Penelitian yang berkaitan dengan peran dan efektivitas distibusi zakat sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hanya saja menemukan model yang ideal dan dan menemukan integrasi konsep zakat, pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan masih jarang ditemukan. Diantara penelitian-penelitian yang membahas tentang pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) dalam mengentaskan kemiskinan adalah sebagai berikut:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nazamul Hoque, Mohammad Aktaruzzaman Khan, dan Kazi Deen Mohammad (2015) dengan judul poverty
alleviation by zakah in a transitional economy: a small business entrepreneurial framework dimana penulis menemukan bahwa penyebab kemiskinan di
negara-negara muslim bukan karena kurangnya sumber daya, namun terkadang karena kurangnya kewiraswastaan. Melihat hal ini, maka peneliti menyarankan untuk menggunakan dana zakat sebagai modal dalam membuka usaha baru bagi orang-orang miskin. Dengan kebijakan ini maka dana zakat tetap dikeluarkan kepada
pihak yang berhak menerima zakat tetapi bukan dalam bentuk untuk dikonsumsi melainkan untuk diproduktifkan. Akan tetapi kebijakan ini tetap harus memperhatikan orang tua yang sudah renta dan cacat, sebab kedua kategori ini harus diberikan dana zakat untuk dikonsumsi karena mereka tidak akan mampu lagi menjalankan usaha (bisnis).
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh M. Kabir Hassan (2010) dengan judul an integrated poverty alleviation model combining zakat, awqaf and
micro-finance menemukan bahwa untuk mengentaskan kemiskinan maka diperlukan
integrasi kebijakan dari tiga jenis lembaga yaitu lembaga keuangan mikro syariah, zakat, dan wakaf yang termanajemen dalam satu pengaturan kelembagaan. Sifat inheren dari model integrasi yang diusulkan dapat memastikan pemerataan dan kesejahteraan masyarakat miskin karena modelnya didasarkan pada akad pembagian keuntungan dan akad kontrak konsesional dimana distribusi pendapatan harus dialokasikan di antara berbagai pemangku kepentingan seperti deposan, pemegang saham, dan investor di LSM.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Irfan Syauqi Beik (2009) dengan judul analisis peran zakat dalam mengurangi kemiskinan : studi kasus dompet dhuafa republika dimana dalam penelitiannya, penulis menggunakan sejumlah alat analisa telah digunakan sebagai indikator evaluasi, yaitu Headcount ratio yang digunakan untuk mengetahui jumlah dan prosentase individu/keluarga miskin; rasio kesenjangan kemiskinan dan rasio kesenjangan pendapatan yang digunakan untuk mengukur tingkat kedalaman kemiskinan; Indeks Sen, dan
Indeks Foster, Greer dan Thorbecke (FGT), yang digunakan untuk mengetahui tingkat keparahan kemiskinan. Sebanyak 50 mustahik peserta program LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma) Dompet Dhuafa telah dipilih secara acak, untuk kemudian diberikan kuisioner dan diwawancara. Hasil analisa menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah keluarga miskin dari 84 persen menjadi 74 persen. Kemudian dari aspek kedalaman kemiskinan, zakat juga terbukti mampu mengurangi kesenjangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, yang diindikasikan oleh penurunan nilai P1 dari Rp 540.657,01 menjadi Rp 410.337,06 dan nilai I dari 0,43 menjadi 0,33. Sedangkan ditinjau dari tingkat keparahan kemiskinan, zakat juga mampu mengurangi tingkat keparahan kemiskinan yang ditandai dengan penurunan nilai Indeks Sen (P2) dari 0,46 menjadi 0,33 dan nilai indeks FGT dari 0,19 menjadi 0,11.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Danu Syahputra (2016) dengan judul peranan LAZISMU dalam mengentaskan kemiskinan masyarakat D.I. Yogyakarta, dimana dalam penelitiannya menemukan bahwa pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah oleh LAZISMU Yogyakarta bekerjasama dengan lembaga-lembaga milik PP Muhammadiyah dan PP Aisiyah untuk menjangkau lebih luas masyarakat yang menjadi sasarannya dengan cara membuat program yang terperinci dalam meningkatkan ekonomi masyarakat agar terangkat dari garis kemiskinan. Ada 12 program yang diprakarsai oleh LAZISMU Yogyakarta dalam mengentaskan kemiskinan yaitu bina usaha mandiri, pendampingan para petani, beasiswa untuk mahasiswa, beasiswa untuk pelajar SLTA, save our
school (bantuan sarana prasarana pendidikan), tanggap darurat bencana,
pemberdayaan masjid, reformasi lagu anak, My ortu, kurban untuk negeri, YES (Youth Entrepreneurship), pendirian pusdiklat pertanian. Dua belas program pengentasan kemiskinan ini mampu mengeluarkan para mustahiq dari derita kemiskinan.
Kajian ini menjadi bukti yang tidak terbantahkan bahwa instrumen zakat memiliki potensi yang luar biasa. Untuk itu, diperlukan adanya komitmen dan kerjasama yang kuat antar seluruh pemangku kepentingan zakat, baik pemerintah, DPR, badan dan lembaga amil zakat, maupun masyarakat secara keseluruhan dalam mewujudkan pembangunan zakat yang berkelanjutan. lagi. Untuk lebih jelasnya, maka originalitas penelitian ini akan dibahas secara singkat melalui tabel berikut ini:
NO. Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Originalitas Penelitian 1. Nazamul Hoque, Mohammad Aktaruzzaman Khan, dan Kazi Deen Mohammad (2015) poverty alleviation by zakah in a transitional economy: a small business entrepreneurial framework
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penyebab kemiskinan di negara-negara muslim bukan karena kurangnya sumber daya,
namun terkadang karena
kurangnya kewiraswastaan.
Melihat hal ini, maka peneliti menyarankan untuk menggunakan dana zakat sebagai modal dalam membuka usaha baru bagi orang-orang miskin. Mendorong kewirasswastaan sebagai upaya pengentasan kemiskinan yang substainable dengan menggunakan dana zakat. Perbedaan metodologi, dimana penulis jurnal ini menggunakan metodologi kualitatif. Penelitian ini akan membahas model pengimplementasi an dana zakat, infaq, dan sedekah yang dikelola oleh LAZISMU Kota Malang dalam mengentaskan kemiskinan 2. M. Kabir Hassan (2010) an integrated poverty alleviation model combining zakat, awqaf and micro-finance
Hasil penelitian ini menegaskan
bahwa untuk mengentaskan
kemiskinan maka diperlukan integrasi kebijakan dari tiga jenis lembaga yaitu lembaga keuangan mikro syariah, zakat, dan wakaf yang termanajemen dalam satu pengaturan kelembagaan.
Mengkaji strategi pengentasan
kemiskinan dengan perspektif islam yang salah satunya menggunakan zakat.
Jurnal ini fokus membahas integrasi lembaga keuangan
dengan lembaga
zakat dan wakaf sebagai strategi pengentasan
kemiskinan, dan
peran distribusi zakat. 3. Islamil Sirageldin (2000) elimination of poverty: Challenges and strategies
Hasil penelitian ini menemukan bahwa kemiskinan terjadi karena
tidak adanya pertumbuhan
ekonomi dan kesetaraan dalam pertumbuhan itu. Pengentasan kemiskinan harus difokuskan untuk meningkatkan komponen yang mendorong pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan pemerataan
Mengkaji tentang strategi
pengentasan kemiskinan
Penelitian ini hanya fokus pada upaya peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pendapatan sebagai transmisi kebijakan untuk mengentaskan kemiskinan 4. Sungkowo Edy Mulyono, Wardin Waridin, dan Indah Susilowati (2012) poverty alleviation in municipality of semarang, central jawa-indonesia: with special reference to young unemployed
Penelitian ini memberikan empat strategi pemberdayaan untuk mengentaskan kemiskinan di Kota Semarang yaitu (a) Memetakan target potensi tenaga kerja yang dipasok oleh masyarakat miskin
kota di Semarang; (b)
Menganalisis kondisi "pasar": interaksi antara: potensi yang dipasok oleh masyarakat miskin perkotaan yang dapat diminta oleh industri dan / atau wirausaha); (c)
Merumuskan program
Sama-sama membahas pemberantasan kemiskinan
Peneliti jurnal ini memandang bahwa masyarakat
kemiskinan terjadi karena ketidakadaan dan pekerjaan.
people target pemberdayaan yang tepat; (d) Memperkirakan biaya transaksi
yang diperlukan untuk
menerapkan skenario program pemberdayaan yang dipilih untuk
mengurangi kemiskinan perkotaan. 5. Nafiah Ariyani, Akhmad Fauzi, Bambang Juanda, Dan Irfan S., Beik (2016) a policy scenario modeling of poverty alleviation program in Indonesia: An application of Promethee method
Hasil analisis terhadap skema pengentasan kemiskinan dengan
menggunakan program
pemerintah, zakat, dan CSR, ditemukan bahwa skema zakat adalah skema terbaik untuk mengentaskan kemiskinan, diikuti oleh program CSR dan program pemerintah. Membuat model konsep pengentasan kemiskinan Menggunakan penerapan metode promethee 6. Naseem Razi (2016) poverty alleviation by way of charity in islamic perspective : an analysis of Pakistan society Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa
pengentasan bahwa harus ada reformasi tata kelola amal (dana amal) masyarakat agar amal masyarakat bisa diefektifkan dan diproduktifkan (tidak digunakan untuk konsumsi). Selain itu,
Membahas strategi pengentasan kemiskinan Fokus pembahasan hanya pada mereformasi amal, masyarakat. dan skala kajiannya pada
pemerintah juga perlu mereformasi sistem tata kelola tanah agar tanah tidak hanya dikuasai oleh para feodal.
tingkat negara
sehingga terasa menggenalisir fakta.
7.
P. Eko Prasetyo dan Siti Maisaroh
(2009) Model strategi pemberdayaan ekonomi rakyat sebagai upaya pengentasan kemiskinan
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat dapat mengentaskan masalah kemiskinan. Salah satu contoh model strategi pemberdayaan yang baik adalah melalui pemberdayaan ekonomi industry kerajinan rakyat sebagai pilar utama peningkatan kesejahteraan perajin yang berarti pula pengurangan kemiskinan masyarakat yang bersangkutan.
Mengentaskan kemiskinan melalui pemberdayaan
Tidak ada integrasi
konsep dengan
kebijakan politik
8.
Irfan Syauqi Beik (2009) Analisis Peran Zakat Dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika
Hasil analisa menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah
keluarga miskin dari
84 persen menjadi 74 persen. Kemudian dari aspek kedalaman kemiskinan, zakat juga terbukti mampu mengurangi kesenjangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, yang diindikasikan oleh penurunan nilai P1 dari Rp
540.657,01 menjadi Rp
410.337,06 dan nilai I dari 0,43
Membahas peran
zakat dengan
menggunakan alat analisa headcount ratio, poverty gap, indeks sen, indeks foster, greer, dan thorbecke (FGT
Tidak membahas
efektivitas
penyaluran dana zakat dan juga perbedaan terhadap lembaga zakat yang diteliti.
menjadi 0,33. Sedangkan ditinjau
dari tingkat keparahan
kemiskinan, zakat juga mampu mengurangi
tingkat keparahan kemiskinan yang ditandai dengan penurunan nilai Indeks Sen (P2) dari 0,46 menjadi 0,33 dan nilai indeks FGT dari 0,19 menjadi 0,11. index). 9. Ahmad Danu Syahputra (2016), Peranan LAZISMU Dalam Mengentaskan Kemiskinan Masyarakat D.I. Yogyakarta
Ada 12 program yang diprakarsai oleh LAZISMU Yogyakarta dalam mengentaskan kemiskinan yaitu bina usaha mandiri, pendampingan para petani, beasiswa untuk mahasiswa, beasiswa untuk pelajar SLTA,
save our school (bantuan sarana
prasarana pendidikan), tanggap darurat bencana, pemberdayaan masjid, reformasi lagu anak, My ortu, kurban untuk negeri, YES (Youth Entrepreneurship),
pendirian pusdiklat pertanian. Dua belas program pengentasan kemiskinan ini mampu mengeluarkan para mustahiq dari derita kemiskinan.
Sama-sama
membahas korelasi zakat, infaq, dan sedekah dengan kemiskinan Penelitian Ahmad Danu membahas tentang peranan, sedangkan penelitian ini membahas implementasi pengelolaan 10. Abdul Kholiq (2012),
Model pendayagunaan zakat
Pendayagunaan Zakat, Infak, dan Sedekah Untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Kota Semarang
kota semarang adalah program pemanfaatan dana zakat Program tersebut diwujudkan dalam bentuk
pengembangan modal usaha
mikro yang sudah ada atau perintisan usaha mikro baru yang prospektif. Proses pendayagunaan seperti di atas dilakukan melalui tahapan-tahapan yang tetap sesuai ketentuan perundang-undangan, yaitu : 1) Pendaftaran calon penerima bantuan ; 2) Survei
kelayakan ; 3) Strategi
pengelompokan ; 4)
Pendampingan ; 5) Pembinaan secara berkala ; 6) Melibatkan mitra pihak ketiga ; 7) Pengawasan, kontrol dan evaluasi. Model pendayagunaan seperti di atas tidak hanya berdampak
secara ekonomis kapada
mustahik, tetapi juga secara sosial dan spiritual. untuk mendorong para mustahiq agar memiliki usaha mandiri.
membahas pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah dalam mengentaskan kemiskinan
lembaga yang
menjadi objek