• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

2. Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Berikut ini daftar ketentuan khusus dalam PPh 21 pegawai tidak tetap:

a. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 jika penghasilan

92 PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

b. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, jika penghasilan sehari

sebesar atau melebihi Rp 450.000 merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

c. Bila pegawai tidak tetap memperoleh penghasilan kumulatif

dalam 1 bulan kalender melebihi Rp 4.500.000 , maka jumlah tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

d. Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan,

upah satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.

e. PTKP sebenarnya adalah untuk jumlah hari kerja yang

sebenarnya.

f. PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang

sebenarnya adalah sebesar PTKP per tahun Rp 54.000.000 dibagi 360 hari.

g. Bila pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas tersebut

mengikuti program jaminan atau tunjangan hari tua, maka iuran yang dibayar sendiri dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 102/ PMK.010/2016 berkaitan dengan Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan. Adapun beberapa ketentuan tersebut meliputi :

a. PPh 21 pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang

penghasilannya kurang dari Rp 450.000 per hari tidak dikenakan pemotongan penghasilan.

b. Ketentuan penghasilan tidak kena pajak itu tidak berlaku jika:

1) Penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi Rp

4.500.000 sebulan;

2) Penghasilan dimaksud dibayar secara bulanan;

3) Penghasilan berupa honorarium;

4) Komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan

93

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

SAAT TERUTANG

PPh Pasal 21 terhutang dibagi menjadi dua yaitu bagi penerima penghasilan dan pemotong penghasilan. Bagi penerima penghasilan adalah pada saat dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan, sedangkan bagi pemotong adalah akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

CONTOH KASUS

Perhitungan Pajak Penghasilan Pegawai Tetap Gaji Bulanan

1. David pada tahun 2020 bekerja pada perusahaan PT Sinar Mentari

dengan memperoleh gaji sebulan Rp11.500.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 400.000. David menikah tetapi belum memiliki anak. Pada bulan Januari penghasilan David hanya dari PT Sinar Mentari hanya dari gaji.

Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai berikut:

Gaji sebulan Rp 11.500.000

Pengurangan:

a. Biaya jabatan: 5% × Rp11.500.000 Rp 500.000

b. Iuran pensiun Rp 400.000

Rp ( 900.000) Penghasilan neto sebulan Rp 10.600.000 Penghasilan neto setahun adalah 12 × Rp10.600.000 Rp 127.200.000 PTKP setahun

a. Untuk Wajib Pajak pribadi Rp 54.000.000 b. Tambahan WP kawin Rp 4.500.000

Rp 58.500.000 Penghasilan kena pajak setahun Rp 68.700.000 PPh Pasal 21 terutang

5% × Rp50.000.000 = Rp 2.500.000

94 PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

Rp 5.305.000 PPh Pasal 21 sebulan Rp5.305.000 : 12 = Rp 442.083

2. Tuan Ajun adalah seorang pegawai pada perusahaan PT. Harta

Karun, menikah tanpa anak, dan memperoleh gaji sebulan sebesar Rp16.000.000. PT Harta Karun mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,5% dan 0,3% dari gaji. PT Harta Karun menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,7% dari gaji sedangkan Tuan Ajun membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Di samping itu PT Harta Karun juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Harta Karun membayar iuran pensiun untuk Tuan Ajun ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp400.000, sedangkan Tuan Ajun membayar iuran pensiun sebesar Rp200.000. Pada bulan Juli 2020 Tuan Ajun hanya menerima pembayaran berupa gaji. Perhitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2020 adalah sebagai berikut:

Perhitungan PPh Pasal 21

Gaji sebulan Rp 16.000.000

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (0,5% × Rp16.000.000) Rp 80.000 Premi Jaminan Kematian (0.3% × Rp16.000.000) Rp 48.000

Penghasilan bruto Rp 16.128.000

Pengurangan:

a. Biaya jabatan Rp 500.000 b. Iuran Pensiun Rp 200.000 c. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 320.000

Rp (1.020.000) Penghasilan neto sebulan Rp 15.108.000 Penghasilan neto setahun

95

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PTKP setahun

a. Untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000 b. Tambahan WP kawin Rp 4.500.000

Rp (58.500.000) Penghasilan kena pajak setahun Rp 122.796.000 PPh Pasal 21 terutang

5% × Rp50.000.000 = Rp 2.500.000

15% × Rp72.796.000 = Rp 10.919.400 Rp 13.419.400 PPh Pasal 21 sebulan Rp13.419.400 : 12 = Rp 1.118.283

Perhitungan Pajak Penghasilan Pegawai tetap dengan Gaji Mingguan atau Harian

1. Subur bekerja sebagai pegawai tetap dan mendapatkan gaji sebesar

Rp. 500.000. Subur berstatus menikah dan memiliki 4 orang anak. Perusahaan tempatnya bekerja membayar Jaminan Kecelakaan Kerja (Premi 1%) dan Jaminan Kematian (Premi 0,3%) Perusahaan juga membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 3% Subur pun membayar iuran pensiun sebesar Rp. 45.000 dan Jaminan Hari Tua sebesar 2,5% dari gaji. Berapakah PPh 21 harian Subur? Jawab : Penghasilan sebulan = 26 x 500.000 Rp 13.000.000 Premi JKK = 13.000.000 x 1% Rp 130.000 Premi JKM = 13.000.000 x 0,3% Rp 39.000 Penghasilan Bruto Rp 13.169.000 Pengurang

a. Biaya Jabatan = 13.169.000 x 5% Rp 500.000 (max) b. Iuran Pensiun Rp 45.000 c. Iuran JHT = 13.000.000 x 2,5% Rp 325.000

Total Pengurang Rp (870.000)

Penghasilan Neto Sebulan = Rp 12.299.000 Penghasilan Neto Setahun = 12.299.000 x 12 Rp 147.588.000

96 PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B PTKP Setahun (K/4) WP Rp 54.000.000 Kawin Rp 4.500.000 Tanggungan (maksimal 3) = PTKP Setahun Rp 13.500.000 Rp (72.000.000) Penghasilan Kena Pajak Rp 75.588.000 PPh 21 Terutang 5% x 50.000.000 Rp 2.500.000 15% x 25.588.000 PPh 21 setahun PPh 21 sebulan = Rp 6.338.200/12 Rp 3.838.200 Rp 6.338.200 Rp 528.183

2. Imam seorang Karyawan PT. Sinar Jaya memiliki gaji mingguan

sebesar Rp. 2.500.000. Imam berstatus belum menikah. Imam menanggung biaya hidup kedua orang tuanya. Bila Imam hanya menerima gaji saja, maka PPh 21 yang terutang adalah

Jawab :

Gaji Sebulan = 4 x 2.500.000 Rp 10.000.000 Pengurang

Biaya Jabatan = 5% x 10.000.000 Penghasilan neto sebulan

Penghasilan neto setahun = 12 x 9.500.000

Rp (500.000) Rp 9.500.000 Rp 114.000.000 PTKP setahun (TK/2) WP Rp 54.000.000 Tanggungan Jumlah PTKP Rp 9.000.000 Rp (63.000.000) Jumlah PKP Rp 51.000.000 PPh 21 setahun 5% x 50.000.000 Rp 2.500.000 15% x 1.000.000 Rp 150.000

97

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Jumlah Rp 2.650.000

PPh 21 sebulan = 2.650.000 : 12 Rp 220.833 PPh 21 seminggu = 220.833 : 4 Rp 55.208

Perhitungan Pajak Pembayaran Uang Rapel

1. Pada bulan Juli 2020, Sdr. Afrilia Irdan (K/0) yang bekerja pada

perusahaan multinasional mendapat SK kenaikkan gaji yang berlaku surut sejak Januari 2018. Kenaikan yang terjadi dari Rp20.000.000 per bulan menjadi Rp25.000.000 per bulan. Pada bulan Juli dibayarkan juga uang rapel atas kenaikan gaji dari Januari-Juni 2020, sedangkan gaji bulan Juli sudah dibayarkan menggunakan gaji yang baru. Bagaimana cara menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel yang diterima Sdr. Afrilia Irdan tersebut?

Penyelesaian :

Gaji baru + Rapel Kenaikan gaji Januari-Juni 2018 = Rp25.000.000 + 6 (Rp25.000.000 – Rp20.000.000) = Rp55.000.000

Cara menghitung PPh Pasal 21 bulan Juli atas penghasilan yang diterima oleh Sdr. Afrilian Irdan adalah sebagai berikut:

a. PPh Pasal 21 sebelum kenaikan gaji

Gaji setahun (Rp20.000.000 x 12) Rp 240.000.000 Pengurang:

1) Biaya Jabatan 5% Rp (6.000.000)

Penghasilan neto Rp 234.000.000

PTPK

1) Untuk Wajib Pajak Rp 54.000.000

2) WP kawin Rp 4.500.000

(Rp 58.500.000)

98 PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

PPh Pasal 21 Terutang :

5% x Rp50.000.000 Rp 2.500.000

15% x Rp125.000.000 Rp 22.500.000 PPh Pasal 21 terutang setahun Rp 25.000.000 PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp 2.083.333 b. PPh Pasal 21 setelah kenaikan gaji

Gaji setahun (Rp25.000.000 x 12) Rp 300.000.000 Pengurang:

1) Biaya Jabatan 5% Rp (6.000.000)

Penghasilan neto Rp 294.000.000

PTKP

1) Untuk Wajib Pajak Rp 54.000.000 2) WP kawin Rp 4.500.000 (Rp 58.500.000) PKP Rp 235.000.000 PPh Pasal 21 Terutang 5% x Rp50.000.000 Rp 2.500.000 15% x Rp185.000.000 Rp 27.825.000 PPh Pasal 21 terutang setahun Rp 30.325.000 PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp 2.527.083 PPh Pasal 21 atas uang rapel sebulan adalah selisih antara perhitungan b dan perhitungan a = Rp2.527.083 – Rp2.083.333 = Rp443.750

Sehingga PPh Pasal 21 atas rapel selama 6 bulan (Januari –Juni) adalah = 6 x Rp443.750 = Rp2.662.500

2. Budi (K/0) berstatus sebagai karyawan tetap di PT. ABC. Pada

Januari 2020 dia memperoleh gaji bulanan Rp6.750.000 dan membayar iuran pensiun Rp200.000. Berapa PPh 21 yang harus dibayar Budi?

Penyelesaian :

99 PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pengurang : a. Biaya Jabatan (5% x Rp81.000.000) Rp 4.050.000 b. Iuran Pensiun (Rp200.000 x 12) Rp 2.400.000 Rp (6.450.000) Penghasilan neto Rp 74.550.00 PTKP

a. Untuk wajib pajak Rp 54.000.000

b. WP kawin Rp 4.500.000

(Rp 58.500.000)

PKP Rp 16.050.000

PPh Pasal 21 terutang setahun

5% x Rp16.050.000 Rp 802.500

PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp802.500 : 12 Rp 66.875 Sementara itu di bulan Agustus Budi mendapat kenaikan gaji sebesar Rp1.000.000 menjadi Rp7.750.000. Kenaikan gaji tersebut berlakuo surut sejak 1 Januari 2020. Dengan adanya kenaikan gaji tersebut maka Budi menerima uang rapel Rp7.000.000 (kenaikan gaji Januari-Juli). Berapa PPh Pasal 21 yang harus dibayar dari uang rapel tersebut?

Pembahasan : Gaji setahun (Rp7.750.000 x 12) Rp 93.000.000 Pengurang : a. Biaya Jabatan (5% x Rp7.750.000) Rp 4.650.000 b. Iuran pensiun (Rp200.000 x 12) Rp 2.400.000 Rp 7.050.000 Penghasilan neto Rp 85.950.000 PTKP

a. Untuk wajib pajak Rp 54.000.000

b. WP kawin Rp 4.500.000

(Rp 58.500.000)

PKP Rp 27.450.000

PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp27.450.000 Rp 1.372.500 PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp 1.372.500 : 12 Rp 114.375

10 0

PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

PPh Pasal 21 atas rapel selama 7 bulan (Januari – Juli)

= (PPh Pasal 21 terutang sebelum kenaikan gaji – PPh Pasal 21 setelah kenaikan gaji) x 7

= (Rp114.375 – Rp66.875) x 7 = Rp 47.500 x 7

= Rp 332.500

Perhitungan Pajak Penghasilan atas Penghasilan berupa Jasa Produksi, Tantiem Gratifikasi, THR/TB, Bonus Premi, dan Sejenisnya

1. Andrew (tidak kawin) bekerja pada PT Raksanda dengan

memperoleh gaji sebesar Rp 5.000.000,00 sebulan. Dalam tahun yang bersangkutan Andrew menerima bonus sebesar Rp 6.000.000,00. Setiap bulannya Andrew membayar iuran pensiun ke dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 60.000,00

Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah : a. PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun):

Gaji setahun (12 x Rp 5.000.000,00) Rp 60.000.000,00

Bonus Rp 6.000.000,00

Penghasilan bruto setahun Rp 66.000.000,00 Pengurangan :

1) Biaya Jabatan 5% x Rp 66.000.000,00 Rp 3.300.000,00 2) Iuran pensiun setahun 12 x Rp 60.000,00 Rp 720.000,00

Rp (4.020.000,00) Penghasilan neto setahun Rp 61.980.000,00 PTKP

untuk WP sendiri Rp (54.000.000,00) Penghasilan Kena Pajak Rp 7.980.000,00 PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 7.980.000,00 Rp 399.000,00 b. PPh Pasal 21 atas Gaji Setahun

101

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Pengurangan :

Biaya Jabatan 5% x Rp 60.000.000,00 Rp 3.000.000,00 Iuran pensiun setahun 12 x Rp 60.000,00 Rp 720.000,00

Rp (3.720.000,00) Penghasilan neto setahun Rp 56.280.000,00 PTKP

untuk WP sendiri Rp (54.000.000,00) Penghasilan Kena Pajak Rp 2.280.000,00 PPh Pasal 21 terutang5% x Rp 2.280.000,00 Rp 114.000,00

c. PPh Pasal 21 atas Bonus

PPh Pasal 21 atas Bonus adalah : Rp 399.000,00 - Rp 114.000,00= Rp 285.000,00

2. Karyawati Anita (tidak kawin) bekerja pada PT Violet Blue dengan

memperoleh gaji sebesar Rp 7.000.000,00 sebulan. Perusahaan ikut dalam program jamsostek. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dan Iuran Jaminan Hari Tua dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 1,00%, 0,30% dan 3,70% dari gaji. Anita membayar iuran Pensiun Rp 50.000,00 dan iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji untuk setiap bulan. Dalam tahun berjalan dia juga menerima bonus sebesar Rp 5.000.000,00

Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah sebagai berikut: a. PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun):

Gaji setahun (12 x Rp 7.000.000) Rp 84.000.000

Bonus Rp 5.000.000

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 12 x Rp 70.000 Rp 840.000 Premi Jaminan Kematian12 x Rp 21.000

Penghasilan bruto setahun

Rp 252.000 Rp 90.092.000 Pengurangan :

Biaya Jabatan 5% x Rp 90.092.000 Rp 4.504.600 Iuran pensiun setahun 12 x Rp 50.000 Rp 600.000

10 2

PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

Iuran Jaminan Hari Tua 12 x Rp 140.000 Rp 1.680.000

Rp (6.784.000) Penghasilan neto setahun Rp 83.308.000 PTKP

untuk WP sendiri Rp (54.000.000)

Penghasilan Kena Pajak Rp 83.308.000 PPh Pasal 21 terutang

5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000 15% x Rp. 33.308.000 Rp. 4.996.200 Total PPh Pasal 21 terutang Rp. 7.496.200 b. PPh Pasal 21 atas Gaji Setahun

Gaji setahun (12 x Rp 7.000.000,00) = Rp 84.000.000 Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 12 x Rp 70.000 = Rp 840.000 Premi Jaminan Kematian 12 x Rp 21.000 Rp 252.000

Jumlah Rp 85.092.000

Pengurangan:

Biaya Jabatan 5% x Rp 85.092.000 Rp 4.254.600 Iuran pensiun setahun 12 x Rp 50.000 Rp 600.000 Iuran Jaminan Hari Tua 12 x Rp 140.000

1.680.000

Rp

Jumlah Rp 6.534.600

Penghasilan neto setahun Rp 78.555.400 PTKP

untuk WP sendiri Rp 54.000.000

Penghasilan Kena Pajak Rp 24.555.400

Pembulatan Rp 24.555.000

PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp 24.555.000 1.227.770

Rp c. PPh Pasal 21 atas Bonus

PPh Pasal 21 atas Bonus adalah : Rp 7. 496.200 - Rp 1.227.770= Rp 6.268.430

103

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Perhitungan Pajak Penghasilan Pegawai Dipindahtugaskan

1. Jupri yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Gulita

di Jakarta. Sejak 1 Juni 2019 dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung dan pada 1 Oktober 2019 dipindahtugaskan lagi ke kantor cabang di Garut. Gaji Jupri sebesar Rp5.000.000,00 dan pembayaran iuran pensiun yang dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp100.000,00. Selama bekerja di PT Gulita Jupri hanya menerima penghasilan berupa gaji saja. Hitung PPh 21!

Pembahasan

Penghitungan PPh Pasal 21: Kantor Pusat di Jakarta

Gaji selama di cabang Jakarta (5 x Rp5.000.000,00) Rp 25.000.000,00 Pengurangan:

a. Biaya Jabatan :5% x Rp25.000.000,00 Rp 1.250.000,00 b. luran pensiun 5 x Rp100.000,00 Rp 500.000,00 (+)

Rp 1.750.000,00 (-) Penghasilan neto lima bulan adalah Rp 23.250.000,00 Penghasilan neto setahun: 12/5 x Rp23.250.000,00 Rp 55.800.000,00 PTKP setahun (TK/0)

untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00* (-) *) PMK No 101 Th 2016

Penghasilan Kena Pajak Rp 1.800.000,00 PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp1.800.000,00 Rp 90.000,00 PPh Pasal 21 terutang Januari s.d Mei 2019

Rp90.000,00 : 12/5 Rp 37.500,00

PPh Pasal 21 yang sudah dipotong masa Januari s.d. Mei 2019

adalah: 5 x Rp7.500,00*) Rp 37.500,00. (-) PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong N I H I L

10 4

PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

Catatan:

*) PPh Pasal 21 yang telah dipotong pada bulan Januari sampai dengan Mei untuk setiap bulannya adalah Rp90.000,00 : 12 = Rp7.500,00

Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 Al) di Kantor Jakarta Gaji (Januari s.d. Mei 2019) 5 x Rp5.000.000,00 Rp 25.000.000,00 Pengurangan:

a. Biaya Jabatan :5% x Rp17.500.000,00 Rp 1.250.000,00 b. luran pensiun 5 x Rp100.000,00 Rp 500.000,00 (+)

Rp 1.750.000,00 (-) Penghasilan neto lima bulan adalah Rp 23.250.000,00 Penghasilan neto setahun: 12/5 x Rp23.250.000,00 Rp 55.800.000,00 PTKP setahun (TK/0)

untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00* (-) Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp 1.800.000,00 PPh Pasal 21 disetahunkan 5% x Rp1.800.000,00 Rp 90.000,00 PPh Pasal 21 terutang 5/12 x Rp90.000,00 Rp 37.500,00 PPh Pasal 21 yang telah dipotong dan dilunasi

(Januari s.d. Mei 2019)

adalah: 5 x Rp7.500,00 Rp 37.500,00 (-) PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong N I H I L Kantor Cabang Bandung

Gaji Juni s.d. September 2019 :4 x Rp5.000.000,00 Rp 20.000.000,00 Pengurangan:

a. Biaya Jabatan: 5% x Rp20.000.000,00 Rp 1.000.000,00 b. luran pensiun 4 x Rp100.000,00 Rp 400.000,00 (+)

Rp 1.400.000,00 (-) Penghasilan neto di Bandung Rp 18.600.000,00 Penghasilan neto di Jakarta Rp 23.250.000,00 (+) Jumlah penghasilan neto 9 bulan Rp 41.850.000,00 Penghasilan neto disetahunkan:

105

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PTKP setahun (TK/0)

untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00* (-) Penghasilan Kena Pajak Rp 1.800.000,00 PPh Pasal 21 disetahunkan: 5% x Rp1.800.000,00 Rp 90.000,00 PPh Pasal 21 selama 9 bulan: 9/12 x Rp90.000,00 Rp 67.500,00 PPh Pasal 21 yang dipotong di Jakarta Rp 37.500,00 (-) PPh Pasal 21 terutang di Bandung Rp 30.000,00 PPh Pasal 21 yang di potong di Bandung

4 x Rp7.500*) Rp 30.000,00 (-)

PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL Catatan:

*)PPh Pasal 21 yang telah dipotong pada bulan Juni sampai dengan September untuk setiap bulannya adalah Rp90.000,00 : 12 = Rp7.500,00

Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721 — Al) di Kantor Bandung

Gaji Juni s.d. September 2019 :4 x Rp5.000.000,00 Rp 20.000.000,00 Pengurangan:

a. Biaya Jabatan: 5% x Rp14.000.000,00 Rp 1.000.000,00 b. luran pensiun 4 x Rp100.000,00 = Rp 400.000,00 (+)

Rp 1.400.000,00 (-) Penghasilan neto di Bandung Rp 18.600.000,00 Penghasilan neto di Jakarta Rp 23.250.000,00 (+) Jumlah penghasilan neto 9 bulan Rp 41.850.000,00 Penghasilan neto disetahunkan:

12/9 x Rp41.850.000,00 Rp 55.800.000,00 PTKP setahun (TK/0)

untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00*(-) Penghasilan Kena Pajak Disetahunkan Rp 1.800.000,00 PPh Pasal 21 disetahunkan 5% x Rp1.800.000,00 Rp 90.000,00 PPh Pasal 21 terutang 9/12 x Rp90.000,00 Rp 67.500,00 (-) PPh Pasal 21 telah dipotong dan dilunasi:

10 6

PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

Di Jakarta sesuai dengan Form. 1721 - Al Rp 37.500,00 Di Bandung (4 x Rp7.500) Rp 30.000,00 (+)

Rp 67.500,00 (-) PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL Kantor Cabang Garut

Gaji Oktober s.d. Desember 2019: 3 x Rp5.000.000,00 Rp 5.000.000,0 Pengurangan:

Biaya Jabatan 5% x Rp15.000.000,00 Rp 750.000,00 Iuran pensiun 3 x Rp100.000,00 Rp 300.000,00 (+)

Rp 1.050.000,00 (-) Penghasilan neto di Garut Rp 13.950.000,00 Penghasilan neto di Bandung Rp 18.600.000,00 Penghasilan neto di Jakarta Rp 23.250.000,00 (+) Jumlah penghasilan neto setahun Rp 55.800.000,00 PTKP setahun (TK/0)

untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00*(-) Penghasilan Kena Pajak Disetahunkan Rp 1.800.000,00 PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp1.800.000,00 Rp 90.000,00 PPh Pasal 21 terutang di Jakarta dan Bandung sesuai

dengan Form. 1721 - Al Rp 67.500,00 PPh Pasal 21 terutang di Garut 3/12 x Rp90.000,00 Rp 22.500,00 PPh Pasal 21 sebulan yang harus dipotong di Garut

Rp22.500,00 : 3 Rp 7.500,00

Pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Formulir 1721 — Al) di Kantor Garut

Gaji Oktober s.d. Desember 2019: 3 x Rp5.000.000,00 Rp 15.000.000,00 Pengurangan:

Biaya Jabatan 5% x Rp15.000.000,00 Rp 750.000,00 luran pensiun 3 x Rp100.000,00 Rp 300.000,00 (+)

Rp 1.050.000,00 (-) Penghasilan neto di Garut Rp 13.950.000,00

107

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Penghasilan neto di Bandung Rp 18.600.000,00 Penghasilan neto di Jakarta Rp 23.250.000,00 (+) Jumlah penghasilan neto setahun Rp 55.800.000,00 PTKP setahun (TK/0)

untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00*(-) Penghasilan Kena Pajak Rp 1.800.000,00 PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp1.800.000,00 Rp 90.000,00 PPh Pasal 21 telah dipotong di Jakarta dan Bandung

sesuai dengan Form. 1721 - Al Rp 67.500,00 PPh Pasal 21 telah dipotong ( 3 x Rp7.500,00) Rp 22.500,00 (+) PPh Pasal 21 telah dipotong Rp 90.000,00 (-) PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL

Perhitungan Pajak Penghasilan Pegawai berhenti pada tahun berjalan

1. Farhan yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Codet

di Yogyakarta - DIY. Sejak 1 Oktober 2020, yang bersangkutan berhenti bekerja di PT Codet. Gaji Jafar setiap bulan memperoleh sebesar Rp6.000.000,00 dan yang bersangkutan membayar iuran pensiun kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan sejumlah Rp100.000,00 setiap bulan. Selama bekerja di PT Codet, Jafar hanya menerima penghasilan berupa gaji saja. Hitung PPh 21 yang dipotong setiap bulan!

Pembahasan

Penghitungan PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulan:

Gaji sebulan Rp 6.000.000,00

Pengurangan:

a. Biaya Jabatan : 5% x Rp6.000.000,00 Rp 300.000,00 b. luran pension Rp 100.000,00 (+)

10 8

PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

Penghasilan neto Rp 5.600.000,00

Penghasilan neto setahun 12 x Rp5.600.000,00 Rp 67.200.000,00 PTKP setahun (TK/0)*

untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00 (-) Penghasilan Kena Pajak Rp 13.200.000,00 PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp13.200.000,00 = Rp 660.000,00 PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebulan:

Rp 660.000,00 : 12 = Rp 55.000,00 Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang selama bekerja pada PT Codet dalam tahun kalender 2020 (s.d. bulan September 2020) dilakukan pada saat berhenti bekerja:

Gaji (Januari s.d. September 2020) 9 x Rp6.000.000,00 Rp 54.000.000,00 Pengurangan:

a. Biaya Jabatan : 5% x Rp54.000.000,00 Rp 2.700.000,00 b. luran pensiun 9 X Rp100.000,00 Rp 900.000,00 (+)

Rp 3.600.000,00 (-) Penghasilan neto 9 bulan Rp 50.400.000,00 PTKP setahun (TK/0)*

untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00 (-)

Penghasilan Kena Pajak Rp NIHIL

PPh Pasal 21 terutang Rp NIHIL

PPh Pasal 21 terutang untuk masa

Januari s.d. September 2020 Rp NIHIL PPh Pasal 21 yang sudah dipotong sampai

dengan Bulan Agustus 2020 =8 x Rp55.000,00 Rp 440.000,00 (-) PPh Pasal 21 lebih dipotong Rp 440.000,00 Catatan:

Kelebihan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp440.000,00 dikembalikan oleh PT Codet kepada yang bersangkutan pada saat pemberian bukti pemotongan PPh Pasal 21.

109

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

2. Maul merupakan pegawai tetap PT. Makmur Sejahtera yang

berstatus belum menikah. Terhitung sejak 1 September 2020 Maul berhenti bekerja di perusahaan tersebut. Setiap bulan ia memperoleh gaji Rp. 7.000.000,00 dan ia juga membayar iuran dana pensiun sejumlah Rp. 100.000,00 setiap bulan. Selama bekerja di PT. Makmur Sejahtera Maul hanya menerima Gaji saja. Hitunglah PPh 21 yang terhutang tiap bulannya!

Penyelesaian : Penghitungan PPh 21 terutang Gaji sebulan Rp. 7.000.000,00 Pengurang: 1. Biaya jabatan 5% x Rp. 7.000.000,00 Rp. 350.000,00 2. Iuran pensiun Rp. 100.000,00 + Rp. 450.000,00 – Penghasilan Netto Sebulan Rp. 6.550.000,00 Penghasilan Netto Setahun 12 x Rp. 6.550.000,00 Rp. 78.600.000,00

PTKP (TK/0) Rp. 54.000.000,00

-PKP Rp. 24.600.000,00

PPh 21 Terutang setahun (5%x Rp. 24.600.000,00) Rp. 1.230.000,00 PPh Terutang sebulan : Rp. 1.230.000,00 : 12 Rp. 105.000,00 Penghitungan PPh 21 terutang selama bekerja di PT. Makmur Sejahtera tahun 2020 (s.d. Agustus 2020) dilakukan saat berhenti bekerja :

Gaji (Januari s.d. Agustus 2020) 8 x Rp. 7.000.000,00 Rp. 56.000.000,00 Pengurangan :

1. Biaya jabatan 5% x Rp. 56.000.0000,00 Rp. 2.800.000,00 2. Iuran pensiun 8 x Rp. 100.000,00 Rp. 800.000,00 +

Rp. 3.600.000,00 -Penghasilan Netto 8 bulan Rp. 52.400.000,00

PTKP (K/3) Rp. 54.000.000,00

11 0

PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

PPh 21 Terutang

PPh 21 terutang untuk masa Januari s.d. Agustus 2020

NIHIL = 8 x Rp. 105.000,00 Rp. 840.000,00

PPh 21 lebih potong Rp. 840.000,00

Catatan:

Kelebihan pemotongan PPh 21 sebesar Rp. 840.000,00 dikembalikan oleh PT. Makmur Sejahtera kepada yang bersangkutan pada saat pemberian bukti pemotongan PPh 21.

Perhitungan Pajak Penghasilan Pegawai berhenti pada tahun berjalan dan sekaligus kehilangan kewajiban subjektif

1. Jipang (K/3) mulai bekerja Mei 2020 dan berhenti bekerja sejak

1 Juni 2020 dan meninggalkan Indonesia ke negara asalnya (kehilangan kewajiban pajak subjektif ). Selama tahun 2020 menerima gaji perbulan sebesar Rp15.000.000,00 dan pada bulan April 2020 menerima bonus sebesar Rp20.0000.000,00. Hitung PPh 21!

a. Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji adalah:

Gaji sebulan Rp 15.000.000,00

Pengurangan:

1) Biaya Jabatan 5% x Rp15.000.000

Maksimum diperkenankan Rp 500.000,00 (-) Penghasilan Neto atas gaji sebulan Rp 14.500.000,00 Penghasilan Neto setahun: 12 x Rp14.500.000,00 Rp 174.000.000,00 PTKP setahun (TK/3)* PMK No 101 th 2016

1) untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00* 2) tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00* 3) tambahan tiga orang tanggungan Rp 13.500.000,00* (+)

Rp 72.000.000,00 (-) Penghasilan Kena Pajak Rp 102.000.000,00

111

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PPh Pasal 21 atas gaji setahun

5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00 15% x Rp52.000.000,00 Rp 7.800.000,00 (+)

Total Rp 10.300.000,00

PPh Pasal 21 atas gaji sebulan Rp10.300.000,00:12= Rp 858.333,33 b. Penghitungan PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus:

Gaji setahun (12 x Rp15.000.000,00) Rp 180.000.000,00 Bonus Rp 20.000.000,00 (+) Rp 200.000.000,00 Pengurangan: 1) Biaya Jabatan:5% x Rp200.000.000,00 = Rp 10.000.000,00 2) Maksimum diperkenankan 12 x Rp500.000,00 Rp 6.000.000,00 (-)

Penghasilan Neto atas gaji setahun dan bonus: Rp 194.000.000,00 PTKP setahun (TK/3)*

1) untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00 2) tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00 3) tambahan tiga orang tanggungan Rp 13.500.000,00 (+)

Rp 72.000.000,00 (-) Penghasilan Kena Pajak Rp 122.000.000,00 PPh Pasal 21 atas gaji setahun dan bonus

5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00 15% x Rp72.000.000,00 Rp 10.800.000,00 (+)

Total Rp 13.300.000,00

c. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Bonus:

Rp13.300.000,00 - Rp10.300.000,00 = Rp3.000.000,00

d. Penghitungan kembali PPh Pasal 21 terutang saat pegawai berhenti dan meninggalkan Indonesia selama-lamanya:

Gaji selama 5 bulan (5 x Rp15.000.000,00) Rp 75.000.000,00

Bonus Rp 20.000.000,00 (+)

11 2

PERPAJAKAN: PAJAK TERAPAN BREVET A & B

Pengurangan:

1) Biaya Jabatan: 5% x Rp95.000.000,00 = Rp 4.750.000,00 Maksimum diperkenankan 5 x Rp500.000,00 Rp 2.500.000,00 (-) Penghasilan Neto selama 5 bulan Rp 92.500.000,00 Jumlah penghasilan neto disetahunkan

12/5 x Rp92.500.000,00 Rp 222.000.000,00 PTKP setahun (TK/3)*

1) untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00 2) tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00 3) tambahan tiga orang tanggungan Rp 13.500.000,00 (+)

Rp 72.000.000,00 (-) Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp 150.000.000,00 PPh Pasal 21 disetahunkan:

5% x Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00 15 % x Rp100.000.000,00 Rp 15.000.000,00 (+)

Total Rp 17.500.000,00

PPh Pasal 21 terutang: 5/12 x Rp 17.500.000,00 Rp 7.291.666,67 PPh Pasal 21 telah dipotong sampai dengan

bulan April 20xx atas gaji dan bonus: Rp 6.433.333,32 (-) PPh Pasal 21 terutang dan harus dipotong

Untuk bulan Mei 2020 Rp 858.333,35 Catatan:

Cara penghitungan di atas berlaku juga bagi pegawai yang kehilangan kewajiban subjektifnya pada tahun berjalan karena meninggal dunia.

Perhitungan Pajak Penghasilan sebagian atau seluruhnya dalam mata uang asing

1. Jacky adalah seorang pegawai tetap memperoleh gaji pada bulan

Januari 2020 dalam mata uang asing sebesar US$2,000 sebulan. Kurs yang berlaku untuk bulan Januari 2020 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan adalah Rp11.250,00 per US$1.00.

113

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Jacky berstatus menikah dengan 1 anak. Penghitungan PPh Pasal 21 dapat dilihat di bawah ini.

Penyelesaian:

Gaji sebulan adalah :US$ 2,000 x Rp11.250,00 Rp 22.500.000,00 Pengurangan:

Biaya Jabatan 5% x Rp22.500.000,00 = Rp 1.125.000,00 Maksimum diperkenankan Rp 500.000,00 (-) Penghasilan neto sebulan Rp 22.000.000,00 Penghasilan neto setahun 12 x Rp22.000.000,00 Rp 264.000.000,00 PTKP setahun (K/1)* PMK No101 th 2016

a. Untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00 b. Tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00 c. Tambahan untuk 1 orang anak Rp 4.500.000,00 (+)

Rp 63.000.000,00 (-) Penghasilan Kena Pajak Rp 201.000.000,00 PPh Pasal 21 terutang setahun

5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00 15% x Rp151.000.000,00 Rp 22.650.000,00 (+)

Total Rp 25.150.000,00

PPh Pasal 21 bulan Januari: Rp25.150.000,00:12= Rp

2.095.833,-Perhitungan Pajak Penghasilan atas PPh ditanggung sebagian atau seluruh oleh pemberi kerja

1. Reza adalah seorang pegawai dari PT Lautan Otomata dengan

Dokumen terkait