• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAGAR BUDAYA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.7. Nilai Potensi Kawasan Padanglawas

Potensi biara/situs cagar budaya yang berada di Kawasan Padanglawas dapat diketahui dari nilai (value) seperti yang diuraikan sebagai berikut :

a. Sejarah dan Arkeologi

Pada Kawasan Padanglawas tinggalan arkeologinya berupa biara/situs cagar budaya yang jumlahnya 25; arca baik dari batu maupun perunggu. Juga prasasti yang terbuat dari batu dan perunggu merupakan periode masa Hindu dan Budha sekitar abad ke-11 hingga ke-14. Adanya agama Hindu dapat dilihat dari tinggalan arca Ganesa; dan yoni, sedangkan arca budha

Vairocana dan arca Bhatara Lokanatha memperlihatkan adanya agama Budha di Kawasan Padanglawas.

b. Kelangkaan

Tinggalan budaya berupa biara/situs cagar budaya yang terbuat dari bata dan arca dengan ikonografi yang khas, serta prasasti yang bertuliskan aksara Jawa Kuna dan aksara Batak merupakan tinggalan budaya yang langka dan tidak ada duanya di Indonesia. Relief yang ada pun berlainan dan langka dengan relief yang ada di wilayah Indonesia, khususnya relief yang mencerminkan keraksasaan. Kesemua tinggalan tersebut merupakan benda langka yang non renewable yang harus dilestarikan.

c. Lansekap

Tinggalan budaya berupa biara/situs cagar budaya di Kawasan Padanglawas didirikan memanjang mengikuti aliran sungai berlainan dengan bangunan biara atau situs yang ada di Jawa yang umumnya kosentris/memusat. Sesuai dengan namanya, kawasan Padanglawas merupakan suatu kawasan padang yang terbuka dan luas, dengan adanya dataran rendah, berbukit, dan gunung. Misalnya di situs Si Soldop yang mempunyai bukit dan dataran rendah berupa rura paya.

Dari peta klaster dapat terlihat di Kawasan Padanglawas sebagian besar merupakan tanah tegalan dan ada beberapa perkebunan kelapa sawit. Juga menurut Fadhlan di dalam penelitiannya tentang Kawasan Padanglawas disebutkan bahwa Kawasan Padanglawas merupakan salah satu daerah yang

terletak pada dataran rendah kaki Pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian sekitar 50 – 100 meter di bawah permukaan laut dan dikelilingi oleh rangkaian perbukitan. Kawasan ini seolah-olah merupakan suatu danau kering yang tepiannya berupa rangkaian perbukitan. Di dataran rendah yang panas dan kering ini terdapat dua sungai besar, yaitu Sungai Barumun dan Batang Pane (Fadhlan, 2010).

Hal ini juga sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Bab III Pasal 10 yang menyebutkan bahwa satuan ruang geografis dapat ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya apabila (a) mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan; (b) berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun; (c) memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun; (d) memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan ruang berskala luas; (e) memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya; dan (f) memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia atau endapan fosil. Kriteria tersebut di atas terdapat di Padanglawas, oleh sebab itu Kawasan Padanglawas dapat dikategorikan sebagai Kawasan Cagar Budaya.

d. Keilmuan

Kawasan Padanglawas sampai saat ini masih belum banyak dikenal oleh masyarakat luas, hal ini disebabkan karena tinggalan budayanya belum

banyak diteliti. Kalaupun nantinya akan dilakukan penelitian hendaknya metode dan teknik pengumpulan data dalam kegiatan penelitian tidak boleh merusak cagar budaya yang diteliti. Penelitian dilaksanakan atau diampu oleh orang yang berkompeten dalam bidangnya, serta wajib menyampaikan laporan hasil penelitian kepada Unit Pelaksana Teknis (BP3 atau Balar) setempat dan Direktorat Peninggalan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

e. Kebudayaan

Dengan keberadaan Kawasan Padanglawas ini akan meningkatkan pembelajaran tentang nilai-nilai baik intangible maupun tangible yang terkandung dalam cagar budaya; meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap cagar budaya.

Kawasan Padanglawas dihuni oleh masyarakat Mandailing, Sipirok yang mempunyai budaya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sayang sekali karena perkembangan zaman, budaya warisan leluhur mereka makin ditinggalkan. Misalnya dari 140 responden ternyata tidak ada yang menjadi pengrajin lagi, misalnya pengrajin ukir-ukiran tradisional, mereka rata-rata sudah bekerja di perkebunan.

Masyarakat masih mempertahankan kuliner lokal, yakni masakan holat. Serta masyarakat Kawasan Padanglawas masih mempunyai kearifan lokal dalam pemeliharaan lingkungan dengan adanya Poda Na Lima.

f. Pendidikan

Kawasan Padanglawas diharapkan nantinya mampu meningkatkan pembelajaran tentang nilai-nilai baik intangible maupun tangible yang terkandung dalam cagar budaya; mampu meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap cagar budaya. Jika ada pelatihan dan proses pembelajaran, diharapkan peserta didik harus didampingi oleh guru pembimbing yang tahu akan bidang studi yang harus diajarkan dan sebelum pelaksanaan kegiatan, peserta didik harus mendapatkan pembekalan dari Unit Pelaksana Teknis Peninggalan Purbakala di daerah (Kantor BP3).

g. Masyarakat Lokal

Kawasan Padanglawas dengan penduduk yang mayoritas bermarga Harahap dan Siregar tersebut memiliki cerita tentang nenek moyang mereka, yang berhubungan erat dari masa ke masa. Dari hasil kuesioner dapat diketahui bahwa mereka sangat bangga bahwa di lingkungan mereka berdiri tinggalan budaya nenek moyang mereka. Tinggalan budaya ini merupakan jati diri bangsa terutama bagi anak cucu mereka. Oleh karena itu mereka merasa memiliki tinggalan budaya yang ada di Kawasan Padanglawas, dan mereka ingin melestarikannya.

h. Ekonomi

Jika ada kegiatan di lingkungan biara/situs cagar budaya, penduduk sekitar akan digunakan sebagai tenaga lokal. Penduduk hanya dilibatkan sebatas

sebagai tenaga lokal saja, misalnya jika ada penggalian, pemugaran, dan pemagaran. Pekerjaan tersebut hanya melibatkan beberapa tenaga saja dan hanya dalam waktu-waktu tertentu saja, tergantung anggaran pusat atau daerah. Dalam bidang pariwisata pun masyarakat sekitar belum diberdayakan dan belum memanfaatkan semua biara/situs cagar budaya yang ada, mereka dapat memanfaatkan dengan mengadakan pagelaran budaya, atau menjadi pemandu.

i. Pariwisata

Atraksi wisata yang dilakukan di kawasan Padanglawas hanya terbatas pada saat-saat tertentu, misalnya saat memperingati hari besar kenegaraan (Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus) atau hari besar keagamaan (Lebaran), mereka membuat panggung dan atraksinya hanya berupa panggung dangdut. Jika ada atraksi wisata harus tetap menghormati norma masyarakat sekitar dan nilai yang terkandung di dalam cagar budaya; diharapkan mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kelestarian cagar budaya; ada pengaturan alur pengunjung sehingga cagar budaya tidak rusak; ada pembatasan jam kunjungan pada cagar budaya; serta penentuan jumlah pengunjung disesuaikan dengan luas kawasan.

Pemanfaatan Cagar Budaya yang ada di Kawasan Padanglawas sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Pasal 43 menyebutkan bahwa Cagar Budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya peringkat provinsi apabila memenuhi syarat : (a)

mewakili kepentingan pelestarian Kawasan Cagar Budaya lintas kabupaten/kota; (b) mewakili karya kreatif yang khas dalam wilayah provinsi; (c) langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di provinsi; (d) sebagai bukti evolusi peradaban bangsa dan pertukaran budaya lintas wilayah kabupaten/kota, baik yang telah punah maupun yang masih hidup di masyarakat; dan/atau (e) berasosiasi dengan tradisi yang masih berlangsung.

Kawasan Padanglawas yang mempunyai luas lahan yang masih dipergunakan untuk wisata dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Misalnya kegiatan pengembangan seperti berikut.

Tabel 4. 4 Daftar Kegiatan

No AKTIVITAS URAIAN

1. Berkendaran Untuk bersenang-senang dan bersantai 2. Jalan-jalan naik gajah Untuk bersenang-senang

3. Hiking Berjalan lebih serius ke lokasi tertentu

4. Bermain di alam Ada yang membutuhkan peralatan, atau tanpa alat

5. Berenang Di sungai Sirumambe, Batang Pane, dan Sungai Barumun

6. Bersepeda Dengan sepeda santai atau sepeda gunung 7. Memancing/

menangkap ikan

Di perairan sungai

8. Berjalan-jalan di alam Untuk pendidikan melihat flora dan fauna serta pendidikan obat-obatan tradisional. Tanaman balaka yang berkhasiat bagi kesehatan

9. Mendaki gunung/bukit

Mendaki bukit Si Soldop dengan melihat

rurapaya dari atas bukit. 10. Menginap di rumah

penduduk sekitar

Untuk merasakan budaya masyarakat setempat 11. Berperahu/rakit Menggunakan perahu/rakit

12. Tubing Menelusuri aliran sungai dengan naik ban dalam

mobil

13. Sightseeing Ke pedesaan dengan menitikberatkan melihat

budaya lokal

14. Berkemah Di tempat yang telah disediakan 15. Piknik Berwisata tetapi tidak menginap 16. Mencoba praktik

memasak masakan tradisional

Memasak bersama-sama penduduk setempat membuat membuat holat dan dodol

17. Berburu babi hutan Pada saat tertentu ikut penduduk berburu babi hutan yang menjadi hama tanaman