• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Landasan Teori

1.5.3 Orde Baru

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Presiden Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan Orde Lama Soekarno. Menurut versi Orde Baru, Orde Lama adalah pemerintahan kacau yang koruptif dan tidak mampu menyelenggarakan negara. Demi memperbaiki situasi yang kacau ini, kelompok yang dipimpin Jenderal Soeharto mengambil alih kekuasaan dan menamakan dirinya sebagai “Orde Baru”. Dalam penggunaan istilah yang sifatnya sepihak ini istilah “baru” dikonotasikan sebagai sesuatu yang baik dan memberi harapan, sedang ungkapan “lama” dikaitkan dengan sifat-sifat negatif semisal kecenderungan manipulatif dan tidak kompeten dalam melaksanakan pemerintahan (Adam, 2006:29).

Sejak kelahirannya, salah satu tekad utama pemerintahan Orde Baru adalah mengadakan koreksi total terhadap “kegagalan” sistem-sistem politik sebelumnya. Untuk memperbaiki kegagalan-kegagalan yang dilakukan Orde Lama, Orde Baru melakukan perbaikan dari dua “kegagalan” pokok yang

dilakukan orde sebelumnya dengan melaksanakan pembangunan ekonomi dan menciptakan sistem politik yang stabil. Kegagalan-kegagalan ini tercermin pada kemerosotan perekonomian yang begitu parah pada tahun 1960-an, dan munculnya berbagai pemberontakan lokal yang mencapai puncaknya pada peristiwa G-30-S/PKI (Pabottingi, 1996:182).

Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar (Adam, 2006:29).

Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui pembuatan aturan administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama ikut dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks tapol) bagi mereka para mantan tahanan politik Orde Baru. Belakangan ini baru disadari bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran HAM. Pembubuhan tanda ET dapat mematikan kehidupan sosialnya dalam berpolitik maupun dalam masyarakat (ibid).

Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer, namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan

keluarga Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat (Adam, 2006:81-82).

Soeharto merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwi tujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi. Dengan kekuasaannya yang besar, dia mampu melakukan apa pun. Perintah Soeharto bagaikan perintah dewa yang harus dituruti (jika ingin selamat) (ibid).

1.5.3.1 Eksploitasi Sumber Daya

Selama masa pemerintahan Orde Baru dengan kebijakan-kebijakan yang diberlakukannya dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar meski tidak merata di Indonesia. Contohnya, dengan pertumbuhan ekonomi yang besar ini ditandai dengan jumlah orang yang kelaparan banyak berkurang pada tahun 1970-an dan 1980-an. Segala sumber daya alam yang ada di Indonesia benar-benar dimanfaatkan bahkan terkesan dikeruk habis- habisan yang dipromotori serta dikuasai oleh keluarga Cendana keuntungannya.

1.5.3.2 Kelebihan Sistem Pemerintahan Orde Baru

1. Sukses meningkatkan angka pendapatan masyarakat.

1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000.

2. Sukses transmigrasi.

3. Sukses proram KB (Keluarga Berencana). 4. Sukses memerangi buta huruf.

5. Sukses swasembada pangan.

6. Sukses meminimalisir jumlah pengangguran.

7. Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun). 8. Sukses Gerakan Wajib Belajar Sembilan Tahun.

9. Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh. 10. Sukses dalam menjaga keamanan dalam negeri. 11. Sukses dalam menarik investor asing.

12. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri.

1.5.3.3 Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru 1. Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme. 2. Pembangunan Indonesia yang tidak merata.

3. Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin).

4. Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan.

5. Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibredel.

Dari data-data di atas yang didapat dari, http://id.wikipedia.org/wiki/ Sejarah_Indonesia_%28Era_Orde_Baru%29 tak bisa disangkal rezim ini memang mencatat prestasi-prestasi besar. Dengan adanya stabilitas politik, telah terjadi loncatan jauh di bidang ekonomi. Akan tetapi di lain pihak rezim ini telah meninggalkan keterpurukan yang harus ditanggung oleh generasi selanjutnya.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan berkembang pesat. Menurut versi pihak kalangan Orde Baru, program-program pembangunan dalam mengentaskan kemiskinan berhasil sukses. Banyak sekali program modernisasi yang ditempuh, berbagai bentuk pembangunan sarana umum, berikut pesatnya penanaman modal asing di Indonesia. Semua hal di atas merupakan tanda betapa suksesnya pembangunan di Indonesia (Moedjanto, 1988:170-171). Maka pemerintahan Orde Baru merasa perlu dan wajib untuk mengangkat Presiden Soeharto sebagai “Bapak Pembangunan”. Makin marak masuknya modal asing di Indonesia menunjukkan betapa ramahnya rezim itu terhadap modal asing. Sikap ramah tersebut tentu saja bukan saja melulu mendatangkan kemakmuran terhadap masyarakat, tetapi terlebih juga demi kemakmuran keluarga dan kelompoknya. Selang beberapa bulan Presiden Soekarno menadatangani Supersemar, Soeharto langsung mempersilakan IMF masuk Indonesia kemudian Indonesia mulai mengadakan pertemuan dengan negara-negara yang memperlancar masuknya PT. Freeport ke Indonesia (Adam, 2006:38). Keuntungan minyak bukan saja membawa kemakmuran

bagi masyarakat, terlebih pada kalangan orang-orang yang dekat dengan pemerintah. Korupsi sering terjadi di pihak pejabat. Bersama maraknya korupsi, dunia industri mulai dirambah oleh Keluarga Soeharto dan rekan-rekannya. Keluarga Soeharto juga mendirikan industri dan pabrik-pabrik atas nama keluarga Soeharto yang ditangani bersama orang-orang terdekatnya yang pada akhirnya usahanya sukses baik di dalam maupun luar negeri.

Sudah dirasakan kemajuan ekonomi yang dicapai pembangunan sampai sekarang. Penghasilan penduduk rata-rata secara nasional 800 dolar setahun. Industri semakin menjadi andalan nasional. Sarana dan prasarana sosial ekonomi telah semakin mampu memenuhi kebutuhan rakyat pada umumnya. Sekalipun begitu, hasil tersebut disertai dengan berbagai kelemahan. Kesenjangan kemajuan antardaerah dan kemiskinan di kalangan masyarakat belum tertangani secara tepat. Indonesia menjadi negara penghutang ketiga terbesar di dunia. Kolusi dan korupsi yang merugikan rakyat belum terkontrol secara sistematik. Penyalahgunaan kekuasaan di semua peringkat struktur masyarakat masih menghimpit hak-hak dasar rakyat, terutama yang lebih lemah. Demokrasi dipertentangkan dengan kemakmuran, sekalipun keduanya merupakan tujuan kemerdekaan (Pabottingi, 1996:51).

Dokumen terkait