Pengembangan Jaringan Perpipaan
NO SISTEM dan
TEKNOLOGI AIR LIMBAH KAWASAN WAKTU 4 SISTEM SETEMPAT KOMUNAL KAWASAN B 1.
Kecamatan Tugu, seluruh kawasan kecamatan tugu (kecuali di kawasan perbukitan Tugurejo).
2017-2021 (5 tahun) dengan program penyuluhan KAWASAN B 2
Kecamatan Genuk: seluruh kawasan Kecamatan Genuk terkecuali kawasan Kelurahan Sambungrejo dan Penggaron Lor.
Sumber: Masterplan Air Limbah Kota Semarang, PLP Jawa Tengah, 2011
Sasaran pembangunan sektor air limbah adalah semakin terarah dan meratanya pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana air limbah terutama ditujukan untuk meningkatkan kesadaran atas perlu-nya menghindari resiko gangguan kesehatan yang berkaitan dengan kelemahan pengelolaan limbah manusia. Sasaran yang akan dicapai untuk masa sampai dengan tahun 2018 adalah pelayanan sebesar 100 %. Untuk mewujudkan sasaran sektor air limbah maka kebijaksanaan penanganannya meliputi :
1. Prasarana dan sarana pembuangan air limbah yang dapat dijangkau oleh masyarakat. 2. Berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan sarana pembuangan limbahnya.
4. Pembangunan prasarana yang dapat membantu masyarakat yang berpenghasilan rendah.
5. Pemantapan pengelolaan dan pengembangan perangkat peraturan perundang- undangan.
Strategi penanganan limbah industri harus ada secara khusus yang menjadi tanggung jawab dari instansi/industri yang bersangkutan. Pembangunan lingkungan permukiman diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dan terpelihara guna mendukung terselenggaranya pembangunan yang berkelanjutan. Dalam rangka itu diupayakan untuk :
Menerapkan baku mutu lingkungan di kawasan permukiman.
Adanya pembangunan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan.
Sasaran yang akan dicapai untuk masa sampai dengan tahun 2018 pelayanan sebesar 100% dari jumlah penduduk. Dengan demikian diperlukan peningkatan yang berupa perbaikan maupun pembuatan prasarana baru. Peningkatan sarana ini disesuaikan dengan perkembangan penduduk, sedangkan untuk jamban keluarga diupayakan sistem pengolahan dengan menggunakan tangki septik/cubluk.Untuk penduduk yang mendapat pelayanan MCK
tanggung jawab dari dana masyarakat sendiri, bantuan pemerintah hanya bersifat stimulan yaitu maksimal sebesar 30% dari kebutuhan pelayanan. Kegiatan penyuluhan diperlukan guna meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau membiayai sendiri sarana sanitasinya. Secara makro masterplan sanitasi mengupas kebutuhan dan rencana sanitasi penduduk sesuai dengan karakteristik penduduk setiapa kawasan di wilayah ini. Sedangkan penanganan air limbah dengan sistem terpusat (off-site sanitation) untuk suatu kawasan dibagian kota, dimana kota tersebut sudah mempunyai kondisi :
Kepadatan penduduk lebih besar dari 250 jiwa/Ha.
Pelayanan air bersih perkotaan dengan sistem perpipaan lebih besar 80 %. Mampu/diupayakan dapat Cost Recovery.
Pendapatan penduduk lebih besar dari 80 % adalah kelas menengah ke atas.
Untuk Kota Semarang, hingga tahun 2013 belum dilakukan program pembangunan off-site sanitation karena sulit mencari lahan dan kondisi masyarakat yang sesuai.
Untuk menentukan besaran kebutuhan sarana maka data yang diperlukan adalah jumlah penduduk saat sekarang, tahun rencana pelayanan, proyeksi penduduk dan prosentase penduduk yang telah memiliki sarana tangki septik. Pada umumnya daerah perkotaan mempunyai ukuran lebar jalan lingkungan yang bervariasi maka didalam penentuan penggu- naan armada truk tinja perlu mempertimbangkan kapasitas tangki. Asumsi Perhitungan : 50% sarana pengumpulan yang ada menggunakan tangki septik.
Asumsi faktor generasi dan akumulasi lumpur tinja beserta cairan yang harus disedot sebesar 65 l/or/tahun.
Menggunakan truk tinja dengan kapasitas 3 m3 dengan ritasi 2 kali/hari
Penyediaan sarana air limbah disesuaikan dengan proyeksi jumlah penduduk pada tahun rencana. Berikut adalah proyeksi kebutuhan air limbah tahun 2013- 2017.
Berkaitan dengan kebutuhan untuk perluasan daerah layanan ini, maka beberapa alternatif yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Penerapan sistem off site di mana akan dibuatkan sistem off site dalam skala kota dengan penyediaan sistem pengolah limbah terpusat dengan IPLT yang besar. Penerapan sistem ini memerlukan kajian mendalam yang harus dipersiapkan, adanya kendala kemiringan lahan dan muka air tanah yang tinggi merupakan kendala utama untuk penerapan sistem ini dengan skala yang luas.
2. Penerapan sistem terpusat dalam skala komunitas di mana dari rumah-rumah akan dialirkan dengan sistem perpipaan ke suatu IPLT atau septicktank komunal. Sistem ini dinilai lebih praktis dan implementatif untuk kondisi Kota Semarang bagian bawah. 3. Untuk perluasan cakupan di daerah-daerah atas di Gunungpati dan Mijen yang masih
Perbaikan sanitasi lingkungan juga perlu dilakukan khususnya pada kawasan padat penduduk dengan lahan dan ruang yang terbatas seperti di daerah Semarang Barat dan Semarang Utara. Sistem sanitasi komunal menjadi salah satu alternatif pada lokasi-lokasi yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi atau pada kawasan kumuh. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka idealnya pada setiap kawasan permukiman harus memiliki sistem penanganan air limbahnya (off site system secara komunal). Namun karena penyediaan sistem off site ini memerlukan biaya investasi dan pemeliharaan, maka bila diterapkan diwilayah padat kumuh harus disertai pendampingan pengelolaannya sehingga sistem dapat berkelanjutan.
Sosialisasi atau pemberian informasi mengenai pentingnya kebersihan dan sanitasi lingkungan sejak dini perlu dilakukan dan media pendidikan sekolah sangat efektif dalam penyampaian. Anak-anak sekolah sejak awal diberi pengetahuan dan wawasan pentingnya kebersihan dan sanitasi lingkungan bagi siswa, lingkungan sekolah serta di lingkungan tempat tinggal.
Sistem pembuangan air limbah rumah tangga sebaiknya dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan, untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka idealnya pada setiap hunian rumah tangga atau kawasan permukiman harus memiliki sistem penanganan air limbahnya. Sebelum masuk ke dalam saluran/ drainase lingkungan/ kota, dengan demikian air limbah yang masuk ke saluran/ drainase sudah relatif bersih.
Untuk mendukung perencanaan sanitasi lingkungan di Kota Semarang menjadi lebih baik maka perlu dilakukan penyusunan Peraturan daerah berdasarkan Rencana Induk (Master Plan) Sistem Pengembangan Air Limbah, yang diharapkan dapat memberi aturan penyelenggaraan dan penyediaan sarana dan prasarana sanitasi menjadi lebih baik sehingga pencemaran lingkungan dapat dikurangi atau diminimalkan.
Program bantuan tersebut sudah semestinya jika dikaitkan dengan program-program sektoral yang lain dalam arti tetap berpegang pada adanya keterpaduan antar sektoral sehingga tidak terjadi tumpang-tindih atau salah sasaran. Sehingga berangkat dari permasalahan dan analisa yang dilakukan, maka dapat dirangkum sebuah matiks yang menggambarkan permasalahan dan upaya penanganan air limbah Kota Semarang yangdapat dilihat pada Tabel berikut.
Program yang akan diperlukan dalam pengembangan sektor air limbah permukiman antara lain sebagai berikut :
1. Rehabilitasi IPLT 2. Pengadaan truk tinja
3. Penyusunan regulasi terkait pengelolaan air limbah permukiman di Kota Semarang 4. Program pembangunan prasarana air limbah sistem setempat dan komunal di kawasan
rawan sanitasi (padat, kumuh, miskin) di perkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas)
5. Program pembangunan prasarana air limbah sistem setempat dan komunal di kawasan Rumah Sederhana Sehat (RSH), atau permukiman yang berminat.
Tabel 7.60 Permasalahan dan Upaya Penanganan Air Limbah Kota Semarang 2016 NO ASPEK PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMASALAHAN YANG DIHADAPI