• Tidak ada hasil yang ditemukan

P ENGELOLAAN E NERG

SASARAN

Sumber Daya Air:

1. Dimulai dan dilanjutkannya pembangunan 7 waduk, yaitu Waduk Gonggang, Waduk Nipah, Waduk Keuliling, Waduk Ponre-Ponre, Waduk Jatigede, Waduk Benel, dan Waduk Panohan;

2. Optimalnya fungsi waduk dan penampung air lainnya;

3. Optimalnya fungsi dan terbangunnya prasarana penyedia air baku dan sumur air tanah untuk pemenuhan air baku;

4. Beroperasi dan terpeliharanya jaringan irigasi (termasuk irigasi air tanah) dan jaringan irigasi rawa;

5. Optimalnya fungsi jaringan irigasi dan rawa;

6. Optimalnya fungsi dan terbangunnya prasarana pengendali banjir di wilayah- wilayah strategis dan rawan banjir antara lain seperti di DKI Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) serta pengoperasian flood forecasting dan warning system di beberapa lokasi;

7. Terbangunnya prasarana pengamanan pantai di wilayah-wilayah rawan abrasi pantai, termasuk pulau-pulau terluar Nusantara;

8. Terselesaikannya 11 buah peraturan perundangan turunan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; dan

9. Terfasilitasinya pembentukan 14 wadah koordinasi di tingkat kabupaten/kota.

Transportasi:

1. Meningkatnya keselamatan transportasi melalui peningkatan keandalan kondisi prasarana, sarana dan standar operasi pelayanan transportasi dengan pengurangan backlog pemeliharaan prasarana dan sarana transportasi jalan, prasarana dan sarana perkeretaapian, angkutan sungai, danau, dan penyeberangan, angkutan jalan raya, angkutan laut dan udara, peningkatan disiplin SDM serta budaya keselamatan bertransportasi; terpenuhinya standar peraturan dan ketentuan-ketentuan standar internasional di bidang transportasi yang telah ditetapkan oleh organisasi internasional seperti IMO (International Maritime Organization) dan ICAO

(International Civil Aviation Organization), penyempurnaan peraturan dan

penegakan hukum dan sosialisasi keselamatan transportasi serta peningkatan efektivitas kelembagaan di bidang keselamatan transportasi. Sasaran pengurangan

backlog pemeliharaan untuk prasarana jalan adalah melalui mempertahankan

kondisi mantap jalan nasional sebesar 81 persen dan meningkatkan kecepatan rata- rata sebesar 45 km perjam, penggantian rel kereta api dan sistem sinyal, telekomunikasi dan listrik, peningkatan manajemen dan kapasitas jalan lintas timur Sumatera dan lintas utara Pulau Jawa (Pantura), peningkatan dan pelatihan operator

Air Traffic Control (ATC) beserta peralatan penunjang keselamatan penerbangan

lainnya di bandara, peningkatan kemampuan dan kecepatan tindak awal pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan, maupun efektivitas kelembagaan Badan SAR Nasional;

2. Meningkatnya aksesibilitas pelayanan transportasi yang terjangkau masyarakat melalui pembangunan transportasi di kawasan perbatasan, daerah terpencil dan pedalaman, serta pulau-pulau kecil dan pulau terluar dalam rangka mempertahankan kedaulatan NKRI, termasuk pemberian subsidi keperintisan dan penyediaan kompensasi untuk public service obligation (PSO) agar pelayanan transportasi terjangkau oleh masyarakat;

3. Meningkatnya iklim yang lebih kondusif bagi investasi dan peran serta pemerintah daerah, BUMN, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan prasarana transportasi untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi distribusi barang dan jasa sekaligus untuk mendukung target pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyelesaian revisi peraturan perundang-undangan di sektor transportasi (Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian, Undang-undang. Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu lintas Angkutan Jalan, Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan dan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran), peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

Energi:

1. Menurunnya elastisitas energi; 2. Menurunnya subsidi energi;

3. Persiapan pembangunan prasarana batubara yang handal untuk mendukung Program Percepatan Pembangunan PLTU 10.000 MW;

4. Terselesaikannya pembangunan pipanisasi transmisi SSWJ gas bumi nasional; 5. Tercapainya peningkatan produksi migas 11 persen dari produksi migas tahun 2006; 6. Meningkatnya produksi batubara untuk mendukung program listrik 10.000 MW; 7. Terlaksananya penawaran 10 Wilayah Kerja Gas Methana-B;

8. Tersusunnya 15 Rancangan Kebijakan meliputi: (a) model kontrak kerjasama pengusahaan sumur tua Pertamina/KKKS; (b) model kontrak Gas Methana B; dan (c) penyempurnaan draft kontrak kerjasama migas;

9. Pengembangan energi perdesaan, energi baru terbarukan dan konservasi energi melalui pembangunan Desa Mandiri Energi berbasis Bahan Bakar Nabati (BBN) dan pengembangan pilot plant bio-diesel, bio-ethanol, dan bio-fuel;

Pos dan Telematika:

1. Meningkatnya kemampuan pengawasan terhadap penyelenggaraan pos dan

telematika;

2. Meningkatnya kualitas layanan pos dan jumlah akses telekomunikasi dan informatika di perdesaan yaitu tercapainya teledensitas telpon tetap sebesar 8%, telepon bergerak sebesar 36,8%, pengguna internet sebesar 13,6%, dan jangkauan program uso meliputi 100% desa uso;

3. Meningkatnya jangkauan dan mutu penyiaran televisi dan radio;

4. Berkembangnya pola kerjasama pemerintah - swasta dalam penyediaan infrastruktur dan layanan pos dan telematika;

5. Berkurangnya tingkat ketergantungan terhadap teknologi proprietary dan industri luar negeri.;

6. Meningkatnya e-literacy masyarakat; dan

7. Meningkatnya efisiensi belanja modal pemerintah untuk kegiatan TIK dan sinergi pengembangan TIK lintas sektor.

Ketenagalistrikan:

1. Meningkatnya kapasitas pembangkit listrik sebesar 1.600 MW di Jawa dan 1.840 MW di luar Jawa, serta berkurangnya daerah krisis listrik khusunya di luar Jawa; 2. Meningkatnya rasio elektrifikasi menjadi sebesar 59 persen dan rasio elektrifikasi

perdesaan menjadi sebesar 84 persen;

3. Semakin luas dan optimalnya sistem interkoneksi 500 kV, 275 kV dan 150 kV serta jaringan distribusinya baik di Jawa maupun luar Jawa;

4. Terwujudnya susut jaringan terutama teknis dan nonteknis menjadi sekitar 9,5 persen;

5. Berkurangnya penggunaan BBM untuk pembangkit listrik menjadi sekitar 25 persen, serta meningkatnya pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan;

7. Terselesaikannya reposisi dan restrukturisasi PT. PLN sesuai undang-undang ketenagalistrikan yang baru;

8. Dilaksanakannya pembangunan bidang ketenagalistrikan yang bersifat PSO sesuai master plan;

9. Berkembangnya pengembangan pemanfaatan komponen lokal dan dana investasi dalam negeri dalam pembangunan bidang ketenagalistrikan; dan

10. Berkembangnya partisipasi pemerintah daerah di berbagai wilayah dalam pengembangan ketenagalistrikan di daerahnya khususnya untuk pengembangan listrik perdesaan.

Perumahan dan Permukiman:

1. Meningkatnya penyediaan hunian sewa/milik yang layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui pembangunan rumah susun sederhana sewa, peningkatan kualitas lingkungan perumahan, fasilitasi pembangunan dan perbaikan perumahan swadaya, serta peningkatan akses masyarakat terhadap kredit mikro perumahan;

2. Meningkatnya cakupan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan (air limbah, persampahan dan drainase) melalui pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat dan kelembagaan; serta

3. Meningkatnya pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan untuk menunjang kawasan ekonomi dan pariwisata melalui pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan skala regional dan sistem terpusat.

ARAH KEBIJAKAN,FOKUS, DAN KEGIATAN PRIORITAS

Dalam mencapai sasaran tersebut di atas ditempuh arah kebijakan sebagaimana tercantum dalam Bab 32 Buku II, dengan fokus dan kegiatan prioritas sebagai berikut:

Fokus 1: Peningkatan Pelayanan Infrastruktur sesuai dengan Standard Pelayanan