• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Nilai Perusahaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Nilai Perusahaan

Menutrut Hackel dan Livnat (1996) dalam Yangs (2011), alat ukur yang ideal untuk menilai kinerja perusahaan (nilai perusahaan) yang setidaknya bebas dari pengaruh entitas adalah cash flow. Mereka mengatakan suatu asumsi bahwa analisa cashflow ini merupakan alat pengukur yang sangat penting bagi para investor maupun auditor. Hal ini dapat saja terjadi karena pengakuan jumlah keuntungan suatu entitias dalam periodeyang sama bias berbeda, meskipun angka maupun data yang diberikan sama. Halini dikarenakan adanya perbedaan dalam metode akuntansi yang digunakan, estimasi akuntansinya dan faktor lainnya. Spesifikasinya terhadap pengakuan pendapatan dan biaya ysng dikeluarkan pada masing masing entitas diterapkan sesuai dengan kebijakan entitas tersebut.

Menurut Christiawan dan Tarigan (2007), terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain:

a. Nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.

12

b. Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham.

c. Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.

d. Nilai buku, adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi.

e. Nilai likuidasi itu adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan likuidasi.

Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham dipasar.

Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah

13

firm) dalam Salvatore (2005) dalam Apriliana N (2012).

Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan menuurut Euis dan Taswan (2002) dalam Apriliana (2012). Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Menurut I Made Sudana (2011) dalam Rosa (2013), tujuan normatif suatu perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan atau kekayaan bagi pemegang saham, yang dalam jangka pendek bagi perusahaan go public tercermin pada harga pasar saham perusahaan

yang bersangkutan di pasar modal. Memaksimalkan nilai perusahaan dinilai lebih tepat sebagai tujuan karena :

a. Memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan nilai sekarang dari semua keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham di masa yang akan datang atau berorientasi jangka panjang.

b. Mempertimbangkan faktor resiko.

c. Memaksimalkan nilai perusahaan lebih menekankan pada arus kas dari pada sekedar laba menurut pengertian akuntansi.

d. Memaksimalkan nilai perusahaan tidak mengabaikan tanggung jawab sosial.

14

Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang dari arus pendapatan atau kas yang diharapkan diterima pada masa yang akan datang. Secara matematik nilai perusahaan dapat dirumuskan sebagai

berikut : Nilai Perusahaan =

E(R)t = Pendapatan atau arus kas yang diharapkan pada periode t r = Tingkat diskonto, yang merupakan besarnya tingkat

keuntungan minimum yang diisayaratkan dan dipengaruhi dan dipengaruhi oleh besar kecilnya risiko.

N = Jumlah periode.

Indikator-indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah:

a. PER (Price Earning Ratio)

PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham.

Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah : 1. Tingkat pertumbuhan laba

2. Dividend Payout Ratio

3. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal b. PBV (Price Book Value)

15

Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.

Ada beberapa alasan mengapa investor menggunakan rasio harga terhadap nilai buku (PBV) dalam analisis investasi: pertama, nilai buku sifatnya relatif stabil. Bagi investor yang kurang percaya terhadap estimasi arus kas, maka nilai buku merupakan cara paling sederhana untuk membandingkannya. Kedua, adanya praktik akuntansi yang relatif standar diantara perusahaan-perusahaan menyebabkan PBV dapat dapat dibandingkan antar berbagai perusahaan yang akhirnya dapat memberikan signal apakah nilai perusahaan under atau overvaluation.

Menurut Brigham (2010) dalam Rosa (2013) rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai bukunya memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan dipandang baik oleh investor artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan.:

PBV : Harga Pasar Per Saham Nilai Buku Per Saham

Menurut Keown, (2004), terdapat variabel variabel kuantitatif yang dapat digunakan untuk memperkirakan nilai suatu perusahaan, antara lain:

16

Nilai buku merupakan jumlah aktiva dari neraca dikurangi kewajiban yang ada atau modal pemilik. Nilai buku tidak menghitung nilai pasar dari suatu perusahaan secara keseluruhan karena perhitungan nilai buku berdasarkan pada data historis dari aktiva perusahaan.

b.Nilai pasar perusahaan

Nilai pasar saham adalah suatu pendekatan untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Namun ada beberapa kekurangan sehubungan dengan penggunaan rasio PBV yakni: nilai buku sangat dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan. Apabila penggunaan standar akuntansi yang berbeda diantara perusahaan-perusahaan maka ini akan mengakibatkan rasio PBV tidak dapat diperbandingkan. Nilai buku mungkin tidak banyak artinya bagi perusahaan berbasis teknologi dan jasa karena perusahaan-perusahaan tesebut tidak memiliki asset nyata yang signifikan. Niali buku dari akuitas akan menjadi negatif bila perusahan selalu mengalami earning yang negatif sehingga akan mengakibatkan nilai rasio PBV juga negatif menurut Murhadi (2009) dalam Patriska (2013)

2.Leverage

Menurut Kasmir (2011) dalam Eno Fuji (2014) salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan adalah leverage, Solvabilitas

17

dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri menurut Weston dan Copeland (1992) dalam Yangs (2011). Leverage dapat

dipahami sebagai penaksir dari resiko yang merekat dalam suatu perusahaan. Artinya, leverage makin besar menunjukan makin besar

pula risiko investasi dari perusahaan tersebut.

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang perusahaan tidak

solvable artinya total hutangnya lebih besar dibandingkan dengan

total asetnya (Horne 1997). Leverage merupakan rasio yang

menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur, juga sebagai rasio yang membandingkan total hutang terhadap keseluruhan aktiva suatu perusahaan. Apabila investor melihat sebuah perusahaan dengan aset yang tinggi namun risiko leverage

nya juga tinggi, maka akan berpikir dua kali untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut, karena dikhawatirkan asset tinggi tersebut di dapat dari hutang yang akan meningkatkan risiko investasi apabila perusahaan tidak dapat melunasi kewajibanya tepat waktu.

Menurut Martono dan Harjito (2005) dalam Patriska (2013), dikenal dua macam leverage dalam suatu perusahaan, yaitu

leverage operasi (operating leverage) dan leverage keuangan

(financial leverage). Penggunaan kedua leverage ini dengan

tujuan agar keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya. Dengan demikian

18

penggunaan leverage akan meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham.

1. Leverage Operasi (Operating leverage)

Dalam Yahya, (2011), memberikan pengertian tentang leverage

operasi sebagai berikut:

“operating leverage refers to phenomenon where by a small change in sales triggers a relatively large change in operating income

earning before interest and tax”.

Dapat disimpulkan leverage operasi sebagai penggunaan aktiva dengan biaya tetap dengan harapan bahwa revenue atau

penerimaan yang dihasilkan oleh pengguna aktiva itu akan cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel atau dengan kata lain yaitu suatu cara untuk mengukur resiko usaha dari suatu perusahaan. Biaya tetap tersebut misalnya, beban penyusutan gedung dan peralatan kantor, biaya asuransi dan biaya lain yang muncul dari penggunaan fasilitas manajemen. Biaya operasi tetap, dikeluarkan agar volume penjualan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari pada seluruh biaya operasi yang tetap dan variabel.

2. Leverage Keuangan (Financial Leverage)

Yaitu penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar sehingga akan meningkatkan keuntungan bagi pemegang

19

saham atau memperbesar pendapatan per lembar saham, dengan menunjukan perubahan laba per lembar saham (Earning Per Share

= EPS). Sebagai akibat perubahan laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Taxes = EBIT). Namun disisi lain

perusahaan harus mempertimbangakan adanya peningkatan resiko dari penggunaan hutang tersebut. Hal ini karena adanya beban tetap berupa beban bunga yang akan menyertai pokok pinjaman.

Keputusan manajemen untuk berusaha menjaga agar rasio

leverage tidak bertambah tinggi mengacu pada teori pecking order

teory menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing dan

apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan, maka

perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu obligasi kemudian diikuti sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila belum mencukupi, perusahaan akan menerbitkan saham. Pada intinya apabila perusahaan masih bisa mengusahakan sumber pendanaan internal maka sumber pendanaan eksternal tidak akan diusahakan. Maka dapat disimpulkan rasio leverage yang tinggi menyebabkan

turunnya nilai perusahaan menurut Weston dan Copeland (1992) dalam Yangs (2011). Debt Equity Ratio merupakan rasio leverage.

Debt Equity Ratio digunakan untuk menentukan berapa besar

perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. Debt

20

DER = __Total Hutang___ (Sofyan, 2004) Total Modal Sendiri

Dokumen terkait