• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK ATAS BARANG MEWAH

2. Objek PPN Khusus

a. Berdasarkan Pasal 16C yaitu kegiatan membangun sendiri;

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain. Tarif dan DPP :

1) Pajak Pertambahan Nilai terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif 10% (sepuluh persen) dengan Dasar Pengenaan Pajak.

183

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK ATAS BARANG MEWAH

2) Dasar Pengenaan Pajak adalah 20% (dua puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.

Saat dan tempat terutang

1) Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri dimulai pada saat dibangunnya bangunan sampai dengan bangunan selesai. 2) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara

bertahap dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antara tahapan- tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.

3) Tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.

Pembayaran dan penyetoran :

1) Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan membangun sendiri wajib disetor ke kas negara melalui kantor pos atau bank persepsi paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak. 2) Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai terutang

dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang harus diisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

3) Dalam hal tempat bangunan didirikan berada di

wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri terdaftar, kolom NPWP yang tercantum pada Surat Setoran Pajak diisi dengan NPWP orang pribadi atau badan tersebut.

b. Berdasarkan 16D yaitu penyerahan BKP berupa aktiva yang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan

184 PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untukdiperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009.

Penyerahan Barang Kena Pajak, antara lain, berupa mesin, bangunan, peralatan, perabotan, atau Barang Kena Pajak lain yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak dikenai pajak.

Namun, Pajak Pertambahan Nilai tidak dikenakan atas pengalihan Barang Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha dan pengalihan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yaitu kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, yang menurut ketentuan Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c Pajak Masukan atas perolehan aktiva tersebut tidak dapat dikreditkan.

BARANG KENA PAJAK

Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Semua barang pada prinsipnya merupakan Barang Kena Pajak (dikenakan PPN) kecuali yg ditentukan lain oleh UU PPN itu sendiri. (UU PPN menganut azas negatif list), yang diatur secara rinci oleh Undang Undang PPN adalah barang-barang yg tidak dikenakan PPN, yaitu di Pasal 4A ayat (2) Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009. Dengan demikian, secara otomatis barang-barang lainnya merupakan Barang Kena Pajak.

BARANG TIDAK KENA PAJAK

Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok barang sebagai berikut :

185

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK ATAS BARANG MEWAH

1. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil

langsung dari sumbernya, seperti minyak mentah, gas bumi, panas bumi, bijih besi dan yang lainnya.

2. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat

banyak, seperti beras, jagung, sagu, kedelai dan yang lainnya.

3. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah

makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan

4. uang, emas batangan, dan surat berharga.

JASA KENA PAJAK

Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.

Semua jasa pada prinsipnya merupakan Jasa Kena Pajak (dikenakan PPN) kecuali yang ditentukan lain oleh UU PPN itu sendiri, yang diatur secara rinci oleh Undang Undang PPN adalah jasa-jasa yg tidak dikenakan PPN, yaitu di Pasal 4A ayat (3) Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009. Dengan demikian, secara otomatis jasa-jasa lainnya merupakan Jasa Kena Pajak .

JASA TIDAK KENA PAJAK

Berikut adalah daftar jasa yang tidak dikenai pajak, yaitu :

1. jasa pelayanan kesehatan medis;

2. jasa pelayanan sosial;

3. jasa pengiriman surat dengan perangko;

4. jasa keuangan;

5. jasa asuransi;

186 PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

7. jasa Pendidikan;

8. jasa kesenian dan hiburan;

9. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;

10. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;

11. jasa tenaga kerja; 12. jasa perhotelan;

13. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum;

14. jasa penyediaan tempat parkir;

15. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; 16. jasa pengiriman uang dengan wesel pos;

17. jasa boga atau katering.

SUBJEK PPN 1. Pengusaha

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya (Pasal 4 Angka 14 UU PPN):

a. menghasilkan barang,

b. mengimpor barang,

c. mengekspor barang,

d. melakukan usaha perdagangan,

e. memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah

Pabean,

f. melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau

memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean

Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang- Undang PPN. Kewajiban PKP :

187

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK ATAS BARANG MEWAH

a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak;

b. Memungut pajak yang terutang;

c. Menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus

dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan d. Melaporkan penghitungan pajak.

TARIF DAN DASAR PENGENANN PAJAK (DPP) PPN & PPnBM

Tarif PPN, antara lain : 1. 10%

2. 0%, bagi :

a. BKP berwujud diekspor

b. BKP tidak berwujud dari daerah pabean yang dimanfaatkan diluar daerah pabean

c. JKP yang diekspor termasuk JKP yang diserahkan oleh PKP

yang menghasilkan dan melakukan ekspor BKP atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan das atas petunjuk dari pemesan diluar daerah pabean

Berikut adalah dasar pengenaan pajak untuk PPN dan PPnBM :

1. Harga jual (Penyerahan BKP)

Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual.

2. Penggantian (Penyerahan JKP, Ekspor JKP, Ekspor BKP tidak

bewujud)

Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha.

188 PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Yaitu nilai yg tercantum dalam dokumen PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) yg telah difiat muat oleh Direktorat Jenderal Bea & Cukai.

4. Nilai impor (Kegiatan impor)

Nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut Undang-Undang ini.

5. Nilai lain (Suatu nilai yang ditetapkan Menteri Keuangan)

Nilai lain yang ditetapkan sebagai DPP untuk beberapa penyerahan BKP dan JKP (PMK-75/2010)

a. Harga jual/penggantian setelah dikurangi laba kotor

(Pemakaian sendiri dan pemberian Cuma-Cuma)

b. Harga jual rata-rata (Penyerahan edia rekaman suara atau

gambar)

c. Perkiraan hasil rata-rata per judul film (Penyerahan film cerita)

d. Harga jual eceran (Penyerahan produk hasil tembakau)

e. Harga pasar wajar (BKP berupa persediaan dan/atau aktiva

yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan)

f. HPP atau harga perolehan (Penyerahan BKP dari pusat ke

cabang atau sebaliknya dan antar cabang)

g. Harga yang disepakati antara pedagang, peranta dan pembeli

(Penyetah BKP melalui pedagang perantara)

h. Harga lelang (Penyerahn melalui juru lelang)

i. 10% dari nilai tagihan atau seharusnya ditagih (Penyerahan

jasa pengiriman paket dan penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro)

j. 20% dari harga jual emas perhiasan atau nilai penggantian

(penyerahan emas perhiasan termasuk penyerahan jasa perbaikan dan modifikasi emas perhiasan serta jasa- pabrikan

189

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK ATAS BARANG MEWAH

emas perhiasan jasa lain yang berkaitan dengan emas perhiasan yang dilakukan)

k. 10% dari dari jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih

(Penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang didalam tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges).

SAAT DAN TEMPAT TERUTANG PPN 1. Saat Terutangnya PPN :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak;

1) BKP berwujud

a) Barang bergerak

• Diserahkan secara langsung kepada pembeli

atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli;

• Diserahkan secara langsung kepada penerima

barang, untuk

o pemberian cuma-Cuma

o pemakaian sendiri, dan

o penyerahan dari pusat ke cabang atau

sebaliknya dan/atau penyerahan antar cabang;

• Diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha

jasa angkutan; atau

• Harga atas penyerahan Barang Kena Pajak

diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten

b) Barang tidak bergerak

• Saat penyerahan hak untuk menggunakan

190 PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

tersebut, secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli

• Dicatat/diakui sbg piutang atau penghasilan

2) BKP tidak berwujud

Harga atas penyerahan BKP tidak berwujud diakui sebagai piutang atau penghasilan atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten; atau Kontrak atau perjanjian ditandatangani atau saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya, dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada huruf a) tidak diketahui.

b. Impor Barang Kena Pajak;

1) Saat Barang Kena Pajak tersebut dimasukkan ke dalam Daerah Pabean

2) Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di tempat Barang Kena Pajak dimasukkan dan dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak;

1) Harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten;

2) Kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada angka 1) tidak diketahui; atau

3) Saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak.

191

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK ATAS BARANG MEWAH

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean;

1) Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;

2) Saat harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/ atau penggantian Jasa Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau

3) Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya, yang terjadi lebih dahulu.

Dalam hal tidak diketahui, terjadi pada tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian

e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;

1) Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;

2) Saat harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/ atau penggantian Jasa Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau

3) Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya, yang terjadi lebih dahulu.

Dalam hal tidak diketahui, terjadi pada tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian

f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

1) saat Barang Kena Pajak dikeluarkan dari Daerah Pabean g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; atau

192 PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

1) saat Penggantian atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan h. ekspor Jasa Kena Pajak

1) saat Penggantian atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan

Dokumen terkait