• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1.1. Pandangan Petani terhadap Program Pemupukan

Pengertian pandangan petani terhadap program pemupukan berimbang dalam hal ini merupakan alasan petani dalam mengikuti dan tidak mengikuti program pemupukan berimbang. Alasan tersebut dikelompokkan menjadi faktor- faktor yang bersifat mendorong (alasan petani yang mau mengikuti program pemupukan berimbang) dan faktor-faktor yang bersifat menghambat (alasan petani yang tidak mengikuti program pemupukan berimbang) dalam proses adopsi teknologi pemupukan berimbang, sebagaimana disajikan pada Tabel 4.

Faktor pendorong utama yang menyebabkan petani mengikuti program pemupukan berimbang di Kecamatan Plered adalah mengharapkan produksi yang lebih tinggi. Dari hasil perhitungan, rata-rata produksi per ha padi yang diperoleh petani peserta program pemupukan berimbang 6.003 ton GKP dengan nilai keuntungan sebesar Rp 4 001 378 permusim tanam. Petani non peserta program

pemupukan berimbang memperoleh rata-rata produksi sebesar 5.027 ton GKP, dan nilai keuntungan sebesar Rp 3 163 183 permusim tanam. Produksi yang diperoleh petani peserta program pemupukan berimbang lebih tinggi 976 kg dibandingkan produksi yang diperoleh petani non peserta program pemupukan berimbang.

Pada program pemupukan berimbang, ketersediaan modal dalam hal ini ketersediaan benih dan pupuk disediakan oleh PT. Pertani sesuai dengan kebutuhan usahatani yang dapat diperoleh tanpa membayar terlebih dahulu merupakan faktor pendorong kedua yang menyebabkan petani mengikuti program pemupukan berimbang. Pembayaran dilakukan setelah panen (yarnen). Hasil gabah petani akan ditampung oleh PT. Pertani dengan harga yang telah disepakati. Hal ini sangat dirasakan membantu petani dalam kekurangan modal usahataninya dan pemasaran hasil produksinya. Untuk petani non peserta program pemupukan berimbang, kalau mau membeli benih dan pupuk harus dibayar langsung sehingga pembelian saprodi tersebut disesuaikan dengan keuangan petani yang ada. Hasil produksinya juga dijual/dipasarkan sendiri oleh petani sehingga tidak ada jaminan harga gabah.

Tabel 4. Pandangan Petani dalam Proses Adopsi Teknologi Pemupukan Berimbang di Kecamatan Plered

No Faktor Pendorong (%) Faktor Penghambat (%) 1. Produksi tinggi 65.22 Tidak ada jaminan harga 37.04 2. Tersedianya modal 26.09 Biaya produksi tinggi 27.78 3. Tersedianya input 2.17 Kekurangan modal 14.81 4. Memudahkan pemupukan 2.17 Kekurangan tenaga kerja 7.41 5. Tahan OPT 2.17 Kekurangan air pengairan 7.41 6. Coba-coba 2.17 Tidak sehamparan 5.56 Sumber: Data (diolah)

Pupuk yang digunakan pada program pemupukan berimbang adalah pupuk majemuk, pupuk NPK/Kujang atau pupuk Phonska dicampur dengan pupuk Urea. Menurut petani dengan pemakaian pupuk majemuk ini lebih praktis dan tidak perlu lagi mencampur jenis-jenis pupuk tunggal (Urea, SP-36, dan KCl) dalam pemupukan seperti yang dilakukan oleh petani non peserta program pemupukan berimbang.

Varietas yang digunakan pada program pemupukan berimbang adalah varietas unggul, yaitu Ciherang dan Cigeulis juga menarik minat petani untuk mengikuti program pemupukan berimbang. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Purwakarta, varietas Ciherang dan Cigeulis sesuai dengan spesifik lokasi di Kecamatan Plered dan tahan terhadap serangan OPT. Petani merasakan resiko kehilangan hasil yang ditimbulkan apabila tanaman padi mereka terserang OPT. Disamping itu, serangan OPT dapat menurunkan kualitas gabah petani sehingga harganya akan semakin rendah. Deskripsi varietas Ciherang dan Cigeulis dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7.

Disamping varietas yang digunakan oleh petani peserta program pemupukan berimbang merupakan varietas unggul, petani ingin mencoba benih varietas baru dalam pertanamannya dan mengharapkan dapat memberikan produksi yang lebih tinggi dan mengurangi resiko serangan OPT.

Sedangkan faktor penghambat utama bagi petani yang tidak mengikuti program pemupukan berimbang adalah tidak adanya jaminan harga yang lebih baik. Setiap panen padi yang pada umumnya panen raya harga gabah otomatis turun. Sementara harga merupakan salah satu faktor penentu bagi petani untuk bersemangat melakukan usahataninya dengan baik. Kebanyakan petani menanam

padi hanya berorientasi untuk kebutuhan makanan pokok keluarganya karena kalaupun dijual harganya jauh di bawah harga tanaman pangan dan hortikultura lainnya seperti jagung, buah-buahan dan sayur-sayuran. Namun demikian petani pada umumnya juga menjual sebagian gabahnya untuk modal usahatani musim tanam berikutnya.

Faktor penghambat kedua yang menyebabkan petani tidak mengikuti program pemupukan berimbang adalah biaya produksi yang tinggi. Petani menganggap bahwa setiap program pertanian yang ditawarkan pemerintah membutuhkan biaya produksi yang tinggi sehingga menciutkan semangat petani untuk mengikutinya. Misalnya dengan pemakaian varietas unggul berarti rakus dalam pemupukan, usahataninya harus dilakukan dengan sebaik-baiknya dan bila tidak dilakukan secara baik resiko kegagalan hasilnya tinggi. Akibatnya biaya produksi yang telah dikeluarkan petani tidak akan kembali dan tidak ada lagi modal usahatani untuk musim tanam berikutnya.

faktor penghambat ketiga bagi petani tidak mengikuti program pemupukan berimbang adalah kekurangan modal usahatani yang dimiliki petani. Pemakaian varietas unggul yang rakus pemupukan membutuhkan biaya input yang lebih tinggi ditambah biaya produksi lainnya untuk upah pengolahan lahan dan tenaga kerja yang mahal menyebabkan petani tidak melakukan usahataninya secara baik dan sesuai dengan anjuran teknologi yang ada. Disamping petani harus membiayai usahataninya juga membiayai kebutuhan hidup keluarganya sedangkan keuangannya tidak mencukupi.

Keterbatasan tenaga kerja juga merupakan faktor penghambat yang dirasakan petani dalam menerapkan program pemupukan berimbang. Upah tenaga

kerja yang relatif tinggi menurut petani mengindikasikan bahwa ketersediaan tenaga kerja untuk melakukan usahatani padi sawah tidak mencukupi. Kebanyakan petani mempunyai anggota keluarga rata-rata 4 orang. Kalaupun mempunyai anak, petani merasa tidak terlalu terbantu oleh anaknya karena harus bersekolah. Akibatnya petani memakai tenaga kerja luar keluarga yang berarti biaya yang harus dibayarkan secara langsung sebagai upah.

Faktor lain yang menghambat penerapan program pemupukan berimbang adalah kekurangan air pengairan yang dirasakan petani tidak mencukupi untuk mensuplai air di lahan-lahan petani pada saat dibutuhkan. Penggunaan varietas unggul yang rakus pemupukan bila tidak terairi dengan baik akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman padi tidak akan baik dan pupuknya akan menjadi racun pada tanaman. Tujuan untuk mendapatkan produksi yang lebih baik tidak akan tercapai dan resiko kegagalan akan lebih tinggi.

Beberapa petani ada yang berminat mengikuti program pemupukan berimbang tetapi lokasi lahan mereka tidak sehamparan, tidak satu kelompoktani dengan petani peserta program pemupukan berimbang sehingga tidak mengikuti program pemupukan berimbang.

Dokumen terkait