BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
C. Analisis Persepsi Pembaca
1. Nilai Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam proses pengubahan sikap seseorang untuk menahandiri terhadap apa yang dibencinya, atau menahan sesuatu yang dibencinyadengan ridha dan rela karena Allah Swt. Pendidikan terkait dengan segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia untuk menjadi lebih bertanggung jawab.
Ada dua pembaca dalam tulisannya yang mengemukakan mengenai nilai pendidikan dalam novel AAC, yaitu:
a. Hariyanto mengungkapkan mengenai nilai pendidikan sabar. Ia mengungkapkan bahwa nilai pendidikan sabar merupakan hal yang penting dalam proses pengubahan sikap seseorang untuk menahan diri terhadap apa yang dibencinya atau menahan sesuatu yang dibencinya dengan ridha dan rela karena Allah SWT.
Dalam penelitiannya itu, ia menjadikan tingkah laku Fahri sebagai objek kajian utama yang dideskripsikan mengenai nilai sabar dalam novel tersebut. sabar yang dimaksudkan memiliki tiga aspek, yaitu: sabar dalam ketaantan, sabar dalam kemaksiatan, sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan.
1) Sabar dalam ketaatan ialah bagaimana manusia berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri dari kesusahan dan kesukaran dalam mengerjakan amal ibadah kepada Allah Swt.
Sabar dalam hal ini lebih kepada sikap ikhlas hamba akan kewajibannya untuk menjalankan perintah terkait statusnya sebagai seorang muslim dalam beribadah kepada Tuhan yang dibebankan padanya.
Dalam novel AAC terdapat beberapa sikap tokoh yang mencerminkan sabar dalam ketaatan. Ia mengungkapkan bahwa sabar dalam ketaatan digambarkan saat Fahri mengalahkan rasa malasnya untuk melangkahkan kaki belajar talaqi di siang hari dan dalam cuaca yang sangat terik.
Hal itu merupakan salah satu sabar dalam ketaatan. Karena menuntut ilmu merupakan ibadah dan suatu bentuk ketaatan, maka dengan ikhlas kita harus menjalaninya.
2) Sabar dari kemaksiatan ialah menahan diri dari mengerjakan kemaksiatan, kemungkaran, dan kedurhakaan kepada Allah Swt.
Sabar dalam hal ini mencakup sikap hamba yang harus tegar mempertahankan dan menjalankan perintah agama dalam menghadapi cobaan yang menghampirinya untuk tidak melakukan kemungkaran yang sangat dibenci dan dilarang oleh Tuhannya.
Fahri dalam cerita menunjukan sikap sabarnya menahan diri dari kemaksiatan kepada Allah Swt. Ia menunjukan sabarnya saat Fahri satu mobil dengan Maria. Ia memilih pindah tempat duduk, ketika Maria mengajak Fahri berdansa, ia juga menolak, karena tidak mungkin ia berdekatan dengan Maria yang bukah muhrimnya, karena Maria bukan muhrimnya.
Selain menahan diri dari maksiat dan bersentuhan terhadap yang bukan muhrim, sabar dari kemaksiatan juga ditunjukan oleh Fahri saat istrinya menawarkan menyuap pihak pengadilan agar Fahri bisa bebas dari tuntutan. Ia menolak permintaan tersebut, karena menyuap merupakan suatu larangan dalam agama. Dan lebih baik ia mati daripada harus berbuat curang. 3) Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan ialah sikap selalu
berusaha untuk tabah, tidak mengeluh, serta tidak berputus asa atas segala musibah dan berbagai penderitaan yang menimpanya dalam kondisi apapun.
Fahri ketika diuji oleh cobaan saat ia sakit. Ia meyakini bahwa ujian sakit merupakan peningkatan derajat seorang manusia, harus tetap sabar dan bersyukur serta tidak boleh berburuk sangka pada Allah.
Kesabaran Fahri dalam menghadapi cobaan juga terjadi saat dirinya mendapat panggilan polisi atas tindak pemerkosaan yang tidak ia lakukan. Selain Fahri, Aisha juga memperlihatkan kesabarannya. Aisha meminta Fahri untuk segera menikai Maria agar ada saksi kunci dalam persidangan yang bisa membebaskannya.
Dari ketiga aspek pendidikan sabar diatas, yaitu pendidikan sabar dalam ketaatan, sabar dari kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan merupakan bagian dari tujuan pendidikan Islam yang juga baik untuk diajarkan kepada anak didik.
Ketiga pendidikan sabar ini merupakan kesabaran yang sebagaimana di ajarkan Islam, yaitu manusia harus tetap sabar dalam berbagai keadaan untuk bisa tetap menjalankan perintah Allah dan bertanggungjawab terhadap Allah dan dirinya sendiri. Seperti ketika melawan rasa malas untuk menuntut ilmu. Begitu juga saat harus sabar dari kemaksiatan, yaitu menjauhkan diri dari berbagai perbuatan yang tidak disukai oleh Allah. Dan ketika segala cobaan dan ujian
menghampiri hidup, kita pun harus sabar dan ikhlas menerimanya. Tidak boleh berburuk sangka pada Allah, sesungguhnya setiap yang terjadi dalam hidup adalah yang terbaik untuk kita.
Manusia harus tetap tegar dan rida dengan apapun yang di hadapinya dalam kehidupan. Karena manusia tidak tahu mana yang terbaik untuknya dan mana yang buruk baginya, cobaan yang datang menghampiri bukan berarti musibah telah terjadi, tapi bisa juga itu adalah proses untuk menguji keimanan diri dalam mencapai derajat keimanan yang lebih tinggi di sisi Illahi.
b. Suci Wulandari, Yant Mujiyanto dan Sri Hastuti mengungkapkan mengenai macam-macam nilai pendidikan.182
Mereka mengungkapkan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel AAC, yaitu: nilai pendidikan religi, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial budaya, dan nilai pendidikan estetik. Diungkapkan bahwa nilai-nilia tersebut meliputi:
1) Nilai pendidikan religi yang terdapat dalam kedua novel ini adalah laki-laki dan perempuan dilarang berdua tanpa adanya muhrim, seorang hamba harus bertawakal kepada Tuhan.
2) Nilai pendidikan moral dari kedua novel ini adalah janganlah suka menghasut orang lain dan menghormati serta menghargai perempuan.
3) Nilai pendidikan sosial budaya dari kedua novel ini adalah sikap saling menghormati antarmanusia dijunjung tinggi, dan keharusan menjaga kerukunan.
4) Nilai pendidikan estetis dari kedua novel ini adalah terdapatnya keindahan fisik merupakan keindahan yang dapat dirasakan oleh pancaindra, misalnya: kecantikan yang ditunjukkan pengarang dengan mengungkapkan kecantikan tokoh-tokoh dalam novel ini, keindahan pemandangan alam yang diungkapkan pengarang
182
Nilai pendidikan yang dimaksud oleh mereka mencakup nilai pendidikan religi, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial budaya dan nilai pendidikan estetis. Sayangnya, nilai-nilai tersebut disebutkan sekilas-sekilas saja.
dengan sangat indah. Sedangkan keindahan nonfisik merupakan keindahan yang bersifat abstrak, misalnya percintaan atau romantisme serta gaya bahasa yang dipakai.
Dapat dikatakan bahwa tulisan mereka dalam jurnal mengemukakan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam novel AAC, yaitu nilai pendidikan religi, pendidikan moral, pendidikan sosial budaya dan nilai estetis. Mereka memang tidak menjelaskannya secara panjang dan lebar. Namun, mereka mengungkapkan dengan singkat tetapi dapat terpahami oleh pembaca.
Novel Ayat-ayat Cinta merupakan sebuah novel yang bercerita tentang kehidupan tokoh utama yang sangat kuat imannya serta tahu bagaimana berinteraksi dengan lawan jenis tanpa harus menyinggung lawan bicara dan sikap-sikap toleransi antrumat beragama serta bagaimana kegigihannya dalam menuntut ilmu. Novel ini dapat dikatakan sebagai novel yang berisi aspek religius edukatif.