• Tidak ada hasil yang ditemukan

ملسم و ىراخبلا Artinya : Dari Sahl bin Sa‟ad bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah didatangi

TATA CARA PERKAWINAN SUKU BUGIS

C. Pandangan Tokoh Tentang Konsep Penetapan Mahar Pada Suku Bugis 1.Tokoh Agama Ustad Muhammad

Ustad Muhammad Nur bertempat tinggal di Pemukiman Bataram, kelurahan Taroada, kecamatan Turikale, kabupaten Maros Sulawesi selatan. Ustad Muhammad Nur merupakan tokoh agama di daerah tersebut, setiap hari beliau sebagai seorang Da‟I baik itu di sekolah-sekolah yang berbasis islam maupun di masjid-masjid.

Pada tgl 29-Agustu-2017 penulis mewancarai Ustad Muhammad Nur yang bertempat di masjid Darussalam guna menghimpun data mengenai tata cara lamaran adat suku Bugi beserta penetapan Sompak (mahar) dan

factor-40

faktor apa saja yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya sompa wanita bugis.

a. Proses penetapan mahar

Ma‟duta yaitu: pihak utusan dari laki-laki mendatangangi pihak perempuan dalam rangka lamaran pada saat itu kadang-kadang dibahaslah mahar wanita tersebut, hari ijab qobul, dan apa-apa saja yang perlu dibawa dan persiapkan untuk diserahakan kepada pihak wanita, kadang- kadang di suku Bugis memiliki beragam fariatif dalam penetapan mahar seperti Bugis Waru dan Wajo, daerah- daerah tersebut terkenal dengan tinggi uang sompa paling minim uang sompanya 50 juta keatas sedangkan khususnya Bugis Maros Uang sompa 25 keatas.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya sompak wanita Bugis. Adapun faktor-faktornya ialah:

1) Dilihat dari sisi keturunan perempuan apakah dia keturunan bangsawan atau tidak.

2) Biasanya factor keturunan ini sangat mempengaruhi tinggi dan rendahnya Sompa wanita tersebut misalnya wanita tersebut kebetulan lahir dari kalangan bangsawan maka uang sompanya pun tinggi.

3) Dilihat dari pendidikan wanita apakah wanita tersebut hanya tamatan SMA ataukah S1.

4) Di suku Bugis kadang kala pendidikan wanita menjadi sebuah tolak ukur tinggi dan rendahnya Sompa seorang wanita.

41

5) Biasanya juga sompa wanita dipengaruhi oleh harga sembako pada saat itu, misalnya kebutuhan sandang pangan pada saat itu mahal, maka sompa wanita tersebut akan menjadi tinggi pula. 6) Biasanya juga sompa seorang wanita dipengaruhi oleh

keluarga-keluarga dekat wanita tersebut, misalnya dipengaruhi oleh paman dan bibinya, dikarnakan mengacu kepada uang sompa sebelumnya pada saat adik ataupun kaka dari wanita tersebut menikah dan nilai sompa yang diterima pada saat itu. 7) Biasanya juga sompa dilihat dari kedua orang tua wanita

tersebut, apabila orang tua wanita tersebut merupakan orang kaya atau juragan, maka sompa yang dimintapun akan mejadi tinggi.

Ustad Muhammad Nur di dalam hasil wawancara dengan penulis beliau menjelaskan bahwa Ia pernah melamarkan seorang temannya yang bernama Ahmad dengan seorang wanita Bugis bernama diana, pada waktu mahar yang beliau berikan sebanyak 8 juta, hal ini beliau menganggap mahar wanita bugis tersebut sangat murah disebabkan orang tua dari wanita tersebut merupan individu-individu yang memahi akan ajaran agama, dari faktor ini lah yang menyebabkan wanita tersebut mendapatkan nominal mahar rendah atau sedikit.

Dari data yang didapatkan dari ustad Muhammad Nur, beliau menjelaskan apabila sompak (mahar) telah ditetapkan akan tetapi dikemudian hari pihak dari laki-laki memundurkan diri dengan berdalih

42

tidak mampu dan yang terjadi setelah itu hamil diluar nikah atau nikah dibawah tangan maka resiko yang akan diterima oleh laki-laki tersebut adalah halal darahnya atau dalam kata lain dibunuh, persoalan ini biasa terjadi di daerah Bugis Jeneponto.

2. Tokoh Adat dan Masyarakat Bapak H, Iqbal S

H. Iqbal. S adalah seorang tokoh masyarakat sekaligus tokoh agama,praktisi dan hakim di bidang Mu‟amalah, Beliau beralamat di BTN Pemukiman Bataram, Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

H. Iqbal. S merupakan sosok vigur yang dijadikan panutan sekaligus contoh masyarakat di situ. Dari hasil wawancara penulis dengan warga sekitar situ, mereka menjelaskan bahwa H Iqbal. S merupakan sosok yang dermawan,ramah,santun dan Taat beribadah.

Setiap hari Beliau berprofesi sebagai hakim di bidang Mu‟amalah sekaligus pengurus pondok pesantren Darussalm di daerah situ. H. Iqba. S memiliki usaha Toko bangunan dan memiliki 2 orang anak. Dari hasil wawancara penulis dengan H. Iqbal. S sebagai berikut:

a. Proses penetapan mahar

Dalam adat pernikahan Bugis sebelum seorang laki-laki mau meminang seorang wanita maka ada langkah-langkah yang harus dilalui sebagai berikut:

Mamanu-manu (Ta‟aruf) biasa juga di sebut Mabajalaleng (buka jalan) yaitu: pihak laki-laki mengutus seorang delegasi kepada pihak

43

perempuan untuk menanyakan wanita tersebut. dalam bahasa Bugis dikatakan: kira-kira ada yang mau melamarki anakta dan berapa dipasang harga sompana.

Dari sinilah mulai adanya tawar menawar mahar dan penetapan mahar wanita tersebut.

Pettu Ada (kesepakatan) yaitu: penetapan jumah mahar, tanggal pernikahan atau resepsinya. hal ini terjadi apabila pada saat ta‟aruf pihak delegasi laki-laki dan pihak wanita telah berbincang-bincang mengenai berapa nominal nilai mahar yang harus diberikan kepada wanita tersebut, biasanya dikasih jenjang waktu sampai 3 hari agar delegasi laki-laki kembali ke pihak wanita dalam rangka Pettu Ada (kesepakatan). Setelah semuanya telah sepakat maka langkah keberikuytnya

Manika (nikah) ijab qobul. Dalam adat perkawinan suku Bugis ijab qobul sama halnya seperti suku-suku lain nya diluar suku Bugis, hanya saja ada sedikit perbedaan dalam tata cara pernikahannya.

c. Faktor-faktor yang pengaruhi tingginya mahar wanita suku Bugis sebagai berikut;

Dari hasil wawancara penulis dengan H. Iqbal. S dapat diuraikan bahwa tinggi atau rendahnya mahar wanita bugis biasanya dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:

Biasanya orang tua wanita menetapkan tinggi mahar anaknya untuk menguji seberapa cinta, kasih sayang dan pengorbanan laki-laki tersebut terhadap anaknya, hal seperti ini biasa nya akan pengaruhi tinggi

44 rendahnya mahar wanita disuku Bugis.

Dilihat dari status sosial dari wanita tersebut, biasanya dilihat dari sisi keturunannya apakah wanita tersebut dari bangsawan apakah tidak, apabila dari mangsawan maka mahar nya pun akan semakin tinggi.

Dilihat dari sisi pendidikan wanita tersebut, biasanya mahar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan wanita apabila jenjang pendidikan wanita itu tinggi, maka maharnyapun oleh orang tua wanita akan menetapkan tinggi mahar anaknya.

Dilihat dari keluarga perempuan apakah orang tuanya merupakan orang kaya apa hanya masyarakat biasa, hal ini biasa dilihat dari sisi apakah orang tua dari wanita tersebut sudah menunaikan ibadah Haji apakah belum, maka mahar yang ditetapkan untuk anaknya pun akan semakin tinggi.

Dari hasil wawancara penulis dengan H. Iqbal. S, penulis mendapatkan data bahwasannya dalam adat perkawinan suku bugis mahar biasa juga disebut uang Panai, Uang Balanca (uang belanja) dan sompa. Ini biasa berbeda persepsi dalam kalangan suku Bugis sendiri dalam engartikan mahar tersebut.

45 BAB IV

Dokumen terkait