• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh (Evicahyani & Setiawina, 2016) dengan judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas Laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Tabanan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian selanjutnya adalah :

1. Penelitian sebelumnya menggunakan kompetensi SDM, penerapan SAP dan pemanfaatan SIKD sebagai variabel independen, kualitas laporan keuangan sebagai variabel independen serta penerapan SPIP sebagai variabel intervening. Sementara pada penelitian ini variabel yang diggunakan adalah penerapan SAP, pemanfaatan SIAKD, peran dan fungsi internal audit, kompetensi SDM dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan sebagai variabel independen.

2. Waktu yang dilakukan pada penelitian sebelumnya adalah pada tahun 2016 sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada agustus 2019.

3. Lokasi yang dijadikan objek penelitian pada penelitian sebelumnya adalah di kabupaten Tabanan sedangkan penelitian ini lokasi penelitian yang menjadi objek penelitian adalah di pemerintah kota Medan.

10 BAB II

LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR 2.1 Landasan Teori

Pada sub bab ini akan membahas teori yang digunakan pada penelitian ini.

Adapun teori dasar (grant theory) pada penelitian ini adalah teoi kegunaan keputusan (decision usefulness theory).

2.1.1 Teori Kegunaan Keputusan (Decision Usefulness Theory)

Penelitian ini menggunakan teori kegunaan keputusan sebagai dasar dalam penelitian. Teori Kegunaan Keputusan mencakup syarat dan kualitas informasi akuntansi yang berguna dalam pengambilan keputusan bagi pengguna informasi.

Teori ini menjadi referensi dari penyusunan kerangka konseptual Financial Accounting Standard Boards (FASB), yaitu Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) yang berlaku di Amerika Serikat (Staubus, 2000). Pertama kali yang menerima tujuan dari kegunaan keputusan dalam rangka pengembangan standar akuntansi adalah ASOBAT (American Accounting Assotiation’s A Statement of basic Accounting Theory) pada tahun 1966. Teori Kegunaan Keputusan selanjutnya menjadi dasar penyusunan APB Statement 4 tentang Basic Concept and Accounting Financial Underlying Financial Statement of Bussiness Enterprises tahun 1970.

Gagasan yang dikenalkan oleh APB Statement 4 tentang kualitas informasi keuangan berguna mengandung makna relevan, dapat dipahami, dapat diperiksa, bersifat netral, tepat waktu, dapat dibandingkan dan lengkap. Hal ini sesuai dengan

kerangka dasar FASB tahun 1980 dan fitur teori yang dikemukakan oleh Staubus (Staubus, 1954).

Hirarki dari kualitas informasi akuntansi dalam bentuk kualitas primer, kandungannya dan kualitas sekunder digambarkan pada SFAC No. 2 tentang Qualitative Characteristic of Accounting. Kualitas primer dari informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi adalah nilai relevan (relevance) dan reliabilitas (reliability). FASB menyatakan bahwa nilai relevan dan reliabilitas adalah dua kualitas utama yang membuat informasi akuntansi berguna dalam pengambilan keputusan (Staubus, 2000). Nilai relevan diklasifikasikan sebagai kapasitas informasi untuk membuat suatu perbedaan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai sedangkan reliabilitas didefinisikan sebagai kualitas pemberian jaminan bahwa informasi itu secara rasional bebas dari kesalahan dan bias, dan mewakili apa yang akan digambarkan. FASB menyatakan bahwa agar menjadi relevan bagi investor, kreditur, dan yang lain dalam rangka investasi, kredit dan keputusan sejenis maka informasi akuntansi harus memiliki kapabilitas untuk membuat suatu perbedaan pada suatu keputusan. Hal tersebut ditempuh dengan cara membantu pemakai dalam membentuk prediksi tentang hasil dari kejadian masa lalu, sekarang, dan yang akan datang atau untuk mengkonfirmasi atau membenarkan harapannya.

Komponen yang terdapat dalam kualitas primer kegunaan keputusan informasi akuntansi meliputi nilai relevan yaitu tepat waktu (timeliness), nilai umpan balik (feed-back value), dan nilai prediktif (predictive value), dan komponen-komponen kandungan reliabilitas, yaitu gmbaran yang nyata

12

(representational faithfullness), netralitas (neutrality), dan dapat diperiksa (verifiability). Selain itu juga terdapat kualitas sekunder, sebagai penghubung antara kualitas primer, yaitu komparabilitas (comparability) dan taat asas (consistency) (Pakarta, 2015). Dalam SAP yang terkandung dalam UU No. 71 Tahun 2010 mengadopsi karakteristik kualitatif sebagaimana tercantum dalam SFAC No. 2. Hanya saja SAP menekankan pada empat prasyarat normatif yakni:

relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.

2.2 Kualitas Laporan Keuangan

Laporan Keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang berisi informasi keuangan yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan baik internal maupun eksternal (Mahsun, Sulistiyowati dan Purwanugraha, 2011). Berdasarkan PP nomor 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah, laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara/daerah selama satu periode.

Laporan keuangan disusun untuk menyajikan informasi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi pengguna untuk membuat keputusan (Mahmudi, 2011). Secara spesifik, penyusunan laporan keuangan bertujuan untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan serta untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan sumber daya yang dipercaya.

Tujuan laporan keuangan dapat dipenuhi dengan karakteristik kualitas laporan keuangan sesuai dengan PP No 71 tahun 2010. Karakteristik kualitas

laporan keuangan yang merupakan prasyarat normatif dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah sebaai berikut :

1. Relevan

Laporan keuangan dikatakan relevan apabila memuat informasi yang dapat mempengaruhi keputusan pengguna dan membantu mengevaluasi peristiwa masa kini atau masa lampau dan dapat memprediksi kejadian masa depan serta dapat mengoreksi hasil evaluasi dimasa lalu. Dengan demikian informasi laporan keuangan dapan dihubungkan dengan maksud pengguna informasi. Informasi dapat dikatakan relevan apabila :

a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)

Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat koreksi ekspektasi di masa lalu.

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

Untuk memprediksi masa yang akan datang dibutuhkan informasi yang dapat membantu dengan melihat hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c. Tepat Waktu

Informasi yang disajukan harus tepat waktu sehingga dapat berguna dalam pengambilan keputusan.

d. Lengkap

Laporan penyajian informasi akuntansi keuangan harus lengkap dengan melatar belakangi setiap butir informasi utama yang diungkapkan agar jelas dan tidak terjadi kekeliruan dalam pengambilan keputusan.

2. Andal

14

Laporan keuangan disajikan dengan informasi yang bebas dari pengertian menyesatkan dan keslahan material, disajikan secara jujur berdasarkan fakta, serta dapat di verifikasi. Informasi yang disajikan mungin relevan, namun jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka pengguna informasi secara potensial dapat menyesatkan. Karakteristik informasi yang andal adalah sebagai berikut :

a. Penyajian jujur

Informasi yang disajikan dengan jujur serta secara wajar dapat diharapkan.

b. Dapat diverifikasi

Informasi yang disajikan dapat diuji, dan apabila dilakukan pengujian kembali oleh pihak yang berbeda maka hasil simpulan yang didapat tidak jauh berbeda.

c. Netralitas

Informasi disajikan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya sehingga dapat lebih berguna.

Perbandingan dapat dilakukan secara internal ataupun eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada

akuntansi yang sekarang diterapkan, maka perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

4. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan mudah dipahami agar dapat bermanfaat bagi penggunanya. Pengguna diasumsikan memiliki kualitas yang memadai serta memiliki kemauan untuk mempelajari informasi yang dimaksud dalam laporan.

2.3 Penerapan SAP

Standar akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan. Di Indonesia pada tahun 2010, Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual tuntas disusun Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan ditetapkan sebagai Peraturan Pemerintah dalam PP Nomor 71 Tahun 2010. Sejak diterbitkannya PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, basis akuntansi yang digunakan adalah menggunakan basis akrual.

Berdasarkan PP No 71 tahun 2010 tentang SAP, pemerintah menerapkan SAP berbasis Akrual yang dinyatakan dalam bentuk PSAP yang tercantum pada lampiran I PP No. 71 tahun 2010. Lampiran I yang dimaksud adalah SAP Berbasis Akrual yang terdiri atas Kerangka Konseptual dan PSAP Nomor 01 sampai dengan PSAP Nomor 12.

Implementasi dari peraturan tersebut, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat maupun Daerah secara bertahap didorong untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual. Pada tahun 2015, seluruh laporan keuangan daerah telah menerapkan SAP

16

berbasis akrual. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti tentang pengaruh penerapan SAP terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah SAP memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan (Roni et al., 2015), (Evicahyani & Setiawina, 2016), (Karsana & Suaryana, 2017), (Manullang, 2016).

2.4 Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah (SIAKD) Sistem informasi akuntansi keuangan saat ini sangat diperlukan oleh pemerintah sebagai organisasi sektor publik agar pemerintahan berjalan lebih efektif, efisien, bersih dan transparan. Penggunaan Sistem informasi keuangan juga dapat membantu dalam melakukan pengendalian keputusan. Pemanfaatan SIAKD dalam pengelolaan keuangan daerah memanfaatkan progran teknologi informasi yang mendukung sistem informasi akuntansi keuangan daerah.

Berdasarkan UU nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan pemerintah daerah menyatakan bahwa sistem informasi keuangan daerah adalah sarana bagi Pemerintah untuk mengolah, menyajikan, dan mempublikasikan informasi dan laporan pengelolaan keuangan daerah sebagai sarana menunjang tercapainya tata pemerintahan yang baik melalui transparansi dan akuntabilitas.

Sistem informasi akuntansi pada pemerintah daerah dikenal dengan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) (Silviana, 2013). Pemanfaatan SIAKD adalah penerapan sistem informasi dari masing-masing SKPD dalam proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah (Sari, 2014).

Berdasarkan PP No 65 tahun 2010, pemerintah daerah menyelenggarakan sistem informasi keuangan daerah dengan tujuan antara lain:

1. Merumuskan kebijakan dan pengendalian fiskal nasional 2. Menyajikan informasi keuangan daerah secara nasional

3. Merumuskan kebijakan keuangan daerah, seperti Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Pengendalian defisit anggaran; dan

4. Melakukan pemantauan, pengendalian dan evaluasi pendanaan Desentralisasi, Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, Pinjaman Daerah, dan defisit anggaran daerah.

Dengan adanya kemajuan teknologi informasi yang berkembang begitu pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, maka pengelolaan dan akses terhadap keuangan daerah dapat dilakukan lebih cepat dan akurat. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh (Evicahyani & Setiawina, 2016) pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten Tabanan. Selanjutnya, (Surastiani & Handayani, 2015) (Yuliani et al., 2010), (Manullang, 2016) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

2.5 Peran dan Fungsi Internal Audit

The international standarts for the Profesional practice of internal auditing (SPPIA) menyatakan bahwa Internal Audit merupakan kegiatan assurance dan konsultasi yang objektif dan independen dengan tujuan menambah nilai dan memberi peningkatan operasi dalam sebuah organisasi. Kegiatan yang dilakukan akan membantu organisasi atau institusi yang bersangkutan untuk mencapai tujuan

18

dengan mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas manajemen resiko, pengendalian dan tata kelola melalui pendekatan yang sistematik dan teratur.

Bedasarkan UU Nomor 15 Tahun 2004, bahwa pemeriksaan atas pengelolaan tanggung jawab keuangan negara tidak semata-mata dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, BPK sebagai badan pemeriksa keuangan memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah untuk membantu dalam mempermudah melakukan pemeriksaan keuangan pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa peran dan fungsi iaudit internal termasuk unsur yang penting dalam sistem pengendalian organisasi yang memadai.

Audit internal merupakan penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda untuk menentukan bahwa informasi yang didapat akurat dan dapat diandalkan, dapat mengidentifikasi dan meminimalkan risiko perusahaan, mengikuti peraturan dan kebijakan prosedur eksternal, telah memenuhi kriteria operasi yang memuaskan, penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan ekonomis untuk melakukan konsultasi kepada manajemen dan membantu anggota dalam melakukan tanggungjawabnya secara efektif (Sawyer, 2005).

Berdasarkan penelitian terdahulu (Yuliani et al., 2010) peran internal audit berpengaruh positif tehadap kualitas laporan keuangan pemerinth daerah di kota Banda Aceh. Selanjutnya penelitian (Inapty & Martiningsih, 2016), (Manullang, 2016), ( Karsana & Suaryana, 2017), (Suherman, A., 2018) menyatakan bahwa peran internal audit memiliki pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pada pemerintah daerah.

2.6 Kompetensi Sumber Daya Manusia

Kemampuan seseorang atau individu pada suatu organisasi (kelembagaan) atau sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien disebut sebagai kinerja sumber daya manusia (Winidyaningrum, 2010). Kapasitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kemampuannya menghasilkan output dan outcome yang dibutuhkan. Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting sehingga harus dipastikan pengelolaan sumber daya manusia dengan sebaik mungkin agar memberikan kontribusi yang optimal dalam mencapai tujuan organisasi ( Sukmaningrum, 2012).

Dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah, maka pemerintah daerah harus memiliki sumber daya amnusia yang kompeten. Kompetensi merupakan karateristik yang mendasari seseorang mencapai kinerja yang tinggi dalam pekerjaannya. Kompetensi merupakan karakteristik dari seseorang yang memiliki keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge) dan kemampuan (ability) untuk melaksanakan pekerjaan (Hevesi, 2005).

Berdasarkan penelitian terdahulu (Evicahyani & Setiawina, 2016) menyatakan bahwa kompetensi SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan. Hal ini menandakan bahwa kompetensi SDM untuk dapat meningkatkan kualitas LKPD memiliki tingkat yang tinggi. SDM yang berkompeten akan mampu memahami logika akuntansi dengan baik. Selanjutnya penelitian (Surastiani & Handayani, 2015) (Indriasih, 2014) (Anggreni et al, 20118), (Roni et al, 2015), (Karsana & Suaryana, 2017) menyatakan bahwa kualitas

20

sumber daya manusia memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah.

2.7 Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

Pemeriksaan laporan keuangan berpedoman pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalam peraturan BPK Nomor 1 tahun 2007. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) berdasarkan SPKN harus mengungkapkan bahwa pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan telah dilakukan pemeriksa. Sebagai pelaksana pemeriksaan laporan keuangan, auditor harus membuat laporan audit yang menyatakan apakah laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip akuntansi yang berlaku umum secara komprehensif (SAP pernyataan nomor 03).

Peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan pengelolaan keuangan pemerintah antara lain UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No.

1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan PP Nomor 71 Tahun 2010. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah, maka pedoman utama yang digunakan yaitu Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam azas umum pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 dinyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif,

efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Untuk penerapan basis akrual, pemerintah daerah juga harus mengacu pada Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Nalurita, 2015) menyatakan bahwa ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan, semakin banyak jumlah temuan ketidapatuhan terhadap peraturan perundang-undangan maka kemungkinan diperoleh opini yang baik akan semakin rendah, sehingga mempengaruhi kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah karena isi dari laporan keuangan tidak dapat dipercaya jika banyak menyimpang dari peraturan perundang-undangan. Penelitian (Manullang, 2016) menyatakan bahwa kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan berpengaruh signifikan terhadap variabel kualitas laporan keuangan

22 BAB III

KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu antara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen.

Secara ringkas kerangka konseptual menjelaskan penerapan SAP, pemanfaatan SIAKD, peran dan fungsi internal audit, kompetensi SDM dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota Medan seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Penerapan SAP

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Kompetensi Sumber Daya

Manusia (SDM) Peran dan Fungsi Internal

Audit

Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah

Kualitas Laporan Kuangan Pemerintah Daerah

3.2 Hipotesis Penelitian

3.2.1 Pengaruh penerapan SAP terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah kota Medan

PP nomor 71 Tahun 2010, pengertian SAP adalah prinsip- prinsip akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah. SAP harus diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah untuk peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah.

Kualitas tata kelolaan keuangan negara akan semakin baik jika penerapan SAP telah dilakukan dengan baik pula. Hal ini sejalan dengan penelitian (Roni et al., 2015) yang menyebutkan bahwa penerapan SAP berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian (Evicahyani, 2016) juga menyebutkan bahwa pengaruh penerapan SAP di kabupaten Tabanan memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Penerapan SAP berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota Medan

3.2.2 Pengaruh pemanfaatan sistem informasi akuntansi kuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah kota Medan

Berdasarkan PP nomor 65 tahun 2010 , SIKD merupakan sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan juga data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka

24

perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban oleh pemerintah daerah.

Proses pengelolaan data dan transaksi serta penyajian laporan keuangan akan sangat terbantu jika pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah dapat dilakukan dengan baik. Hal ini juga akan berdampak pada ketepatan waktu pemerintah daerah dalam melakukan penyajian informasi laporan keuangan daerah. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Siahaya et al., 2016) bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) berpengaruh positif terhadap kalitas laporan keuangan daerah. Penelitian (Yuliani et al., 2010) menyatakan bahwa SIAKD berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berkut :

H2 : Pemanfaatan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota Medan

3.2.3 Pengaruh peran dan fungsi internal audit terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah kota Medan

Menurut PP nomor 60 Tahun 2008 sistem pengendalian internal merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpian dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa tujuan dan sasaran organisasi telah

dicapai. Jadi, sistem pengendalian intern adalah faktor eksternal yang dirancang untuk memudahkan pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan penelitian (Evicahyani & Setiawina, 2016) bahwa baik secara lansung maupun tidak langsung penegndalian internal berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan kabupaten tabanan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian (Indriasih, 2014) (Afiah & Azwari, 2015) bahwa pengendalian internal pada provinsi Sumatera Selatan memiliki pengaruh positif terhadap kualtas laporan keuangan daerah. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut :

H3 : Peran dan fungsi internal audit berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota Medan

3.2.4 Pengaruh kompetensi sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah kota Medan

Kinerja sumber daya manusia adalah kemampuan individu atau organisasi untuk melaksanakan fungsi dan atau wewenang mereka untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Winidyaningrum, 2009).

Kapasitas sumber daya manusia berperan penting dalam proses penyajian laporan keuangan pemerintah yang berkualitas. Apabila sumber daya manusia yang berkaitan langsung dengan sistem akuntansi tidak memiliki kapasitas pada bidangnya maka akan menghambat proses penyajian laporan keuangan yang berkualitas. Sesuai dengan penelitian (Sukiati & Pertami, 2016) bahwa kompetensi sumber daya manusia memiliki pengaruh yang signifikan teradap kualitas laporan keuangan pada BUMD di kota bandung. Penelitian ( Anggreni, Widanaputra &

26

Putri, 2018) (Indriasih, 2014) juga menyatakan bahwa kompetensi Sumber Daya Manusia memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.

Berdasarkan enjelasan tersebut diatas maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

H4 : Kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota Medan

3.2.5 Pengaruh kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah kota Medan

Pengertian kepatuhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008) yaitu sifat patuh atau ketaatan. Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, pengertian peraturan perundangundangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Berdasarkan definisi tersebut, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yaitu suatu sifat patuh dan taat terhadap peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.

Adanya reformasi keuangan di Indonesia dari basis kas menjadi basis akrual di lingkungan pemerintahan yang mengacu pada perkembangan akuntansi internasional menyebabkan perubahan peraturan dalam pengelolaan keuangan baik di pusat maupun di daerah yang dapat menimbulkan perbedaan persepsi dan kesulitan dalam penerapannya. Berdasarkan penelitian (Manullang, 2016) bahwa kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan memiliki pengaruh positif

terhadap kualitas laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan diatas tersebut maka hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut :

H5 : Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota Medan.

28 BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Penelitiaan ini menggunakan jenis penelitian asosiatif yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya (Erlina, 2011).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif untuk menguji hipotesis yang berupa pengaruh antar variabel. Didalam penelitian ini pengaruh yang diteliti meliputi penerapan SAP, pemanfaatan SIAKD, peran dan fungsi internal audit, kompetensi sumber daya manusia, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan kualitas laporan keuangan sebagai variabel dependen.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pemerintah Kota Medan Sumatera

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pemerintah Kota Medan Sumatera