• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PELAKSANA PEMBERI BANTUAN HUKUM

A. Wadah Pelaksana Bantuan Hukum

2. Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi Kemasyarakatan atau biasa disingkat Orkemas adalah organisasi berbasis kemasyarakatan yang tidak bertujuan politis, pembentukanya dilakukan oleh warga negara Republik Indonesia secara sukarela berdasarkan kesamaan dan tujuan yang akan dicapai, diantaranya adalah persamaan agama, peningkatan pendidikan, hingga untuk mencapai tujuan sosial tertentu atau menciptakan tatanan masyarakat umum (civil society), dalam hal bantuan hukum ini adalah menciptakan keadilan dengan melindungi hak-hak orang atau kelompok miskin berupa pemberian layanan bantuan hukum.

Dasar hukum setiap orang berhak menjalankan kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat dalam organisasi kemasyarakatan sebagaimana termuat dalam Pasal 28e UUD 1945 yang tentunya tetap tunduk pada aturan dan wajib menghormati hak asasi dan kebebasan orang lain dalam rangka tertib hukum serta menciptakan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk berpartisipasi dalam pembangunan guna mewujudkan tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila. Organisasi kemasyarakatan awalnya berdasarkan Pasal 1663-1664 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), serta Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, dan kini di amandemen menjadi Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Definisi organisasi kemasyarakatan yang selanjutnya disebut orkemas (setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2012 istilahnya menjadi orkemas) menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi kemasyrakatan adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan,

kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

Organisasi kemasyarakatan agar terverifikasi Kemenkumham dan dinyatakan sebagai Pelaksana Bantuan Hukum sesuai Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum haruslah berbadan hukum, dasar aturan orkemas berbadan hukum awalnya termuat dalam badan hukum, yakni berdasarkan Staatsblad 1870 No. 64, serta Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004.

Pengaturan tentang organisasi kemasyarakatan diperbaharui dalam dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 17 tahun 2013 tentang Orkemas dan dijelaskan lebih lanjut pada Pasal 11 sampai dengan Pasal 13 Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan yang isinya memuat:

Pasal 11

1) Organisasi kemasyarakatan berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a dapat berbentuk:

a. perkumpulan; atau b. Yayasan.

2) Organisasi kemasyarakatan berbadan hukum perkumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a didirikan dengan berbasis anggota.

3) Organisasi kemasyarakatan berbadan hukum Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b didirikan dengan tidak berbasis anggota.

Pasal 12

1) Badan hukum perkumpulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a didirikan dengan memenuhi persyaratan:

b. program kerja, c. sumber pendanaan, d. surat keterangan domisili,

e. nomor pokok wajib pajak atas nama perkumpulan, dan

f. surat pernyataan tidak sedang dalam sengketa kepengurusan atau dalam perkara di pengadilan.

2) Pengesahan sebagai badan hukum perkumpulan dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.

3) Pengesahan sebagai badan hukum perkumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah meminta pertimbangan dari instansi terkait.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai badan hukum perkumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Undang-Undang. Pasal 13

Badan hukum Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b diatur dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b tentang program kerja, dimana program kerja harus secara jelas diarahkan kepada rakyat miskin yang tertindas, program kerja ini harus merupakan suatu aksi terpadu yang merupakan perpaduan antara litigasi dengan nonlitigasi. Program kerja harus memiliki manfaat atau dampak positif jangka panjang yang dapat diprediksi melalui argumentasi yang jelas. Program kerja tidak lepas hubungannya dengan biaya pelaksanaan, meskipun demikian diharapkan prinsip pembiayaan ini harus realitis dalam penganggarannya.

Menurut Hisar P. Rumapea selaku staf di Badan Kesatuan Bangsa (selanjutnya disingkat Bankesbang) menyatakan bahwa syarat administrasi dalam mendirikan

sebuah Yayasan ataupun perkumpulan yang berbadan hukum adalah:133

a. Anggaran Dasar dan Anggaran LSM (maksud dan tujuan, jangka waktu, modal yang dipisahkan, organ perkumpulan yang terdiri dari pendiri yang jumlahnya tidak ditentukan, pembina, pengurus dan pengawas, susunan pengurus),

b. SKT kota administrasi / kabupaten,

c. Selembar foto tampak depan kantor sekretariat / orkemas / LSM lengkap dengan papan nama dan alamat ukuran kartu pos,

d. Surat ijin domisili kantor dari kelurahan atau kecamatan,

e. Surat keterangan diatas materai Rp.6.000,- yang menyatakan bahwa tidak sedang terjadi konflik internal (dualisme / multi kepengurusan),

f. Surat keterangan tidak berafiliasi dengan atau underbow partai politik, dan tidak menggunakan lambang Garuda sebagai lambang organisasi,

g. Data keuangan,

h. Khusus untuk partai politik, ada ketentuan tambahan yang mengharuskan untuk didaftarkan pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,

i. Pendaftaran pada Kementerian Dalam Negeri, j. Pendaftaran pada Bankesbang.

1) Akte pendirian, 2) AD/ART, 3) Program kerja,

4) Susunan kepengurusan pusat, 5) Biodata pengurus,

6) Formulir isian ( diperoleh dari kantor Kesbang dan Pemberdayaan Kota Administrasi / Kabupaten setempat.

Sementara tahapan yang harus dilakukan dalam proses pendirian Yayasan dan perkumpulan berbadan hukum diantaranya:134

a. Pendirian

Pendirian Yayasan dapat dilakukan oleh satu orang atau lebih ( “orang” disini dapat berarti perseorangan ataupun badan hukum), dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal.

Dasar pendirian Yayasan ini dapat berupa kesepakatan para pendiri Yayasan untuk melakukan kegiatan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, ataupun dapat berdasarkan kepada suatu surat wasiat,

Proses pendiriannya sendiri dilakukan dengan akta notaris, kecuali untuk pendirian Yayasan oleh orang asing atau bersama-sama dengan orang asing akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah,

b. Pengesahan

Status badan hukum bagi Yayasan baru timbul setelah akta pendirian yang dibuat oleh notaris memperoleh pengesahan dari Menkumham yang dilaksanakan oleh kantor wilayah setempat. Pengesahan dari pemerintah tersebut harus diberikan paling lambat 30 hari sejak permohonan diterima secara lengkap.

Apabila permohonan pengesahan ditolak, maka penolakan pengesahan oleh menteri wajib diberitahukan secara tertulis disertai dengan alasannya. Namun demikian dalam memberikan pengesahan kepala kantor wilayah dapat meminta pertimbangan dari instansi terkait. Dalam hal diperlukan pertimbangan instansi terkait, pengesahan ataupun penolakan pengesahan diberikan paling lambat 14 hari sejak jawaban dari instansi terkait, ataupun 30 hari sejak tidak diterimanya jawaban dari instansi terkait.

c. Pengumuman

Akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum wajib diumumkan dalam tambahan berita negara (besarnya biaya pengumuman akan ditetapkan dalam peraturan pemerintah). Pengumuman tersebut harus diajukan permohonannya paling lambat 30 hari sejak akta pendirian disahkan. Konsekuensi dari tidak dilakukannya pengumuman adalah bahwa selama pengumuman belum dilakukan, pengurus Yayasan bertanggung jawab secara renteng atas seluruh kerugian Yayasan.

Setelah ketiga proses tersebut selesai dilaksanakan ( pendirian, pengesahan, dan pengumuman ), maka Yayasan tersebut telah sah menjadi suatu badan hukum.

Organisasi kemasyarakatan sesuai Undang-Undang Bantuan Hukum untuk dapat memberikan pelayanan bantuan hukum selain berbadan hukum juga wajib memiliki anggaran dasar atau anggaran rumah tangga dalam wadah organisasi kemasyarakatan tersebut karena terkait fungsi Anggaran Dasar dan Anggara Rumah Tangga sebagai sumber pengaturan atau sumber hukum organisasi, yaitu anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sebagai ketentuan dasar dan operasional bagi organisasi massa dimana anggaran dasar memuat pokok-pokok mekanisme organisasi, sedangkan anggaran rumah tangga adalah penjabaran pelaksanaan anggaran dasar organisasi kemasyarakatan.

Penyusunan anggaran dasar dan anggar rumah tangga dalam organisasi masyarakat dihasilkan dalam rapat anggota atau dapat juga dikuasakan kepada beberapa orang pendiri organisasi yang ditetapkan oleh rapat anggota, kemudian beberapa pendiri organisasi yang bersangkutan diberi kuasa untuk menandatangani, mengesahkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga hingga memperoleh akta pendirian organisasi kemasyarakatan.

Pengaturan mengenai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2011 tentang organisasi kemasyarakatan dimuat pada Pasal 35 dan Pasal 36. Pasal 35 ayat satu mewajibkan Organisasi Kemasyarakatan yang berbadan hukum wajib memiliki Anggaran Dasar dan Anggara Rumah Tangga, kemudian Pasal 35 ayat kedua dalam penyusunan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga paling sedikit memuat nama dan lambang, tempat kedudukan, asas, tujuan dan fungsi, kepengurusan, hak dan kewajiban anggota, pengelolaan keuangan, mekanisme penyelesaian sengketa dan pengawasan internal, dan pembubaran organisasi. Pasal 36 Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan membahas mengenai perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dimana perubahan harus dilakukan melalui forum tertinggi pengambilan keputusan organisasi kemasyarakatan tersebut, selanjutnya perubahan yang telah disepakati tersebut harus dilaporkan kepada kementerian, gubernur, bupati atau walikota sesuai dengan kewenangannya dengan jangka waktu maksimal enam puluh hari terhitung sejak ditetapkannya perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

Mengenai keuangan organisasi kemasyarakatan dapat diperoleh dari beberapa sumber, yaitu iuran anggota, bantuan atau sumbangan masyarakat, hasil dari usaha yang dilakukan organisasi kemasyarakatan atau kegiatan lain yang sah menurut hukum yaitu misalnya melakukan suatu penelitian tertentu, dapat juga dari bantuan atau sumbangan dari orang asing atau lembaga asing, dan organisasi kemasyarakatan yang dalam hal ini terverifikasi oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai Pemberi Bantuan Hukum dapat memperoleh dana dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Pada tahun 2014, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mengundangkan Permenkumham No. 6 Tahun 2014 yang diberlakukan pada 25 Maret 2014 Tentang

Tata Cara Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan (pekumpulan dalam undang-undang tersebut adalah dana hukum yang merupakan kumpulan orang yang didirikan untuk mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, kemanusiaan dan tidak membagikan keuntungan kepada anggotanya). Pemohon badan hukum adalah setiap orang baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang secara langsung memberikan kuasa kepada notaris untuk mengajukan permohonan kepada Sistem Administrasi Badan Hukum135. Badan

Hukum untuk dapat disahkan harus melalui pengajuan kepada Menteri secara elektronik (pengecualian permohonan nonelektronik ditentukan pada BAB IV Pasal 18) dengan mengisi form yang telah disediakan.136

Dokumen terkait