• Tidak ada hasil yang ditemukan

b. Masing-masing dihubungkan dengan ruang lain yang sifatnya memanjang.

c. Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, tapi yang berfungsi penting diletakkan pada deretan ruang.

Tabel II. 11(a) Bentuk Organisasi Ruang No Bentuk Organisasi

Ruang

Keterangan 3 Organisasi Ruang Secara

Radial

a. Kombinasi dari organisasi yang terpusat dan organisasi linier.

b. Organisasi yang terpusat mengarah ke dalam sedangkan yang linier mengarah keluar.

c. Lengan radial dapat berbeda satu dengan yang lainnya, tegantung pada kebutuhan dan fungsi ruang.

4 Organisasi Ruang

Mengelompok a. Organisasi ini merupakan pengulangan dari bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda ukurannya, bentuk dan fungsi.

b. Pembuatan sumbu membantu susunan organisasi

5 Organisasi Ruang Secara Grid

a. Terdiri dari beberapa ruang yang posisi ruangnya tersusun dengan pola grid.

b. Organisasi ruang terbentuk hubungan antara ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi.

c. Penggunaan ruang yang disusun secara grid banyak dijumpai pada interior ruang perkantoran yang terdiri dari banyak devisi.

Sumber: Francis D.K Ching, Arsitektur, Bentuk Ruang dan Susunannya,1991(hal.

205)

1) Hubungan Antar Ruang a) Ruang di dalam ruang

Sebuah bangunan yang luas dapat melingkupi dan memuat sebuah ruangan lain yang lebih kecil di dalamnya. Kontitunitas visual dan ruang di antara kedua ruang tersebut dengan mudah mampu dipenuhi tetapi hubungan dengan ruang luar dari

ruang yang dimuat tergantung kepada ruang penutupnya yang lebih besar.

b) Ruang-ruang yang saling berkaitan

Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan terdiri dari 2 buah ruang yang kawasannya membentuk volume berkaitan seperti, masaing-masing ruang mempertahankan identitasnya dan batasan sebagai ruang. Tetapi, hasil konfigurasi kedua ruang yang saling berkaitan akan tergantung pada beberapa penafsiran.

c) Ruang-ruang yang bersebelahan

Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang yang paling umum. Hal tersebut memungkinkan definisi dan respon masing-masing ruang menjadi jelas terhadap fungsi dan persyaratan simbolis menurut cara masing-masing simbolisnya.

d) Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama

Dua buah ruang yang terbagi oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan satu sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang pertama. Hubungan akan kedua ruang tersebut menempati satu ruang bersama-sama.

2) Sistem Sirkulasi

a) Unsur-unsur Sistem Sirkulasi

Pencapaian bangunan dapat dibagi menjadi:

(1) Pencapaian langsung

Yaitu pencapaian yang langsung mengarah ke suatu tempat melalui sebuah jalan segaris dengan sumbu bangunan. Secara visual mempunyai tujuan pengakhiran yang jelas.

(2) Pencapaian tersamar

Yaitu pencapaian yang secara samar-samar mempertinggi perspektif dan bentuk suatu bangunan. Jalur dapat berubah-ubah sesuai urutan pencapaian.

(3) Pencapaian berputar

Yaitu berupa sebuah jalan berputar dan memperpanjang pencapaian, mempertegas bentuk tiga dimensi suatu bangunan ketika bergerak mengelilinginya.

(Aris Sulistiyo, 2006)

b) Konfigurasi Alur Gerak / Pola Sirkulasi (1) Sirkulasi Linear

Dicirikan dengan garis-garis gerakan yang berkesinambungan pada satu arah atau lebih.

Merupakan alur sirkulasi yang lurus, namun dapat melengkung atau terdiri dari segmen-segmen, memotong jalan lain, bercabang atau membentuk kisaran (loop)

(2) Sirkulasi Grid

Mempunyai karakteristik yang dapat memungkinkan gerakan bebas dalam banyak

arah yang berbeda-beda. Terdiri atas dua set jalur sejajar yang berpotongan

(3) Sirkulasi Radial

Sirkulasi ini melibatkan konvergensi pada suatu titik pusat yang fungsional dan memudahkan pencapaian sepanjang titik-titik tersebut yang merupakan tujuan bagi pengunjung.

(4) Sirkulasi Organik

Sirkulasi paling peka terhadap kondisi tapak, kadang-kadang dengan mengorbankan fungsi atau logik dari sistem tersebut dan penafsiran yang mudah terhadap pengunjung.

(5) Sirkulasi Network

Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari beberapa jalan yang menghubungkan titik tertentu dalam ruangan.

(Sumber: Aris Sulistiyo, 2006)

f. Komponen Pembentuk Ruang 1. Lantai

a) Batasan pengertian lantai adalah :

1) Lantai merupakan bagian bangunan yang berada di bawah dan di injak.

2) Lantai permukaan bangunan di dalam ruang dimana orang berjalan.

3) Lantai merupakan bidang datar dan dijadikan sebagai alas dari ruang dimana aktivitas manusia dilakukan di atasnya dan mempunyai sifat/fungsi ruang.

4) Sebagai pembagi ruang antar tingkat satu dengan tingkat berikutnya. (Pamudji Suptandar, 1994 : 27)

b) Persyaratan lantai, adalah :

1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban di atasnya.

2) Mudah dibersihkan.

3) Kedap suara.

4) Tahan terhadap kelembaban.

5) Memberikan rasa hangat pada kaki, dsb

c) Syarat perencanaan lantai dengan anak sebagai pengguna utama, adalah:

1) Seluruh permukaan lantai harus non slip (anti selip atau licin), hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa licin adalah penting karena bahaya secara psikologis. Hal ini berlaku untuk keseluruhan bagian ruangan.

2) Lantai harus tidak kasar, meskipun non slip (anti selip atau licin) lantai tidak boleh kasar.

3) Ambang pintu dan perubahan kecil dalam kenaikan lantai sebisa mungkin dihindari (Joseph De Ciara, 1990).

Kebutuhan keluasan lantai setiap kelas untuk usia pra sekolah adalah 20-25 m2 (24-30 yd2) untuk 30-40 anak, tapi ukuran idealnya untuk 20 anak. Pada ruang kelas yang umum setiap anak memerlukan

luas lantai 1,5 m2 (16 ft2) lebih baik kalau 2 m2 (2,4 yd2). (Yan Dianto, 1991: 57)

Lantai harus sedikit lebih gelap daripada dinding (faktor refleksi difusi) kurang lebih 30%. Sebagai contoh linoleum coklat (12%) terlalu gelap, marmer putih (50%) terlalu terang., contohnya adalah jenis teraso warna abu-abu atau terang, atau kayu yang dicat warna hangat.

2. Dinding

a. Fungsi dinding dalam bangunan, antara lain :

1) Untuk menahan tepi dari urukan atau tumpukan tanah.

2) Untuk menyokong atau menopang balok, lantai dan langit-langit.

3) Sebagai penyekat atau pembagi antar ruang.

4) Sebagai pelindung api dari bahaya kebakaran.

5) Sebagai latar belakang dari benda dalam ruangan.

6) Sebagai unsur dekorasi dalam tata ruang.

7) Mmenimbulkan kesan luas, tinggi atau sempit pada ruangan.

b. Persyaratan Dinding, adalah :

1) Keras dan Kuat, cukup tahan getaran dan tidak retak.

2) Tahan terhadap panas dan dingin.

3) Tidak tepengaruh dengan alam dan tahan lama.

4) Warna tidak berubah.

5) Tahan terhadap AC.

6) Tahan terhadap air dan kelembaban.

7) Kedap Suara.

8) Mudah dalam pemeliharaannya.

9) Tidak tembus cahaya dan tembus pandang.

Tinggi ruang kelas tergantung dari keadaan penerangan pada siang hari dan hubungan dengan faktor-faktor luar yang lain (bangunan lain, kebun dan lain-lain). Untuk rancangan selebar 6-8 m (20-26 ft), tingginya 3,25-3,75 m (10 ft 8 in–12 ft 4 in). (Yan Dianto, Dasar-Dasar Arsitek, 1991).

3. Ceiling

Ceiling adalah sebuah bidang (permukaan) yang terletak di atas garis pandang normal manusia, berfungsi sebagai pelindung atap sekaligus sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya. (Pamudji Suptandar, 1999, h.161)

a. Bentuk dan fungsi langit-langit, antara lain:

1) Penampilan dari langit-langit bias bervariasi, misalnya dengan penurunan, bergelombang dan sebagainya.

2) Sebagai bidang penutup, pembatas, pembentuk pada bagian atas ruang.

3) Tinggi rendah langit-langit bisa memberikan kesan luas dan sempitnya ruang.

4) Untuk menempatkan titik pencahayaan dan penghawaan sistem ruang.

b. Persyaratan langit-langit, adalah:

1) Mudah pemeliharaannya.

2) Meredam suara/akustik.

3) Menunjang aspek dekoratif.

4) Tahan terhadap kelembaban.

5) Memperlihatkan kesan atau sifat ruangan tertentu.

6) Mencerminkan unsur kemegahan dari bangunan itu.

7) Pemasangan harus disesuaikan dengan sistem pencahayaan atau penghawaan baik secara alami maupun buatan.

Penggunaan material ceiling secara umum yaitu dengan ciri-ciri:

mudah perawatannya, dapat digunakan sebagai bahan akustik, tahan terhadap suhu dan kelembaban, menunjang aspek dekoratif, mempunyai variasi bentuk dan warna. (Rida Darmawan, 2002, h.12)

Material yang biasa digunakan : a) Gypsumboard

Merupakan bahan yang mudah dipasang, mempunyai bobot yang ringan dan kemampuan menyerap suara dan mudah dibersihkan. Lembaran gypsum memiliki ukuran standar 1200 mm×2400 mm. Bahan ini dapat dipasang dengan rangka yang terbuat dari kayu ataupun metal.

b) Multipleks

Multipleks yang digunkan untuk ceiling biasanya dengan ketebalan 4mm. Ukuran standar multipleks adalah 1200mm×2400mm. (Tabloid RUMAH edisi 13- 1/ 9 Juli – 22 Juli 2003, h.18)

c) Kalsiboard

Sejenis dengan gypsumboard, selain untuk plafon juga untuk partisi dan external cladding. Merupakan bahan yang mudah dipasang, mempunyai bobot yang ringan dan kemampuan menyerap suara dan mudah dibersihkan.

g. Aspek Furniture dan Antropometri Pengguna.

1. Syarat Furniture untuk Anak

Syarat furniture untuk anak sebagai pengguna utama, menurut Rida Darmawan, 2002 antara lain:

a) Memenuhi tuntutan ergonomis anak kecil

b) Memiliki bentuk yang tidak membahayakan seperti bentuk lengkung dan sudut tumpul dan mempunyai variasi bentuk dan warna.

c) Menggunakan bahan yang tidak mengandung racun, tahan lama dan ringan, mudah dipindahkan. Bila memungkinkan dapat digunakan sebagai media permainan (mutlifungsi).

2. Dimensional anak

Dimensi anak tidak memiliki ukuran yang pasti selama masa awal pertumbuhan (usia pra sekolah), namun ada ukuran yang mendekati kebutuhan anak-anak, yaitu melalui:

Gambar II. 8 Dimensi Anak

Sumber: Time Saver Standarts for Building, Types (4th edition)Joseph De Chiara &

Michael J.Crosbie

Tabel II. 12

Tinggi Badan Anak Usia 3-5 tahun Usia Tinggi (cm)

3 tahun 96,0

4 tahun 103,5 5 tahun 109,0

(Sumber : http:www.balita-anda.com/b-tb-rata.html)

3. Dimensional furniture

Gambar II. 9

Dimensi furniture bagi anak pra sekolah

Sumber : Time Saver Standarts for Building, Types (4th edition) Joseph De Chiara & Michael J.Crosbie

Menurut Ernst Neufert dalam Data Arsitek (Sunarto Tjahjadi) Edisi 33, jilid 3 mengemukakan bahwa tempat penitipan anak dari usia 8 bulan samapai 3 tahun terdiri dari 6-8 anak per kelompok, sedangkan untuk taman kanak-kanak dari uasia 3 tahun sampai usia sekolah terdiri dari 25-30 anak per kelompok.

Luas bidang tempat penitipan anak, setiap anak sekitar 2-3m2 (bayi-bayi merangkak, mondar-mandir) juga tempat untuk meja bayi, kotak (supaya bayi merangkak terlindung) lemari, rak- rak alat permainan, meja anak-anak dan kursi anak. Setiap ruang sekitar 20 anak. Luas bidang untuk taman kanak-kanak, setiap anak 1,5m-3m2. Setiap ruang 15-30 anak, juga bidang untuk lemari, rak alat permainan, meja anak, kursi anak dan lainnya.

h. Aspek Interior System 1. Pencahayaan

Cahaya terang adalah persyaratan untuk penglihatan manusia, karena dalam kegelapan total kita tidak dapat melihat apa-apa. Namun dalam terang yang berlebihan kita tidak tahan juga kesilauannya, maka perlu suatu daerah maksimum dan minimum untuk bisa melihat sehat dan nikmat”. (Y.B. Mangunwijaya,1997:211)

Jenis pencahayaan menurut Sumbernya ada dua, yaitu : a. Sistem Pencahayaan Alami (Natural ligthing)

Penerangan menggunakan pencahayaan alami pada siang hari yaitu sinar matahari sangat berpengaruh pada sebuah kelas. Sistem pencahayaan alami ini merupakan sistem yang sangat sederhana, yaitu dengan mengandalkan cahaya matahari pada siang hari. Sifat dari sistem pencahayaan alami ini antara lain :

1) Cahaya alami siang tidak continue.

2) Cahaya matahari dapat merusak sebagian benda–benda koleksi ruang pamer, karena tingkat iluminasinya, dan komposisi spectrum cahaya.

Cahaya campuran, yaitu sebagian dari cahaya matahari dan sebagian dari cahaya lampu yang biasa dipakai saat siang hari.

Namun yang banyak adalah lampu, karena bagaimanapun bentuk ruangannya, selalu ada lampu yang mendukung.

Dinding tempat jendela utama menggunakan kolom dari batu bata dan sedikit penompang untuk mendapatkan cahaya matahari yang merata dan tidak menyilaukan.

Pencahayaan rendah 0,60-0,80 m (2ft-2ft 8inch), agar cahaya dapat mencapai lantai ruangan maka jendela sebaiknya tidak mempunyai ambang yang tidak terlalu tinggi. Untuk mengatasi silau yang disebabkan oleh cahaya yang berlebihan pada keadaan tertentu (karena awan tinggi, dll) dapat digunakan alat pengatur cahaya yang juga berfungsi sebagai penyerap panas.

b. Sistem Pencahayaan Buatan (Artificial lighting)

Pencahayaan buatan yang sering digunakan dapat dibagi dua macam, yaitu:

1) Lampu Fluoresensi di sini proses pengubahan energi listrik menjadi energi cahaya yang berlangsung dalam suatu gas dalam tingkat atom, dan tidak disertai oleh penghasilan energi panas, biasanya lampu ini berbentuk pipa.

2) Lampu pijar yang terangnya datang dari benda kawat yang panas, dimana sebagian energi berubah menjadi energi panas dan sebagian menampakkan diri sebagai energi cahaya. Disini energi cahaya timbul dari energi listrik yang berlangsung pada tingkat molekul dan disertai pengeluaran energi panas.

Pencahayaan buatan dengan kualitas terbaik dengan indeks penampakan warna minimal 90, suhu warna kurang lebih 4000

Kelvin. Untuk itu dapat digunakan sebagai pencahayaan umum, lampu-lampu TL putih yang mempunyai arus cahaya khusus.

Lampu buatan langsung, digunakan untuk penerangan obyek, diantaranya :

1) Instalasi loteng (Attic Instalation). Lampu dengan reflector ini diletakkan di bawah kaca atap. Lampu pijar ditempatkan di empat baris paralel dengan empat dinding.

2) Kaca atap buatan/palsu (False Skylight). Alat untuk mendapat efek kaca atap tanpa penggunaan kaca atap. Mengurangi pembukaan atap. Lebih baik dan ekonomis daripada kaca atap.

3) Lampu Hias (Louvered Lights). Menggunakan satu atau banyak lampu pijar. Sinarnya ke bawah dan yang diterangi bisa sempit atau luas. Lampu ini akan membentuk bayangan hias di lantai.

4) Atap Hias (Louvered Ceiling). Atap gantung terbuat dari lembaran metal atau plastik yang berwujud persegi, bersilang–

silang. Lampunya secara tidak langsung akan menyinari ruangan tanpa menyilaukan.

5) Lampu palung (Trough Lights). Baik yang terbuka maupun lensa penutup. Dengan lensa biasa palung harus dimiringkan untuk mengarahkan cahaya.

6) Lampu Troffer adalah panel cahaya yang diletakkan tinggi di langit–langit.

7) Lampu Polarisasi, masih terbatas, mengurangi silau, akan menolong penglihatan.

8) Lampu Kasus (Cases Lighting), bentuk umum dalam pencahayaan obyek langsung.

Lampu buatan tidak langsung, untuk ruang bukan langsung obyek:

1) Lampu terpasang gantung (suspended fixture) jenis ini tidak langsung atau semi tidak langsung menggunakan lampu pijar.

Lampu ini menjaga mata dari kesilauan dengan mengarahkan cahaya ke langit-langit. Bayang-bayang yang tidak menyenangkan di langit-langit dikurangi dengan penggunaan alat-alat lain yang memantulkan sedikit cahaya ke bagian luar peralatan yang sudah terpasang itu.

2) Lampu ke atas tersembunyi (concealed uplights) digunakan