• Tidak ada hasil yang ditemukan

Notulensi Pertemuan LPI tanggal 25 Oktober 2004

Siklus 2: Strategi Kolaborasi

5. Notulensi Pertemuan LPI tanggal 25 Oktober 2004

NOTULENSI PERTEMUAN LPI

Hari / Tgl. : Selasa, 25 Okt ober 2004 Wakt u : 20. 00 – 22. 45 WIB Tempat : Perum Perhut ani

Part isipan : Usep Sumirat , Cucu Suparman, Komaruddin, Avo Juhart ono, Amallo (AKAR) , Eman Sulaeman (AKAR) , Andri S (AKAR).

Agenda : Klarif ikasi Kebenaran Penet apan Taman Nasional Ciremai.

Usep Sumirat:

Berdasarkan dat a yang kami t erima (email yang kami punya) , bahwa Gunung Ciremai saat ini sudah dit unj uk oleh Ment eri Kehut anan sebagai Taman Nasional sebelum Menhut digant i. Unt uk hal t ersebut saya mohon masukan rekan-rekan semuanya, bagaimana kit a menyikapi hal ini.

Amallo :

Menyimak isi dari email t ersebut bahwa bet ul kalau Ciremai t elah dit et apkan sebagai Taman Nasional, hal ini menunj ukkan bahwa diant ara rekan kit a (st akeholder Kuningan) ada yang berkhianat t ent ang kebersamaan & kesepakat an bersama t erhadap nilai-nilai dalam PHBM. Sebet ulnya saya bersikeras pada saat pembahasan Perda PHBM bahwa apapun bent uknya ke depan hut an di Kuningan harus dikelola secara bersama-sama dengan uj ung t ombaknya masyarakat .

Karena Sekarang sudah ada penunj ukkan Ciremai, mari kit a lakukan cara- cara unt uk mengkalrif ikasi hal ini, agar lembaga-lembaga yang mengambil inisiat if , melegalisasi dan mendorong sepert i (Pemkab Kuningan/ Bupat i/ Dishut bun; FAHUTAN UNIKU (Fakult as Kehut anan Universit as Kuningan) dan DPRD) bert anggung j awab dan berdialog dengan kit a sert a masyarakat . Apa yang menj adi mot ivasi pengusul an Taman Nasional? Apa t idak mempert imbangkan baik buruknya unt uk akses masyarakat dan kewenangan daerah?. Padahal dengan PHBM kit a dulu berj uang unt uk memperbesar akses para pihak (Pemda dan Masyarakat ) unt uk t erlibat secara akt if dalam syst em pengelolaan hut an.

Avo Juhartono :

Kit a 2 kali dikhianat i melalui pengingkaran dari hasil kesepakat an yait u; a. Pert ama, pada saat rapat di Bapeda Kuningan (sebelum berangkat ke

Jakart a) bahwa yang hadir kesana kalau digir ing unt uk menj ust if ikasi usulan perubahan Ciremai menj adi Taman Nasional kit a menolak, saat it u pimpinan rapat Bapak Usmadi set uj u kalau ke Jakart a hanya memenuhi undangan Dephut .

b. Kedua, kesimpulan pimpinan rapat di Jakart a bahwa Ciremai perlu dikaj i lebih dahulu oleh Tim t erpadu dan t idak ada kesimpulan rapat kal au Ciremai harus menj adi Taman Nasional, sebab LPI PHBM, LSM AKAR dan Wakil KTH (Kelompok Tani Hut an) menolak secara t egas kalau rapat saat

it u harus menanda t angani Berit a Acara at au menyet uj ui Ciremai menj adi Taman Nasional .

Cucu Suparman :

Lembaga pengusul sangat pandai menyusun st rat egi, sehingga kit a semua bisa dikelabui t ermasuk Bupat i. Karena hal ini sudah t erj adi, kit a harus menyiapkan beberapa opsi yang sesuai dengan t unt ut an dan harapan masyarakat sert a st akeholder Kuningan.

Komaruddin :

Sepenget ahuan saya, apabila j adi Taman Nasional, akses masyarakat sangat t erbat as, apalagi kalau menyimak PP No 68/ 1998 celah masyarakat unt uk memanf aat kan kawasan sangat kecil, apalagi veget asi dalam kawasan Taman Nasional harus dibailkkan kepada kondisi alaminya. Sehingga pel uang masyarakat unt uk t umpangsari baik it u t anaman t ahunan maupun semusim past i akan dibat asi bahkan dihilangkan di zona t ert ent u.

Ammallo :

Pengingkaran j anj i-j anj i t ersebut mungkin merupakan st art egi dari awal. Kondisi ini menunj ukkan bahwa kewenangan dalam pengelolaan hut an diserahkan kembali kepada Pusat , padahal dengan MoU PHBM dan Prinsip- prinsipnya kit a ingin mensej aj arkan para pihak dalam posisi yang sej aj ar mulai dari perencanaan sampai dengan pemanf aat an.

KESIMPULANNYA

1. Kita tidak menyerah, tapi kita harus mencari beberapa strategi yaitu bagaimana kalau Taman Nasional itu :

a. Kit a t erima dengan syarat harus ada j aminan mengakomodasi kepent ingan masyarakat , maksudnya punya kesepakat an unt uk berkolaborasi secara legal, t erj amin dan disepakat i bersama, dalam bent uk t ert ulis (sepert i MoU PHBM).

b. Kit a Tolak bila t idak mengakomodasi kepent ingan kit a di daerah, SK agar dicabut , sebab prosesnya dilanggar sendiri.

2. Kita harus mencari mediator, dengan alternatif LPI PHBM; Forum Peduli Ciremai atau kita minta LATIN (Lembaga Alam Tropika Indonesia) ?

3. Disepakati agar LATIN untuk memediasi sekaligus diharapkan bisa menghadirkan dari Dephut (minimal dari BAPLAN dan Ditjen PHKA). Tapi yang harus hadir seorang pejabat pengambil keputusan (Dirjen atau Direktur) dan siap menanda tangani MoU untuk berkolaborasi dalam system, pengelolaan kawasan hutannya. 4. Partisipan: Stakeholder Kuningan agar diperbesar lembaga-lembaga yang saat ini

segaris dengan kita (menolak kehadiran Taman Nasional) seperti WALHI, dan kalau memungkinkan ajak dari stakeholder dari Kabupaten Majalengka.

5. Kita harus merancang acara ini secara baik, termasuk membangun pemahaman yang benar kepada masyarakat sekitar hutan, khususnya tentang akses masyarakat apabila Ciremai sudah menjadi Taman Nasional. (Saat pertemuan di Jakarta banyak dihembuskan angin surga yang belum ada buktinya di lapangan). 6. Sebelum melangkah ke arah sana, AKAR akan membuat public opinion melalui

media massa yang intinya : pengingkaran akan janji-janji, proses penetapan yang tidak mencerminkan kepentingan pihak lain bahkan melanggar aturan yang sudah dibuat, Pemda yang tidak mempertimbangkan resiko di kemudian hari (banyak

energi yang sudah dibuat akan mubazir) dan penanggalan hak-hak masyarakat selama ini. (Mudah-mudahan Kompas dan PR).

7. LPI agar mengambil peran untuk membangun public opinion sehingga masyarakat memiliki pemahaman yang sama dengan kita-kita pada saat dialog multipihak tersebut.

8. Perda PHBM agar dicermati kembali, bahkan system PHBM harus diberlakukan disemua kawasan hutan yang masuk dalam wilayah Kuningan.

9. Komunikasi diantara kita harus ditingkatkan, untuk merapatkan barisan dan membangun pemahaman yang sejalan berkaitan dengan hal ini serta menjadi cermin kita semua.

Dokumen terkait