• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pancasila sebagai Budaya Bangsa

Dalam dokumen MATERI PPKN PENGEMBANGAN BUDAYA DAERAH D (Halaman 47-51)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

2.4 Peran Pancasila sebagai Budaya Bangsa

Pengertian budaya dalam pengertian umum berasal dari bahasa sansekerta, budhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Sedangkan pendapat lain menyatakan budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi berkaitan dengan unsur rohani dan daya berkaitan dengan unsur jasmani manusia. Dengan demikian budaya merupakan hasil budi dan daya manusia.

Sedangkan kebudayaan merupakan kata sifat dari kata “budaya”.Secara terperinci Gazalba mendefinisikan kebudayaan sebagai cara berpikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu. Cara berpikir dan cara merasa merupakan kebudayaan batiniah sedangkan manifestasinya dalam bentuk cara berlaku dan cara berbuat atau cara hidup. Dalam pemaknaan itu budaya adalah hal yang tidak dapat terlepas dari sisi batiniah manusia. Sisi batiniah manusia pun tidak dapat terlepas dari filsafat atau rangkaian ilmu yang dimiliki oleh seseorang. Dan filosofi seseorang biasanya berangkat dari keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya. Sebagaimana yang diurai oleh Prof.DR. Mukti Ali mengenai definisi kebudayaan dalam bukunya yaitu “Kebudayaan adalah budi dan tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia digerakan oleh akal dan perasaannya. Yang mendasari semua itu adalah ucapan hatinya. Dan ucapan batin itu merupakan keyakinan dan penghayatannya terhadap sesuatu yang dianggap benar. Apa yang dianggap benar itu besar atau kecilnya adalah agama. Dan agama sepanjang tidak diwahyukan adalah hasil pemikiran filsafat.

Dari uraian diatas jelas bahwa kebudayaan bersumber dari filsafat atau dalam bahasa sansekertanya adalah falsafah. Jika ditarik kepada falsafah bangsa kita yaitu Pancasila, maka timbul lagi suatu pertanyaan mengapa kehidupan kita seperti saat ini, Sehingga tuntutannya adalah untuk mengganti falsafah kita itu dengan falsafah lainnya. Mereka yang memiliki anggapan itu dikarenakan ketidakpahamannya terhadap Pancasila itu sendiri. Pandangannya cenderung melihat kemegahan dan keagungan filsafat luar dengan para filsufnya. Filsafat-filsafat itupun kemudian menjadi landasan teoritis dalam perbuatan dan tingkah lakunya. Dan kemudian bantahan dari hipotesa itu ialah apakah Pancasila sudah pernah digunakan di bangsa ini? Adapun golongan orang yang sepakat dengan Pancasila akan tetapi terjadi missing link ketika ditransfer ke dalam nilai budaya. Sehingga golongan ini hanya memaknakan budaya pada suatu hal yang berwujud seperti tari-tarian, senjata khas daerah, pakaian adat, rumah adat dll. Padahal jika kita tinjau dari pengertian budaya diatas, hal-hal yang bersifat jasmaniah itu hanyalah bagian terluar dari pengertian budaya itu sendiri. Jadi dua hal yang menjadi pembahasan utama ialah mengenai Pancasila sebagai falsafah bangsa dan budaya yang distandarkan olehnya. Sampai

saat ini kita harus memberanikan diri untuk menjawab Pancasila belum pernah digunakan karena proses pengejawantahan itu belum pernah terjadi sampai saat ini. Tatanan nilai kehidupan yang pertama adalah nilai budaya. Dan dari nilai budaya inilah akan terdifrensiasi ke dalam nilai-nilai lainnya, yaitu nilai hukum, sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan. Jika pada budaya kita mengalami krisis maka berdampak pada terjadinya krisis di nilai-nilai lainnya. Hanya ruang lingkup kajian ini berada dalam ranah budaya. Sedangkan kebudayaan nasional merupakan merupakan kebudayaan yang timbul sebagai buah budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju kearah kemajuan adab, budaya, persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dan kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Jadi permasalahan yang krusial terjadi di bangsa kita adalah bagaimana membangun jembatan dari Pancasila kepada nilai budaya atau disebut juga dengan proses pengejawantahan dari Pancasila kepada budaya. Sehingga budaya yang terbangun di bangsa kita telah distandarkan oleh Pancasila. Dan seperti itulah layaknya kebudayaan nasional kita yang standar dan akan menstandarkan nilai-nilai lainnya dalam kehidupan manusia. Bukan bermaksud untuk menyeragamkan kebudayaan yang beraneka ragam melainkan lebih kepada mengkonvergenitaskan kebudayaan yang beraneka ragam menjadi satu kebudayaan nasional yang standar. Solusi yang tepat digunakan untuk memecahkan permasalahan tersebut ialah dengan mencari kembali peranan Pancasila agar dapat difungsikan menjadi objek yang menstandarkan nilai budaya. Sehingga pembangunan masyarakat Pancasilais akan menjadi kenyataan dan membawa bangsa ini pada terangkatnya harkat dan martabat hidupnya. Pencarian dan penemuan kembali itu yang kemudian menjadi tujuan utama dari studi kepustakaan ini untuk dijadikan teori dalam pembangunan manusia Indonesia serta menjadi kurikulum pendidikan baik formal maupun informal. Pancasila merupakan cerminan dari kebudayaan yang kita miliki. Kebudayaan-kebudayaan kita selalu beralaskan pada butir-butir Pancasila.

Sehingga kebudayaan dapat juga sebagai jati diri bangsa yang dapat mewakili kepribadian bangsa Indonesia.

Wujud kebudayaan dapat menjadi daya pembeda antara kepribadian bangsa satu dengan bangsa lainnya. Banyak kebudayaan –kebudayaan bangsa lain yang masuk ke masyarakat Indonesia. Tetapi menerima begitu saja tanpa memilah-milah atau menyaring mana yang positif dan negatif, mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan karakter dan nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia yang beralaskan Pancasila. Masyarakat perlu diberikan pemahaman, agar dapat menghayati dan mengamalkan dengan tepat mengenai nilai luhur Pancasila dalam kebudayaan Bangsa. Indikator Pancasila dijadikan sebagai roh kebudayaan Bangsa Indonesia adalah :

• Setiap kebudayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia selalu beralaskan Pancasila

• Pancasila sebagai penyaring kebudayaan-kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.

Pola perilaku yang nampak dalam kebudayaan-kebudayaan Indonesia dapat mewakili kepribadian bangsa. Selain itu, ada pula hubungan pancasila dan pluralitas budaya. Pluralitasme adalah suatu gagasan yang mendorong setiap orang untuk menyadari keberagaman dalam kehidupan, seperti agama, budaya, etnik, ras, social, tradisi dan sebagainya. Dalam Pancasila, pluralitas dipertegas dalam sila ketiga yaitu “Persatuan Indonesia”. Dalam sila tersebut bermakna, meski Bangsa Indonesia adalah bansa yang majemuk, namun disatukan dalam satu Negara yaitu Indonesia. Juga dalam semboyan Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang menegaskan meski berbeda-beda tetap satu jua.

Pluralitas budaya sering disamakan dengan istilah multikulturalisme. Keduanya memang mempunyai makna yang mirip. Tetapi multikulturalisme adalah suatu paham yang menganjurkan masyarakat untuk mengganggap keberagaman budaya adalah hal yang memang ada dalah suatu wilayah. Sedangkan pluralitas budaya merupakan suatu gagasan yang mengakui adanya keberagaman budaya.

Pluralitas budaya mempunyai beberapa dampak bagi kehidupan bangsa, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif antara lain bahasa-bahasa daerah yang dapat memberi istilah-istilah baru bagi Bangsa Indonesia. Budaya-budaya

daerah yang dapat memperkaya kebudayaan yang dimiliki Indonesia dan teknologi tradisional yang dapat menjadi alternative baru. Sedangkan dampak negatifnya antara lain perbedaan sistem nilai dan orientasi religis yang dapat menimbulkan konflik sosial antar etnik.

Dalam dokumen MATERI PPKN PENGEMBANGAN BUDAYA DAERAH D (Halaman 47-51)