• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.9 Populasi dan Sampel 1 Populas

2.9.3 Metode Pengambilan Sampel

2.9.3.2 Nonpropability Sampling

Pengambilan sampel nonprobabilitas (nonpropability sampling) artinya sampel diambil berdasarkan pertimbangan peneliti agar mencapai tujuan penelitian dan dipilih secara sistematis. Metode sampel nonprobabilitas terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Sampling Sistematis

Sampling sistematis merupakan metode pengambilan sampel yang berdasarkan pada urutan dari anggota populasi yang sebelumnya telah diberi nomor urut.

b. Sampling Kuota

Sampling kuota bertujuan untuk menentukan sampel dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu dan jumlah yang diinginkan.

c. Sampling Insidental

Sampling insidental merupakan metode sampling dengan cara kebetulan yang artinya siapapun yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sebagai sampel jika orang tersebut dianggap sesuai untuk digunakan sebagai sumber data.

d. Sampling Purposif

Sampling purposif adalah metode sampel dengan pertimbangan tertentu. Metode sampling ini lebih cocok digunakan pada penelitian kualitatif.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh merupakan tipe metode penentuan sampel yang menggunakan semua anggota populasi sebagai sampelnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Keberadaan air tidak dapat dilepaskan dari kehidupan makhluk hidup karena air merupakan komponen vital yang sangat diperlukan terutama oleh manusia. Setiap harinya manusia memerlukan air untuk memenuhi keberlangsungan hidupnya. Bagi manusia, air digunakan untuk berbagai keperluan seperti mandi, minum, mencuci, memasak, dll. Dengan beragam kebutuhan air tersebut, perusahaan-perusahaan air bersih dituntut untuk menyediakan pasokan air bersih kepada masyarakat agar setiap kebutuhan tersebut terpenuhi.

Penyediaan air bersih di Indonesia difasilitasi oleh ± 318 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sistem ini ternyata melayani 33 juta jiwa atau hanya sebesar 39% penduduk perkotaan dan 9 juta jiwa atau 8% penduduk perdesaan. Sedangkan masyarakat lainnya yang belum terlayani air minum memperoleh dari sumber lain seperti mata air, sumur dalam, sumur dangkal, penampungan air hujan dan penjaja air (water vendor) yang kualitasnya tidak terjamin. Untuk masyarakat miskin yang belum terlayani oleh sistem, membeli air dengan harga yang cukup mahal (Sutjahjo, 2014).

Berbagai faktor mempengaruhi kondisi pelayanan air minum di Indonesia sehingga menyebabkan air yang diterima masyarakat belum memenuhi standar kualitas air minum. Selain itu, tingkat kehilangan air yang tinggi juga menjadi alasan tidak meratanya pelayanan air bersih ke masyarakat.

Kehilangan air bukan menjadi fenomena yang baru lagi dalam dunia air minum. Hal ini dapat terjadi ketika air yang berhasil didistribusikan ke pelanggan namun karena berbagai alasan seperti kebocoran, tidak diukur atau dicatat secara akurat sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan dalam jumlah konsumsi pelanggan. Hal ini merupakan salah satu permasalahan manajemen air minum yang juga masih sering terjadi di Indonesia. Beragam penyebab terjadinya kehilangan air dapat diakibatkan berbagai faktor seperti inkonsistensi teknis serta menurunnya fasilitas yang pada akhirnya menyebabkan kerugian yang cukup besar tidak hanya dari pihak perusahaan air minum, tetapi juga imbasnya lagi-lagi dialami oleh masyarakat. Terjadinya kehilangan air seringkali menyebabkan distribusi aliran air bersih

menjadi tidak lancar. Adanya permasalahan lain seperti debit aliran air yang kecil dan tekanan air yang rendah menyebabkan kebutuhan pelanggan akan air bersih menjadi tidak terpenuhi. Selain itu, kekeliruan pembacaan meter juga mengakibatkan jumlah tagihan air yang harus dibayar menjadi tidak sesuai dengan volume penggunaan yang tertera di meteran pencatat.

Menurut data dari Lithuania Water Supply Association, pada tahun 2012 di Lithuania sekitar 124 juta m³ air tanah yang dipasok ke jaringan, hanya 92 juta m³ yang terjual, yang artinya terjadi kehilangan air sebesar 32 jutam³ per tahunnya (Rimeika and Albrektienė, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Rita dan Nugraha (2009), di PDAM Kota Magelang didapat persentase kehilangan air akibat kebocoran pipa di wilayah studi adalah sebesar 75,21% di Armada Estate Utara; 43,97% di Armada Estate Selatan; dan 25,33% di Perumahan Depkes. Sedangkan penelitian lainnya oleh Dewi dkk (2015), yang dilakukan di PDAM Kabupaten Sukoharjo didapat bahwa kehilangan air yang terjadi pada tahun 2010-2012 sebesar 28,13%, 26,73%, 31,56% dengan angka kenaikan rata-rata sebesar 28,81%. Adapun ringkasan lebih lanjut mengenai penelitian kehilangan air yang sudah pernah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 tahun 2006, angka minimum kehilangan air yaitu 20%. Sedangkan, beberapa PDAM di Indonesia memiliki tingkat kehilangan air mencapai kisaran 20% bahkan kurang, namun banyak pula yang mencapai nilai 60% atau lebih. Berdasarkan data resmi Departemen Pekerjaan Umum, persentase kehilangan air PDAM di Indonesia rata-rata mencapai angka 37%. Faktanya dengan tingkat kehilangan air tersebut, peluang hilangnya pendapatan mencapai Rp 1,139 triliun per tahun (Deppu BPPSPAM, 2014).

PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara merupakan perusahaan daerah air minum yang memiliki tugas untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan air bersih kepada seluruh masyarakat Kota Medan. Tahun 2007, PDAM Tirtanadi memproduksi air bersih yang berasal dari instalasi pengolahan air dan beberapa sumur bor dengan kapasitas sebesar 5.046 l/detik. Adapun instalasi PDAM Tirtanadi antara lain instalasi Sibolangit, instalasi Sungga l, instalasi Delitua, instalasi Limaumanis, dan instalasi Hamparan Perak.

Pendistribusian air PDAM Tirtanadi tentu juga tidak luput dari kehilangan air. Adapun tingkat kehilangan air PDAM Tirtanadi tahun 2001-2004 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Tingkat Kehilangan Air PDAM Tirtanadi

No. Uraian

1.

Total Kehilangan Air

2001 28.535.824 m3/tahun 2002 27.780.645 m3/tahun 2003 27.046.426 m3/tahun 2004 31.502.037 m3/tahun 2. Kehilangan Air (%) 2001 23,5% 2002 22,0% 2003 21,2% 2004 23,4% Sumber : USAID, 2006

Berdasarkan Tabel 1.1, tingkat kehilangan air PDAM Tirtanadi jika dibandingkan dengan rata-rata kehilangan air PDAM di Indonesia, maka tingkat kehilangan air ini termasuk cukup rendah. Meskipun demikian, PDAM Tirtanadi mengalami kehilangan air dengan rata-rata sekitar 1.000 l/detik yang artinya jumlah ini cukup besar. Selain itu, sumber air baku yang digunakan untuk pengembangan sistem penyediaan air bersih (SPAB) semakin jauh sehingga biaya pengembangan sistem akan semakin mahal (USAID, 2006).

Kehilangan air PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014 rata-rata mencapai 27,9% yang artinya sudah di atas standar persentase kehilangan air dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Jumlah sambungan pelanggan PDAM Tirtanadi pada tahun 2014 adalah sebesar 404.739 pelanggan. Tingkat kehilangan air tersebut cukup tinggi mengingat setiap tahunnya jumlah sambungan pelanggan meningkat sebesar ± 8.000 pelanggan.

PDAM Tirtanadi Sunggal merupakan salah satu cabang dari PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di beberapa daerah di Kota Medan. Jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi Sunggal saat ini mencapai 34.895 pelanggan. PDAM Tirtanadi Sunggal memproduksi air bersih sebesar 2.500 l/detik. Hasil air olahan reservoir di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal nantinya akan dialirkan menuju pipa distribusi yang terhubung ke setiap cabang. Jaringan distribusi air pada cabang PDAM Tirtanadi menggunakan pola pendistribusian sistem cabang yang bersifat membentuk cabang sesuai dengan daerah pelayanan. Berdasarkan pola jaringan ini, terdapat beberapa kekurangan seperti berpotensi terjadinya kehilangan air, kebocoran atau kerusakan yang menyebabkan

pengaliran ke suatu daerah terhenti, serta pembagian debit yang tidak merata. Belum lagi sangat rentannya terjadi masalah pencurian air jika menggunakan pola jaringan sistem cabang.

Kompleks Graha Sunggal merupakan salah satu perumahan yang terletak di Jalan Sunggal, Medan Sunggal yang terlayani oleh PDAM Tirtanadi Sunggal. Wilayah pelayanan ini juga tidak terlepas dari kehilangan air. Banyaknya kasus kehilangan air yang ada di berbagai wilayah, maka akan dilakukan analisis terhadap kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal pada wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal. Dengan melakukan analisis tersebut, dapat ditemukan permasalahan yang terjadi mengenai kehilangan air dan diharapkan adanya penyelesaian yang sesuai untuk menghindari kerugian di berbagai pihak.

Dokumen terkait