• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1. ASESMEN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

3. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai

3.4. Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan I-2017 meningkat dibandingkan dengan triwulan IV-2016 yakni dari 102,23 menjadi 103,50. Kenaikan NTP pada triwulan I-2017 disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,70%, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,46%. Nilai NTP di atas 100 secara umum memberikan gambaran bahwa kegiatan pertanian di Provinsi Riau mulai membaik dan memberikan nilai tambah dalam peningkatan taraf hidup petani, tercermin dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani dibanding biaya yang dikeluarkan oleh petani.

Grafik 6.12. Perkembangan Nilai Tukar Petani

Jika dilihat per subsektor, peningkatan NTP disumbang oleh kenaikan indeks pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dan perikanan, sementara subsektor lainnya yaitu tanaman pangan, hortikultura dan peternakan menjadi subsektor penyusun NTP yang mengalami penurunan indeks. Berdasarkan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP), yang lebih mencerminkan kemampuan produksi petani karena hanya membandingkan produksi dengan biaya produksi, NTUP tertinggi masih dicatatkan oleh subsektor perikanan sebesar 121,24. Sementara NTUP terendah dicatatkan oleh subsektor hortikultura sebesar 106,22.

1. PROSPEK MAKROREGIONAL

Perkembangan

ekonomi Riau pada triwulan III 2017 secara umum diperkirakan tumbuh meningkat, berada pada kisaran 2,5+0,5%(yoy) dengan tendensi ke arah batas atas. Sumber pertumbuhan dari sisi penggunaan diperkirakan berasal dari konsumsi rumah tangga, swasta dan net ekspor yang tumbuh positif dan meningkat jika dibandingkan perkiraan triwulan II 2017. Sementara itu, secara sektoral peningkatan kinerja diperkirakan berasal dari sektor pertanian, industri pengolahan dan perdagangan besar dan eceran. Di sisi lain pertumbuhan ekonomi Riau tertahan oleh melambatnya konsumsi pemerintah, dan investasi. Disisi lain, melambatnya investasi mempengaruhi kinerja sektor konstruksi, serta masih berlanjutnya kontraksi

PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

Bab 7

sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan menahan laju pertumbuhan ekonomi Riau.

Secara keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Riau diperkirakan akan mencapai 2,5-3,5% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 2,23% (yoy). Laju pertumbuhan tertinggi dari sisi penggunaan diperkirakan bersumber dari net ekspor, konsumsi pemerintah, investasi, dan konsumsi rumah tangga. Sementara dari sisi sektoral, sektor pertanian, industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan yang menjadi sektor unggulan Riau juga mengalami peningkatan. Namun peningkatan yang lebih tinggi tertahan oleh sektor pertambangan dan penggalian yang diperkirakan mengalami kontraksi yang lebih dalam dibandingkan tahun lalu. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi 2017 didukung oleh membaiknya ekonomi Amerika Serikat dan negara emerging, serta diikuti peningkatan harga komoditas yang disertai dengan stabilnya permintaan baik domestik maupun luar negeri. Kondisi tersebut mendorong iklim investasi yang membaik dan kinerja ekspor yang tetap positif khususnya pada sektor pertanian dan industri pengolahan. Hal ini pada akhirnya mendorong daya beli masyarakat yang disertai pula dengan meningkatnya realisasi anggaran pemerintah pada akhir tahun sehingga mendorong konsumsi tumbuh lebih tinggi dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sektor konstruksi dan perdagangan.

Tabel 7.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Riau Aktual dan Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Riau Tahun 2017 (% yoy)

P

Proyeksi Bank Indonesia

Indikasi perbaikan perekonomian masih cukup kuat. Berdasarkan perkembangan indikator terkini, ekspor CPO menunjukkan peningkatan, realisasi APBD lebih tinggi dibandingkan 2016, meningkatnya realisasi investasi PMA dan PMDN, meningkatnya kredit konsumsi, indeks keyakinan dan ekspektasi konsumen, kenaikan harga karet dunia dan domestik, meningkatnya permintaan domestik dan ekspor, peningkatan penyaluran kredit perdagangan, dan SBT bangunan.

I II III IV I II III I

PDRB 2,71 -0,03 -2,06 -1,36 4,39 0,22 2,74 2,75 1,26 2,22 2,23 2,82 2,40-3,40 2,60-3,60 2,5-3,5

2014 2015 2015

Komponen 2016 2017

Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 7.2. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sementara itu, konsumsi pemerintah juga diperkirakan akan meningkat jika dibandingkan triwulan berjalan. Hal tersebut didorong oleh lebih tingginya anggaran APBD Provinsi Riau Tahun 2017. APBD 2017 disahkan pada bulan November 2016, lebih cepat dibandingkan APBD tahun sebelumnya yang biasanya baru disahkan pada bulan Desember. Percepatan pengesahan APBD tersebut diharapkan mendorong percepatan realisasi anggaran. Peningkatan belanja pemerintah tersebut juga diikuti oleh peningkatan investasi seiring dengan berlanjutnya proyek strategis yang prosesnya terus dipercepat. Adapun beberapa proyek strategis yang masih terus berlanjut antara lain adalah pembangunan jalan tol trans sumatera yang melewati Pekanbaru-Dumai seluar 131.475 Km, pembangunan jalur kereta api di 4 titik yakni Rantau Prapat-Dumai (249 Km), Duri-Pekanbaru (90 Km), Pekanbaru-Muaro (164 Km), Pekanbaru-Jambi (350 Km), serta adanya program peningkatan dan pembangunan jalan dan jembatan yang terus dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas jalan dalam rangka mendukung kelancaran distribusi barang dan jasa.

Dari sisi eksternal, kinerja ekspor pada triwulan II 2017 diperkirakan tumbuh positif sejalan dengan mulai pulihnya kondisi perekonomian global yang berdampak terhadap peningkatan permintaan negara mitra dagang dan harga komoditas internasional. Jika dilihat secara lebih rinci, ekspor barang dan jasa Riau triwulan ke depan didominasi oleh ekspor luar negeri yang memiliki pangsa mencapai 88,29%. Melihat outlook ekonomi global ke depan, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat semakin solid yang didukung oleh konsumsi dan investasi yang membaik. Demikian

70 80 90 100 110 120 130 140 150 160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Apr 2012 2013 2014 2015 2016 2017 IKK IKE IEK Garis 100 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Apr

2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Kegiatan Usaha Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Garis 100

konsumsi dan ekspor, serta pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang diperkirakan tetap kuat karena didukung oleh konsumsi dan investasi infrastruktur.

Tabel 7.2 Outlook Perekonomian Global

Sumber: Recent Economic Development Bank Indonesia, April 2017

Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada triwulan II 2017 diperkirakan relatif stabil. Faktor pendorong meningkatnya pertumbuhan diperkirakan berasal dari subsektor perkebunan sawit. Kurang optimalnya produksi sawit pada tahun 2016 disebabkan oleh musim trek yang berlangsung sejak Januari-Agustus tahun 2016, sehingga pada semester II-2016 sampai dengan awal tahun 2017 produksi berpotensi meningkat, disamping mulai berproduksinya tanaman yang direplanting. Dengan demikian, meningkatnya produksi dan meningkatnya harga TBS lokal yang juga dipengaruhi oleh perbaikan harga komoditas internasional mendorong laju pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan ini.

Sejalan dengan peningkatan kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan Riau, kinerja sektor industri pengolahan juga diperkirakan meningkat. Membaiknya perekonomian negara mitra dagang dan meningkatnya harga komoditas perkebunan mendorong capaian pertumbuhan sektor ini, terutama subsektor industri pengolahan CPO dan produk turunannya termasuk biodiesel, serta industri pengolahan pulp and paper. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan

Hal tersebut dikonfirmasi oleh contact liaison yang menyatakan terjadi peningkatan yang siginifikan terhadap permintaan biodiesel dalam negeri sejak tahun 2016. Dengan demikian, peningkatan permintaan sektor industri pengolahan tidak hanya bersumber dari luar negeri tetapi juga domestik.

Di sisi lain, sektor pertambangan dan penggalian migas masih cenderung melanjutkan tren menurun. Secara natural, produksi turun 8-12% jika tidak melakukan investasi apapun. Contact liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, menginformasikan bahwa cadangan minyak bumi masih cukup banyak, namun mahalnya teknologi yang dibutuhkan untuk kegiatan lifting minyak bumi melalui secondary recovery belum mampu memenuhi nilai keekonomisannya. Turunnya lifting migas menjadi faktor penahan pertumbuhan ekonomi Riau seiring dengan proporsinya yang besar terhadap perekonomian Riau, yang pada tahun 2016 mencapai 27,93%.

Selanjutnya, perkembangan sektor konstruksi diperkirakan menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Hal ini didorong oleh peningkatan APBD pemerintah yang digunakan untuk melanjutkan sejumlah proyek infrastruktur strategis. Pertumbuhan sektor konstruksi ini juga tercermin dari meningkatnya konsumsi semen di Riau. Hingga akhir tahun 2017, pertumbuhan sektor ini diperkirakan masih terus berlanjut. Adapun faktor yang dapat menghambat perkembangan sektor ini antara lain perkembangan aktivitas swasta yang sampai dengan triwulan berjalan diperkirakan masih berjalan relatif lambat yang terindikasi dari lambatnya pertumbuhan kredit investasi. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi investor yang masih wait and see terhadap perkembangan ekonomi Riau ke depan.

Sektor perdagangan besar dan eceran juga diperkirakan meningkat hingga akhir tahun 2017. Peningkatan tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi daya beli masyarakat yang menunjukkan perbaikan. Secara umum, meningkatnya kinerja sektor ini didorong oleh perbaikan harga komoditas yang terus berlanjut, kenaikan Upah Minimum Provinsi Riau, apresiasi nilai tukar rupiah, relatif terjaganya tingkat inflasi.

memberikan dampak positif terhadap meningkatnya harga komoditas, permintaan ekspor dan penyerapan domestik, volume produksi seiring dengan berakhirnya musim trek dan mulai berproduksinya tanaman yang telah direplanting, lebih tingginya APBD 2017 dibandingkan tahun lalu, percepatan realisasi anggaran pemerintah daerah dan terus berlanjutnya pembangunan proyek infrastruktur strategis, serta membaiknya kondisi perekonomian yang mendorong ekspektasi investor yang lebih baik terhadap kondisi ekonomi ke depan.

Meskipun demikian, kondisi perekonomian ke depan dibayangi beberapa risiko eksternal dan domestik. Dari pasar keuangan global, risiko antara lain bersumber dari wacana penurunan besaran neraca bank sentral Amerika Serikat dan dampaknya terhadap pasar keuangan global, kelanjutan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, resolusi sawit Uni Eropa, restorasi gambut dan perkembangan terkini geopolitik lainnya. Dari sisi domestik, risiko terkait dengan penyesuaian administered prices terhadap inflasi dan berlanjutnya konsolidasi korporasi dan perbankan sehingga menyebabkan stimulus perekonomian menjadi kurang optimal.

Terdapat risiko yang berpotensi membawa pertumbuhan ekonomi Riau menyentuh batas bawah proyeksi (downside risks). Kondisi ini utamanya terkait dengan kondisi sumur minyak yang tidak produktif (natural declining), tidak optimalnya penggunaan teknologi injeksi untuk optimalisasi produksi, serta eksplorasi sumur baru yang terkendala proses perizinan sehingga diperkirakan berpotensi mengakibatkan kontraksi yang lebih dalam pada sektor pertambangan migas. Selain itu, potensi pemulihan kinerja sektor pertanian masih cukup rendah, terutama terhadap subsektor perkebunan kelapa sawit sehubungan dengan dampak el nino dan la nina yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan, serta kondisi banjir sehingga produksi pertanian relatif terganggu. Musim kemarau secara signifikan diprediksi pada bulan Mei hingga September 2017. Prediksi curah hujan Riau pada bulan Januari-Juni 2017 didominasi kriteria menengah (150-200mm/bulan) dan mulai berkurang pada bulan Mei Juni 2017.

Dokumen terkait