• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori

6. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) a.Pengertian Nilai Tukar a.Pengertian Nilai Tukar

Keterangan : PPAP adalah penyisihan pengahapusan aktiva produktif sesuai dengan ketentuaan tentang PPAP yang berlaku bagi bank syariah.

2) Non Performing Financing Net (Penyediaan Dana Bermasalah)

NPF Net =P y aa Da a a a a – PP P T a P y aa Da a T a P y aa Da a

Keterangan: PPAP adalah Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif sesuai ketentuan tentang PPAP yang berlaku bagi bank syariah.

6. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) a. Pengertian Nilai Tukar

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainya atau nilai dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs asing adalah harga yang harus dibayar dengan uang sendiri untuk memperoleh satuan mata uang asing ( Rita dan Darma, 2011).

Dalam hubungannya dengan aktivitas perbankan syariah, kurs akan sangat berkaitan dengan segala aktivitas keuangan yang dijalankannya. Intinya, dalam menjalankan fungsinya melayani jasa keuangan, perbankan juga harus melayani para nasabahnya dalam bertransaksi valas. Dalam hal ini, dari sisi bank akan mendapatkan keuntungan (Pratiwi, 2014).

Menurut Karim (2012) Exchange rate (nilai tukar uang) adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing.

b. Jenis-jenis Nilai Tukar

Menurut Kewal (2012) Nilai tukar atau disebut juga kurs valuta dalam berbagai transaksi atupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis, yaitu:

1) Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

2) Middle rate (kurs tengah), yaitu kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.

3) Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

4) Falt rate ( kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveler chaque, dimana dalam kurs tersebut telah diperhitungkan promosi dan biaya lain-lain.

7. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Tingkat inflasi yaitu presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun tertentu, biasanya digunakan untuk

menunjukan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno,2012).

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya (Darma & Rita, 2011).

Menurut Nandadipa (2010) terjadinya inflasi ditandai dengan adanya peningkatan perilaku masyarakat dalam belanja, serta adanya perilaku pengambilan simpanan di bank. Karena peningkatan perilaku masyarakat dalam mengambil dana atau simpanannya dibank, maka dalam kondisi seperti ini bank juga mengalami kesulitan dalam tujuan penyaluran dananya kepada masyarakat (Pratiwi, 2014).

Inflasi dapat diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum. Persamaannya adalah sebagai berikut :

�� �� ℎ�� � − �� �� ℎ�� �

�� �� ℎ�� � = ��� � ���

Menurut Paul A. Samuelson inflasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut :

1) Moderate inflation. Karakeristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai inflasi satu digit 2) Galopping inflation. Inflasi ini pada tingkat ini terjadi pada

3) Hyper inflation. Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai triliyunan persen per tahun (Karim, 2011).

Secara umum penyebab terjadinya inflasi menurut ekonomi islam seperti yang dikemukakan oleh Al-Maqrizi adalah :

1) Natural inflation. Yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, manusia tidak punya kuasa untuk mencegahnya. Inflasi ini adala inflasi yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif (AS) atau naiknya permintaab agregatif (AD).

2) Human error inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia. Contohnya korupsi dan buruknya adminitrasi, pajak yang tinggi, percetakan uang yang berlebihan (Rozalinda, 2105). 8. Hubungan Variabel Dependen dengan Variabel Independen

a. Hubungan Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan Pembiayaan Murabahah

Sertifikat Bank Indonesia Syariah merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang berjangka pendek dalam mata uang urpiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia guna untuk pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah menggunakan akad Ju’alah. Jika melihat dari sisi moneter, turunnya SBIS kurang menguntungkan bagi perekonomian karena akan meningkatkan jumlah uang beredar (JUB). Namun jika dilihat dari sisi lain, hal ini justru menguntungkan bank syariah karena diharapkan dana yang

tidak disimpan dalam SBIS akan digunakan untuk memberikan pembiayaan produktif yang berguna bagi masyarakat yang akhirnya menggerakan sektor rill.

b. Hubungan Non Performing Financing (NPF) dan Pembiayaan Murabahah

Non performing financing (NPF) merupakan pembiayaan yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat namun mengalami masalah (macet) dalam pengembaliannya dan ada kemungkinan tidak dapat ditagih. NPF ini menunjukan seberapa besar kolektibitas bank dalam mengumpulkan pembiayaan yang telah disalurakannya.NPF dapat dijadikan alat ukur untuk menilai apakah sebuah bank itu sehat atau tidak. Jika semakin rendah NPF maka akan semakin tinggi jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Kredit bermasalah yang tinggi dapat menimbulkan keengganan bank untuk menyalurkan kredit harus membentuk cadangan pengahapusan yang besar sehingga pembiayaan cendrung rendah.

Lukman Dendawijaya (2005:82) menyebutkan bahwa implikasi bagi pihak bank sebagai akibat timbulnya kredit bermasalah diantaranya akan mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikan sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank. Peningkatan non performing financing akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

(PPAP) yang harus dibentuk oleh pihak bank syariah sesuai ketentuan dari Bank Indonesia. Bila hal ini berlangsung terus-menerus, maka akan mengurangi modal bank syariah sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan (Andraeny, 2011).

c. Hubungan Nilai Tukar Rupiah dan Pembiayaan Murabahah Nilai tukar rupiah (kurs) merupakan harga mata uang asing dalam mata uang domestik. Jika nilai mata uang menguat maka nilai ekspor produk dari negara tersebut akan menjadi lebih tinggi dan sebaliknya jika nilai mata uang melemah, maka nilai impor barang dari negara lain akan lebih rendah atau murah.

Perbankan syariah merupakan lembaga yang bergerak di bidang industri keuangan yang tentunya akan terpengaruh oleh pergerakan nilai tukar rupiah (kurs). Jika saja nilai rupiah melemah dan mata uang asing semakin meningkat maka transaksi perbankan di bidang valuta asing akan mengalami perubahan. Hal ini akan berpengaruh terhadap pembiayaan.

d. Hubungan Inflasi dan Pembiayaan Murabahah

Jika tingkat inflasi mengalami peningkatan akan menyebabkan harga-harga barang terus mengalami kenaikan, apalagi jika pada tahap hiperinflasi dimana inflasi sudah tidak dapat dikendalikan.

Menurut Dornbus dan Fischer dalam Nandipa (2010) dampak inflasi antara lain : menimbulkan gangguan fungsi uang, melemahkan semangat menabung, meningkatkan kecendrungan untuk berbelanja, pengerukan tabungan dan penumpukan uang, permainan harga diatas standar kemampuan, penumpukan kekayaan dan invesatsi non produktif, serta distribusi barang relatif tidak stabil dan terkonsentrasi.

Inflasi akan berpengaruh dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut, Secara langsung terhadap barang yang menjadi objek dari transaksi, Mempengaruhi nasabah dan bank apabila terjadi inflasi dalam melakukan cicilan.Bagi tingkat keuntungan bank.

Dokumen terkait