• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF PEMBERITAAN DAN BENTUK EKSPRESI BAHASA PADA WACANA BERITA KRIMINAL DI SITUS WWW.BFMTV.COM (KAJIAN WACANA KRITIS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSPEKTIF PEMBERITAAN DAN BENTUK EKSPRESI BAHASA PADA WACANA BERITA KRIMINAL DI SITUS WWW.BFMTV.COM (KAJIAN WACANA KRITIS)."

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untukmemenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

GhinayunAmalia A. P. NIM 10204241022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)

v

WITH YOUR WAY..

Jangan dibayangkan tetapi dihadapi! Berani itu mau mencoba dan mengambil resiko. (Mario teguh)

SELESAIKAN DENGAN BAIK APA YANG TELAH KAMU MULAI!!!

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada

Bapak, Ibu, mas Dondi, dan dek Trias yang tidak pernah

lelah memberikan dukungan, semangat, dan mendoakan saya

dalam berbagai hal. Kalian adalah alasan untukku tak mudah

(7)

vii

hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perspektif Pemberitaan dan Bentuk Ekspresi Bahasa pada Berita

Kriminal di Situs www.bfmtv.com (Kajian Wacana Kritis)” untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dorongan serta semangat dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.M. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Zamzani selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Ibu Dra. Alice Armini, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis Universitas Negeri Yogyakarta dan Penasehat Akademik, yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi penulis dalam menyusun skripsi.

4. Ibu Dra. Siti Perdi Rahayu, M.Hum selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan, dan nasihat.

(8)
(9)

ix

HALAMAN JUDUL... ...i

PERSETUJUAN...ii

PENGESAHAN………...………...…iii

PERNYATAAN...iv

MOTTO...v

PERSEMBAHAN...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR...xiii

DATA LAMPIRAN...xvi

ABSTRAK...xv

EXTRAIT...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...4

C. Pembatasan Masalah...5

D. Rumusan Masalah...5

E. Tujuan Penulisan...6

F. Manfaat Penulisan...6

G. Batasan Istilah...7

BAB II KAJIAN TEORI...8

A. Bahasa, Teks, dan Wacana...8

(10)

x

2. Perspektif Pro Pemerintah...19

3. Perspektif Netral...21

4. Perspektif Pro Lain...23

E. Bentuk Ekspresi Bahasa...25

1. Kosakata...25

a. Nilai Eksperiensial...34

b. Nilai Relasional...35

c. Nilai Ekspresif...36

2. Modalitas...39

a. Modalitas Aletik...40

b. Modalitas Epistemik...41

c. Modalitas Apresiatif...42

d. Modalitas Aksiologik...43

e. Modalitas Bulik...44

f. Modalitas Deontik...44

F. BFM TV...45

G. Penelitian yang Relevan...46

BAB III METODE PENELITIAN...49

A. Sumber Data dan Data Penelitian...49

B. Subjek dan Objek Penelitian...49

C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data...49

D. Metode dan Teknik Analisis Data...54

E. Validitas dan Reliabilitas...60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...61

A. HASIL PENELITIAN...61

1. Perspektif Pemberitaan...61

(11)

xi

b. Perspektif Pro Lain...68

2. Bentuk Ekspresi Bahasa...73

a. Kosakata...73

1) Nilai Eksperiensial...74

2) Nilai Relasional...75

3) Nilai Ekspresif...76

b. Modalitas...77

1) Modalitas Aletik...78

2) Modalitas Epistemik...79

3) Modalitas Apresiatif...80

4) Modalitas Aksiologik...81

5) Modalitas Bulik... ...82

6) Modalitas Deontik...83

BAB V PENUTUP...85

A. KESIMPULAN...85

B. SARAN...86

C. Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa Prancis...86

DAFTAR PUSTAKA...88

(12)

xii

Tabel 2: Klasifikasi Kata Tindakan Mourad Fares...27

Tabel 3: Kosakata: Membatasi Pandangan...28

Tabel 4: Pertarungan Wacana Masalah di Aceh...30

Tabel 5: Pertarungan Wacana Masalah Pemakaian Cadar...31

Tabel 6: Marginalisasi pada Tindakan Pemerkosaan...32

Tabel 7: Marginalisasi pada Tindakan Pembunuhan...33

Tabel 8: Aspek-aspek Formal: Nilai-nilai Eksperiensial, Relasional, Ekspresif...39

Tabel 9: Klasifikasi Perspektif Pemberitaan...51

Tabel 10: Klasifikasi Kosakata...53

Tabel 11: Klasifikasi Modalitas...53

(13)
(14)

xiv

(15)

xv 10204241022

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) perspektif wartawan dan (2) bentuk ekspresi bahasa yang meliputi pemakaian kosakata dan modalitas pada wacana berita kriminal pembunuhan pada tanggal 1-7 November 2013 di situs www.bfmtv.com. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah berita kriminal pembunuhan di situs berita online www.bfmtv.com pada tanggal 1-7 November 2013. Data penelitian ini adalah satuan bahasa berupa semua kata, frasa, dan kalimat dalam wacana berita kriminal pembunuhan yang mengandung perspektif pemberitaan dan bentuk-bentuk ekspresi bahasa. Subjek penelitian ini adalah keseluruhan kata, frasa, dan kalimat pada wacana berita kriminal pembunuhan pada tanggal 1-7 November 2013 di situs www.bfmtv.com. Objek penelitian ini adalah perspektif pemberitaan dan unsur bentuk ekspresi bahasa pada wacana berita kriminal berupa kosakata dan modalitas.

Pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik simak bebas libas cakap dan teknik catat dengan bantuan tabel klasifikasi data. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis yaitu metode padan dan agih. Metode padan referensial dengan menggunakan komponen tutur (SPEAKING) digunakan untuk menganalisis perspektif wartawan dalam pemberitaan. Di samping itu, untuk mengetahui nilai pada kosakata dan modalitas, digunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) sebagai teknik dasar dan teknik baca markah sebagai teknik lanjutan, kemudian dilanjut dengan metode padan referensial untuk mengetahui maknanya. Validitas penelitian diperoleh melalui validitas semantik. Reliabilitas penelitian menggunakan intra-rater dan expert

judgement.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perspektif yang terdapat pada wacana berita kriminal pembunuhan pada tanggal 1-7 November 2013 di situs

(16)

xvi

Par: Ghinayun Amalia Anggun Prihandini 10204241022

EXTRAIT

Cette recherche a le but de décrire (1) la perspective du journaliste et (2) sa verbalisation qui sont des vocabulaires et des modalités dans le discours criminel d’homicide qui est publié du 1er au 7 novembre 2013 au site www.bfmtv.com. L’approche de cette recherche est descriptive-qualitative. La source des données de cette recherche est les nouvelles criminelles d’homicide qui sont publiées du 1er au 7 novembre 2013 au site www.bfmtv.com. Les données de cette recherche sont tous les mots, les phrases, et les propositions dans le discours criminel d’homicide qui ont la perspective du journaliste et de sa verbalisation. Le sujet de la recherche est tous les mots, les phrases, et les propositions dans le discours de nouvelle criminelle d’homicide qui est publiée du 1er au 7 novembre 2013 au site www.bfmtv.com. Tandis que l’objet est la perspective du journaliste et sa verbalisation qui se compose des vocabulaires et des modalités.

Pour collecter les données, on utilise la méthode d’observation non participant avec la technique de lecture attentive et d’inscription à l’aide des tableaux de classification des données. Pour analyser la perspective du journaliste est utilisé la méthode d’idéntité par la référence en reliant le contexte de langage (SPEAKING). En outre, pour découvrir les sens de vocabulaire et de modalité, on utilise la méthode de distributionnelle avec la technique de substitution, de lecture de marque, et la méthode d’idéntité par la référence. La validité des données est acquise par la validité sémantique. Tandis que, la technique intra-rater et des conseils d’expertisés sont utilisés pour avoir la fidélité.

Les résultats de la recherche indiquent que (1) la perspective du journaliste dans le discours de nouvelle criminelle d’homicide qui est publié du 1er

(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Wacana adalah segala pernyataan lisan atau tertulis yang mempunyai makna di antara bagian-bagiannya yang membentuk bangun-bangun satuan bahasa. Wacana dapat berupa kalimat, alinea atau paragraf, percakapan atau obrolan, laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Wacana dapat ditemukan baik di buku, majalah, koran, televisi maupun di berbagai media massa lainnya. Televisi adalah salah satu media untuk menyajikan wacana secara langsung. Televisi menyampaikan suatu wacana berupa informasi dan hiburan kepada khalayak luas yang didukung oleh gambar atau video serta suara. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan.

(18)

pandangan subjektif, dan penilaian terhadap suatu peristiwa yang diliputnya atau terhadap partisipan dalam peristiwa yang dilihatnya.

Selain itu, bahasa merupakan perangkat yang digunakan untuk memproduksi makna. Dalam produksi makna, bahasa tidak pernah lepas dari ideologi dan politik pemakainya. Oleh sebab itu, terdapat dua surat kabar yang melaporkan peristiwa sama dengan bahasa yang berbeda, sehingga menghasilkan pemaknaan yang berbeda pula. Jadi, realitas yang hendak dibahasakan oleh wartawan selalu terkandung ideologi. Selain itu pula, bahasa yang digunakan seringnya dibesar-besarkan, terkesan kasar, dan mempunyai kecenderungan untuk memarjinalkan suatu kelompok tertentu. Sebagai contoh pada judul wacana berikut.

(1) Toulouse: un père tue son fils de 4 ans

(http://www.bfmtv.com/societe/toulouse-un-pere-arrete-apres-mort-fils- 4-ans-653686.html)

(Toulouse: Seorang ayah membunuh putranya sendiri yang berumur 4 tahun)

(19)

memilih kata “un père” (ayah) dan “son fils” (putranya) sehingga memperjelas status dan hubungan di antara partisipan (pelaku dan korban).

Pembahasan di atas menunjukkan bahwa wartawan tidaklah bersikap netral dan objektif dalam membuat berita. Netral berarti dalam menulis maupun mencari berita, wartawan tidak boleh berpihak pada satu kelompok. Objektif yaitu di mana wartawan menghindari opini pribadi ke dalam pemberitaan. Hal ini menyebabkan laporan berita tidak seimbang. Padahal, berita dalam media massa dituntut untuk memberikan informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat, yaitu informasi yang aktual dan dapat dipertanggungjawabkan dengan menghadirkan berita yang berdasarkan pada realitas yang sebenarnya.

(20)

Perspektif pemberitaan secara sistematis dipengaruhi oleh pemilihan bentuk ekspresi linguistik. Bentuk ekspresi linguistik merupakan istilah struktur pembentuk bahasa yang diperkenalkan oleh Fowler (1996: 68-90) baik pada tatanan leksikal (kosakata), sintaksis (kalimat) dan wacana seperti pemakaian kosakata, sistem ketransitifan, transformasi sintaksis: pasivasi, struktur nominalisasi, modalitas, tindak tutur, metafora, dan struktur informasi. Mengingat banyaknya permasalahan bentuk ekspresi, maka penelitian ini hanya membahas beberapa bentuk ekspresi bahasa yang meliputi pemilihan kosakata dan modalitas agar lebih terfokus. Pemakaian kosakata dan modalitas yang berbeda pada peristiwa yang sama dapat menimbulkan perspektif berbeda. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis secara kritis wacana berita kriminal khususnya pembunuhan yang diunggah pada tanggal 1-7 November 2013 di situs milik BFMTV (www.bfmtv.com).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang terlihat adanya berbagai identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Ragam bahasa berita pada situs www.bfmtv.com.

2. Struktur pendahuluan, isi, dan penutup pada wacana berita kriminal pembunuhan pada situs www.bfmtv.com.

3. Perspektif wartawan pada penulisan wacana berita kriminal pembunuhan di situs www.bfmtv.com.

4. Bentuk ekspresi bahasa pada wacana berita kriminal pembunuhan di situs

(21)

C. Batasan Masalah

Identifikasi masalah di atas mencakup banyak permasalahan dan cukup luas, sehingga perlu dilakukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah ini bermaksud agar masalah yang akan diteliti menjadi lebih terpusat. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka masalah yang akan diteliti sebagai berikut.

1. Perspektif wartawan pada penulisan wacana berita kriminal pembunuhan di situs www.bfmtv.com.

2. Bentuk ekspresi bahasa pada wacana berita kriminal pembunuhan di situs

www.bfmtv.comyang meliputi pemakaian kosakata dan modalitas.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan dalam rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana perspektif wartawan pada penulisan wacana berita kriminal pembunuhan pada situs www.bfmtv.com?

(22)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. mendeskripsikan perspektif wartawan pada penulisan wacana berita kriminal pembunuhan pada situs www.bfmtv.com.

2. mendeskripsikan bentuk ekspresi bahasa pada wacana berita kriminal pembunuhan di situs www.bfmtv.comyang meliputi pemakaian kosakata dan modalitas.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan pengertian yang mendalam terhadap objek yang diteliti dan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan linguistik terutama tentang wacana kritis.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa pendidikan bahasa Prancis dalam pemahaman tentang wacana dalam pemberitaan.

(23)

G. Batasan Istilah

Beberapa istilah yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah.

1. Perspektif adalah sudut pandang penulis dalam melihat sesuatu yang didasari oleh latar belakang, keyakinan, dan pengetahuannya. Perspektif pemberitaan merupakan sudut pandang penulis (wartawan) yang didasari oleh latar belakang, keyakinan, dan pengetahuannya dalam melihat, memproses, dan melaporkan suatu peristiwa yang terjadi dalam masyarakat yang dikemas dalam wujud berita.

2. Ideologi adalah cara berpikir seseorang atau suatu golongan yang tercermin dalam praktik sosio politik dan sosio ekonomi.

(24)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Bahasa, Teks, dan Wacana

Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa adalah alat komunikasi verbal. Bahasa berperan penting dalam menyusun pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu. Oleh karena itu, tanpa bahasa berarti tak ada berita, cerita, maupun ilmu.

Bahasa dapat diwujudkan ke dalam teks. Halliday dan Hassan (1976: 1) mengemukakan pendapatnya mengenai teks yaitu dapat berbentuk lisan maupun tulisan, prosa atau puisi, dialog atau monolog. Teks merupakan deretan kalimat, kata, dan sebagainya yang membentuk ujaran dan juga merupakan bentuk bahasa tertulis seperti naskah (Kridalaksana, 2001: 212). Teks merupakan realisasi dari sebuah wacana.

Wacana dipadankan dengan istilah le discours dalam bahasa Prancis. Le

discours dalam Dictionnaire de Linguistique (Dubois, 2002:150) diartikan sebagai

une unité égale ou supérieure à la phrase ; il est constitué par une suite formant

(25)

terbesar. Wacana ini direalisasikan ke dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa wacana adalah segala pernyataan lisan atau tulis yang direalisasikan ke dalam teks dan membentuk makna yang serasi diantara kalimat-kalimatnya.

Wacana dilihat dari media penyampaiannya dibagi menjadi dua jenis, yaitu wacana lisan dan wacana tulisan (Tarigan, 1993: 52-55). Wacana lisan

(spoken discourse) adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media

lisan. Sang penerima harus menyimak atau mendengarkan penutur untuk menerima, memahami, atau menikmati wacana yang disampaikannya. Wacana lisan banyak ditemui dalam acara-acara di televisi, radio, khotbah, pidato, deklamasi, dan sebagainya. Di sisi lain, wacana tulis (written discourse) merupakan wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Untuk menerima, memahami, atau menikmati wacana tulis maka sang penerima harus membacanya. Wacana tulis terdapat dalam artikel, makalah, surat kabar, berita

online, dan lain-lain.

(26)

mempengaruhi pola pikirnya bahkan dapat mengendalikan pikirannya. Hal ini dapat dibuktikan melalui bahasa yang dipakai oleh seseorang yang berpikiran negatif tentang peristiwa tertentu dapat mengubah pemahaman orang lain tentang peristiwa tersebut sehingga pola pikir orang tersebut dapat menjadi negatif. Begitu pula seseorang dapat mengubah pola pikir negatif orang lain menjadi positif melalui bahasa.

B. Berita dalam Media Massa

Media massa merupakan hasil produksi dari teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan sebuah proses dimana pesan yang diproduksi secara massal disebarkan kepada penerima pesan siapapun,dimanapun, dan kapanpun. Penerima pesan dapat dari semua kalangan tanpa memandang umur, jenis kelamin, domisili, dan lain-lain. Media massa memiliki berbagai macam bentuk, baik media elektronik (televisi, radio, dan internet), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, maupun film. Oleh karena itu, media massa dapat dinikmati audience tanpa batasan hambatan ruang dan waktu karena media massa merupakan alat-alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan pesan dengan cepat kepada audience yang luas.

(27)

menentukan kejadian atau berita mana yang dapat masuk atau tidak di dalam koran atau televisi.

Berita merupakan bentuk pelaporan surat kabar tentang peristiwa tindakan, pernyataan, atau masalah yang menarik perhatian orang yang muncul dalam interaksi sosial (Assegaf, 1982: 21-37). Media berita merupakan salah satu dari media massa yang penyajiannya terfokus pada informasi berita terbaru yang disampaikan kepada publik. Tebba (2005: 152) menyatakan bahwa berita bersifat ideologis, politis, dan bisnis. Oleh karena itu, sebuah wacana berita tidak dapat dipahami sebagai sesuatu yang netral dan berlangsung secara alamiah.

C. Analisis Wacana Kritis

Stubs (1983: 1) mengatakan, analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Di samping itu, bagi Brown dan Yule (1983: 1) analisis wacana adalah investigasi terhadap penggunaan bahasa pada suatu teks yang dianggap sebagai komunikasi verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis wacana merupakan kajian yang digunakan untuk menginvestigasi penggunaan bahasa pada suatu wacana baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

(28)

mendasari pernyataan dalam sebuah wacana. Titik perhatian berdasarkan pada sintaksis dan semantik dalam suatu pernyataan. Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata urutan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Pandangan kedua, konstruktivisme, bahasa yang digunakan seseorang memiliki tujuan tertentu dan subjek memiliki kemampuan untuk mengontrol maksud tertentu dalam wacana. Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk mengurai maksud dan makna tertentu dalam suatu wacana. Ketiga, pandangan kritis. Bahasa dianggap terlibat dalam hubungan kekuasaan terutama dalam membentuk subjek dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Individu dapat dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada di masyarakat yang menjadikan individu sebagai subjek yang tidak netral. Oleh karena itu, analisis wacana menekankan pada kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Jadi, analisis wacana menurut pandangan kritis dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa seperti perspektif yang mesti dipakai, batasan-batasan yang diperkenankan menjadi wacana, dan topik yang dibicarakan.

(29)

menunjukkan tidak hanya jenis pembicaraan tetapi juga makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam pembicaraan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa analisis wacana kritis merupakan upaya dalam melihat bahasa di dalam sebuah wacana yang menjadi faktor penting untuk pengungkapan ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat.

Analisis wacana kritis mempunyai karakteristik penting seperti yang disarikan oleh Eriyanto dari Van Dijk, Fairclough, dan Wodak (2012: 7-14) sebagai berikut:

1. Tindakan

Wacana dipandang sebagai bentuk interaksi dan dipahami sebagai sebuah tindakan. Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, menimbulkan beberapa konsekuensi dalam memandang sebuah wacana. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan dan mengandung maksud tertentu baik besar maupun kecil. Kedua, wacana dipahami bukan sebagai sesuatu yang di luar kendali, namun diekspresikan secara sadar dan terkontrol.

2. Konteks

(30)

Halliday dan Hassan (1994: 6) berpendapat bahwa konteks berperan sebagai jembatan antara teks dan situasi tempat teks terjadi. Konteks mendahului teks karena situasi ada lebih dahulu dari wacana yang berhubungan dengan situasi tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan konteks yang lebih terperinci yaitu komponen tutur SPEAKING (situation, partisipants, ends, acts, key,

instrument, norms, dan genre) yang dikemukakan oleh Dell Hymes (1989: 62).

Situation (S) yang terdiri atas setting dan scene, yang bersifat fisik dan meliputi

tempat atau waktu terjadinya tuturan. Partisipant (P) yaitu mencakup penutur, petutur, pengirim dan penerima. End (E), meliputi maksud atau tujuan dan hasil. Hasil berupa tanggapan atas suatu pertuturan. Act sequence (A), terdiri atas bentuk pesan dan isi pesan. Key (K), mengacu pada nada, cara, atau semangat penyampaian pesan. Instrument (I), menunjuk pada jalur bahasa yang digunakan dalam pembicaraan seperti lisan, tulisan. Selanjutnya, norm (N) mengacu pada aturan-aturan atau norma interaksi dan interpretasi. Norma interaksi merupakan norma yang terjadi dalam cara menyampaikan pertanyaan, interupsi, pernyataan, perintah dalam percakapan. Norma interpretasi, yakni penafsiran norma oleh partisipan dalam tuturan. Genre (G) mencakup jenis bentuk penyampaian pesan seperti pidato, doa, surat, iklan, dan sebagainya.

Di bawah ini adalah contoh komponen tutur SPEAKING. (2) Côte-d'Or: ils forçaient des enfants à se frapper entre eux

Six jeunes hommes d'une vingtaine d'années ont été interpellés mardi pour avoir forcé des jeunes enfants de 9 et 10 ans à se frapper entre eux, à Quetigny, en Côte-d'Or, rapporte le Bien Public.

(31)

incapacité sur mineur de 15 ans et port d’arme. Une information

judiciaire est ouverte.

Les gendarmes ont été mis sur leur piste après plusieurs semaines d'enquête, alors que des bruits couraient qu'un groupe de jeunes hommes terrorisait des enfants, tirant sur eux avec des pistolets à billes, et le forçant à combattre entre eux. Trois victimes ont été identifiées, et deux ont porté plainte, selon le quotidien.

(http://www.bfmtv.com/societe/cote-dor-forcaient-enfants-a-se-frapper-entre-eux-646546.html) (Côte-d'Or: mereka memaksa anak-anak untuk memukul mereka Enam pemuda dua puluhan tahun telah ditangkap pada hari Selasa karena telah memaksa anak-anak yang berusia 9 dan 10 tahun untuk memukul mereka di Quetigny, Côte-dOr, kata Bien Public.

Tiga tersangka telah didakwa atas hasutan kepada anak-anak di bawah umur 15 tahun untuk melakukan kekerasan, kekerasan hak pada anak di bawah umur 15 tahun dan membawa senjata. Sebuah investigasi kriminal dibuka.

Para polisi telah berada di jejak mereka setelah beberapa minggu penyelidikan, sementara rumor adalah sekelompok pemuda meneror anak-anak, menembak mereka dengan pistol bola dan memaksanya untuk melawan mereka. Tiga korban telah diidentifikasi, dan keduanya telah mengeluh, menurut surat kabar itu.)

Pada contoh (2) dapat diketahui situation-nya di Quetigny, Côte-dOr.

Partisipant yang terdapat pada contoh (2) di atas yaitu six jeunnes hommes d’une

vingtaine d’années (enam pemuda dua puluhan tahun), des jeunes enfants de 9 et

10 ans (anak-anak yang berumur 9 dan 10 tahun), dan les gendarmes (para polisi).

End dari wacana di atas adalah penangkapan enam pemuda yang meneror

anak-anak dan membawa senjata.

Act sequence didahului dengan mendeskripsikan peristiwa dari umum ke

(32)

tulisan berbahasa Prancis. Selanjutnya, norm pada contoh (2) yaitu mendeskripsikan tindakan penangkapan pelaku teror terhadap anak-anak di bawah umur yang dilakukan oleh para polisi. Genre wacananya berupa berita.

3. Histori

Wacana diproduksi dalam konteks tertentu ketika wacana ditempatkan dalam konteks sosial tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Untuk dapat mengerti suatu teks, adapun aspek penting yang diperhatikan yaitu dengan menempatkan wacana tersebut dalam konteks historis tertentu.

4. Kekuasaan

Aspek kekuasaan perlu pula untuk dikritisi untuk mengamati hal-hal yang tersembunyi karena wacana yang muncul dalam bentuk teks maupun percakapan merupakan bentuk pertarungan kekuasaan dan bukan sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral. Kekuasaan berperan sebagai suatu kontrol untuk mengontrol seseorang atau kelompok lain melalui wacana. Kontrol tersebut tidak selalu dalam bentuk fisik dan langsung, tetapi dapat berbentuk psikis atau mental yang tersirat pada kosakata atau konteks dalam suatu wacana.

5. Ideologi

(33)

ideologi dapat dilihat melalui teks, percakapan, dan lainnya. Oleh karena itu, dalam menganalisis suatu wacana harus dilihat konteks terutama ideologi yang berperan dalam membentuk wacana.

D. Perspektif Pemberitaan

Perspektif menurut Kridalaksana (2001: 171) adalah pandangan yang diambil pengamat pada suatu tertentu. Perspektif atau sudut pandang penulis dapat dipengaruhi oleh ideologi dan praktik sosial tertentu. Oleh karena itu, penulis atau wartawan dianggap sebagai pihak tidak netral dalam mengolah dan memproduksi bahasa di dalam pernyataannya. Tidak sedikit wacana berita yang bersifat provokatif dan merugikan pihak lain sehingga perlu mengkaji tulisan lebih dalam untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa agar mengetahui dan memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Perspektif pemberitaan (Suroso, 2002: 17) adalah sudut pandang yang didasari oleh latar belakang nilai-nilai keyakinan, pengetahuan, dan pandangan hidup jurnalis (wartawan) dalam melihat, memproses, membuat, dan melaporkan suatu peristiwa dalam interaksi sosial yang dikemas dalam wujud berita. Adapun perspektif pemberitaan dalam surat kabar menurut Suroso (2002:167-179), yaitu: 1. Perspektif Pro Masyarakat

(34)

(3) Tidak ada pertanggungjawaban politik dari pemerintah BJ.Habibie terhadap kekerasan politik, diantaranya kasus 13-15 Mei 1998 dan tidak ditindaklanjutinya rekomendasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk oleh pemerintah yaitu adanya kerusuhan politik dan kasus kekerasan terhadap wanita serta tidak adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan berbagai kasus yang ada selama ini, termasuk kasus Soeharto, Trisakti, dan kerusuhan Mei 1998. (Kompas, Jumat 14 Mei 1999 via Suroso (2002: 168))

Kutipan (3) dapat dilihat bahwa sikap wartawan dan surat kabar yang mencerminkan perspektif pro masyarakat. Wartawan memutuskan menggunakan kalimat “tidak ada pertanggungjawaban politik BJ.Habibie terhadap kekerasan politik” tentunya bukan tanpa alasan. Dari topik yang dikembangkan dalam paragraf pertama terlihat bahwa wartawan memilih untuk mendukung masyarakat yang diwakili oleh berbagai elemen anti pemerintah yang menolak dan tidak mendukung Habibie karena aparatnya tidak mampu memutuskan kasus-kasus kekerasan pelanggaran HAM.

Berikut contoh kutipan penggunaan perspektif pro masyarakat dalam bahasa Prancis.

(4) Syrie: 100 morts dans l'attentat de mardi

Au moins 100 personnes, dont près de 80 civils, ont été tuées dans le

double attentat à la voiture piégée revendiqué par des jihadistes et qui a frappé mardi un quartier pro-régime à Homs, troisième ville de Syrie, selon une ONG.[....]

(http://www.lefigaro.fr/flash-actu/2014/04/30/97001- 20140430FILWWW00148-syrie-100-morts-dans-l-attentat-de-marhier.php) Suriah: 100 orang tewas dalam serangan pada hari Selasa

(35)

Dalam wacana (4) di atas disebutkan bahwa au moins 100 personnes, dont près de 80 civils, ont été tuées (setidaknya 100 orang, termasuk sekitar 80

warga sipil tewas) menunjukkan bentuk keprihatinan akan kematian korban yang merupakan warga Suriah itu sendiri. Hal ini menandakan bahwa wartawan memihak pada korban perang yaitu masyarakat Suriah. Jadi, pada kalimat (5) mengandung perspektif pro masyarakat.

2. Perspektif Pro Pemerintah

Perspektif pro pemerintah merupakan sudut pandang yang didasari oleh nilai keyakinan, ide-ide, dan pandangan yang mendukung pemerintah. Keberpihakan pers pada pemerintah dengan mengadvokasi kepentingan pejabat pemerintah baik yang ada di lembaga eksekutif, yudikatif, dan militer.

(5) Tragedi Trisakti masih merupakan misteri dan belum bisa disimpulkan siapa yang memberondongkan tembakan ke sekitar kampus yang menyebabkan gugurnya empat mahasiswa Trisakti. Sebelum uji balistik ke Kanada telah dilakukan uji balistik di Pindad, ITB, dan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri dengan kesimpulan berbeda. Uji balistik di ITB menyimpulkan senjata yang digunakan jenis stayer dab SS-1. Sedangkan di Puslabfor Polri senjata yang digunakan adalah SS-1 dan M-16 A2. Senjata stayer biasa digunakan oleh Unit Rreaksi Cepat (URC) atau Brimod (brigadir mobil), SS-1 digunakan Gegana (brimob) dan M-16 digunakan Kopassus dan lembaga Abri.

Pihak militer yang sedang bertugas di lapangan bersikeras tidak memakai peluru tajam dan beberapa aparat UC mengaku menembak ke Pos Jaga Usakti. Itupun peluru karet.

(36)

pemerintah memperoleh bukti uji balistik di Kanada. Fokus perhatian dari contoh (5) adalah sumber-sumber yang berasal dari pemerintah seperti Pindad dan Puslabfor Mabes Polri. Hal ini berarti, wartawan mendukung sikap pemerintah melalui aparat penyelidiknya (Puslabfor) Mabes Polri dan Pindad.

Berikut contoh wacana berita yang menggunakan perspektif pro pemerintah dalam bahasa Prancis.

(6) Gironde: Un gendarme renversé par un véhicule, le chauffard en fuite Le conducteur d'un véhicule en fuite était activement recherché après avoir renversé dans la nuit de samedi à dimanche à

Saint-André-de-Cubzac, en Gironde, au nord de Bordeaux, un gendarme qui a été blessé et transporté à l'hôpital, a-t-on appris auprès de la gendarmerie. L'accident s'est produit vers 1H10, lors d'un contrôle routier classique. Le conducteur du véhicule, "activement recherché", a refusé de s'arrêter, percutant un gendarme de la Brigade motorisée de Saint-André-de-Cubzac.[...]

(http://www.bfmtv.com/societe/gironde-un-gendarme-renverse-un-vehicule-chauffard-fuite-767519.html) Gironde: Seorang polisi tertabrak kendaraan, sopir yang ngawur melarikan diri

Pengemudi kendaraan yang melarikan diri di Sabtu malam dicari dengan giat pada hari Minggu setelah menabrak di Saint-André-de-Cubzac, Gironde, utara Bordeaux, seorang polisi yang terluka dan dibawa ke rumah sakit, setelah mendengar berita menurut polisi.

Kecelakaan terjadi pukul 1.10, ketika patroli. Pengemudi kendaraan, “giat dicari”, menolak berhenti, menabrak polisi dari Brigade bermotor dari Saint-André-de-Cubzac.[...]

Dari contoh (6) dapat diketahui bahwa fokus dari wacana di atas berasal dari pemerintahan yaitu un gendarme (polisi) yang menjadi korban tabrak lari. Wartawan memarjinalkan le conducteur d'un véhicule (pengemudi kendaraan) dengan kalimat le conducteur d'un véhicule en fuite était activement recherché après avoir renversé (pengemudi kendaraan yang melarikan diri dicari dengan

(37)

bertanggung jawab atas perbuatannya. Oleh karena itu, dalam wacana di atas wartawan berpihak pada polisi yang menjadi korban tabrak lari. Jadi, kalimat (7) di atas mengandung perspektif pro pemerintah.

3. Perspektif Netral

Perspektif netral ialah sudut pandang yang didasari oleh sikap jurnalis dalam memberitakan atau menginformasikan suatu wacana yang ditulisnya dengan netral terhadap semua pihak yang terlibat dalam wacana, yakni masyarakat satu dan masyarakat yang lainnya. Berikut contoh penggunaan perspektif netral dalam bahasa Indonesia (Suroso, 2002: 34)

(7) Presiden BJ.Habibie menegaskan kemenangan maupun kekalahan merupakan hal yang wajar, alamiah, dan tak terpisahkan dalam pemilihan umum (Pemilu). Yang kalah harus bisa menerima dengan lapang dada dan berjiwa besar. Sebaliknya, bagi yang menang, diharapkan tidak sampai pongah, dan melupakan behwa Indonesia merupakan keluarga besar.

(38)

Berikut contoh penggunaan perspektif netral dalam bahasa Prancis. (8) Ecosse : les pour et les contre l'indépendance font jeu égal dans un

nouveau sondage

Dimanche, le sondage qui a donné pour la première fois le «oui» à l'indépendance écossaise gagnant a fait planer pour de bon le spectre d'une sécession qui semblait jusqu'alors improbable. Deux jours plus tard, mardi 9 septembre, un nouveau sondage confirme la poussée des indépendantistes, et place « oui » et « non » au coude-à-coude : le

premier recueillerait 38 % des voix, le second 39 %, tandis que 23 % des sondés ne se proncent pas. [...]

(http://www.lemonde.fr/europe/article/2014/09/09/ecosse-les-pour-et-les-contre-l-independance-font-jeu-egal-dans-un-nouveau-sondage_

4484118_3214.html) Skotlandia: pro dan kontra kemerdekaan sama kuatnya dalam sebuah angket baru

Minggu, angket yang diberikan untuk pertama kalinya “persetujuan” pada Kemerdekaan Skotlandia yang memenangkan kemerdekaan melayangkan bayanganp dari adanya pemisahan diri yang sebenarnya tidak mungkin sampai saat ini. Dua hari kemudian, selasa 9 September, angket baru menguatkan desakan orang-orang yang menghendaki untuk merdeka, dan menempatkan “ya” dan “tidak” berdampingan: yang pertama mendapat 38% suara, yang kedua 39%, sedangkan 23% diduga tidak menyatakan. [...]

(39)

4. Perspektif Pro Lain

Perspektif pro lain didasari sikap wartawan yang pro dengan golongan atau kelompok tertentu selain pemerintah dan masyarakat (rakyat) dalam melihat dan melaporkan suatu peristiwa dalam wacana. Berikut adalah contoh dari perspektif pro lain.

(9) Empat tokoh partai kemarin bertemu untuk membicarakan apa yang oleh deklarator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai “buah simalakama

Mega”. Keempat tokoh itu adalah Gusdur, Ketua PAN Amien Rais, Presiden Partai Keadilan Nniurmahmudi Ismail, dan Ketua PPP Hamzah Haz.

[...] “Kalau Megawati terpilih menjadi presiden, gerakan Islam tak akan mau menerimanya. Tetapi kalau Megawati terpilih keadaan juga belum tentu baik. Ini buah simalakama. Makanya kami berkonsultasi mencari jalan keluar, kata Gus Dur seusai bertemu Hamzah haz di kantor Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU).

[...] Sedangkan Hamzah Haz menegaskan bahwa partainya sudah terikat fatwa ulama yang melarang wanita menjadi presiden.”Kalau Megawati terpilih, PPP tidak akan bersedia diajak dalam pemerintahannya, katanya.

(Republika, Minggu, 27 Juni 1999 via Suroso (2002: 174-175)) Dari teks (9) di atas diketahui bahwa wartawan pro terhadap partai yang berbasis massa Islam yaitu PKB, PAN, dan Partai Keadilan. Kalimat “Empat tokoh partai kemarin bertemu untuk membicarakan apa yang oleh deklarator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdurrahman Wahid

(Gusdur) sebagai “buah simalakama Mega”.” menunjukkan bahwa wartawan memarjinalkan Mega. Wartawan juga hanya melihat dari golongan tertentu yaitu partai berbasis massa Islam dan tidak melihat lagi bahwa Megawati memiliki peluang untuk menjadi presiden. Padahal Megawati dan partainya telah berhasil memenangkan Pemilu walaupun tidak secara mutlak.

(40)

(10) Belgique :Une mère au chômage noie ses deux enfants

Elle confesse avoir "réfléchi à cet acte depuis trois ans". Une mère de famille au chômage de la région de Namur, en Belgique, a avoué lundi avoir noyé ce week-end ses deux fils de 2 et 6 ans dans une baignoire en raison de ses difficultés financières, a indiqué le parquet. "Elle était angoissée par une situation financière difficile. C'est la seule solution qu'elle ait trouvée pour que ses enfants ne soient pas malheureux quand ils seraient adultes, a-t-elle dit", a expliqué le procureur de Namur, Philippe Dulieu, cité par l'agence Belga.[...]

(http://www.bfmtv.com/societe/belgique-une-mere-chomage-noie-deux-enfants-768309.html) Belgia: Seorang ibu pengangguran menenggelamkan kedua anaknya Dia mengakui “telah memikirkan perbuatannya sejak tiga tahun lamanya”. Seorang ibu yang pengangguran dari keluarga di daerah Namur, di Belgia, pada hari Senin mengakui telah menenggelamkan dua anak laki-lakinya yang berumur dua dan enam tahun ke dalam bak mandi pada akhir pekan dikarenakan kesulitan finansialnya, kata Dewan magistratur pengadilan.

“Dia dicemaskan oleh keadaan finansial yang sulit. Itulah satu-satunya solusi yang ia temukan agar anak-anaknya tidak sengsara ketika mereka dewasa nanti, katanya.”, jelas jaksa dari Namur, Philippe Dulieu, dikutip oleh kantor Belga. [...]

(41)

E. Bentuk Ekspresi Bahasa

Bentuk ekspresi bahasa merupakan istilah yang mengacu pada struktur bahasa, unsur-unsur bahasa atau pembentuk bahasa, seperti leksikon (kosakata), sintaksis, tindak tutur, dan gaya bahasa. Penggunaan bahasa dalam perspektif suatu ideologi dipengaruhi oleh pemilihan bentuk ekspresi linguistik, seperti pemakaian kosakata, sistem ketransitifan, transformasi sintaksis: pasivasi dan struktur nominalisasi, modalitas, tindak tutur, metafora, dan struktur informasi (Fowler, 1996: 68-90). Namun, bentuk ekspresi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kosakata dan modalitas.

1. Kosakata

Kata atau kosakata, kalimat, dan proposisi merupakan pilihan linguistik yang mencerminkan ideologi tertentu. Hal ini berarti, dalam pemakaian kosakata atau kata, kalimat, dan struktur atau bentuk kalimat oleh penulis atau wartawan tidak hanya dipandang sebagai persoalan tata bahasa atau linguistik, tetapi juga sebagai ekspresi dari ideologinya. Karena pemakaian kosakata yang berbeda akan menghasilkan realitas yang berbeda pula ketika diterima oleh khalayak.

Kosakata mempunyai peran pada suatu pemberitaan di media yang diungkapkan oleh Fowler, dkk. (1979, 8) sebagai berikut.

a. Kosakata: membuat klasifikasi

(42)

dari sisi yang satu bukan yang lain. Sistem klasifikasi ini berbeda antara satu orang dengan orang lain karena setiap orang mempunyai pengalaman budaya, sosial, dan politik yang berbeda. Berikut ini contoh kosakata: membuat klasifikasi mengenai peristiwa yang terjadi di Timor Timur yang diberikan oleh Eriyanto (2012: 135).

(11) Tabel 1: Klasifikasi Kata Tindakan Interfet

Klasifikasi (Anti-Interfet) Klasifikasi (Pro-Interfet) Masalah dalam negeri Masalah internasional

Intervensi, konspirasi internasional Bantuan kemanusiaan Menambah kekerasan Menghentikan kekerasan

Nasionalisme Hak asasi manusia, hukum internasional, nilai kemanusiaan

(43)

Berikut adalah kata kunci dari kosakata yang membuat klasifikasi dalam bahasa Prancis mengenai tindakan yang dilakukan oleh Mourad Fares di Prancis1.

(12) Tabel 2: Klasifikasi Kata Tindakan Mourad Fares

Klasifikasi Anti-Mourad Fares Klasifikasi Pro-Mourad Fares

Principaux recruteurs de Français

(perekrut utama Prancis)

Aucun élément ne permet de soupçonner Mourad Fares d'avoir voulu rentrer en France pour y mener une action terroriste.

(Tidak ada bukti untuk menduga Mourad Fares ingin pergi ke Prancis untuk melakukan tindakan teroris)

Se faisant le propagandiste du jihad en Syrie et appelant les musulmans français à le rejoindre

(membuat propaganda jihad di Suriah dan menyerukan Muslim Perancis untuk bergabung dengannya)

Fuir l'Etat islamique (EI)

(menghindari negara Islam (EI))

Pemakaian kosakata “recruteurs” yang bermakna perekrut

mengklasifikasikan pada tindakan Mourad Fares di Prancis. Dengan memberi kosakata tersebut untuk mendeskripsikan Mourad Fares, wartawan telah membentuk klasifikasi dan realitas bahwa Moured Fares adalah seseorang yang tidak baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya rasa tidak suka (anti) pada Mourad Fares. Klasifikasi pada pemakaian kosakata tersebut memperlihatkan bahwa teks mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh Mourad Fares.

1

(44)

b. Kosakata: membatasi pandangan

Bahasa membatasi pembaca untuk memahami sesuatu seperti apa yang dikatakan oleh penulis bukan yang lain. Pemilihan kosakata yang dipakai penulis berpengaruh terhadap pemahaman dan penafsiran pembaca dari suatu peristiwa. Hal ini dikarenakan pembaca tidak mengalami atau mengikuti suatu peristiwa secara langsung. Oleh karena itu, ketika khalayak membaca suatu berita, akan dihubungkan pada suatu realitas tertentu.

Peristiwa yang sama dibahasakan oleh media massa yang berbeda dapat menghasilkan judul berita yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dalam buku Eriyanto (2012: 137) mengenai kasus Tobelo, Galela, dan Jailolo (Maluku) yang bermula pada 26 Desember 1999 dari tiga media yang berbeda yaitu Republika, Kompas, dan Suara Pembaruan, sebagai berikut.

(13) Tabel 3: Kosakata: Membatasi Pandangan

Kosakata Perang (dari Republika) Kosakata Penghalusan (dari Kompas dan Suara Pembaruan) Perang, pembunuhan, pembantaian,

pembasmian, pertempuran, pembumihangusan, pembersihan

Tragedi, insiden, kasus, masalah

Perang antara Islam Kristen,

pertempuran laskar Islam dan Kristen, pembantaian pasukan Kristen terhadap mujahidin Islam

Kerusuhan berbau SARA, konflik berbau SARA, pertikaian bernuansa SARA, pertikaian antaragama

(45)

peristiwa tersebut sebagai “konflik” dan “pertikaian”. Pemakaian kosakata yang berbeda ini dapat menimbulkan pemaknaan dan pandangan tertentu terhadap peristiwa tersebut.

Berikut adalah contoh kosakata: membuat pandangan dalam bahasa Prancis.

(14) Judul I: Des parents réclament l'arrêt des soins pour leur bébé

prématuré. (lemonde.fr)

(Orang tua meminta dengan sangat penghentian perawatan untuk bayi prematur mereka)

Judul II: Un couple demande l'arrêt de la réanimation de son bébé.

(lefigaro.fr)

(Pasangan meminta penghentian kesadaran anaknya.) Judul I menggunakan kosakata l'arrêt des soins (penghentian pengobatan). Kosakata tersebut bermakna halus dibandingkan dengan kosakata l'arrêt de la réanimation (menghentikan penyadarannya) pada judul II. Hal ini menyebabkan

bahwa kedua kosakata tersebut memberi pandangan pada khalayak bagaimana peristiwa tersebut dipahami.

c. Kosakata: pertarungan wacana

(46)

(15) Tabel 4: Pertarungan Wacana Masalah di Aceh

Peristiwa Versi militer Versi GAM

Kreung Geukuh Militer terpaksa melakukan penembakan karena massa yang telah diprovokasi GAM hendak menyerang Detasemen Rudal 001. Akibat bentrok antara massa dan militer, 31 orang tewas.

Tidak ada kontak senjata dalam peristiwa tersebut. Militer secara

membabibuta melakukan penembakan kepada massa. Akibatnya, sebanyak 31 masyarakat tewas.

Pulo Rungkem Kelompok tak dikenal, yang diidentifikasi sebagai GAM, secara membabibuta

menyerang dan

melemparkan granat ke Detasemen Rudal 001.

Pelemparan granat itu dilakukan sendiri oleh militer untuk

(47)

Berikut adalah contoh dari pertarungan wacana dalam bahasa Prancis mengenai pelarangan memakai cadar di ruang publik di Prancis2:

(16) Tabel 5: Pertarungan Wacana Masalah Pemakaian Cadar

Les Juristes (Para Ahli Hukum) Les Universitaires (Para Akademisi) Le législateur est seul compétent pour

réglementer l'exercice d'une liberté

publique, en l'occurrence le droit de se vêtir librement.

(Legislatif memiliki yurisdiksi

eksklusif untuk mengatur pelaksanaan kebebasan sipil, yaitu hak untuk berpakaian bebas.)

La liberté individuelle peut être limitée au nom du respect de la pudeur d'autrui. C'est à ce titre que le

naturisme est interdit dans les rues.

(Kebebasan individu dapat dibatasi atas nama menghormati kesopanan orang lain. Hal tersebut adalah

naturisme yang tidak diperbolehkan di jalan-jalan.)

Dari tabel (5) dapat diketahui bahwa ada dua pendapat yang berbeda dari dua pihak, yaitu les juristes dan les universitaires mengenai pemakaian cadar di ruang publik. Menurut les juristes, pemakaian cadar merupakan une liberté publique, en l’occurence le droit de se vêtir librement (kebebasan sipil yaitu hak untuk berpakaian bebas). Di sisi lain, les universitaires berpendapat bahwa pemakaian cadar yang merupakan la liberté individuelle peut être limitée au nom du respect de la pudeur d'autrui (kebebasan individu tersebut dapat dibatasi untuk menghormati kesopanan orang lain). Pendapat-pendapat tersebut merupakan pertarungan wacana untuk mempengaruhi cara pandang publik terhadap masalah tersebut. Masing-masing pihak berusaha agar pendapat mereka lebih diterima oleh publik.

2

sumber: http://www.lefigaro.fr/actualite-france/2010/01/25/01016-20100125ARTFIG00505-burqa

(48)

d. Kosakata: marginalisasi

Pemilihan kata, kosakata, kalimat, atau klausa dalam penulisan pemberitaan oleh wartawan atau jurnalis dipandang bukan sebagai sesuatu yang netral tetapi membawa implikasi atau nilai ideologis tertentu. Ideologi yang tersirat pada suatu pemberitaan merupakan upaya untuk membentuk pendapat umum, meneguhkan, dan membenarkan pihak sendiri dan mengucilkan pihak lain. Hal ini dapat dilihat bagaimana mendeskripsikan partisipan dan bagaimana peristiwa digambarkan yang berpengaruh terhadap pemaknaan ketika diterima oleh khalayak. Misalnya pada berita mengenai pemerkosaan yang digambarkan pada tabel berikut dalam buku Eriyanto (2012: 150).

(17) Tabel 6: Marginalisasi pada Tindakan Pemerkosaan Aktor

(Korban)

Keterangan Aktor

(Korban) Peristiwa

Aktor (Pelaku)

Keterangan Aktor (Pelaku) Gadis Cantik Diperkosa Pemuda Pengangguran Seorang

wanita

Yang bekerja di bar

Digagahi Pemuda Yang sedang mabuk Gadis kecil Yang masih

ingusan

Dinodai Pemuda Dari keluarga

broken home [...]

Pemakaian kosakata yang berbeda dalam memberitakan peristiwa pemerkosaan dapat dilihat pada tabel 6 di atas. Pemilihan kosakata baik dari korban (wanita), pelaku (pemuda) maupun dari peristiwa pemerkosaan yang dipakai bukan hanya persoalan teknis kebahasaan semata, tetapi sangat berkaitan dengan ideologi. Ideologi tersebut dapat dilihat dari bagaimana wartawan mempresentasikan pemuda dan wanita dalam teks. Dengan menyebut wanita

(49)

Pemakaian kosakata tersebut secara tidak langsung menyudutkan wanita sebagai korban pemerkosaan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya merginalisasi terhadap wanita sebagai korban.

Berikut adalah contoh kosakata yang membuat marginalisasi yang diambil dari wacana berita mengenai pembunuhan3.

(18) Tabel 7: Marginalisasi pada Tindakan Pembunuhan Aktor

(Pelaku) Keterangan (Pelaku) Peristiwa

Aktor (Korban)

Keterangan (Korban)

Le mari

(suami)

37 ans (37 tahun),

Visiblement sous

l’emprise de l’alcool

et très excité (dengan jelas di bawah

pengaruh alkohol dan sangat lupa diri)

Coups de couteau

(menusuk dengan pisau)

Son épouse

(isterinya)

40 ans (40

tahun)

Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa wartawan memberi keterangan

visiblement sous l’emprise de l’alcool et très excité pada pelaku. Keterangan tersebut mengasosiasikan bahwa peristiwa penusukan yang terjadi pada sang isteri disebabkan oleh suami yang tengah mabuk. Hal ini menyudutkan suami yang tidak bisa mengontrol emosi dan jiwanya. Oleh karena itu, keterangan di atas menunjukkan adanya marginalisasi terhadap le mari (suami).

Pilihan kosakata dalam suatu wacana menandai secara sosial dan ideologis bidang pengalaman yang berbeda dari penulisnya. Perspektif pemberitaan dapat dilihat melalui pilihan kosakata berdasarkan nilai eksperiensial, nilai relasional, dan nilai ekspresif (Fairclough, 2001: 93-99).

3

[image:49.595.112.513.276.407.2]
(50)

1) Nilai Eksperiensial

Nilai ekperiensial berkaitan dengan isi, pengetahuan dan keyakinan yang dibawakan dengan kata-kata tertentu dari pembuat teks (dalam hal ini wartawan). Terjadinya pilihan-pilihan kata yang beragam berdasarkan pengalaman wartawan. Pilihan kata tersebut dapat berupa kosakata atau sinonim atas kata-kata tersebut untuk mempresentasikan suatu realitas di dunia alam maupun di dunia sosial. Contoh :

(19) Just 23 vital steps to success

 How to claim your heritage of constant, radiant health

 How to increase your vocabulary

 How to boost your powers of concentration

 How to develop your memory

 How to cultivate positive emotions

 How to develop an attractive voice and clear speech [...]

(Twenty-Three Steps to Success and Achevement, R.Lumsden (1984) dalam Fairclough (2001: 95))

Hanya 23 langkah penting menuju sukses

 Bagaimana mempertahankan kesehatan Anda

 Bagaimana menambah kosakata Anda

 Bagaimana menajamkan kekuatan berkonsentrasi Anda.

 Bagaimana mengasah ingatan Anda

 Bagaimana menghasilkan emosi positif

(51)

penulis dalam melakukan pengembangan diri seperti yang sudah tertera sehingga dapat mengungkapkan bagaimana menjadi orang yang sukses.

Berikut contoh penggunaan nilai eksperiensial dalam bahasa Prancis. (20) A l'arrivée des policiers et des pompiers, l'enfant a été retrouvé

inanimé, très grièvement blessé.

(http://www.leparisien.fr/toulouse-31000/toulouse-un-pere-arrete-apres-la-mort-de-son-fils-de-4-ans-25-11-2013-3348335.php) Setelah kedatangan polisi dan petugas pemadam kebakaran, anak itu ditemukan tak sadarkan diri, terluka parah.

Penggunaan pilihan kata a été retrouvé inanimé, très grièvement blessé (ditemukan tak sadarkan diri, terluka parah) menunjukkan pengetahuan wartawan dalam memberitakan suatu peristiwa yang terjadi. Wartawan dapat memberitakan keadaan sang anak yang tak sadarkan diri dan terluka parah pastinya atas pengetahuannya di lapangan pada saat meliput berita tersebut.

2) Nilai Relasional

Nilai relasional berkaitan dengan interaksi dan hubungan sosial. Sebuah tanda atau isyarat yang menunjukkan hubungan sosial yang dipresentasikan pada wacana. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan antarpenguasa, penguasa dengan rakyat, ataupun hubungan antara pemimpin dengan bawahannya, dan sebagainya. Contoh :

(21) Q : Mr.Ehrlichman, prior to the luncheon recess you stated that in

your opinion, the entry into the Ellsberg psychiatrist’s office was legal because of national security reasons. I think that was your testimony?

(52)

Fairclough (2001: 98) mengatakan bahwa struktur formal yang tergambar dalam percakapan tersebut membutuhkan formalitas yang terlihat dalam kosakatanya. Keformalitas tersebut bertujuan untuk menghormati status dan kedudukan partisipan. Oleh karena itu, pada penggalan percakapan tersebut terdapat nilai relasional.

Berikut contoh penggunaan nilai relasional dalam bahasa Prancis.

(22) Les policiers sont restés sur les lieux lundi jusqu'en fin de matinée, fouillant l'appartement du père au premier niveau de l'immeuble

"l'Arbousier",....

(http://www.bfmtv.com/societe/toulouse-un-pere-arrete-apres-mort-fils-4-ans-653686.html) Polisi tetap tinggal di TKP sampai menjelang tengah hari, menggeledah apartemen sang ayah di lantai 1 apartemen "l'Arbousier",....

Kalimat (22) di atas menunjukkan bahwa les policiers (polisi) lebih berkuasa dibandingkan dengan le père (sang ayah). Pihak kepolisian dapat memeriksa tempat kejadian perkara (TKP). Pilihan kata tersebut menunjukkan adanya nilai relasional yang menandakan hubungan sosial antarpartisipan. Sementara itu, terdapat pula kata fouillant (menggeledah) yang menunjukkan kekuasaan. Pilihan kata-kata tersebut secara langsung mencerminkan perspektif pemberitaan karena terlihat bahwa wartawan mendukung salah satu partisipan. 3) Nilai Ekspresif

(53)

senang atau gembira, kecewa, enak dalam hati, enggan, heran, kasih sayang, dan rasa frustasi. Rasa marah dapat ditunjukkan dengan leksem marah, marah sekali, sirik hati, mendongkol, jengkel, marah dalam hati. Rasa susah dapat berupa leksem susah, susah sekali, sedih, bingung, menyadari kemalangannya, selalu bersedih. Rasa takut terdiri dari leksem takut, agak takut, khawatir, jera, gamang, malu, enggan. Rasa senang atau gembira ditunjukkan dengan leksem senang, gembira, puas, lega, bangga, girang hati. Rasa kecewa meliputi leksem kecewa, menyesal. Rasa enak dalam hati dapat berupa leksem tenteram, tidak merasa takut dan khawatir, tidak mempunyai perasaan sedih, tenang, tidak gelisah, kerasan. Rasa enggan ditunjukkan dengan leksem enggan, tidak sudi, segan, tidak bernafsu, malas. Rasa heran meliputi leksem heran dan heran sekali. Rasa kasih sayang dapat ditunjukkan dengan leksem cinta, kasih, sayang, senang (kepada). Rasa frustasi terdiri dari leksem putus asa, frustasi, hilang semangatnya, berserah, tidak bersemangat lagi.

Berikut adalah contoh penggunaan nilai ekspresif: (23) LEFT .... AFTER

A FASHION

Fashion is propaganda in clothing-it tells you about who people are, what they want to be and their politics. The fashion industry is in constant flux, pumping out new images: street fashions meet haut couture-offspring-high street fashion. With personal politics and style

high on the left’s political agenda should fashion consciousness be part

of political consciousness, or is it just an excuse for consumerism?

What’s radical about a radical look?

Left Unlimited is proud to present the first ever left fashion show. They very latest designers from college will present their work, followed by

some of the old favourites.: Ken Living stone’s flares and Safari jacket;

the trot skyite flat top; the workerist donkey jacket and badges; ageing Marxism Today, Euro-chic, and much more.[...]

(54)

SAYAP KIRI.... TENTANG SEBUAH MODE

“Mode merupakan propaganda dalam berpakaian. Mode mencerminkan siapa orang-orang itu, ingin menjadi apa mereka dan politiknya. Industri mode berada dalam perubahan terus menerus yang konstan, menghadirkan citra baru: dari mode jalanan hasil modiste-beranak cucu menjadi-mode kelas atas. Dengan adanya politik personal dan gaya berkelas pada agenda politik sayap kiri akankah kesadaran bermode menjadi bagian dari kesadaran berpolitik, atau itu hanya alasan demi konsumerisme? Apa yang salah dengan penampilan yang radikal?

Sayap kiri yang tidak terbatas (Left Unlimited) dengan bangga mempersembahkan pertunjukkan mode yang pertama bagi sayap kiri. Perancang-perancang baru dari sekolah mode akan menampilkan karyanya dengan mengikutsertakan favorit lama: jaket tahan api Ken Living stone dan jaket safari; jaket pekerja, dan lencana; dimuat dalam Marxism Today, Eurochic, dan banyak lagi. [...]”

Wacana (23) di atas memperlihatkan bahwa penulis memberikan evaluasi dengan cara menggambarkan mode masa kini. Penulis menggunakan kosakata yang mengandung persuasif dalam penggambaran kesadaran bermode. Kata proud (bangga) yang dipakai oleh penulis untuk menunjukkan sebuah nilai rasa

senang terhadap mode yang ditunjukkan oleh sayap kiri (Left Unlimited). Berikut contoh penggunaan nilai ekspresif dalam bahasa Prancis.

(24) Plusieurs voisins, alarmés par les cris de l'enfant alors que son père

n'était pas encore passé à l'acte, ont alerté les policiers.

(http://www.bfmtv.com/societe/toulouse-un-pere-arrete-apres-mort-fils-4-ans-653686.html)

Beberapa tetangga memberitahu polisi karena merasa khawatir

dengan teriakan sang anak yang ayahnya belum datang menghampirinya.

(55)

Fairclough (2001: 94) telah menyimpulkan, nilai-nilai aspek formal dalam perspektif pemberitaan ke dalam tabel berikut:

Tabel 8: Aspek-Aspek Formal: Nilai-Nilai Eksperiensial, Relasional, Ekspersif.

Dimensi makna Nilai-nilai Efek-efek struktural Isi

Hubungan Subyek

Eksperiensial Relasional Ekspresif

Pengetahuan/keyakinan Hubungan sosial

Identitas sosial

2. Modalitas

Menurut Alwi (2001: 751) modalitas merupakan cara pembicara menyatakan sikap terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi pribadi. Di samping itu, Fowler (1979: 85) juga berpendapat bahwa modalitas dapat diartikan sebagai komentar atau sikap yang berasal dari teks, baik secara eksplisit atau implisit yang diberikan oleh penulis. Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa penulis dapat memasukkan komentar atau opininya ke dalam tulisannya. Oleh karena itu, pemilihan modalitas dapat mengarah pada suatu perspektif.

(56)

a. Modalitas Aletik (La Modalité Aléthique)

Modalitas aletik berkaitan dengan kebenaran objektif. Dapat diartikan bahwa modalitas aletik pada dasarnya dimaksudkan untuk menandakan suatu penilaian deskriptif (dimana fakta sudah ada sebelumnya dan memiliki penjelasan atasnya), yang mengacu pada realitas. Modalitas ini juga menyatakan suatu pernyataan mengenai suatu kemungkinan (possibilité) atau ketidakmungkinan (impossibilité), sesuatu yang akan terjadi (nécessité) maupun kapasitas (capacité). Modalitas ini ditandai dengan konstruksi impersonel seperti il est

probable/heureux/souhaitable/nécessaire que..., kata keterangan seperti

nécessairement tous, quantificateurs seperti certains, aucun. Selain itu, modalitas

aletik juga dapat diungkapkan melalui kosakata table, inoxydable, nécessité,

possibilité, capacité, sporadicité, dan sebagainya. Contoh :

(25) L'autopsie de la victime sera effectuée mercredi à l'Institut

médico-légal de Montpellier afin, a ajouté le parquet de Narbonne, de "préciser les circonstances du décès du jeune homme".

(http://www.bfmtv.com/societe/un-pere-tue-fils-23-ans-jouait-lordinateur-759891.html) Otopsi korban akan dilaksanakan pada hari Rabu di l'Institut

médico-légal di Montpellier untuk menjelaskan penyebab kematian

pemuda itu, tambah jaksa.

Satuan lingual sera effectuée berasal dari konjugasi effectuer pada kala le

futur passif. Sera merupakan bentuk kala le futur dari être , digunakan untuk

(57)

menjelaskan kematian korban. Jadi, sera effectuée dalam kalimat (25) termasuk ke dalam modalitas aletik.

b. Modalitas Epistemik (La Modalité Épistémique)

Modalitas epistemik menggambarkan suatu kebenaran subjektif. Modalitas ini juga pada dasarnya berupa penilaian deskriptif yang tidak mengacu pada realita di luar subjek yang melihatnya tetapi mengacu pada evaluasi subjektif dari suatu realita. Melalui modalitas epistemik, penutur dapat mengungkapkan suatu kepercayaan (croyance), kepastian (certitude), keraguan (doute), dan pengetahuan

(savoir) terhadap realitas yang dimaksud. Dalam bahasa Prancis, modalitas

epistemik dapat dipaparkan dengan penggunaan coverbes modaux seperti devoir dan pouvoir (dalam konteks epistemik) atau juga dengan penggunaan kata keterangan seperti probablement, sûrement, certainement, peut-être. Selain itu juga sering ditandai dengan éspérer, craindre, regretter, sembler, délibérément,

exprès, décider de, se résigner à.., perifrasa verba être censé, tenter de..., dan

penggunaan metapredikat seperti je croyais que, Pierre sait que, il doute que dan konstruksi impersonal seperti il est vraisembable/probable/douteux que, il (me)

semble que, dan sebagainya. Contoh :

(26) Le père, qui selon ce voisin vivait dans cette résidence depuis au

moins deux ans, semblait “normal” et n’était pas asocial.

(http://www.leparisien.fr/toulouse-31000/toulouse-un-pere-arrete-apres-la-mort-de-son-fils-de-4-ans-25-11-2013-3348335.php) Menurut tetangga, ayahnya terlihat normal dan tidak asosial selama tinggal di rumah itu kurang lebih dua tahun.

Satuan lingual semblait menjadi penanda modalitas epistemik. Semblait berasal dari konjugasi sembler pada kala l’imparfait. Sembler yang mempunyai

(58)

menunjukkan adanya kesan atau pandangan dari tetangga (le voisin) atas sikap dari sang ayah yang terlihat normal. Selain itu, kata selon (Robert, 1976: 1.631) yang bermakna d’après (menurut) juga menunjukkan suatu subjektivitas. Oleh karena itu, semblait dan selon dalam kalimat (26) termasuk ke dalam modalitas epistemik.

c. Modalitas Apresiatif (La modalité Apréciative)

Modalitas apresiatif berkaitan dengan penilaian subjektif berupa kesenangan (plaisir), kebahagiaan (bonheur), dan ketidakbahagiaan (malheur). Modalitas tersebut dapat dipaparkan dengan penggunaan verba apprécier,

détester, raffoler de dan konstruksi adjectival seperti bon, agrèable, desagrèable,

mauvais, bon/mouvais pour... Selain itu, dapat melalui kosakata seperti utile,

salutaire, néfaiste, indispensable, savoureux, juste, immoral, coupable, plaisir,

souffrance, bonheur, se promener, s’amuser, divertissant, fête, cadeau, ennui;

kata sifat seperti généreux, réussir à/échouer à risquer de..., adverb appréciatif seperti heureusement, malhereusement, dommage (que); locutions prépositives seperti par chance, par malheur; interjeksi seperti ouf!, chouette!, hélas!, zut!, selain itu se rejouir que/de, regretter que/de, se féliciter que/de, être déçu que/de,

être heureux/satisfait que/de, il est heureux/regrettable que, dan sebagainya.

Contoh :

(27) Selon les gendarmes, des membres de leurs familles respectives inquiets de ne pas les voir au travail lundi matin.

(59)

Satuan lingual inquiets menjadi pananda modalitas apresiatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan makna dari inquiets yaitu qui ne peut trouver le repos, la

tranquillité (Robert, 1993: 1.323) yang berarti “yang tidak dapat menemukan

ketenangan”. Dari makna tersebut menunjukkan sebuah penilaian subjektif yang mengandung sebuah ketidakbahagiaan (malheur) dari para anggota keluarga korban. Selain itu, kata selon (Robert, 1976: 1.631) yang bermakna d’après (menurut) juga menunjukkan sudut pandang subjektif. Oleh karena itu, inquiets dan selon termasuk ke dalam modalitas apresiatif.

d. Modalitas Aksiologik (La Modalité Axiologique)

Modalitas aksiologik berkaitan dengan konvensi sosial yang dapat berupa nilai moral, ideologi, agama, hukum, dan lain-lain yang berorientasi pada tindakan seperti perilaku terpuji atau tak terpuji bahkan situasi yang dikendalikan oleh seseorang. Modalitas aksiologik dapat dipaparkan dengan périphrases verbales seperti avoir le courage de.., avoir le culot de..., kostruksi impersonnal seperti il

est juste que/de.... Selain itu, dapat berupa kosakata seperti le bien, le mal,

louable, courageux, lâche, généreux, récompense, punir, punition,dan lain-lain.

Contoh:

(28) C'est une punition un peu spéciale dont a été victime le petit Lucas.

(60)

tersebut menunjukkan sanksi hukum atas tindakan yang dilakukan oleh Lucas. Oleh karena itu, une punition termasuk ke dalam modalitas aksiologik.

e. Modalitas Bulik (La Modalité Bulique)

Modalitas bulik digunakan untuk mengekspresikan keinginan (volonté), kemauan (désir), pengharapan (souhait), dan kebencian (aversion). Modalitas bulik dapat dipaparkan melalui verba désirer, souhaiter, volonter, coverbes seperti

essayer de, périphrases verbales seperti renoncer à, kata keterangan être tenté de,

je veux que, je demande que, actions typiquement intentionnelles se promener, lire

un livre, dan lain-lain. Contoh:

(29) Abdelhakim Dekhar, un homme en colère.

(http://www.bfmtv.com/societe/portrait-abdelhakim-dekhar-un-homme-colere-651270.html) Abdelhakim Dekhar, pria yang sedang marah.

Satuan lingual en colère menjadi pananda modali

Gambar

Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa wartawan memberi keterangan
Gambar 1: Tampilan Halaman Depan pada bfmtv.com
Tabel 9: Klasifikasi Perspektif Pemberitaan
Tabel 10: Klasifikasi Kosakata
+3

Referensi

Dokumen terkait

TRADISI HAJAT BUMI DI DÉSA JAGABAYA KACAMATAN PANAWANGAN KABUPATÉN CIAMIS PIKEUN BAHAN PANGAJARAN MACA ARTIKEL BUDAYA DI SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

[r]

Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang hanya dengan kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai syarat untuk memperoleh

Age, working during sickness, using handphone while driving, work duration, fatigue, smoking behavior and reaction time are related statistically. While experience

‘Beberapa Masalah dalam Penerjemahan Naskah Sastra Minangkabau’, Makalah disampaikan pada temu Ilmiah ke-3 Ilmu- ilmu Sastra 23 November 1988.. Bandung: Program

Hasil penelitian menunjuklan bahwa (1) latihan senam mixed impact aerobic didapat t hitung 2,88 > t tabel 2,262 hal ini berarti signifikan terhadap penurunan

Bila tidak melakukan pengukuran asupan dan haluaran cairan akan mengakibatkan edema, hipertensi, edema paru, gagal jantung, dan distensi vena jugularis, kecuali