam karakter demokratis ini, dikembangkan sikap saling memahami, menghormati, atau toleransi, antara orang yang satu dengan orang yang lain, terutama terkait dengan hak dan kewajiban.41

d) Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Lingkungan

Peduli sosial dan lingkungan yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan upaya – upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Akhlaq atau sikap disini yang dimaksud yakni, seperti sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup , menjaga dan memanfaatkan alam, terutama hewani dan nabati, untuk kepentingan manusia dan makhluk lainya, sayang kepada sesama makhluk dan menggali potensi alam seoptimal mungkin demi kemaslahatan manusiadan alam sekitarnya.42

e) Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Kebangsaan

Cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang menenpatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan

41 Gunawan, Pendidikan. 34.

42 Aminudin, Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006) 99

(44)

kelompoknya. Cara berfikir, bertindak, dan berbuat ini dimana yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam hal, bail yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, maupun agama.43

Berdasarkan Nilai-nilai karakter diatas pada penelitian ini peneliti memilih dua komponen penting yang mendukung dan menunjang pembentukan karakter tersebut. Diantaranya dengan menanamkan nilai- nilai peserta didik seperti, nilai yang hubunganya dengan Allah SWT meliputi karakter religius, dan nilai karakter hubunganya dengan diri sendiri meliputi bertanggung jawab, disiplin, bekerja keras serta mandiri.

3. Penerapan program manasik haji dalam pembentukan karakter Penerapan program manasik haji sebagaimana yakni suatu proses peragaan ibadah haji sesuai dengan rukunnya.44 Dimana ibadah haji yang diwajibkan kepada umat Islam merupakan perjalanan panjang dari sejarah kenabian Ibrahim a.s. Bermula dari pandangan beliau terhadap kehidupan manusia yang universal. Beliau meyakini bahwa hakikatnya manusia itu tidak ada perbedaan antara individu yang satu dengan lainya, kecuali hanya beberapa hal saja yang berbeda.45

43 Zainal aqib, Panduan & aplikasi Pendidikan Karakter. 8

44 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, (Jakarta: Balai pustaka, 2007), 709.

45 Mahfudz Anwar, Tuntunan Ibadah Haji dan Umroh (Bandung : Sinar baru Algensindo, 2015), 70

(45)

Mengingat ibadah haji diwajibkan sekali seumur hidup bagi setiap mukallaf, maka tidak heran pelajaran tentang manasik haji kurang mendapat perhatian dengan ibadah lainya, seperti shalat, puasa dan sebaginya. Kondisi semacam ini menyebabkan jamaah haji dalam melaksanakan ibadahnya kurang sesuai dengan tuntunan syariat, alangkah baiknya jika setiap muslim mau memperhatikan pelajaran ibadah haji sejak jauh hari sebelum berangkat ketanah suci melalui program manasik haji.

Dalam kegiatan manasik haji, calon jamaah haji akan diberi pelatihan tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji yang akan dilaksanakanya, misalnya rukun haji,persyaratan,wajib,sunnah maupun halhal yang tidak boleh dilakukan selama pelaksanaan ibadah haji.

Selain itu , para calon jamaah haji juga akan belajar bagaimana cara melakukan praktik tawaf, sai, wukuf , lempar jumroh dan prosesi ibadah lainya dengan kondisi yang dibuat mirip dengan keadaan ditanah suci .

Ibadah Haji adalah ibadah yang paling berat, karena disamping dituntut adanya kesiapan mental dan fisik juga harus memiliki semangat pengorbanan dan perjuangan. Dilihat dari dimensi lain ibadah haji adalah ibadah yang paling kaya dengan nilai-nilai spiritual dan sosial, nilai tersebut meliputi nilai karater hubunganya dengan Allah SWT dan nilai karakter yang hubunganya dengan diri sendiri, sesama, lingkungan dan bernegara.

(46)

4. Nilai- nilai yang terkandung pada penerapan manasik haji

Perjalanan haji merupakan perjalanan yang mulia dan suci dihadapan Allah SWT, mengandung berbagai macam I’tibar yakni sebuah pelajaran berharga yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tersirat didalamnyaa aspek-aspek pendidikan, tauhid, kesucian, etika, moral dan sosial. Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung pada penerapan pelaksanaan manasik haji.

a) Ihram

(1) Ihrom lambang kesucian, sebagaimana kesucian tersebut tercantum pada perintah untuk mandi sebagaimana bagian dari sunnah ihram, pernyataan sikap bersih atau suci diperkuat pula dengan perintah memotong kuku , mencukur bulu, rambut, memaki wangi-wangian, memakai pakaian warna putih. Hal-hal tersebut dibuktikan sebagai bukti kesucian hati dan pada sisi inilah manusia dididik untuk menjaga kesucian lahir dan batin.

(2) Lambang kepatuhan, kesederhanaan hati tawadhu’ dihadapan Allah, sebagaimana pada pelaksanaan ihram para jamaah haji harus memakai baju serba putih. Tidak dapat dipungkiri bahwa pakaian menurut kenyataanya antara lain sebagai pembeda antara seseorang atau sekelompok lainya. Pada pelaksanaan ibadah haji perbedaan dan pembedaan tersebut harus ditanggalkan , sehingga semua memakai pakaian yang sama. Berpakaian ihram serba putih bagi jamaah haji melahirkan sikap tawadhu’ merendahkan diri terhadap kebesaran Allah dan melahirkan kesatuan diantara sesama jamaah.46

b) Ka’bah dan sekitarnya (nilai kemanusiaan yang agung)

Ka’bah yang dikunjungi para jamaah mengundang pelajaran yang amat berharga dari segi kemanusiaan. Disana misalnya ada Hijr Ismail yang memiliki arti “pengakuan Ismail”. Disanalah putera Ibrahim, membangun ka’bah ini dan pernah berada dalam pangkuan

46 Muhaemin B, “ Dimensi pendidikan dalam ibadah haji (Telaah tentang aspek pendidikan tauhid, etika,moral,sosial yang tersirat dalam pelaksanaan ibadah haji)”, Jurnal Adabiyah, 2, (2013), 216

(47)

ibunya yang bernama Hajar, seorang wanita hitam miskin, bahkan budak, yang konon kuburanya pun berada di tempat itu dan peninggalanya diabadikan Allah untuk menjadikan pelajaran bahwa Allah SWT memberi kedudukan untuk seseorang bukan karena kuturunanya atau status sosialnya, tetapi karna kedekatanya kepada Allah dan usaha hajar (berhijrah) dari kejahatan menuju kebaikan dari keterbelakangan menuju peradapan.

c) Sa’i ( lambang kasih sayang ibu dan anaknya)

Selesai melakukan tawaf semua jamaah berbaur bersama yang lain, serta memberi kesan kebersamaan satu tujuan yang sama,yakni berada dalam lingkungan Allah SWT.

Disini muncul Hajar, budak wanita yang di peristrikan Nabi Ibrahim as sebagaimana pengalaman mencari air untuk puteranya.

Keyakinan wanita ini akan kebesaran Allah SWT sedemikian agung pada lembah tandus. Keyakinan begitu mendalam hanya menunggu hujan dari langit tetapi ia berusaha mondar-mandir berkali-kali mencari kehidupan untuk dirinya dan puteranya Ismail.

Hajar memulai usahanya dengan berlari-lari dari bukit Shafa harfiahnya adalah ketegaran dan kesabaran yang memberikan makna pendidikan pada siswa hidup harus dengan usaha, tidak ada yang instan dan di akhiri berlari-lari ke bukit marwah yang berati sikap menghargai dan mampu bermurah hati dan memaafkan orang lain.47

47 Ibid 218

(48)

d) Arafah (kesadaran akan keagungan Allah)

Ketika jamaah haji mencapai arafah, seluruh jamaah wuquf (berhenti) sampai terbenamnya matahari.

Disanalah para jamaah haji menyadari betapa besar dan agung tuhan yang kepadanya bersembah makhluk, sebagai mana kesadaran- kesadaran itulah yang mengantarkannya dipadang arafah untuk menjadi arif (sadar) sebab dihadapan Allah semua makhluk itu sama.

e) Muzdalifah (persiapan masa depan)

Setelah wuquf di arafah, para jamaah haji bergerak menuju mudzalifah, ditempat ini hingga tengah malam dan sambil mengambil kerikil.

Mudzalifah memberikan makna agar menatap hari esok dan menyaiapkan apa yang dilakukan pada hari esok. Batu kerikil menyimbolkan kesiapan atau kekuatan baik jiwa maupun fisik atau lainnya dalam masa depan.

f) Mina (membangun cita-cita)

Mina adalah suatu tempat yang berletak sekitar 5 km dari masjid al-haram, yakni tempat jamaah haji melakukan tarwiyah, pelontaran jumroh dan mabit selama hari tasrik.

Kata mina bermakna cita-cita, menurut suatu riwayat peristiwa penyembelihan putera Nabi Ibrahim as yaitu Ismail terjadi di tempat itu, disalah satu bukit yang sekarang terletak masjid Al-Kabsy.

(49)

Mina dikunjungi oleh jamaah haji pada tanggal 8 Dzulhijah atau biasa disebut hari taswiyah. Mina merupakan tempat penyembelihan hewan atau qurban. Bagi para jamaah haji, selain melaksanakan pelontaran, mereka melakukan penyembelihan atau qurban berupa kambing, sapi atau unta. Penyembelihan ini juga disebut amalan yang dilakukan jamaah haji untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Mina menitipkan pesan dan arti kepada jamaah haji agar pantang mundur dari pengorbanan apapun yang diinginkan dan diminta oleh Allah SWT. Mengembangkan agama, melaksanakan syariat Allah dalam kehidupan. Selain itu Allah akan melihat bagaimana sikap kita dalam berkorban. Bersediakah mengorbankan berbagai hal demi mencapai ridha Allah.48

48 Ibid 221

Referensi

Dokumen terkait

Job Description Form, Job Evaluation Form, Training Evaluation Form, Kuesioner Assesmen Kompetensi, Talent Management Framework, SOP HRD... Jack

Teknik pengumpulan data melalui supervisi kelas dengan tahapan mensupervisi guru dalam proses pembelajaran dan pengamatan pembelajaran di kelas, untuk mencatat

Hasil analisis yang diperoleh dari program Design Expert, didapatkan formula optimum tablet ekstrak daun Salam pada kombinasi gelatin 4% dan natrium alginat 8%

Dari uraian diatas, bahwa komoditas pertanian khususnya untuk perkebunan kelapa dalam yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki kontribusi yang besar terhadap

Kontribusi yang diharapkan dari penelitia.1 ini adalah dapat menjadi bahan masukan bagi para pengarnbil keputusan SDM, sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam

Fungi juga sudah menghasilkan sedikit antibiotik bermanfaat, terlepas dari penicilin, antibiotik yang paling utama dari fungi adalah cephalosporins (beta-lactams yang cara

Abu Nast ath-Thusi, menjelaskan bahwa maqomat adalah kedudukan seorang hambat dihadapan Allah yang berhasil diperolehnya melalui ibadah, perjuangan melawan hawa nafsu

Perubahan sosial adalah gejala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-