• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul II: Un couple demande l'arrêt de la réanimation de son bébé

Hanya 23 langkah penting menuju sukses

2) Nilai Relasional

Nilai relasional berkaitan dengan interaksi dan hubungan sosial. Sebuah tanda atau isyarat yang menunjukkan hubungan sosial yang dipresentasikan pada wacana. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan antarpenguasa, penguasa dengan rakyat, ataupun hubungan antara pemimpin dengan bawahannya, dan sebagainya. Contoh :

(21) Q : Mr.Ehrlichman, prior to the luncheon recess you stated that in

your opinion, the entry into the Ellsberg psychiatrist’s office was

legal because of national security reasons. I think that was your testimony?

(New York Times, 1973: 512 dalam Fairclough (2001: 98)) Q : Tuan Eberlichman, menjelang istirahat makan siang Anda menyatakan dalam pendapat Anda bahwa memasuki kantor psikiatris Elliberg adalah tindakan legal karena alasan keamanan nasional. Saya kira itu adalah pembelaan Anda?

Fairclough (2001: 98) mengatakan bahwa struktur formal yang tergambar dalam percakapan tersebut membutuhkan formalitas yang terlihat dalam kosakatanya. Keformalitas tersebut bertujuan untuk menghormati status dan kedudukan partisipan. Oleh karena itu, pada penggalan percakapan tersebut terdapat nilai relasional.

Berikut contoh penggunaan nilai relasional dalam bahasa Prancis.

(22) Les policiers sont restés sur les lieux lundi jusqu'en fin de matinée, fouillant l'appartement du père au premier niveau de l'immeuble

"l'Arbousier",....

(http://www.bfmtv.com/societe/toulouse-un-pere-arrete-apres-mort-fils-4-ans-653686.html) Polisi tetap tinggal di TKP sampai menjelang tengah hari, menggeledah apartemen sang ayah di lantai 1 apartemen "l'Arbousier",....

Kalimat (22) di atas menunjukkan bahwa les policiers (polisi) lebih berkuasa dibandingkan dengan le père (sang ayah). Pihak kepolisian dapat memeriksa tempat kejadian perkara (TKP). Pilihan kata tersebut menunjukkan adanya nilai relasional yang menandakan hubungan sosial antarpartisipan. Sementara itu, terdapat pula kata fouillant (menggeledah) yang menunjukkan kekuasaan. Pilihan kata-kata tersebut secara langsung mencerminkan perspektif pemberitaan karena terlihat bahwa wartawan mendukung salah satu partisipan. 3) Nilai Ekspresif

Nilai ekspresif berkaitan dengan pemilihan atau evaluasi tentang sesuatu atau peristiwa yang dicerminkan oleh kata tersebut. Fungsi ekspresif adalah untuk memberikan (mengungkapkan) gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan. Perasaan sering dikaitkan dengan rasa yang dialami oleh hati. Rasa dalam hati menurut Suwadji, dkk (1995, 132-165) terdiri dari rasa marah, susah, takut,

senang atau gembira, kecewa, enak dalam hati, enggan, heran, kasih sayang, dan rasa frustasi. Rasa marah dapat ditunjukkan dengan leksem marah, marah sekali, sirik hati, mendongkol, jengkel, marah dalam hati. Rasa susah dapat berupa leksem susah, susah sekali, sedih, bingung, menyadari kemalangannya, selalu bersedih. Rasa takut terdiri dari leksem takut, agak takut, khawatir, jera, gamang, malu, enggan. Rasa senang atau gembira ditunjukkan dengan leksem senang, gembira, puas, lega, bangga, girang hati. Rasa kecewa meliputi leksem kecewa, menyesal. Rasa enak dalam hati dapat berupa leksem tenteram, tidak merasa takut dan khawatir, tidak mempunyai perasaan sedih, tenang, tidak gelisah, kerasan. Rasa enggan ditunjukkan dengan leksem enggan, tidak sudi, segan, tidak bernafsu, malas. Rasa heran meliputi leksem heran dan heran sekali. Rasa kasih sayang dapat ditunjukkan dengan leksem cinta, kasih, sayang, senang (kepada). Rasa frustasi terdiri dari leksem putus asa, frustasi, hilang semangatnya, berserah, tidak bersemangat lagi.

Berikut adalah contoh penggunaan nilai ekspresif: (23) LEFT .... AFTER

A FASHION

Fashion is propaganda in clothing-it tells you about who people are, what they want to be and their politics. The fashion industry is in constant flux, pumping out new images: street fashions meet haut couture-offspring-high street fashion. With personal politics and style

high on the left’s political agenda should fashion consciousness be part

of political consciousness, or is it just an excuse for consumerism?

What’s radical about a radical look?

Left Unlimited is proud to present the first ever left fashion show. They very latest designers from college will present their work, followed by

some of the old favourites.: Ken Living stone’s flares and Safari jacket;

the trot skyite flat top; the workerist donkey jacket and badges; ageing Marxism Today, Euro-chic, and much more.[...]

SAYAP KIRI.... TENTANG SEBUAH MODE

“Mode merupakan propaganda dalam berpakaian. Mode mencerminkan siapa orang-orang itu, ingin menjadi apa mereka dan politiknya. Industri mode berada dalam perubahan terus menerus yang konstan, menghadirkan citra baru: dari mode jalanan hasil modiste-beranak cucu menjadi-mode kelas atas. Dengan adanya politik personal dan gaya berkelas pada agenda politik sayap kiri akankah kesadaran bermode menjadi bagian dari kesadaran berpolitik, atau itu hanya alasan demi konsumerisme? Apa yang salah dengan penampilan yang radikal?

Sayap kiri yang tidak terbatas (Left Unlimited) dengan bangga mempersembahkan pertunjukkan mode yang pertama bagi sayap kiri. Perancang-perancang baru dari sekolah mode akan menampilkan karyanya dengan mengikutsertakan favorit lama: jaket tahan api Ken Living stone dan jaket safari; jaket pekerja, dan lencana; dimuat dalam Marxism Today, Eurochic, dan banyak lagi. [...]”

Wacana (23) di atas memperlihatkan bahwa penulis memberikan evaluasi dengan cara menggambarkan mode masa kini. Penulis menggunakan kosakata yang mengandung persuasif dalam penggambaran kesadaran bermode. Kata proud (bangga) yang dipakai oleh penulis untuk menunjukkan sebuah nilai rasa senang terhadap mode yang ditunjukkan oleh sayap kiri (Left Unlimited).

Berikut contoh penggunaan nilai ekspresif dalam bahasa Prancis.

(24) Plusieurs voisins, alarmés par les cris de l'enfant alors que son père

n'était pas encore passé à l'acte, ont alerté les policiers.

(http://www.bfmtv.com/societe/toulouse-un-pere-arrete-apres-mort-fils-4-ans-653686.html)

Beberapa tetangga memberitahu polisi karena merasa khawatir

dengan teriakan sang anak yang ayahnya belum datang menghampirinya.

Nilai ekspresif ditunjukkan dari pemilihan kata alarmés (khawatir) dalam pemberitaan (24) di atas. Kata tersebut menunjukkan adanya rasa takut dari para tetangga di sekitar tempat kejadian. Hal ini menunjukkan nilai ekspresif yang lebih kepada nilai rasa.

Fairclough (2001: 94) telah menyimpulkan, nilai-nilai aspek formal dalam perspektif pemberitaan ke dalam tabel berikut:

Tabel 8: Aspek-Aspek Formal: Nilai-Nilai Eksperiensial, Relasional, Ekspersif.

Dimensi makna Nilai-nilai Efek-efek struktural Isi Hubungan Subyek Eksperiensial Relasional Ekspresif Pengetahuan/keyakinan Hubungan sosial Identitas sosial 2. Modalitas

Menurut Alwi (2001: 751) modalitas merupakan cara pembicara menyatakan sikap terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi pribadi. Di samping itu, Fowler (1979: 85) juga berpendapat bahwa modalitas dapat diartikan sebagai komentar atau sikap yang berasal dari teks, baik secara eksplisit atau implisit yang diberikan oleh penulis. Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa penulis dapat memasukkan komentar atau opininya ke dalam tulisannya. Oleh karena itu, pemilihan modalitas dapat mengarah pada suatu perspektif.

Modalitas berbeda dengan modus. Modus merupakan kategori gramatikal sedangkan modalitas termasuk kategori semantis. Namun, konsep-konsep semantis pada modalitas dapat diwujudkan melalui modus. Modalitas dalam bahasa Prancis menurut Gosselin (2010: 309-370) terdiri dari modalitas aletik, epistemik, apresiatif, aksiologik, bulik, dan modalitas deontik.

a. Modalitas Aletik (La Modalité Aléthique)

Modalitas aletik berkaitan dengan kebenaran objektif. Dapat diartikan bahwa modalitas aletik pada dasarnya dimaksudkan untuk menandakan suatu penilaian deskriptif (dimana fakta sudah ada sebelumnya dan memiliki penjelasan atasnya), yang mengacu pada realitas. Modalitas ini juga menyatakan suatu pernyataan mengenai suatu kemungkinan (possibilité) atau ketidakmungkinan (impossibilité), sesuatu yang akan terjadi (nécessité) maupun kapasitas (capacité). Modalitas ini ditandai dengan konstruksi impersonel seperti il est

probable/heureux/souhaitable/nécessaire que..., kata keterangan seperti

nécessairement tous, quantificateurs seperti certains, aucun. Selain itu, modalitas

aletik juga dapat diungkapkan melalui kosakata table, inoxydable, nécessité,

possibilité, capacité, sporadicité, dan sebagainya. Contoh :

(25) L'autopsie de la victime sera effectuée mercredi à l'Institut

médico-légal de Montpellier afin, a ajouté le parquet de Narbonne, de "préciser les circonstances du décès du jeune homme".

(http://www.bfmtv.com/societe/un-pere-tue-fils-23-ans-jouait-lordinateur-759891.html) Otopsi korban akan dilaksanakan pada hari Rabu di l'Institut

médico-légal di Montpellier untuk menjelaskan penyebab kematian

pemuda itu, tambah jaksa.

Satuan lingual sera effectuée berasal dari konjugasi effectuer pada kala le

futur passif. Sera merupakan bentuk kala le futur dari être , digunakan untuk

menyatakan sebuah tindakan yang akan dilakukan. Di sisi lain, effectuée berbentuk participe passé mempunyai makna faire (Robert, 1993: 809) yang berarti melakukan. Oleh karena itu, sera effectuée digunakan wartawan untuk menunjukkan suatu kemungkinan atas tindakan yang dilakukan untuk

menjelaskan kematian korban. Jadi, sera effectuée dalam kalimat (25) termasuk ke dalam modalitas aletik.

b. Modalitas Epistemik (La Modalité Épistémique)

Modalitas epistemik menggambarkan suatu kebenaran subjektif. Modalitas ini juga pada dasarnya berupa penilaian deskriptif yang tidak mengacu pada realita di luar subjek yang melihatnya tetapi mengacu pada evaluasi subjektif dari suatu realita. Melalui modalitas epistemik, penutur dapat mengungkapkan suatu kepercayaan (croyance), kepastian (certitude), keraguan (doute), dan pengetahuan

(savoir) terhadap realitas yang dimaksud. Dalam bahasa Prancis, modalitas

epistemik dapat dipaparkan dengan penggunaan coverbes modaux seperti devoir dan pouvoir (dalam konteks epistemik) atau juga dengan penggunaan kata keterangan seperti probablement, sûrement, certainement, peut-être. Selain itu juga sering ditandai dengan éspérer, craindre, regretter, sembler, délibérément,

exprès, décider de, se résigner à.., perifrasa verba être censé, tenter de..., dan

penggunaan metapredikat seperti je croyais que, Pierre sait que, il doute que dan konstruksi impersonal seperti il est vraisembable/probable/douteux que, il (me)

semble que, dan sebagainya. Contoh :

(26) Le père, qui selon ce voisin vivait dans cette résidence depuis au

moins deux ans, semblait “normal” et n’était pas asocial.

(http://www.leparisien.fr/toulouse-31000/toulouse-un-pere-arrete-apres-la-mort-de-son-fils-de-4-ans-25-11-2013-3348335.php) Menurut tetangga, ayahnya terlihat normal dan tidak asosial selama tinggal di rumah itu kurang lebih dua tahun.

Satuan lingual semblait menjadi penanda modalitas epistemik. Semblait berasal dari konjugasi sembler pada kala l’imparfait. Sembler yang mempunyai

menunjukkan adanya kesan atau pandangan dari tetangga (le voisin) atas sikap dari sang ayah yang terlihat normal. Selain itu, kata selon (Robert, 1976: 1.631) yang bermakna d’après (menurut) juga menunjukkan suatu subjektivitas. Oleh karena itu, semblait dan selon dalam kalimat (26) termasuk ke dalam modalitas epistemik.

c. Modalitas Apresiatif (La modalité Apréciative)

Modalitas apresiatif berkaitan dengan penilaian subjektif berupa kesenangan (plaisir), kebahagiaan (bonheur), dan ketidakbahagiaan (malheur). Modalitas tersebut dapat dipaparkan dengan penggunaan verba apprécier,

détester, raffoler de dan konstruksi adjectival seperti bon, agrèable, desagrèable, mauvais, bon/mouvais pour... Selain itu, dapat melalui kosakata seperti utile, salutaire, néfaiste, indispensable, savoureux, juste, immoral, coupable, plaisir,

souffrance, bonheur, se promener, s’amuser, divertissant, fête, cadeau, ennui;

kata sifat seperti généreux, réussir à/échouer à risquer de..., adverb appréciatif seperti heureusement, malhereusement, dommage (que); locutions prépositives seperti par chance, par malheur; interjeksi seperti ouf!, chouette!, hélas!, zut!, selain itu se rejouir que/de, regretter que/de, se féliciter que/de, être déçu que/de,

être heureux/satisfait que/de, il est heureux/regrettable que, dan sebagainya.

Contoh :

(27) Selon les gendarmes, des membres de leurs familles respectives inquiets de ne pas les voir au travail lundi matin.

(http://www.bfmtv.com/societe/trois-jeunes-morts-un-accident-route-decouverts-famille-755127.html) Menurut keterangan polisi, para anggota keluarga merasa cemas tidak melihatnya di tempat kerjanya pada hari Senin pagi.

Satuan lingual inquiets menjadi pananda modalitas apresiatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan makna dari inquiets yaitu qui ne peut trouver le repos, la

tranquillité (Robert, 1993: 1.323) yang berarti “yang tidak dapat menemukan ketenangan”. Dari makna tersebut menunjukkan sebuah penilaian subjektif yang mengandung sebuah ketidakbahagiaan (malheur) dari para anggota keluarga korban. Selain itu, kata selon (Robert, 1976: 1.631) yang bermakna d’après (menurut) juga menunjukkan sudut pandang subjektif. Oleh karena itu, inquiets dan selon termasuk ke dalam modalitas apresiatif.

d. Modalitas Aksiologik (La Modalité Axiologique)

Modalitas aksiologik berkaitan dengan konvensi sosial yang dapat berupa nilai moral, ideologi, agama, hukum, dan lain-lain yang berorientasi pada tindakan seperti perilaku terpuji atau tak terpuji bahkan situasi yang dikendalikan oleh seseorang. Modalitas aksiologik dapat dipaparkan dengan périphrases verbales seperti avoir le courage de.., avoir le culot de..., kostruksi impersonnal seperti il

est juste que/de.... Selain itu, dapat berupa kosakata seperti le bien, le mal, louable, courageux, lâche, généreux, récompense, punir, punition,dan lain-lain.

Contoh:

(28) C'est une punition un peu spéciale dont a été victime le petit Lucas.

(http://www.bfmtv.com/societe/un-eleve-cm1-victime-dune-punition-humiliante-547148.html) Ini adalah hukuman sedikit khusus yang diderita oleh Lucas kecil. Satuan lingual une punition menjadi pananda modalitas aksiologik. Hal tersebut ditunjukkan dengan makna dari punition yaitu action de punir (Robert, 1993: 1.425) yang berarti “tindakan untuk menghukum”. Kata une punition

tersebut menunjukkan sanksi hukum atas tindakan yang dilakukan oleh Lucas. Oleh karena itu, une punition termasuk ke dalam modalitas aksiologik.

e. Modalitas Bulik (La Modalité Bulique)

Modalitas bulik digunakan untuk mengekspresikan keinginan (volonté), kemauan (désir), pengharapan (souhait), dan kebencian (aversion). Modalitas bulik dapat dipaparkan melalui verba désirer, souhaiter, volonter, coverbes seperti

essayer de, périphrases verbales seperti renoncer à, kata keterangan être tenté de, je veux que, je demande que, actions typiquement intentionnelles se promener, lire un livre, dan lain-lain. Contoh:

(29) Abdelhakim Dekhar, un homme en colère.

(http://www.bfmtv.com/societe/portrait-abdelhakim-dekhar-un-homme-colere-651270.html) Abdelhakim Dekhar, pria yang sedang marah.

Satuan lingual en colère menjadi pananda modalitas bulik. Hal tersebut ditunjukkan dengan makna dari en colère yaitu se fâcher (Robert, 1993: 452) yang berarti “menjadi marah”. Kata en colère menunjukkan sebuah kebencian (aversion) dari Abdelhakim Dekhar. Oleh karena itu, en colère termasuk ke dalam modalitas bulik.

f. Modalitas Deontik (La Modalité Déonthique)

Modalitas deontik disebut juga dengan modalitas izin karena dibentuk oleh perihal yang berkenaan dengan keharusan (obligation), larangan (interdiction), dan perizinan (permission). Modalitas deontik „izin‟ dapat diungkapkan melalui

coverbes modaux seperti devoir dan pouvoir, périphrases verbales seperti être

dans l’obligation de, avoir le droit de, kostruksi impersonal seperti il est

permets/interdis de, kosakata berupa consigne, droit, obligation, interdire, dan

lain-lain. Contoh:

(30) Pour Valls, les Roms doivent rester dans leur pays.4 Bagi Valls, Roma harus tinggal di negara mereka.

Satuan lingual doivent menjadi pananda modalitas bulik. Hal tersebut ditunjukkan dengan makna dari doivent yang berasal dari verba devoir. Devoir mempunyai makna être dans l’obligation de (faire quelque chose) (Robert, 1993: 711) yang berarti dipaksa untuk melakukan sesuatu. Dari makna tersebut dapat diketahui bahwa adanya suatu keharusan (obligation) yang dilakukan oleh bangsa Roma. Oleh karena itu, doivent termasuk ke dalam modalitas bulik.

F. BFM TV

BFM TV adalah saluran televisi swasta di Prancis yang merupakan anak perusahaan NextRadioTV, secara resmi diluncurkan pada tanggal 28 November 2005. BFM TV menayangkan berbagai macam informasi sepanjang harinya yang secara aktual. i>Télé, anak perusahaan dari Chanel+ yang terlebih dahulu diluncurkan pada tanggal 4 November 1999 menjadi saingan utama dari BFM TV. Kedua televisi tersebut mempunyai kesamaan misi yaitu menghadirkan informasi kepada khalayak umum. Namun, berdasarkan hasil riset jumlah penonton terhadap BFM TV dan i>Télé yang diberikan oleh l’Institut Médiamétrie, sebuah perusahaan riset pemasaran, akhirnya pada tahun 2008 menetapkan BFM TV menjadi saluran informasi pertama di Prancis. Apresiasi tersebut menginspirasi BFM TV untuk mengganti slogannya dari tahun 2005-2007dengan « La nouvelle

4

Sumber: http://video-streaming.orange.fr/actu-politique/zapping-de-13h-de-bfmtv-24-09-pour- valls-les-roms-doivent-rester-dans-leur-pays-deuil-national-au-kenya-ask-fm-preoccupe-VID00000018asD.html

chaîne de l'info », kemudian 2007-2010 berganti « Priorité au direct », dan yang

terakhir pada tahun 2011 berganti menjadi « Première chaîne d'info de France» Televisi swasta ini juga mengemas informasi atau berita dalam situsnya, yakni

www.bfmtv.com yang menyajikan berita politique, société, international, economie, sport (politik, sosial, berita internasional, ekonomi, olahraga), dan

lain-lain. Berikut ini adalah gambar tampilan bfmtv.com pada halaman depan (gambar 1).

Gambar 1: Tampilan Halaman Depan pada bfmtv.com G. Penelitian yang Relevan

Ajeng Udayani (2011) telah melakukan penelitian yang membahas tentang analisis wacana kritis dengan judul “Analisis Wacana Kritis Berita Hukum dan Kriminal pada Situs Metrotvnews”. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsikan perspektif berita kriminal dan hukum; (2) mendeskripsikan bentuk ekspresi bahasa wacana berita hukum dan kriminal pada situs

Metrotvnews yang meliputi pemakaian kosakata, modalitas, dan metafora. Dari penelitian yang dilakukan Udayani tersebut ditemukan bahwa dalam wacana berita hukum dan kriminal pada situs Metrotvnews memiliki perspektif yang meliputi perspektif pro masyarakat, perspektif pro pemerintah, perspektif netral, dan perspektif pro yang lain.

Namun, kecenderungan pemberitaan dalam situs Metrotvnews lebih banyak mengarah kepada perspektif pro masyarakat dan netral. Hal ini menunjukkan bahwa pers mendukung salah satu pihak, tetapi seharusnya pers bersikap netral dalam memberitakan suatu peristiwa. Selain itu, Udayani menemukan beberapa ekspresi bahasa pada wacana berita dalam situs yang ia teliti yaitu kosakata, modalitas, dan metafora yang digunakan untuk mewakili pandangan, nilai-nilai, ide, dan keyakinan wartawan pada situs metrotvnews yang dapat menentukan perspektif pemberitaan.

Selain itu, penelitian yang dilakukan Suroso, M.Pd. yang berjudul Bahasa Perspektif Jurnalistik Perspektif Berita Utama Politik Surat Kabar Indonesia pada Awal Era Reformasi (1999), bertujuan untuk mendeskripsikan ihwal pemberitaan surak kabar Indonesia pada awal era reformasi dan bentuk manifestasinya dalam bahasa, yaitu (1) jenis perspektif pemberitaannya, (2) manifestasi perspektif pemberitaan di dalam strategi penyajian informasi dalam teks berita surat kabar pada awal era reformasi, (3) manifestasi perspektif pemberitaan di dalam bentuk-bentuk ekspresi bahasa dalam teks berita surat kabar pada awal era reformasi. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa perspektif pemberitaan surat kabar Indonesia pada awal era reformasi adalah (a) perspektif pro masyarakat, (b)

perspektif pro pemerintah, (c) perspektif netral, (d) perspektif pro yang lain. Surat kabar Suara Pembaruan dan Kompas menggunakan perspektif pro masyarakat dan netral karena secara institusi tidak berhubungan dengan pemerintah.

Sementara surat kabar Republika dan Media Indonesia menggunakan perspektif pro masyarakat, pro pemerintah, netral, dan pro yang lain, karena memiliki hubungan ideologis dan budaya pemerintah BJ.Habibie. Di samping itu, ditemukan manifestasi perspektif pemberitaan surat kabar Indonesia yang diklasifikasikan ke dalam dua hal yaitu wujud strategi penyajian informasi yang berupa judul berita, tema berita, struktur tema berita, dan penahapan berita; dan wujud bentuk-bentuk ekspresi bahasa yang meliputi kosakata, metafora, modalitas, struktur informasi, struktur nominalisasi, tindak tutur, dan ketransitifan.

Penelitian ini juga akan meneliti mengenai perspektif pemberitaan yang merupakan teori dari hasil penelitian Suroso (2002) dan bentuk ekspresi bahasa pada suatu berita. Adapun perbedaan dengan penelitian yang relevan di atas yaitu pada fokus penelitiannya. Bentuk ekspresi bahasa pada penelitian yang dilakukan oleh Udayani terfokus pada kosakata, modalitas, dan metafora dalam bahasa Indonesia untuk mewakili pandangan, nilai-nilai, ide, dan keyakinan wartawan. Sedangkan penelitian ini terfokus pada bentuk ekspresi bahasa yang meliputi kosakata dan modalitas dalam bahasa Prancis saja. Penelitian Udayani dilakukan terhadap situs metrotvnews yang berbahasa Indonesia. Sedangkan penelitian ini dilakukan terhadap situs www.bfmtv.com dalam bahasa Prancis.

49 BAB III

Dokumen terkait