• Tidak ada hasil yang ditemukan

o Beberapa fasilitas tambahan yang diperlukan adalah laboratorium analisa, fasilitas

Dalam dokumen DIKTAT KULIAH TL 3204 (1) (Halaman 47-50)

Gambar 4.7: Contoh tata ruang pengumpulan limbah B3

6 PENGANGKUTAN

Di Amerika Serikat, aturan-aturan yang dikeluarkan oleh DOT telah meliputi lebih dari 30.000 jenis bahan berbahaya. Bahan-bahan ini diangkut melalui udara, laut, darat (termasuk kereta api). Produk-produk berbahaya tersebut diangkut dengan berbagai container seperti : vessel, tank car, tank truck, intermodal portable tank, cylinder, drum, barrel, can, box, botle dan cask. Dalam hal ini Research and Special Programs Administration (RSPA) dari USDOT

mengeluarkan dan bertanggungjawab untuk mengembangkan aturan-aturan, acuan-acuan teknik yang standar serta pengujian untuk itu.

Transportasi bahan berbahaya yang bervolume besar (bulky) dapat dilakukan melalui segala jenis angkutan, seperti melalui darat, kereta api atau laut. Cargo tank merupakan sarana yang biasa digunakan di darat, dan biasanya terbuat dari baja atau campuran alumunium atau dapat pula dari bahan lain seperti titanium, nikel atau stainless steel. Kapasitas yang digunakan di USA adalah antara 4000 sampai 12000 gallon (15 sampai 50 m3). Beban kendaraan biasanya

dibatasi sampai 80.000 pound (36 ton).

Sekitar 80 % dari pengangkutan bahan berkapasitas besar menggunakan tank car yang mempunyai masa layan 30 - 40 tahun. Kapasitas tank car ini dibatasi 34.500 gallon (130 m3) dengan berat kotor 236.000 pound (107 ton). Perbedaan utama dari rail tank car ini adalah ada

yang menggunkan tekanan (untuk gas) dan tanpa tekanan (untuk cair). Hampir 90 % dari tank car ini terbuat dari baja, bahan berikutnya yang sering digunakan adalah alumunium. Sekitar 66 % (berat) bahan yang diangkut di USA adalah bahan kimia (sebagian korosif) sedang 23 % merupakan produk minyak (bahan bakar).

Container bulky melalui air yang terbesar adalah dengan tanker dan tank-barges, yang

mencakup sekitar 91 %. Tank-barges berkapasitas antara 300.000-600.000 gallon (1135-2270 m3) sedang tanker berkapasitas sampai 10 kali lebih besar. Lebih dari 90 % (berat) dalam transport laut ini terdiri dari produk petroleum dan minyak mentah. Sisanya adalah bahan kimia semacam asam sulfat, pupuk, NaOH, alkohol, benzene, toluene dan sebagainya. Cara ini relatif memungkinkan pengangkutan dengan kapasitas yang besar. Secara statistik, cara ini adalah yang teraman, baik dari jumlah kecelakaan maupun banyaknya limpahan dalam satuan ton-mile, walaupun bila terjadi kecelakaan maka limpahannya akan menyebar secara luas. Aturan-aturan yang ada menyangkut kegiatan selama loading serta pelatihan bagi awak kapalnya.

Kemungkinan kecelakaan yang mungkin terjadi di sektor transportasi ini perlu mendapat perhatian, karena dapat mencelakakan manusia atau lingkungan yang tidak terlibat langsung dengan kecelakaan. Peraturan-peraturan yang digunakan dalam transportasi hendaknya mengantisifasi kemungkinan timbulnya masalah ini. Bila terjadi kecelakaan lalu-lintas, maka respon aparat terkait (polisi, pemadam kebakaran dan sebagainya) akan tergantung pada apakah aparat tersebut terlatih untuk jenis kecelakaan itu, demikian juga kegiatan penanganan korban akibat terpapar dengan bahan berbahaya akan tergantung apakah paramedis terkait telah mendapat pelatihan menangani korban semacam itu.

Sebagai contoh adalah kecelakaan lalu-lintas yang terjadi di USA pada bulan Desember 1981 yang menimpa sebuah truk pembawa 40.000 pound toluene diisocyanate (TDI) yang tergelincir dan menumpahkan sebagian isinya. Penanganannya adalah truk tetap dipanaskan dan diisolasi agar TDI ini tetap dalam kondisi cair. Pada saat truk dibalikkan, limpahan TDI ternyata terpapar pada tanah yang dingin, mengkontaminasi daerah sekitarnya serta baju 2 orang petugas. Setelah mereka kembali ke kendaraan yang hangat, TDI yang melekat pada sepatu dan baju menguap dan terhiruplah gas toksik. TDI masuk de dalam sel jaringan, mengiritasi mata, dan dapat merusak paru- paru. Kedua petugas tersebut mengalami gangguan pernafasan yang permanen dan tidak dapat lagi aktif bekerja. Respons terhadap bentuk kecelakaan itu harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan agar dapat menangani masalah yang timbul secara cepat dan tepat. Demikian juga peralatan tim harus sesuai dengan kebutuhan/jenis bahan atau limbah yang diangkut.

Referensi Utama:

o E. Meyer: Chemistry of Hazardous Materials, Prentice Hall Building, 1989

o Kep.Bapedal 01/Bapedal/09/1995: tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3

o Kep.Kepala Bapedal 02/Bapedal/09/1995: tentang Dokumen Limbah B3 o Kep.Kepala Bapedal 05/Bapedal/09/1995: tentang Simbol dan Label Limbah B3 o http://www.labelmaster.com (1 Maret 2008)

BAGIAN V

SIFAT DAN KARAKTERISTIK BAHAN KIMIA BERBAHAYA

1 UMUM

Penggunaan kimia dalam kebudayaan manusia sudah dimulai sejak zaman dahulu. Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam, yang berkaitan dengan komposisi materi, termasuk juga perubahan yang terjadi di dalamnya, baik secara alamiah maupun sintetis. Senyawa-senyawa kimia sintetis inilah yang banyak dihasilkan oleh peradaban modern, namun materi ini pulalah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang berbahaya. Dengan mengetahui komposisi dan memahami bagaimana perubahan terjadi, manusia dapat mengontrol dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan manusia.

Penggunaan bahan-bahan kimia di dunia telah berkembang pesat, yang sebagian besar merupakan bahan berbahaya. Ini ditunjukkan oleh hampir 11 juta jenis bahan kimia telah diidentifikasi pada tahun 1995, baik yang terdapat di alam maupun yang dibuat oleh manusia, dan hampir setiap tahun 1.000 jenis bahan kimia baru masuk ke perdagangan. Bahan kimia yang telah digunakan dan diperdagangkan secara umum sekitar 63.000 jenis, 50.000 jenis diantaranya digunakan sehari-hari, 1.500 jenis merupakan bahan aktif pestisida, sekitar 4.000 jenis sebagai bahan aktif obat-obatan, dan 2.500 jenis digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Dari sekian banyak bahan kimia tersebut, baru beberapa ratus jenis saja yang telah dievaluasi dampaknya tehadap kesehatan dan lingkungan. Perdagangan bahan kimia dunia pada tahun 1991 mencapai nilai 1,2 M US$, 40% berkaitan dengan petrokimia. Pemakaian bahan kimia di Indonesia (1991) sekitar 0,46% dari nilai perdagangan dunia. Proses penggunaan bahan yang berbahaya dalam kegiatan sehari-hari, terutama dari kegiatan industi khususnya penggunaan bahan kimia, akan menghasilkan limbah berbahaya.

Secara konvensional, terdapat 7 kelas bahan berbahaya, yaitu :

a. Materi mudah terbakar (flammable material) : padat, cair, uap,atau gas yang menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala, misalnya pelarut (solvent) seperti benzene, ethanol, debu aluminum, gas hidrogen dan metan.

b. Materi yang spontan terbakar (spontaneously ignitable material) : padat atau cair yang dapat menyala secara spontan tanpa sumber nyala, misalnya karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan oksidasi atau kegiatan lain seperti aktivitas mikrobiologis. Contoh materi ini misalnya fosfor putih.

c. Peledak (explosive) : materi kimia ini dapat meledak, biasanya karena adanya kejutan (shock), panas, atau mekanisme lainnya. Contoh materi ini misalnya dinamit dan trinitrotoluene (TNT).

d. Pengoksidasi (oxidizer) : Materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas. Contoh materi ini adalah amonium nitrat dan benzoyl peroksida.

e. Materi korosif : padat atau cair seperti asam kuat atau basa kuat, yang dapat membakar dan merusak jaringan kulit bila berkontak dengannya.

f. Materi toksik : racun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau mengganggu kesehatan, seperti karbon monoksida dan hidrogen sianida.

g. Materi radioaktif : dicirikan dengan transformasi yang berlangsung dalam inti atom, misalnya uranium heksafluorida.

Dalam dokumen DIKTAT KULIAH TL 3204 (1) (Halaman 47-50)