HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Yoga Alif Prasetyo / 1112051000015
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
ANALISIS WACANA PESAN MORAL DALAM NOVEL FAITH AND THE CITY KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun Oleh:
Yoga Alif Prasetyo NIM: 1112051000015
Disetujui Oleh Dosen Pembimbing:
Dr. H. Ilyas Ismail, MA NIP: 19630405 199403 1 001
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 1 May 2016
i
“Analisis Wacana Pesan Moral dalam Novel Faith and The City Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra”
Novel Faith and The City ini adalah novel lanjutan dari novel Bulan Terbelah di Langit Amerika. Secara umum novel Faith and The City ini masih sama dengan novel sebelemnya yaitu menceritakan Islamophobia di Amerika. Namun secara khusus novel ini menceritakan tentang keimanan, ambisi dan kehidupan sosial. Walupun novel ini novel fiksi namun alur ceritanya diceritakan berdasarkan pengalaman pribadi sang pengarang. Maka dari itu banyak pesan moral yang ada dalam novel ini yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan tulisan ini adalah untuk menjawab pertanyaan mayor dan minor. Adapun mayornya adalah Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari analisis Teks yang terdapat dalam novel Faith and The city? Kemudian, minornya adalah Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari Kognisi sosial yang terdapat dalam novel Faith and The city? Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari Konteks sosial yang terdapat dalam novel Faith and The city?
Dari data yang ditemukan dalam Analisis teks diatas bahwa pesan moral yang terkandung dalam novel Faith and the City karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra ini banyak menyoroti tentang kehidupan sosial, hubungan manusia dengan Tuhan, ambisi, hubungan dengan sesama manusia dan toleransi beragama
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan teknik analisis wacana terhadap novel Faith and The city karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Model analisis wacana yang digunakan adalah model Teun A Van Dijk, Menurutnya penelitian wacana tidak hanya terbatas pada teks semata, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi dan dipahami oleh si pembuat teks. Dan bagaimana kognisi sosial dan konteks sosial yang ada.
Kognisi sosial yang terdapat dinovel ini adalah tujuan pengarang mengapa ia membuat tulisan atau novel ini. Dengan adanya kognisi sosial kita tahu pikiran sang pengarang yang melatar belakangi tulisan dalam novel tersebut. Tujuan pengarang membuat novel ini adalah untuk menunjukan bagaimana sisi media yang gelap. Karena pengarang dahulunya merupakan wartawan disalah satu media luar negeri dan dalam negeri, ia ingin menceritakan pengalamannya kepada pembacanya.
Kemudian Konteks Sosial yang terdapat dalam novel ini adalah pengarang menulis buku ini untuk melawan isu Islamophobia yang terjadi dinegara barat, pengarang ingin munjukan bahwa agama Islam dan masyarakat Islam tidak seperti yang dibayangkan, bahwa agama Islam adalah agama yang suci, indah dan sesungguhnya cinta dengan yang namanya perdamaian demikan pula dengan masyarakatnya, dan tidak ada satupun hal yang harus ditakuti dari Agama tersebut yang mengakibatkan munculnya isu Islamophobia atau ketakutan terhadap agama Islam.
ii
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan segala anugerah dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak rintangan, cobaan yang penulis
rasakan namun selangkah demi selangkah serta do‟a dan kemudahan yang Allah berikan, Alhamdulillah kesulitan tersebut dapat teratasi.
Penulis menyadari, betapa skripsi yang sudah merupakan bagian tak
terpisahkan dari penulis, begitu banyaknya orang yang ikut memberikan semua
yang dibutuhkan oleh penulis dalam proses penyelesaiannya. Maka dalam
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I, Dr. Roudhonah, MA selaku
Wakil Dekan II, Dr. Suhaemi, Ma selaku Wakil Dekan III, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs Masran M.Ag selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fita
Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Dr. H. Ilyas Ismail, MA selaku Pembimbing Skripsi ini, yang telah
membimbing dan memberi masukan-masukan kepada penulis, sehingga
iii terbayarkan.
6. Seluruh pengelola dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Dakwah yang telah melayani dan meyiapkan fasilitas literatur, selama penulis
belajar sampai bisa menyelesaikan studi di UIN Jakarta.
7. Kedua Orang Tua Saya, Suparnoto dan Sumiyem.S.Pd.i, yang telah mendorong
penulis untuk menyelesaikan skripsi tepat waktu dan serta senantiasa
mendo‟akan penulis, sehingga penulis bisa mengenyam pendidikan formal
tingkat perguruan tinggi, hingga selesai. Semoga selalu sehat dan tidak lelah
menasihati serta mendo‟akan penulis.
8. Kawan-kawan terdekat penulis, Faqih Aulia Rizqi, Fajar Hardian, Rizki
Hakiki, Ricca Junia Ilprima, Indriana Rara Subadra, Hany Sabrina Mumtaz
Aziz yang selalu mendukung dan selalu memberi semangat agar skripsi ini
dapat selesai tepat pada waktunya.
9. Kawan-kawan seperjuangan KPI A angkatan 2012 yang selalu memberi
motivasi, semangat dan inspirasi kepada penulis, serta kawan-kawan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2012 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Pada kesempatan ini, Penulis mendo‟akan semoga bantuan, dukungan,
bimbingan, dan perhatian yang telah diberikan oleh semua pihak akan
mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin Ya Robbal
iv
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Metodologi Penelitian ... 6
E. Tinjauan Pustaka ... 11
F. Sistematika Pembahasan ... 13
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Analisis Wacana dan Teori Van Djik ... 14
B. Pesan Moral ... 31
C. Novel ... 37
BAB III BIOGRAFI PENULIS DAN SINOPSIS FAITH AND THE CITY A. Biografi Penulis ... 42
B. Karya-karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra ... 44
C. Sinopsis Novel Faith and the City ... 51
BAB IV STRUKTUR ANALISIS DATA A. Analisis Wacana Pesan Moral ... 56
B. Wacana Pesan Moral Novel Faith and The City Dilihat dari Analisis Kognisi Sosial ... 85
C. Wacana Pesan Moral Novel Faith and The City Dilihat dari Konteks Sosial. ... 89
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 93
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 98
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Novel merupakan salah satu karya sastra yang masih ampuh dalam
menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat. Novel hadir ditengah-tengah
masyarakat seiring dengan kebutuhan manusia yang ingin memahami masalah
melalui karya tulis. Maka dari itu sastra digunakan sebagai media alternative
penyampaian pesan, yang dibungkus dengan kisah yang menyentuh hati
sehingga cerita akan lebih komunikatif dengan masyarakat.
Pemilihan bahasa dalam karya sastra novel itulah yang akan membuat
tulisan itu berkualitas dan yang nantinya pembaca akan tau pesan-pesan dan
informasi yang ada didalam novel tersebut.
Karya sastrapun tidak terlepas dari latar belakang sang pengarang, apalagi
pengarang merupakan seorang muslim, besar kemungkinan kelahiran karya
tersebut dilatar belakangi oleh motivasinya untuk menyampaikan pesan moral
yang terkandung dalam ajaran agamanya, yaitu baik peristiwa yang sedang
berlangsung atau yang pernah dialami dialaminya sebelumnya.
Karya sastra, fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan
dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan harkat dan martabat
manusia. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat
universal. Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh
manusia sejagad. Ia tidak hanya bersifat kesebangsaan, apalagi keseorangan,
oleh kelompok tertentu. Sebuah karya fiksi yang menawarkan pesan moral
yang bersifat universal biasanya akan diterima kebenarannya secara universal
pula.1
Novel yang mengandung nilai-nilai moral tersebut biasanya membahas
mengenai aspek-aspek kehidupan sosial, mengandung pengajaran tentang
tingkah laku yang baik, itu akan lebih mudah diterima oleh masyarakat
pembaca. Karena mereka seolah-olah berada di tengah-tengah cerita. Bila
seseorang sedang membaca, apalagi kisahnya hampir sama dengan yang
dialaminya, bisa jadi pembaca tersebut akan menangis dan tertawa sendiri.
Namun pesan moral tidak selalu digambarkan dengan tingkah laku yang
baik, terkadang pengarang sengaja menggambarkan gambaran yang buruk
atau tidak sesuai yang tujuannya adalah agar kita sebagai pembaca tidak
mengikuti apa yang dilakukan oleh sang tokoh yang ada dinovel tersebut.
Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, merupakan 2 pasangan
suami istri yang mulai dikenal dari novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa.
Mereka merupakan penulis sekaligus produser dari novel dan film tersebut,
dari sanalah meraka mendapatkan tempat dihati para pembacanya, terbukti
novel tersebut meraih novel Best Seller. Film yang sudah tayang dilayar
bioskop dan televisi tersebut sudah meraih banyak penoton.
Dengan background dan latar luar negeri dan merupakan cerita
pengalamannya selama di Eropa dan Amerika inilah yang menarik dari novel
ini. Hanum dan Rangga juga menceritakan sejarah-sejarah Islam yang ada di 2
benua tersebut, seakan-akan kita akan diajak keliling Eropa dan Amerika
1
bersama mereka lewat karya-karya yang ia telah hasilkan. Fakta-kata yang
disajikan dalam novel ini tentang sejarah Islam pun yang membuat kita sedikit
tercengan mengetahui fakta-fakta yang tersaji didalamnya
Novel “Faith and The City” merupakan novel lanjutan dari 99 cahaya di
langit eropa, Berjalan di Atas Cahaya dan Bulan Terbelah di Langit Amerika
karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Novel meraka pun
sudah banyak yang menjadi novel Best Seller, tak terkecuali Novel Faith and
The City. Padahal novel ini terbilang baru, terhitung akhir desember 2015
novel ini terbit dan sudah menjadi novel Best Seller pada akhir januari 2016.
Kesuksesan film yang berasal dari novel Bulan Terbelah di Langit Amerika
inilah yang membuat novel Faith and The City ini ditunggu-tunggu oleh
pembacanya, karena novel tersebut merupakan lanjutan dari novel dan film
Bulan Terbelah di Langit Amerika.
Novel ini secara umum masih sama dengan novel sebelumnya yang
membahas mengenai Islamophobia, bagaimana peran media yang ikut
memutarbalikkan atau mendiskreditkan image Islam di mata dunia. Namun
secara khusus novel ini membahasa mengenai keimanan, semangat beragama,
profesioanalisme bekerja dan menyoroti tentang kehidupan sosial.2
Gaya bahasa yang sangat mudah untuk di cerna dan kisah yang membuat
penasaran ketika membaca, membuat kita sebagai membaca ikut tenggelam
kedunia khayalan kita. Latar yang dibuat sang penulis pun tidak membuat kita
jenuh, dengan permainan kata dan pemilihan diksi yang tepat membuat novel
ini nyaman untuk dibaca oleh banyak kalangan, mulai dari kalangan atas
2
hingga rakyat jelata, selain itu penulis membuat novel ini sagat inspiratif dan
tidak menggurui. Tidak heran jika pengarang novel yang masuk sebagai
sepuluh wanita yang akan menjadi inspirasi di tahun 2013.3.
Novel Faith and The City walupun novel baru lanjutan dari Bulan terbelah
di Langit Amerika, namun kedepannya akan diterima oleh masyarakat
terbukti pada awal penerbitanya novel ini sudah menyabet gelar best seller
serta akan difilmkan pada tahun 2017. Jika kita melihat karya-karya
sebelumnya yang telah best seller dan dijadikan film seperti Novel 99 Cahaya
Di Langit Eropa dan Bulan terbelah di Langit Amerika, menujukan bahwa
Novel-novel garapan Hanum dan rangga selalu ditunggu dan selalu mendapat
tempat dihati para penggemarnya.
Untuk itu dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisa pesan moral
yang terkandung dalam “Novel Faith and The City” karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Yang mengandung nilai kebaikan serta
memberi pengetahuan bagi para pembacanya melalui karya tulis yang
berjudul “ANALISIS WACANA PESAN MORAL DALAM NOVEL
FAITH AND THE CITY KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka ruang lingkup yang
akan diteliti dibatasi wacana pesan moral tentang nilai tauhid yang dibagi
menjadi 3 indikator yaitu hubungan manusia dengan Allah, hubungan
manusia dengan sesama dan ambisi dalam bekerja, yang terdapat pada dalam
3
novel Faith and The city karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga
Almahendra. Penelitian ini mencakup seluruh isi cerita yang dibagi 30 bab,
224 halaman, menggunakan novel cetakan pertama yang diterbitkan oleh
Kompas Gramedia.
Berdasarkan batasan masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari analisis Teks yang terdapat
dalam novel Faith and The city?
2. Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari Kognisi sosial yang
terdapat dalam novel Faith and The city?
3. Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari Konteks sosial yang
terdapat dalam novel Faith and The city?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang
menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana wacana pesan moral berdasarkan
Analisis Teks yang terdapat dalam novel Faith and The city.
2. Untuk mengetahui bagaimana wacana pesan moral berdasarkan Kognisi
Sosial yang terdapat dalam novel Faith and The city.
3. Dan Untuk mengetahui bagaimana wacana pesan moralberdasarkan
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan
komunikasi, terutama studi tentang analisis wacana, dengan fokus
kepada analisis wacana karya sastra, sehingga secara umum dapat
bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi kajian komunikasi
penyiaran Islam.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap
dan bahan perbandingan bagi penelitian serupa yang telah ada, dan
memberikan masukan serta inspirasi bagi para peminat peminat karya
sastra dengan muatan dakwah dan pesan moral yang bermanfaat bagi
masyarakat Indonesia seperti yang dilakukan Hanum Salsabiela Rais
dan Rangga Almahendra.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan
teknik analisis wacana terhadap novel Faith and The city karya Hanum
Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Model analisis wacana yang
digunakan adalah model Teun A Van Dijk, modelnya kerap disebut
sebagai kognisi sosial terutama untuk menjelaskan struktur dan proses
terbentuknya teks. Menurutnya penelitiannya atas wacana tidak cukup
hanya hasil dari suatu praktek produksi yang harus diamati.4
4
Analisis wacana merupakan salah satu alternatif dari analisis isi
selain kuantitatif yang dominan dan banyak digunakan dalam sebuah
penelitian.Jika analisis kuantitatif lebih memfokuskan pada sisi
komunikasi yang tampak (tersurat/tampak/nyata). Sedangkan untuk
menjelaskan hal-hal yang tersirat (latent), misalnya ideologi apa yang ada
di balik suatu berita, maka dilakukan riset analisis isi kualitatif. Dalam
perkembangan Ilmu Komunikasi, metode analisis isi kualitatif
berkembang menjadi beberapa varian metode, analisis wacana salah
satunya di samping analisis framing dan semiotik.2 Pretensi analisis
wacana adalah pada muatan, nuansa dan makna yang latent (tersembunyi)
dalam teks media.5
Berdasarkan level konseptual teoritis, wacana diartikan sebagai
domain umum dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang
mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata. Sementara
dalam konteks penggunaannya, wacana berarti sekumpulan pernyataan
yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu.
Pengertian ini menekankan pada upaya untuk mengidentifikasi struktur
tertentu dalam wacana, yaitu kelompok ujaran yang diatur dengan suatu
cara tertentu, misalnya wacana imprealisme dan wacana feminisme.
Sedangkan dilihat dari metode penjelasannya, wacana merupakan suatu
praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pertanyaan6.
Van Dijk menggambarkan wacana dalam tiga dimensi, yaitu: Teks,
kognisi sosial dan konteks sosial. Bila digambarkan maka skema
5
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis : Riset Komunikasi. (Jakarta : Kencana, 2006), h.62
6
penelitian dan metode yang bisa dilakukan dalam kerangka Van Dijk
adalah sebagai berikut:
Struktur Metode
Teks
Menganalisa bagaimana strategi
wacana yang dipakai untuk
menggambarkan seseorang atau
peristiwa tertentu
Struktur makro:
Super struktur:
Struktur mikro:
Kognisi Sosial
Menganalisa bagaimana peritiwa
dipahami,
didefinisikan dan ditafsirkan dengan
memasukkan informasi yang
digunakan untuk menulis dari suatu
wacana tertentu. (alasan penulis)
Konteks Sosial
Menganalisa bagaimana wacana
menggambarkan teks dan konteks
secara bersama-sama dalam suatu
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam menganalisis data menggunakan
deskriptif kualitatif, yang merupakan suatu teknik yang objektif, sistematik
dengan menggunakan metode observasi serta menggambarkan secara
kualitatif pernyataan komunikasi yang diungkapkan.7
3. Objek dan Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Hanum Salsabiela Rais selaku
penyusun novel Faith and The city, sedangkan yang menjadi objek
penelitiannya adalah pesan moral yang terkandung dalam buku tersebut.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data Research
Document, yaitu analisis pada novel Faith and The city karya Hanum
Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Sebagai metode ilmiah,
observasi adalah suatu cara penelitian untuk memperoleh data dalam
bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang
diselidiki.8
Penelitian ini melakukan observasi teks yaitu pengamatan untuk
menganalisis makna pesan moral yang terdapat dalam teks tersebut.
Peneliti menghimpun data-data dan literatur, baik buku-buku, internet,
yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini melalui penelitian
kepustakaan. Pengolahan data akan disesuaikan dengan kerangka
analisis wacana model Teun A. Van Dijk, yaitu menganalisis pesan
7
Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian PR dan Komunikasi (Jakarta:Raja Grafindo,2003),h.215
8
moral dilihat dari analisis teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Dalam
dimensi teks yang diteliti adalah struktur dari teks yang masing-masing
bagian saling mendukung, dalam dimensi kognisi sosial difokuskan
bagaimana sebuah teks diproduksi, sedangkan konteks sosial melihat
bagaimana suatu teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial
dan pengetahuan yang berkembang dalam publik atas suatu wacana.
Kemudian dari ketiga dimensi di atas peneliti akan melakukan
interpretasi berdasarkan temuan data yang terdapat dalam teks, kognisi
sosial, dan konteks sosial.
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan pengarang
melalui wawancara. Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan dan
menguatkan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada
penulis pada novel Faith and The city karya Hanum Salsabiela Rais dan
Rangga Almahendra.
5. Analisis Data
a. Proses Penafsiran data
Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada
penjumlahan unit kategori. Dasar dari analisis wacana adalah
interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode
interprétatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran penulis.
Setiap teks pada dasarnya dapat dimaknai secara berbeda, dan dapat
ditafsirkan secara beragam9.
9
Dalam tahap ini, penulis akan memperhatikan data-data yang
terdapat dalam novel Faith and The city karya Hanum Salsabiela Rais
dan Rangga Almahendra, kemudian akan ditafsirkan penulis dengan
disesuaikan pada kerangka analisis wacana yang dikemukakan oleh Van
Dijk.
Setelah melakukan penafsiran, selanjutnya melakukan penyajian
data yang berbentuk sekumpulan informasi yang kemudian data
tersebut kemungkinan akan dijadikan sebagai acuan dalam penarikan
kesimpulan dan pemberian saran.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka digunakan untuk menghindari adanya kesamaan judul,
objek, pembahasan dalam proses penyusunan skripsi. Penelitian mengenai
Analisis Wacana yang diangkat mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi cukup bervariatif, baik tema maupun objek penelitiannya.
1. “Analisis Wacana Pesan Moral dalam Novel Rembulan Tenggelam di
Wajahmu Karya Tere Liye”.10
Skripsi ini di tulis oleh mahasiswi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana Novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye menggambarkan nilai moral
yang terkandung dalam novel tersebut.
10
2. “Analisis Wacana Kritis “Dai Komersial” dalam Buku Setan berkalung Surban Karya Prof. DR. KH. Ali Mustofa Yaqub, MA”.11 Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Skripsi ini menggunakan metode Analisis Wacana untuk mencari
pesan-pesan yang terkandung dalam buku tersebut.
3. “Analisis isi Pesan Dakwah Dalam Novel Diatas Sajadah Cinta KaryaHabiburrahman El-Shirazy”.12 ditulis oleh Zakiyah Fiddin, 2008, Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Skripsi ini membahas tentang pesan pesan yang terkandung dinovel karya
Habiburrahman El-Shirazy
4. “Analisis Wacana Keluarga Sakinah Pada Materi Siaran Program Kajian Pagi di Radio Fajri 99.3 FM Bogor.13 Mahasiswa Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatulllah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Skripsi ini menggunakan metode
Analisis Wacana untuk mencari pesan-pesan yang terkadnung dalam buku
tersebut
11
SULAEMAN, Yogi, Analisis Wacana Kritis “Dai Komersial” dalam Buku Setan berkalung Surban Karya Prof. DR. KH. Ali Mustofa Yaqub, MA” (Jakarta : Fak.Dakwah Dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2015)
12
FIDDINI, Zakiyah, Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Di Atas Sajadah Cinta Karya Habiburrahman Elshirazy (Jakarta : Fak.Dakwah UIN Syarif Hidayatullah, 2008)
13
F. Sistematika Pembahasan
Dalam membahasa suatu penelitian diperlukan sistematika
pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah – langkah pembahasan sebagai berikut:
BAB I : Yaitu pendahuluan, bab ini memuat Latar Belakang Masalah,
Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Bingkai teori dan Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : Yaitu kajian teoritis, pada bab Kajian Teoritis, menguraikan
tentang pengertian Analisis Wacana, Kerangka Analisis Wacana,
Pengertian Pesan Moral, Pengertian Novel dan unsur-unsur Instrinsik
dalam Novel.
BAB III : Yaitu Biografi Penulis dan Sinopsis Faith and the City.
Memaparkan biografi, latar belakang sang pengarang, karya-karya
Pengarang dan sinopsis novel Faith and the City.
BAB IV : Yaitu Struktur Analisis Data, yaitu Menguraikan temuan
Wacana Pesan Moral dalam novel Faith and the City dilihat dari segi
Teks, Kognisi Sosial dan Konteks Sosial.
BAB V : Yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan yang ditutup
14
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Wacana dan Teori Van Djik 1. Pengertian Analisis Wacana
Terdapat dua kata yang ada di dalam Analisis Wacana, yaitu Analisis
dan wacana. Kata Analisis di dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki
beberapa pengertian, yakni sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya, dsb), kemudian sebagai
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang
tepat dan pemahaman arti keseluruhan dan Penjabaran sesudah dikaji
sebaik-baiknya.14
Selanjutnya kata Wacana yang sering di pakai oleh linguis indonesia
merupakan terjemaahan dari kata bahasa Inggris yaitu discourse, kata
discourse sendiri berasal dari bahasa latin discursus (lari ke sana ke mari).
Kata ini diturunkan dari dis (dan/dalam arah yang berbeda) dan currere
(lari).15
Istilah wacana menunjukan pada kesatuan bahasa yang lengkap yang
umumnya lebih besar dari kalimat, baik disampaikan secara lisan maupun
tulisan. Wacana adalah rangkaian kalimat yang serasi yang
14
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia,3rd ed (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 43
15
menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya sehingga
membentuk satu kesatuan.16
Sebagaimana dikutip Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media
dituliskan pengertian wacana menurut Ismail Maharimin, yakni sebagai
kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang
teratur dan semestinya, komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun
tulisan, yang resmi dan teratur.17
Sedangkan menurut Riyono Pratiko menjelaskan bahwa wacana
adalah sebuah proses berpikir seseorang yang mempunyai ikatan dengan
ada tidaknya sebuah kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang
disajikannya. Menurutnya, makin baik cara atau pola pikir seseorang,
maka akan terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.18
Kemudian dari berbagai pendapat di atas, Alex Sobur dalam bukunya
Analisis Teks Media menyimpulkan bahwa pengertian wacana ialah
sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan
suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu
kesatuan yang koheren dibentuk oleh unsur segmental maupun
nonsegmental bahasa.19
Kajian mengenai terhadap wacana sering disebut sebagai analisis
wacana, Analisis wacana merupakan pendekatan baru muncul beberapa
puluh tahun belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi
16
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Jogjakarta : LKiS, 2011),h.3.
17
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 10
18
Alex Sobur, Analisis Teks Media,h. 10
19
penganalisaannya hanya kepada soal kalimat dan barulah memalingkan
perhatiannya kepada penganalisaan wacana.20
Analisis wacana merupakan salah satu studi mengenai pesan dalam
komunikasi dan menjadi salah satu alternatif dari analisis isi kuantitatif.
Menurut Eriyanto, terdapat empat perbedaan anatara analisis wacana
dengan analisis isi (kuantitatif), antara lain:
1. Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks
ketimbang penjumlahan unit kategori seperti dalam analisis isi.
2. Analisis isi membedah muatan teks komunikasi yang bersifat
nyata, sedangkan analisis wacana justru berpretensi memfokuskan
pada pesan yang tersembunyi
3. Analisis isi hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan”
tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana ia dikatakan”. Hal ini
karena analisis wacana bukan hanya bergerak dalam level makro
tetapi juga pada level mikro yang menyusun suatu teks, seperti
kata, kalimat, ekspresi dan retoris.
4. Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi. Hal ini
berbeda dengan tradisi analisis isi yang memang bertujuan
melakukan generalisasi.21
Istilah analisis wacana adalah istilah yang umun dipakai di dalam
banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada
gradasi yang besar dari berbagai definisi, titik singgungnya adalah analisis
wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa/pemakaian bahasa.
20
A. Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 12
21
Paling tidak ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis
wacana. Pandangan pertama diwakili kaum positivism-empisris,
menurutnya analisis wacana menggambarkan tata tuturan kalimat, bahasa,
dan pengertian bahasa. Pandangan kedua disebut sebagai kontruktivisme,
yang menempatkan analisis wacana sebagai suatu analisis untuk
membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Pandangan
ketiga, disebut sebagai pandangan kritis yang menekankan pada konstelasi
kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna, dimana
bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk
subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di
dalamnya.22
Dari berbagai pengertian analisis, wacana dan analisis wacana di atas,
dapat disimpulkan bahwa analisis wacana adalah merupakan suatu
kegiatan menelaah dan mengkaji suatu produk komunikasi dari perspektif
kebahasaan dengan melihat teks kemudian dikaitkan dengan ideologi
dibalik terbentuknya teks tersebut dengan melihat kognisi dan konteks
sosial.
2. Kerangka Analisis Wacana
Analasisi wacana memiliki berbagai macam model yang diperkenalkan
dan dikembangkan oleh para ahli, salah satunya model yang paling
banyak digunakan adalah model Teun A. Van Dijk.
Awal perkembangan analisis wacana kritis dikemukakan oleh Van
Dijk (1985), yaitu tahun 1970-an dengan menunjukkan dua
22
kecenderungan. Kecenderungan pertama, analisis struktural teks atau
analisis percakapan menjadi kajian abstrak dan terlepas dari penggunaan
bahasa yang aktual (formal). Kecenderungan kedua, kajian bahasa dalam
konteks sosial mengambil perhatian pada contoh-contoh penggunaan
bahasa dalam komunikasi. Analisis wacana ini mendapat pengaruh dari
teori linguistik kritis, teori kritis Frankfurt, dan teori pasca strukturalisme
yang berkembang di Perancis.23
Sebagaimana yang di kutip dari Eriyanto, menurut Van Dijk,
penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks
semata, karena teks hanya hasil dari suatu proses praktik produksi yang
juga harus diamati, dan harus dilihat juga bagaimana suatu teks bisa
semacam itu.24 Van Dijk menghubungkan tiga dimensi wacana ke dalam
satu kesatuan analisis. Dimensi tersebut adalah dimensi teks, kognisi
sosial, (analisis) konteks.25
a. Teks
Dalam dimensi ini, yang diteliti adalah strukur dari teks. Vandijk
memanfaatkan dan mengambil analisis lingustik tentang kosakata,
kalimat, proposi dan paragraph untuk menjelaskan dan memaknai
suatu teks.26
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau
tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Pertama
23
Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, (Bandung : Yrama Widya, 2009), Cet. Ke-I.h. 68-69.
24
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,(Yogyakarta : LkiS, 2011), h.221.
25
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Meda, h224.
26
struktur makro, ini merupakan makna global/umum dari suatu teks
yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema dari suatu teks.
Kedua Suprastruktur, adalah kerangka suatu teks, bagaimana struktur
dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh, seperti bagian
pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Ketiga struktur mikro,
didalam struktur mikro ini, kita dapat memaknai wacana dengan cara
diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat,
parafrasa dan gambar.27
Apabila di gambarkankan, Struktur wacana Van Dijk ini dapat
[image:27.595.104.518.251.699.2]digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2
Kerangka/struktur Wacana Van Dijk
Struktur wacana Hal yang diamati Unit Analisis
Struktur makro Tematik
(apa yang dikatakan)
Elemen : Topik
Teks
Superstruktur Skematik
(bagaimana pendapat
disusun)
Elemen: Skema
Skema
Struktur mikro Semantik
(makna yang
Paragarf
27
ditekankan)
Elemen : Latar,
detail, maksud dan
praanggapan,
Struktur mikro Sintaksis
(bagaimana
disampaikan)
Elemen : Bentuk
kalimat, koherensi,
dan
Kata ganti
Kalimat Proposisi
Struktur mikro Stilistik
(pilihan kata yang
dipakai)
Elemen : Leksikon
Kata
Struktur mikro Retoris
(dengan cara apa
pendapat
disampaikan?)\
Elemen : Grafis dan
metafora
Kalimat Proposisi28
28
Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dialanisis dengan
menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri atas berbagai elemen,
semua elemen itu merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan dan
mendukung satu sama lainnya.29
Beberapa hal yang diamati dari struktur makro, superstruktur, dan
struktur mikro dalam analisis wacana Van Dijk adalah:
1) Tematik
Elemen ini menunjukan pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa
juga di sebut sebagai gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari
suatu teks.30 Kata tematik itu sendiri berasal dari kata yunani yakni
tithenai yang berati. “menempatkan atau meletakan”. Sedangkan dari sudut sebuah tulisan, tema merupakan suatu amanat utama yang
disampaikan oleh penulis melauli tulisannya.
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari sebuah teks.
Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama
dari suatu teks. Terdapat elemen yang ada ditematik yaitu Topik.
Topik ini menunjukan inti pesan atau informasi yang paling penting
yang ingin disampaikan komunikator dalam hal ini penulis rubrik.
Dengan topik, kita dapat mengetahui masalah dan tindakan yang
diambil oleh penulis rubrik dalam mengatasi masalah.
Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau
gagasan inti dari penulis ketika melihat atau memandang suatu
peristiwa. Namun teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu
29
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 74
30
pandangan tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum
yang koheren, Van Dijik menyebut hal ini sebagai koherensi global,
yakni bagian-bagian dalam teks yang jika dirunut menunjuk pada
suatu titik gagasan umum, dan bagian-bagian itu saling mendukung
satu sama lain untuk menggambarkan topik umum tersebut.31
2) Skematik
Biasanya dalam teks atau wacana umumnya mempunyai alur atau
skema mulai dari awal yaitu pendahuluan hingga akhir yaitu penutup.
Alur-alur tersebut menunjukan bagaimana bagian-bagian dalam teks
disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti.32
Didalam skema tersebut terdapat dua katagori skema besar, yaitu
Summary yang terdiri dari dua elemen judul dan lead (teras berita).
Sedangkan kategori yang kedua adalah story yakni isi berita secara
keseluruhan.33
Menurut Van Dijk, arti penting dari skematik ini ialah strategi
penulis untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan
dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan-urutan tertentu.
Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian
mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan
informasi penting.34
31
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,(Yogyakarta : LkiS, 2011), h.229
32
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, h231
33
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, h232
34
3) Semantik
Semantik dalam skema Van Dijk dikatagorikan sebagai makna
lokal, yaitu makna yang muncul dari hubungan antarkalimat,
hubungan antar proposisi yang membangun makna tertentu dalam
suatu bangunan teks.35
Dengan kata lain, semantik tidak hanya mendefinisikan bagian
mana yang penting dari struktur wacana melainkan juga menggiring
kearah sisi tertentu dari suatu peristiwa. Semantik memiliki beberapa
elemen yang bisa di amati yaitu latar, detail, maksud dan
praanggapan. Berikut penjelasan masing-masing elemen seperti latar,
detail, maksud dan praanggapan :
a) Latar
Latar ialah bagian yang dapat mempengaruhi sematik (arti)
yang ingin ditampilkan. Dengan menentukan latar apa yang
digunakan oleh penulis. Maka penulis dapat menentukan kearah
mana pandangan khalayak hendak dibawa.36
Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna
karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan
oleh penulis.37
35
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 76.
36
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,(Yogyakarta : LkiS, 2011),h.235.
37
b) Detil
Bentuk lain dari strategi semantik ialah detail suatu wacana.
Elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang
ditampilkan seseorang (komunikator).38
Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi
yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia
akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit (bahkan kalau
perlu tidak disampaikan) kalau hal itu merugikan kedudukannya. 39
c) Maksud
Hampir sama dengan elemen detail, dimana informasi yang
menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang
panjang. Dimana informasi yang menguntungkan komunikator
akan diuraikan secara eksplisist dan jelas. Sebaliknya, inforamasi
yang kurang menguntungkan diuraikan secara implisi, tersemar
dan tersembunyi. Yang pada akhirnya publik hanya disuguhkan
informasi yang menguntungkan komunikator.40
d) Peranggapan
Pengandaian atau Peranggapan merupakan pernyatan yang
digunakan untuk mendukung makna suatu teks, kalau latar
belakang upaya untuk mendukung pendapat dengan cara memberi
latar belakang, maka pranggapan adalah upaya mendukung
38
Alex Sobur, Analisis Teks Media,6th ed(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 79.
39
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta : LkiS, 2011),h.238.
40
pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya
kebenarannya.41
Meskipun berupa anggapan, peranggapan umumnya didasarkan
pada peranggapan yang masuk akal atau logis sehingga meskipun
kenyataanya belum terjadi (tidak ada) maka kebenarnya tidak akan
dipertanyakan lagi. Sehingga teks yang disajikan komunikator
seakan tampak benar dan meyakinkan.42
4) Sintaksis
Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama
kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimata. Dalam bukunya
alex sobur, Analisis Text media, Ramlan mengatakan, Sintaksis
ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.43
Jadi bisa dikatakan sintaksis ialah bagaiamana sebuah kata atau
kalimat disusun menjadi kalimat yang memiliki arti. Dalam
sintaksis terdapat berbagai macam elemen yaitu bentuk kalimat,
koherensi dan kata ganti, berikut penjelasan masing-masing
elemen:
a) Bentuk Kalimat
Bentuk kaliamat adalah segi sintaksis yang berhubungan
dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Dimana ia
menanyakan apakah A yang menjelaskan B, ataukah B yang
41
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. ,(Yogyakarta : LkiS, 2011),h.257,h256.
42
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media.
43
menjelaskan A. logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke
dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan
predikat (yang di terangkan).
Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran
tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh
susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif
seseorang menjadi subjek dari pernyataanya, sedangkan dalam
kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataanya.44
b) Koherensi
Koherensi ialah pertalian atau jalianan antar kata, atau
kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan
fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak
koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun
dapat menjadi berhubungan ketika seseorang
menghubungkannya.45
Sementara menurut Wohl, bahwa koherensi adalah
pengaturan secara rapi kenyatan dan gagasan, fakta dan ide
menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami
pesan yang dikandungnya.46
c) Kata ganti
Dalam analisis wacana, kata ganti merupakan alat yang
dipakai oleh komunikator untuk menunjukan dimana posisi
44
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta : LkiS, 2011),h.251.
45
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media.,h256.
46
sesorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya,
biasanya seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya”. Atau kami yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan
sikap resmi komunikator semata-mata. Tetapi ketika
komunikator menggunakan kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu
komunitas tertentu.47
5) Stilistik
Stilistik adalah cara yang digunakan oleh penulis untuk
menyatukan maksud yang ingin diungkapkan dengan
menggunakan gaya bahasa tertentu sesuai dengan keinginan
penulis rubrik.
Gaya bahasa dalam pengertian disini mencakup pilihan
leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan dan sebagainya.
Elemen dalam bentuk stalistik adalah leksikal merupakan
pemilihan dan pemakaian kata atau frasa dalam menyebut sesuatu
ataupun peristiwa dengan menggunakan kata lain.48
Sama halnya dengan struktrur wacana yang lain, dalam stilistik
memiliki elemen yaitu Leksikon. Pada dasarnya elemen ini
menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas
berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Dengan demikian
pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya karena kebetulan,
47
Alex Sobur, Analisis Teks Media,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 81-82.
48
tetapi juga secara ideologis menunjukan bagaimana pemaknaan
seseorang terhadap fakta atau realitas.49
6) Retoris
Yang dimaksud dalam retoris disini adalah yang diungkapkan
ketika seseorang berbicara atau menulis. Retoris berhubungan erat
dengan bagaimana suatu pesan disampaikan kepada khalayak.
Retoris berfungsi sebagai persuasive (mempengaruhi).50 Elemen
dalam strategi retoris dapat muncul dalam bentuk grafis, metafora,
dan ekspresi. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan pengertian
grafis dan metafora sebagai berikut:
a) Grafis
Pada bagian ini merupakan bagian untuk memeriksa apa
yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap
penting) oleh seseorang yang dapat diamati oleh teks. Dalam
wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan
yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf
tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat
dengan ukuran lebih besar. Termasuk di dalamnya adalah
pemakaian caption, raster, grafik, gambar atau table untuk
mendukung arti penting suatu pesan. Bagian yang dicetak
berbeda adalah bagian yang dipandang penting oleh
49
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, 5th ed(Yogyakarta : LkiS, 2011),h.255.
50
komunikator, dimana ia menginginkan khalayak menaruh
perhatian lebih pada bagian tersebut.51
b) Metafora
Dalam suatu wacana seorang wartawan tidak hanya
menyampaikan pesan pokok melalui teks, tetapi juga kiasan,
ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornament atau
bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora
tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti
makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan
secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenaran
atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Wartawan
menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari,
pribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan
mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang
semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama.52
b. Kognisi sosial
Analisis wacana tidak hanya dibatasi perhatiannya pada struktur
teks, melainkan bagaimana suatu teks itu diproduksi. Dalam
pandangan Van Dijk perlu ada penelitian mengenai kognisi sosial yang
meneliti kesadaran mental wartawan, dalam hal karya sastra maka bisa
dikatakan kesadaran mental pengarangnya dalam membentuk teks
dalam karyanya. Di sini penulis tidak dianggap sebagai individual
51
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,(Yogyakarta : LkiS, 2011),h.257.
52
yang mempunyai bermacam nilai, pengalaman, dan pengaruh ideology
yang didapatkan dari kehidupannya.
“Koginisi sosial didasarkan pada anggapan umum yang tertanam
yang akan digunakan untuk memandang peristiwa. Analisis kognisi menyediakan gambaran yang kompleks tidak hanya pada teks tetapi juga representasi dan strategi yang digunakan dalam memproduksi suatu teks. Kognisi sosial menjelaskan bagaimana wartawan merepresentasikan kepercayaan atau prasangka dan pengetahuan sebagai strategi pembentukan teks peristiwa yang spesifik yang tercermin lewat berita. Pendekatan Van Dijk disebut sebagai kognisi sosial karena meskipun keyakinan, prasangka itu bersifat personal dalam diri wartawan tetapi ia diterima sebagai bagian dari anggota kelompok (sosially shared). Semua presepsi dan tindakan, dan pada akhirnya produksi dan interpretasi wacana didasarkan pada representasi mental dari setiap peristiwa. Hal inilah yang disebut oleh Van Dijk sebagai model. Model menunjukan pengetahuan, pandangan individu ketika melihat dan menilai suatu persoalan. Sebuah model adalah sesuatu yang subjektif dan unik, yang menampilkan pengetahuan dan pendapat
ketika memandang suatu persoalan”.53
Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak
mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa.
Kognisi sosial ini penting dan menjadi kerangka yang tidak
terpisahkan untuk memahami teks media.54
c. Konteks Sosial
Meskipun terlihat bersifat individual, bukan berarti pendekatan
Van Dijk bersifat personal dan mengabaikan faktor sosial. Analisis
teks harus tetap dihubungkan dengan konteks sosial. Konteks sosial
berusaha memasukan semua situasi dan hal yang berada di luar teks
dan memengaruhi pemakaian bahasa. Titik perhatian dari konteks
sosial adalah menghubungkan teks lebih jauh dengan struktur sosial
53
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta : LkiS, 2011),h.261.
54
dan pengetahuan yang berkembang di masyarakat atas suatu wacana
untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama.
Penelitian ini sangat efektif dalam melihat sejauh mana peranan teks
membangun pemahaman bersama dalam masyarakat.55
B. Pesan Moral
Sebelum peneliti menjelaskan pengertian dari pesan moral, peneliti akan
menguraikan terlebih dahulu tentang definisi pesan dan definisi moral secara
umum, diantaranya sebagai berikut:
1. Pengertian Pesan
Dalam kamu besar bahasa indonesia pengertian pesan ialah diartikan
sebagai perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus dilakukan atau
disampaikan kepada orang lain56
Dalam proses komunikasi, pesan merupakan isi yang disampaikan oleh
komunikator terhadap komunikannya. Pesan dapat disampaikan secara
langsung dengan lisan atau tatap muka, bisa juga dengan menggunakan media
atau saluran.
Sedangkan pesan dalam model Shannon-weaver diartikan sebagai sesuatu
yang dikirim atau diterima dalam proses komunikasi, yang tiada lain iala data,
fakta, kata, symbol dan isyarat.57
H.A.W. Widjaja dalam bukunya: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat
menjelaskan bentuk pesan yang dapat bersifat informatif, persuasif; dan
coersif.
55
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,h.260-270.
56
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 761.
57
a. Informatif, berarti memberikan keterangan-keterangan dan kemudian
komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.
b. Persuasif, atau bujukan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran
seseorang bahwa apa yang disampaikan akan memberikan rupa pendapat
atau sikap sehingga ada perubahan.
c. Coersif, memaksa dengan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal dengan
penyampaian cara ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang
menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di antara sesamanya dan
kalangan publik. Coersif dapat berbentuk perintah, intruksi dan
sebagainya.58
Berarti bisa dikatakan bahwa novel merupakan salah satu suatu media
komunikasi yang bersifat memberikan informasi sekaligus bujukan yang
memberikan kesadaran bagi pembacanya melalui pesan-pesan yang ada dalam
novel tersebut.
Dalam pesan terdapat dua bentuk yaitu pesan verbal yaitu pesan
menggunakan simbol-simbol verbal dan Pesan non-verbal adalah semua
isyarat yang bukan kata-kata.59
Jadi dapat disimpulkan dari pengertian pesan di atas bahwa novel
merupakan salah satu media komunikasi sebagai penyampai pesan yang
memberikan informasi sekaligus bujukan yang memberikan kesadaran bagi
pembacanya melalui pesan-pesan yang terdapat pada novel tersebut.
58
H.A.W. Widjaya, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Rajawali Pers, 2003),h. 14-15.
59
2. Pengertian Moral, Etika dan Akhlak
Pada umumnya moral mengarah pada pengertian (ajaran tentang) baik dan
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan
sebagainya: akhlak, budi pekerti, dan susila.60
Adapun arti moral dari segi bahasa yaitu berasal dari bahasa latin mores
yaitu jamak dari kata mos yang berati adat kebiasan. Secara etimologi moral
adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas dari sifat, perangai,
kehendak pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,
salah, baik, atau buruk.61
Pengertian moral juga dijumpai dalam The Advance Lener’s Dictionry of
Current English. Yang di kutip dari buku Akhlak Tasawuf, Abudin Nata.
Dikemukakan beberapa pengertian moral yaitu”
“Pertama, Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk. Kedua kemampuan untuk memahami perbedaan atara benar dan salah dan yang terakhir ialah ajaran atau gambaran tingkah laku yang
baik”.62
Moral merupakan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khutbah khutbah,
patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan lisan atau tertulis tentang
bagaimana harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia baik. Sumber
dasar ajaran-ajaran moral adalah tradisi, adat istiadat, ajaran agama dan
ideologi-ideologi tertentu.63
Jadi dapat kita pahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik
60
H.A.W. Widjaya, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,5th ed (Jakarta : Rajawali Pers, 2003),h. 94.
61
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali Press, 2010), h. 92.
62
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,h.93.
63
atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan
bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang
tersebut tingkah lakunya baik.64
Moral merupakan unsur isi, gagasan inti yang yang ingin disampaikan oleh
penulis kepada pembaca. Biasanya mengenai pandangan yang bersangkutan,
pandangan-pandangannya mengenai nilai-nilai kebenaran. Moral dapat
dipandang sebagai amanat, message, atau pesan. Bahkan unsur amanat itu
merupakan gagasan yang mendasari penulisan karya sastra itu, gagasan yang
mendasari diciptakannya karya sastra adalah sebagai pendukung pesan. Hal
itu didasarkan pada pertimbangan bahwa pesan moral yang disampaikan
melalui cerita fiksi tentulah berbeda efeknya dibandingkan lewat tulisan
nonfiksi.65
Didalam pesan moral terdapat tiga katagori yaitu:
a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan.
b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri, seperti ambisi, harga
diri, rasa percaya diri, takut, maut, rindu, dendam, kesepian
keterombang-ambingan dalam pilihan.
c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan
sosial, termasuk hubungannya dengan alam.66
Moral atau hikmah selalu dalam pengertian yang baik. Namun jika
didalam sebuah karya ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang
kurang terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun
64
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,9th ed (Jakarta : Rajawali Press, 2010), h. 93 65
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013), h. 321-322
66
protagonis, tidaklah berarti bahwa pengarang menyarankan kepada pembaca
untuk bersikap dan bertindak demikian, namun sikap dan tingkah laku
tersebut hanyalah model yang sengaja ditampilkan pengarang agar pembaca
dapat mengambil hikmah dari cerita yang berkaitan. Karena biasanya
eksistensi sesuatu yang baik akan lebih mencolok jika dikonfrontasikan
dengan sebaliknya.67
Ketiga kategori inilah yang kemudian menjadi landasan peneliti dalam
menentukan bentuk-bentuk pesan moral yang terdapat dalan novel Faith and
The City.
Selain moral, jika kita mendengar kata etika seolah-olah memiliki arti
yang sama. Etika dari segi etimologi (ilmu asal-usul kata), etika berasal dari
bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika
berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.68
Adapun arti etika dari segi istilah telah dikemukakan oleh para ahli salah
satunya Ahmad Amin mengartikan bahwa etika ialah ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharunya dilakukan oleh
manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.69
67
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013), h. 432
68
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali Press, 2010), h. 89-90
69
Dalam bukunya Akhlak Tasawuf Abudin Nata kemudian menyimpulkan
bahwa etika berhubungan dengan empat hal yaitu.
“Pertama dilihat dari segi obyek pembahasannya, etika berupaya
membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua dilihat dari segi obyek pembahasannya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Ketiga dilihat dari fungsinya, etika yaitu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Keempat dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan ciri-ciri yang demikian, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk”.70
Selain moral dan etika, akhlak juga punya makna yang sama dengan
moral. Menurut bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai,
kelakuan, tabi‟at, watak dasar, kebiasaan, kelaziman. Pengertian akhlak
berdasarkan terminologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam
perbuatan mereka yang menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat.71
Namun perbedaan antara moral dan etika dengan akhlak adalah terletak
pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika
didalam moral yang menjadi penilaian baik buruk ialah berdasarkan
kebiasaan yang belaku umum di masyarakat. Sedangkan etika berdasarkan
pendapat akal pikiran dan pada akhlak ukuran yang digunakan untuk
menentukan baik dan buruk itu adalah al-Qur‟an dan al-hadist72
Dari beberapa definisi di atas tentang moral dan etika, kita dapat
menyimpulkan bahwa moral merupakan nilai-nilai atau norma-norma yang
70
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali Press, 2010),h. 91-92
71
Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta : Prenada Media, 2004), h. 117.
72
berlaku dan menjadi pedoman bagi suatu komunitas atau kelompok
masyarakat tertentu dalam mengatur segala tingkah laku. Lalu etika
merupakan ilmu yang membahas suatu upaya dalam menentukan ukuran nilai
baik-buruknya tingkah laku manusia. Sedangkan Ahlak ukuran yang
digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah al-Qur‟an dan al -hadist.
C. Novel
1. Pengertian Novel
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Novel adalah karangan prosa
yang panjang mengandung rangkaian cerita seseorang dengan orang di
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.73
Umumnya novel bercerita tentang tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari
hari. Biasanya novel lebih panjang dan lebih kompleks dari pada cerpen.
Novel juga sering di anggap sebagai Fiksi atau prosa naratif, dimana
novel merupakan sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia,
dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang
dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot,
tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang
kesemuanya juga bersifat imajinatif.74
Novel juga merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa
dimana karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan.
73
DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 788.
74
Kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan gaya
bahasa serta gaya cerita yang menarik.75
Untuk membuat suatu karya yang menarik dan memiliki kekuatan
dalan cerita, sebuah karya sastra memiliki beberapa unsur-unsur yang
membangun semua itu, didalam novel terdapat beberapa unsur yang
dimiliki yakni unsur instrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang secara langsung
turut membangun cerita, seperti : plot, tokoh atau penokohan, latar atau
setting dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang
berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi
system organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik juga termasuk unsur yang
mengandung keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki sikap,
keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya
yang ditulisnya.76
Novel memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar
mengenai tempat (ruang) tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
jika posisi manusia dalam masyarakat jelas berhubungan dengan ruang dan
waktu. Sebuah masyarakat jelas berhubungan dengan dimensi tempat,
tetapi peranan seorang tokoh dalam masyarakat berubah dan berkembang
dalam waktu. Khasnya, novel mencapai keuTuhannya secara inklusi
(inclution), yaitu bahwa novellis mengukuhkan keseluruhannya dengan
kendali tema karyanya.
75
Zainudin, Materi Pokok Bahasan dan Sastra Indonesia (Jakarta : Rineka Cipta, 1992),h. 99
76
Dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa novel merupakan suatu
karya sastra yang isinya menceritakan berbagai masalah kehidupan
manusia, dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, interaksinya
dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Alur cerita novel
biasanya mengisahkan kehidupan yang nyata yang di peroleh dari hasil
manifestasi atau pengalaman pengarang yang secara tidak langsung
memberi suguhan pesan baik itu pesan moral, sosial maupun pesan
keagamaan.
2. Unsur-unsur Instrinsik dalam Novel
Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung)
turut membangun cerita. Kepaduan antar berbagi unsur intrinsik inilah
yang membuat sebuah novel terwujud. Unsur yang dimaksud antara lain:
1. Tema
Tema tidak lain dari suatu gagasan sentral yang menjadi dasar
topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai pengarang
melalui topiknya tadi.
Jadi, tema ialah gagasan atau makna dasar umum yang menopang
sebuah karya sastra sebagai struktur sistematis dan bersifat abstrak
yang secara berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan
biasanya dilakukan secara implisit, karena untuk menemukan tema
sebuah karya haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya
berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita.77
77
2. Alur atau Plot
Menurut Stanton mengemukakan bahwa alur atau plot adalah cerita
yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara segala akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.78
Bisa dipahami bahwa plot adalah runutan berbagai peristiwa yang
diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan sebab akibat untuk
mencapai efek tertentu dan sekaligus membangkitkan suspense dan
surprise pada pembaca.79
3. Penokohan
Menurut Jones, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas
tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut
Nurgiyanto istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan
perwatakan, atau karakter dan karakterisasi. Istilah tersebut merupakan
istilah yang sama yang dipergunakan dalam penokohan. Istilah tokoh
merajuk pada orangnya, dan pelaku cerita. 80
4. Latar atau Setting
Menurut Abrams latar atau setting adalah landas tumpu, menunjuk
pada pengertian tempat, hubungan dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa yang diceritakan.
Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini
penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,
78
Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiks, (Yogyakarta: Gajah mada University Press.