• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

C. Novel

1. Pengertian Novel

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.73 Umumnya novel bercerita tentang tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari hari. Biasanya novel lebih panjang dan lebih kompleks dari pada cerpen.

Novel juga sering di anggap sebagai Fiksi atau prosa naratif, dimana novel merupakan sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya juga bersifat imajinatif.74

Novel juga merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa dimana karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan.

73

DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 788.

74

Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiksi, (Yogyakarta: Gajah mada University Press. 2013), h.5

Kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik.75

Untuk membuat suatu karya yang menarik dan memiliki kekuatan dalan cerita, sebuah karya sastra memiliki beberapa unsur-unsur yang membangun semua itu, didalam novel terdapat beberapa unsur yang dimiliki yakni unsur instrinsik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut membangun cerita, seperti : plot, tokoh atau penokohan, latar atau setting dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi system organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik juga termasuk unsur yang mengandung keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya yang ditulisnya.76

Novel memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai tempat (ruang) tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika posisi manusia dalam masyarakat jelas berhubungan dengan ruang dan waktu. Sebuah masyarakat jelas berhubungan dengan dimensi tempat, tetapi peranan seorang tokoh dalam masyarakat berubah dan berkembang dalam waktu. Khasnya, novel mencapai keuTuhannya secara inklusi (inclution), yaitu bahwa novellis mengukuhkan keseluruhannya dengan kendali tema karyanya.

75

Zainudin, Materi Pokok Bahasan dan Sastra Indonesia (Jakarta : Rineka Cipta, 1992),h. 99

76

Dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa novel merupakan suatu karya sastra yang isinya menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia, dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Alur cerita novel biasanya mengisahkan kehidupan yang nyata yang di peroleh dari hasil manifestasi atau pengalaman pengarang yang secara tidak langsung memberi suguhan pesan baik itu pesan moral, sosial maupun pesan keagamaan.

2. Unsur-unsur Instrinsik dalam Novel

Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut membangun cerita. Kepaduan antar berbagi unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel terwujud. Unsur yang dimaksud antara lain: 1. Tema

Tema tidak lain dari suatu gagasan sentral yang menjadi dasar topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai pengarang melalui topiknya tadi.

Jadi, tema ialah gagasan atau makna dasar umum yang menopang sebuah karya sastra sebagai struktur sistematis dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit, karena untuk menemukan tema sebuah karya haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita.77

77

Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiksi, (Yogyakarta: Gajah mada University Press. 2013), h.115-116

2. Alur atau Plot

Menurut Stanton mengemukakan bahwa alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara segala akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.78

Bisa dipahami bahwa plot adalah runutan berbagai peristiwa yang diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan sebab akibat untuk mencapai efek tertentu dan sekaligus membangkitkan suspense dan surprise pada pembaca.79

3. Penokohan

Menurut Jones, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Nurgiyanto istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi. Istilah tersebut merupakan istilah yang sama yang dipergunakan dalam penokohan. Istilah tokoh merajuk pada orangnya, dan pelaku cerita. 80

4. Latar atau Setting

Menurut Abrams latar atau setting adalah landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, hubungan dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan.

Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,

78

Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiks, (Yogyakarta: Gajah mada University Press. 2013), h. 167

79

Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiksi, h. 168

80

menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.81

5. Sudut Pandang

Pada hakikatnya sudut pandang ialah merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita. Lewat sudut pandang penulis dapat menyalurkan pandangan, gagasan dan tafsirannya terhadap kehidupan, lewat kacamata tokoh cerita yang sengaja dikreasikan.82

6. Gaya bahasa

Stile, (Style, gaya bahasa), adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan.83

Gaya disini ialah bangaimana seorang pengarang dalam menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta dapat menuansakan makna dan suasana yang diharapkan dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.

81

Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiksi, h.303

82

Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiksi, (Yogyakarta: Gajah mada University Press. 2013)h. 338

83

42

Dokumen terkait