• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organisasi dan Tata laksana Organisasi:

Dalam dokumen Buku+Formularium+RSCM+2015+(E-book).pdf (Halaman 117-123)

BUKU FORMULARIUM

DAFTAR ISI

II. Organisasi dan Tata laksana Organisasi:

Direktur Utama RSCM adalah penanggungjawab atas kebijakan yang diberlakukan di rumah sakit, termasuk kebijakan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi.

Direktur Medik dan Keperawatan adalah pengendali program pengelolaan perbekalan farmasi di RSCM

Panitia Farmasi dan Terapi adalah panitia ahli di bawah Direktur Medik dan Keperawatan yang membantu Direktur Utama dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.

Bidang Pelayanan Medik adalah staf pengendali program pengelolaan perbekalan farmasi yang bertugas melakukan pengkajian terhadap perencanaan yang diusulkan Instalasi Farmasi beserta departemen/unitpelayanan dan sistem pengendaliannya.

Departemen Medik adalah unit kerja fungsional yang bertugas untuk mengelola kegiatan pelayanan medik sesuai standar pelayanan, etika, disiplin profesi, dan keselamatan pasien serta mengkoordinasikan pelayanan, pendidikan, penelitian.

Instalasi Farmasi adalah unit kerja fungsional yang berada di bawah Direktorat Medik dan Keperawatan dan

optimal, produksi sediaan farmasi, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi di satelit farmasi, serta melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai prosedur kefarmasian dan etik profesi.

Satelit Farmasi adalah bagian dari Instalasi Farmasi yang memberikan pelayanan farmasi di unit pelayanan.

Depo Farmasi adalah tempat menyimpan perbekalan farmasi berupa bahan medis habis pakai (BMHP) yang berada di bawah dan menjadi tanggung jawab unit kerja pelayanan.

Unit Layanan Pengadaan adalah unit kerja fungsional yang berada di bawah Direktorat Umum dan Operasional yang bertugas untuk melakukan pembelian melalui prosedur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Panitia Penerimaan adalah Panitia yang dibentuk oleh Direktur Utama untuk menerima barang yang dibeli

Instalasi Administrasi Logistik adalah unit kerja fungsional yang berada di bawah Direktorat Umum dan Operasional yang mempunyai tugas melaksanakan pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengawasan perbekalan farmasi sesuai prosedur.

Pengelolaan obat dan perbekalan farmasi lainnya di RSCM diselenggarakan dengan sistem satu pintu sesuai Undang Undang No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, pasal 15 ayat 3.

Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan peraturan perbekalan farmasi RSCM dilakukan secara terbuka dan akuntabel.

1. Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah b e r d a s a r k a n p e n g u s u l a n d a r i K e p a l a Departemen/Bidang/Instalasi dan disahkan oleh Direktur Utama. Keanggotaannya diperbaharui maksimal setiap 5 tahun sekali.

2. Anggota PFT tidak boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi manapun.

3. Anggaran Panitia Farmasi dan Terapi mengajukan anggaran setiap tahun guna mendukung program kerjanya yang digabungkan ke dalam anggaran Instalasi Farmasi.

4. Tugas PFT mencakup:

- Sebagai penasehat bagi pimpinan RSCM dan tenaga kesehatan dalam semua masalah yang ada kaitannya dengan perbekalan farmasi.

- Menyusun kebijakan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.

- Menyusun formularium obat dan memperbaharuinya secara berkala. Seleksi obatdidasarkan pada keman-juran, keamanan, kualitas dan harga. PFT harus mampu meminimalkan jenis obat yang nama generiknya sama atau jenis obat yang indikasinya sama.

- Memantapkan dan melaksanakan program dan agenda kegiatan yang menjamin berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman dan hemat biaya.

- Berperan aktif dalam penjaminan mutu pemilihan, pengadaan dan penggunaan perbekalan farmasi.

- Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization review) dan mengumpanbalikkan hasil tinjauan itu ke seluruh staf medis.

5. Dalam mengemban tugas tersebut di atas, PFT perlu mengadakan rapat rutin sekurang-kurangnya 1 bulan sekali guna membahas implementasi dari kebijakan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi.

6. Keputusan rapat pleno yang menyangkut kebijakan diambil berdasarkan musyawarah. Bila musyawarah tidak berhasil, maka dapat dilakukan pemungutan suara. 7. Setiap anggota PFT dalam pengambilan keputusan harus

bebas dari kepentingan pribadi atau kelompok, dan semata-mata adalah untuk kepentingan pasien.

IV. Pemilihan

1. Pemilihan terhadap perbekalan farmasi yang akan digunakan di RSCM harus dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan asas cost-effectiveness. 2. Panitia Farmasi dan Terapi harus memilih produk obat

yang menunjukkan keunggulan dibandingkan produk lain yang sejenis dari aspek khasiat, keamanan, ketersediaannya di pasaran, harga dan biaya pengobatan yang paling murah. Proses pemilihan obat mengikuti Standar Prosedur Operasional Penyusunan Formularium.

untuk mengefisienkan pengelolaannya dan menjaga kualitas pelayanan.

4. Daftar obat yang telah disetujui dan ditetapkan oleh pimpinan RSCM untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan di RSCM tertuang dalam buku Formularium RSCM.

5. Proses penyusunan dan revisi formularium (sistem formularium) harus dirancang agar dihasilkan for-mularium yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Revisi formularium dilakukan setiap tahun.

6. Kebijakan dan prosedur sistem formularium harus dimasukkan sebagai salah satu peraturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua staf medik. 7. Departemen mengajukan usulan obat baru untuk

dimasukkan ke dalam formularium ke Panitia Farmasi dan Terapi berdasarkan fakta bahwa obat tersebut tercantum di dalam clinical pathway atau pedoman pelayanan medik yang diterbitkan oleh Departemen. Oleh karena itu setiap perubahan obat atau rejimen terapi di dalam clinical pathway atau pedoman pelayanan medik harus diberitahukan secara tertulis dengan mencantumkan tanggal efektif pelaksanaan penggantian kepada Panitia Farmasi dan Terapi.

8. Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus dilengkapi dengan informasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan, bioavailabilitas dan farmakokinetik, kisaran

yang sudah tercantum di dalam formularium, uji klinik, atau kajian epidemiologi yang mendukung keunggulan-nya, perbandingan harga dan biaya pengobatan dengan obat atau cara pengobatan terdahulu. kecuali yang memiliki data bioekuivalensi (BE) dan/ atau rekomendasi tingkat I evidence-based medicine (EBM).

9. Obat yang terpilih masuk dalam formularium adalah obat yang memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah yang tertinggi untuk indikasi dan keamanannya. Bila dari segolongan obat yang sama indikasinya memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah khasiat dan keamanan yang sama tinggi, maka pertimbangan selanjutnya adalah dalam hal ketersediaannya di pasaran, harga dan biaya pengobatan yang paling murah.

10. Suatu obat harus dihapuskan dari formularium jika obat tersebut sudah tidak beredar lagi di pasaran, tidak ada lagi yang meresepkan, atau sudah ada obat lain yang lebih cost-effective.

11. Pada kasus dimana diperlukan suatu obat yang tidak tercantum dalam formularium, maka dokter dapat mengajukan permintaan khusus dengan mengisi Formulir Permintaan Khusus Obat Non Formularium yang ditujukan kepada PFT. Selanjutnya PFT akan memutuskan apakah penyediaan obat tersebut dapat disetujui atau tidak. Jika dapat disetujui, maka Instalasi Farmasi akan melanjutkan proses pengadaannya. Proses permintaan obat non formularium mengikuti

Formularium.

12. Pada keadaan dimana obat yang diperlukan tidak tersedia, maka Instalasi Farmasi akan menyampaikan pemberitahuan kepada dokter penulis resep dan menyarankan obat pengganti jika ada.

13. Sosialisasi formularium dilakukan oleh PFT melalui media komunikasi yang tersedia.

14. Buku Formularium yang sedang berlaku wajib tersedia di setiap lokasi pelayanan: di ruang rawat, klinik, gawat darurat, ruang dokter dan satelit farmasi. Setiap dokter harus memiliki buku formularium yang menjadi acuan selama melakukan praktik di RSCM.

15. Pengawasan kepatuhan pemakaian obat sesuai formularium dilakukan secara berjenjang dimulai dari divisi, secara berkala dan berdasarkan data penggunaan obat dari Instalasi Farmasi.

16. Penyimpangan terhadap penggunaan obat tidak sesuai dengan formularium diberikan sanksi sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Internal Staf Medis (PISM) RSCM.

17. Penghargaan terhadap penggunaan obat sesuai dengan formularium RSCM akan diberikan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam dokumen Buku+Formularium+RSCM+2015+(E-book).pdf (Halaman 117-123)

Dokumen terkait