• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian penyakit BPB pada lada diupayakan dengan membangun ketahanan tanaman. Induksi ketahanan bisa terjadi karena rangsangan senyawa kimia dan ini mungkin terjadi dari ekstrak bahan tanaman. Penelitian bertujuan untuk menganalisis ketahanan tanaman terhadap infeksi P. capsici setelah diberi perlakuan ekstrak kompos dan limbah kulit kopi segar. Percobaan dilakukan di rumah kaca. Perlakuan ekstrak bahan tanaman (kompos dan limbah kulit kopi segar) dilakuan dengan merendamkan akar selama 1 jam dan juga disiramkan melalui daun, sedangkan inokulasi patogen dilakukan dengan merendamkan akar dalam suspensi propagul P. capsici. Pengamatan tinggi tanaman, keparahan dan kejadian penyakit dilakukan selang 15 hari selama 105 hari. Rancangan penelitian menggunakan acak lengkap dengan 3 ulangan. Penekanan penyakit hanya berlangsung sampai 30 hari setelah inokulasi terjadi pada perlakuan pemberian ekstrak cair bahan tanaman yang kosentrasinya tinggi, setelah itu penyakit terus berkembang. Adanya penghambatan serangan patogen terlihat dari lebih lama masa inkubasi penyakit dan indek penekanan penyakit. Perlakuan ekstrak cair bahan tanaman, terutama yang berasal dari kompos cenderung memperbaiki pertumbuhan akar tidak terhadap tinggi tanaman dan hal ini yang menjadikan tanaman menjadi lebih tahan terhadap infeksi P. capsici melalui akar.

Kata kunci: akar, AUDPC, kepekatan ekstrak, kompos, penekanan penyakit. Pendahuluan

Kopi merupakan komoditas perkebunan ekspor yang potensial bagi Indonesia. Luas area 6 400,47 ha dapat menghasilkan 6 735 000 kg kopi dengan limbah kulit kopi kurang lebih 16 837 500 kg. Kulit kopi merupakan limbah yang berasal dari perkebunan kopi yang belum digunakan secara produktif sehingga mempunyai potensi sebagai sumber pencemar lingkungan (Ditjenbun 2012).

Limbah berupa kulit kopi adalah produk sampingan utama yang dihasilkan dari pengolahan kopi. Kandungan limbah kulit kopi berupa zat yang bersifat racun terhadap tanaman. Limbah dan senyawa organik dapat mempengaruhi tanah, kualitas air dan membatasi pertumbuhan tanaman. Limbah kulit kopi mengandung bahan organik yang bisa terurai dan mineral lainnya yang cukup tinggi. Untuk bisa dimanfaatkan maka bahan organik yang berasal dari tumbuhan harus terlebih dahulu melalui pengomposan (Preethu et al. 2007).

Sebagai limbah organik, limbah kulit kopi kaya nutrisi untuk tanaman. Kompos yang dihasilkan dari limbah kulit kopi dapat menjadi sumber nutrisi yang bagus dan bermanfaat bagi tanaman. Kasongo et al. (2010) mengutarakan bahwa aplikasi limbah kulit kopi secara signifikan meningkatkan fraksi air tanah dari

53% menjadi 60%. Limbah kulit kopi dapat meningkatkan Mn, mobilitas Fe memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan pengapuran, pupuk NPK dan memiliki manfaat meningkatkan retensi air dan nutrisi.

Zhang et al. (1998) mengemukakan proses dekomposisi yang cepat dan matang mengakibatkan patogen tular tanah Pythium dan Phytophthora spp. terhalang aktivitasnya oleh kelompok bakteri yang berperanan sebagai agensia hayati di dalam campuran tanah kompos. Gliocladium virens merupakan suatu organisme biokontrol potensial dan penting untuk mengendalikan beberapa patogen tular tanah (Papavizas 1985). Phytophthora merupakan salah satu spesies yang dapat dipengaruhi oleh mikroorganisme tanah. Hasil antagonisnya menyebabkan perkembangbiakan fungi terhalang. Bentuk antagonis yang terjadi bisa parasit, amensalisme, kompetisi atau perpaduan keduanya. Terjadi di tanah dan dalam rizosfer spesies tanaman. Tingkat penekanan penyakit yang disebabkan oleh Phytopthora bervariasi sangat tergantung dengan tipe tanah dan cara pelaksanaannya (Malajzuk 1983). Keefektifan kompos sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, aerasi, kadar air bahan, suhu, nisbah C/N dan aktvitas mikroba.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis ketahanan lada terhadap serangan P. capsici setelah diberi perlakuan ekstrak cair kompos dan limbah kulit kopi. Manfaat yang bisa diperoleh adalah paket teknologi berupa ekstrak cair kompos dan limbah kulit kopi yang dapat meningkatkan ketahanan lada terhadap serangan P. capsici.

Metode

Percobaan untuk melihat pembentukan induksi ketahanan lada akibat perlakuan kompos dan limbah kulit kopi segar dilakukan dengan metoda split root sistem dan juga pemberian melalui daun. Induksi yang diharapkan terbentuk pada lada berasal dari senyawa kimia yang berasal dari kompos dan limbah kulit kopi segar. Untuk keperluan ini maka diperlukan ekstrak yang bebas dari mikroba. Pembuatan Ekstrak Cair dari Kompos dan Limbah Kulit Kopi Segar

Ekstraksi bahan tanaman (kompos dan limbah kulit kopi segar) dilakukan dengan metoda maserasi yang dikembangkan oleh Tan (1986). Masing-masing bahan tanaman (kompos dan limbah kulit kopi segar) direndam dalam aquades steril selama 30 menit dengan perbandingan 1:1 (w/v). Penyaringan dilakukan dalam dua tahap, pembuangan padatan menggunakan kertas saring Whatman no 400 dan tahap berikutnya untuk membuang kandungan mikroba. Sebelum dilakukan penyaringan terlebih dahulu diaduk agar senyawa kimia terlepas ke dalam aquades. Penyaringan untuk mengeliminasi mikroba dilakukan menggunakan kertas milipor ukuran 0,45 μm dengan menggunakan pompa vakum. Ekstrak cair yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk perlakuan.

Pembuatan Ekstrak dari Kompos dan Kulit Kopi Segar

Kompos kulit kopi dan limbah kulit kopi segar dihaluskan sampai menjadi tepung. Ekstrak dipersiapkan dengan mencampur tepung dengan aquades steril. Pencampuran yang dilakukan sesuai dengan perlakuan pemberiannya pada bibit lada. Perlakuan yang dimaksud, baik ekstrak kompos kulit kopi dengan per- bandingan antara tepung dengan aquades sebesar 1:1, 1:2, 1:3 dan 1:4 (w/v).

Sebelum digunakan campuran ini disaring untuk membuang tepung yang tidak terlarut.

Penyiapan Inokulum P. capsici

Isolat cendawan P. capsici yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil isolasi lapangan dan koleksi laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Bogor. Isolat P. capsici diperbanyak pada media V8 juice. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama 7 hari sebelum digunakan dalam pengujian inokulasi P. capsici (Manohara 2005).

Pembuatan media V8 memerlukan bahan yaitu 200 ml V8, 3 sampai 3.5 g CaCO3, agar 15 g yang dilarutkan ke dalam 800 ml aquades. Media tanpa CaCO3

dipanaskan terlebih dahulu dengan menggunakan api sedang kemudian disaring dan direbus kembali sambil mendidih. Api lalu dikecilkan, CaCO3 dimasukkan

saat larutan media hangat. Media tersebut kemudian disterilisasi menggunakan autoclave dengan tekanan 1 atm pada suhu 121oC selama 15 menit (Shurtleff dan Awerre 1997).

Persiapan Tanaman Perlakuan Pemberian Ekstrak Cair Bahan Tanaman Perbanyakan tanaman lada dilakukan dengan menggunakan stek 1 ruas varietas Natar 1. Tanah yang digunakan media tanam bibit lada adalah campuran tanah dan pupuk kompos steril. Sterilisasi tanah menggunakan uap panas. Perbandingan tanah dan pupuk kandang yang digunakan adalah 2:1 (v/v). Media tanah yang digunakan mempunyai pH 5 sampai 7. Stek di tumbuhkan dalam polibag sampai berumur 5 bulan (tanaman yang sudah siap di pindahkan). Masing-masing tanaman kemudian dipindahkan ke dalam polibag berdiameter 25 cm yang di dalamnya sudah di masukkan dua buah wadah plastik berukuran 250 ml. Akar dari setiap tanaman di bagi dua. Masing-masing bahagian akar di masukkan ke dalam wadah plastik yang sudah dipersiapkan di dalam polibag yang akan digunakan sebagai wadah media tanam. Satu bagian akar tanaman lada dimasukan dalam wadah yang diberi ekstrak cair kompos dan ekstrak cair kulit kopi segar sesuai dengan perlakuan. Masing-masing wadah tersebut dituangkan ekstrak cair kompos atau ekstrak cair limbah kulit kopi segar sebanyak 100 ml per tanaman sesuai perlakuan. Sementara itu satu bagian lain akar tanaman diinokulasikan dengan suspensi biakan P.capsici. Polibag kemudian di isi dengan pasir steril sampai penuh sebagai media tanam Seminggu setelah pemberian perlakuan tersebut, pada permukaan media tanam dalam polibag kembali diinokulasikan suspensi P.capsici dengan cara menyiramkan secara merata. Pada perlakuan pemberian ekstrak melalui daun, bibit lada langsung ditanam dalam polibag.

Rancangan Penelitian

Percobaan induksi ketahanan melalui senyawa kimia yang terkandung dalam kompos dan limbah kulit kopi segar di akar tanaman lada menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 7 tanaman. Perlakuan yang dicobakan meliputi:

a. Pemberian ekstrak cair kompos perbandingan 1:1 b. Pemberian ekstrak cair kompos perbandingan 1:2

c. Pemberian ekstrak cair limbah kulit kopi segar perbandingan 1:1 d. Pemberian ekstrak cair limbah kulit kopi segar perbandingan 1:2

e. Pemberian fungisida mankozeb f. Kontrol

Pada perlakuan ini menggunakan metoda ekstraksi dengan cara maserasi dan pelarutan tepung di lakukan melalui daun tanaman lada. Pada metode maserasi membuat ekstrak cair masing-masing bahan tanaman perbandingan 1:1 dilakukan dengan menambahkan aquades steril ke dalam ekstrak cair hasil ekstraksi dengan perbandingan 1:1 (v/v). Untuk perbandingan 1:2 maka aquades steril yang ditambahkan sebanyak 2 bagian. Metode pelarutan tepung dilakukan dengan mencampur tepung kompos atau kulit kopi segar dengan aquades.

Perbandingan komposisi campuran tepung dan aquades adalah 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4 berdasarkan berat : volume (g/ml). Perlakuan penggunaan tepung dalam membentuk induksi ketahanan terhadap P. capsici adalah:

a. Komposisi tepung kompos/ kulit kopi segar dan aquades 1:1 b. Komposisi tepung kompos/ kulit kopi segar dan aquades 1:2 c. Komposisi tepung kompos/ kulit kopi segar dan aquades1:3 d. Komposisi tepung kompos/ kulit kopi segar dan aquades 1:4 e. Fungisida mankozeb

f. Kontrol, hanya disemprotkan dengan aquades.

Pada percobaan pemberian tepung kompos atau tepung kulit kopi melalui daun menggunakan rancangan acak kelompok dengan menggunakan ulangan 5. Tiap satuan percobaan terdiri dari 10 tanaman. Pemberian ekstrak dilakukan dengan cara menyemprotan di bagian daun bibit lada yang berumur 5 bulan sebanyak 100 ml/tanaman sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Selama penyemprotan pada permukaan media dalam polibag ditutup dengan kertas agar cairan semprot tidak jatuh ke media tanam.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap infeksi P.capsici pada tanaman lada mulai 15 hari setelah perlakuan sampai 105 hari setelah perlakuan. Parameter yang diamati meliputi agronomis (tinggi tanaman, panjang akar, berat basah akar dan berat kering akar), perkembangan penyakit meliputi kejadian penyakit, keparahan penyakit, masa inkubasi, AUDPC dan indek penekanan penyakit. Induksi ketahanan diukur berdasarkan analisa peroksidase (unit/mg protein) dan analisis jaringan daun .

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi mulai pangkal batang sampai bagian pucuk. Sedangkan panjang akar diukur pada akhir penelitian dengan terlebih dahulu membongkar perakaran lada. Pengukuran dilakukan mulai pangkal batang sampai ujung akar terpanjang. Berat basah akar dilakukan dengan menimbang seluruh akar tanaman pada setiap satuan percobaan. Pengukuran berat kering akar dilakukan setelah akar dikering oven selama 48 jam pada suhu 700C.

Kejadian penyakit diamati dengan mencatat tanaman yang bergejala di antara tanaman-tanaman yang mendapat perlakuan yang sama pada masing- masing unit percobaan. Nilai keparahan penyakit ditetapkan menggunakan rumus:

KP = Kejadian Penyakit

n = Jumlah tanaman yang menunjukkan gejala N = Jumlah tanaman yang diamati

Penilaian keparahan penyakit dilakukan dengan interval waktu 15 hari, mulai hari ke 15 setelah diinokulasi dengan P. capsici. Penentuan tingkat keparahan penyakit dilakukan dengan mengamati bercak yang terbentuk pada daun. Nilai keparahan penyakit ditentukan menggunakan rumus:

KP = Keparahan penyakit

ni = Jumlah tanaman yang terinfeksi pada setiap kategori sesuai skor vi = Nilai numerik masing-masing kategori serangan

Z = Nilai numerik kategori serangan skor tertinggi N = Jumlah tanaman yang diamati.

Tabel 5.1 Nilai skoring gejala BPB P. capsici pada tanaman lada Skala Skoring Gejala

0 Tanaman sehat

1 1 % - 25% gejala daun menguning 2 26 % - 50% gejala layu

3 51 % - 75% gejala layu daun hitam 4 > 76 % daun mulai rontok Sumber : Holliday dan Mowat (1963).

Selain nilai keparahan penyakit, dihitung nilai AUDPC (Area Under Disease Progress Curve) untuk melihat perkembangan penyakit. Rumus AUDPC dihitung berdasarkan rumus Van der Plank (1963) dalam Cooke et al. (2006)

Dengan yi+1 = Data pengamatan ke-i +1

yi = Data pengamatan ke-i

ti +1 = Waktu pengamatan ke-i +1

ti = Waktu pengamatan ke-i

Dilakukan pula perhitungan terhadap index penekanan penyakit (keefektifan pengendalian) dengan rumus:

Dib = AUDPC pada perlakuan agens hayati Dic = AUDPC pada perlakuan kontrol

Hasil dan Pembahasan

Pemberian Ekstrak Cair Kompos dan Kulit Kopi Melalui Akar Untuk Menekan Infeksi P. capsici

Pengendalian penyakit busuk pangkal batang lada masih terus saja dilakukan dan diantaranya adalah menggunakan ekstrak cair kompos dan limbah kopi. Pemberian ekstrak cair ini mempunyai kemampuan dalam meningkatkan ketahanan tanaman. Bibit lada yang digunakan dalam penelitian semuanya menunjukkan terserang oleh P. capsici, namun ada diantaranya perkembangan serangan mengalami penghambatan. Penghambatan perkembangan serangan bisa dilihat dari nilai AUDPC yang lebih rendah dibandingkan kontrol atau dari grafik

perkembangan keparahan penyakit (Gambar 5.1) sejak diinokulasi dengan P. capsici. Sebelum diinokulasi tanaman mendapat perlakuan pemberian ekstrak

cair kompos dan ekstrak cair limbah kulit kopi. Nilai yang tinggi pada AUDPC menandakan ketidak mampuan tanaman menghambat perkembangan penyakit (Lampiran 19 dan 20).

Tabel 5.2. Penekanan serangan P. capsici pada bibit lada setelah diberi ekstrak kompos dan ekstrak limbah kulit kopi.

Pelakuan AUDPC Efektifitas Pengendalian (%) Rerata Keparahan (%) Rerata Kejadian (%) Masa Inkubasi (Hari) Ekst. Kompos 1:1 3218,00 35,53 60,42 a 62,50 a 18,00 Ekst. Kompos 1:2 4781,03 -2,24 95,83 a 100,00 a 9,00

Ekst. Limbah kopi 1:1 2866,95 18,87 76,04 a 79,17 a 23,00 Ekst. Limbah kopi 1:2 4663,80 1,08 92,71 a 95,83 a 10,00

Fungisida 3062,40 28,87 66,67 a 66,67 a 10,00

Kontrol 3739,15 93,73 a 87,50 a 7,00

Keterangan: Perlakuan kontrol digunakan sebagai pembandingan pada pengukuran efektivitas pengendalian

Ketahanan tanaman terhadap patogen ditandai antara lain oleh kecepatan infeksi atau masa inkubasi dan perkembangan penyakit. Pemberian ekstrak kompos ataupun ekstrak limbah kulit kopi dapat meningkatkan ketahanan lada terhadap serangan P. capsici sehingga perkembangannya dapat tertekan. Merujuk pada Tabel 5.2 terlihat bahwa baik perlakuan pemberian ekstrak kompos dan limbah kulit kopi dapat menekan perkembangan penyakit BPB. Penekanan ini bisa dilihat dari efektivitas pengendalian yang bernilai positif. Konsentrasi pemberian ekstrak cair kompos dan limbah kulit kopi jika diturunkan menyebabkan kemampuan menekan penyakit hilang, bahkan menjadi lebih rentan dibandingkan dengan kontrol. Peran pemberian ekstrak, baik dari kompos dan

limbah kopi segar pada akar dalam menekan serangan P. capsici akan berkurang jika konsentrasinya diencerkan. Untuk bisa menekan serangan P. capsici memerlukan tambahan kompos yang cukup banyak. Penambahan kompos yang berasal dari bahan tanaman pada tanah yang kandungan C-organik tergolong sedang dapat mengurangi infeksi P. capsici pada cabai paperika (Gilardi 2013).

Gambar 5.1. Perkembangan keparahan dan kejadian penyakit BPB pada lada karena perlakuan ekstrak cair kompos dan ekstrak cair limbah kulit kopi.

Pemberian ekstrak kompos ataupun limbah kulit kopi terlihat hanya bersifat menghambat pada awal serangan, tetapi kemudian meningkat. Hal ini terjadi pada semua perlakuan (Gambar 5.1), baik terhadap keparahan maupun kejadian penyakit. Pada kondisi yang demikian dapat dikatakan bahwa peran pemberian ekstrak kompos atau limbah kulit kopi sama seperti perlakuan fungisida. Peran penghambatan infeksi terlihat dari lama masa inkubasi, ekstrak kompos dan

0 20 40 60 80 100 15 30 45 60 75 90 105 Ke pa ra ha n pe ny akit (% )

Hari setelah perlakuan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 15 30 45 60 75 90 105 Ke jadia n pe ny akit (% )

Hari setelah perlakuan

Ekstrak Kompos 1:1 Ekstrak kompos 1:2 ekstrak kulit kopi 1:1 ekstrak kulit kopi 1:2 Fungisida (F) Kontrol (Ko)

limbah kulit kopi konsentrasi tinggi terlihat lebih lama dibandingkan kontrol ataupun perlakuan fungisida (Tabel 5.2).

Pemberian ekstrak cair dari kompos ataupun limbah kulit kopi diharapkan dapat membangun resistensi sistemik pada bibit lada. Berdasarkan data yang diperoleh hal ini tidak terlihat, serangan P. capsici terus berkembang tanpa mengalami penghambatan. Terbentuknya ketahanan yang sifatnya terinduksi tidak terlalu tergantung pada konsentrasi pemberian senyawa penginduksi, tetapi tergantung pada jenis senyawanya. Pemberian asam salisilat dan etefon akan cepat meningkatkan tingkat ketahanan sistemik tanaman dibandingkan metil jasmonat. Meningkatnya ketahanan pada Capsicum chinense ditandai dengan meningginya konsentrasi CcNR (nitrat reduktase di tanaman C. chinense). Pembentukan CcNR tersebut bisa juga karena dirangsang oleh fitohormon (Caamal-Chan et al. 2011).

Pada perkembangan selanjutnya kemungkinan besar tidak ada lagi pengaruh pemberian ekstrak kompos dan limbah kulit kopi dalam mempengaruhi perkembangan penyakit. Pengaruh yang didapatkan dari ekstrak kompos bersifat melindungi akar dari infeksi P. capsici, masih belum bisa membangun ketahanan tanaman yang bersifat sistemik. Peran yang diperlihatkan hampir sama dengan pemakaian fungisida dalam mempengaruhi serangan P. capsici. Pada akhir penelitian terlihat tidak ada perbedaan rerata keparahan dan kejadian penyakit akibat semua perlakuan (Tabel 5.2). Untuk penggunaan selanjutnya maka pemberian ekstrak cair kompos dan ekstrak cair limbah kulit kopi perlu diulang dalam pemberiannya. Pengaruh positif dalam meningkatkan pengaruh pemakaian pupuk anorganik pada melon karena menggunakan kompos cair yang pemakaiannya diulang setiap minggu (Naidu et al. 2012).

Pertumbuhan Tanaman Akibat Pemberian Ekstrak Cair Kompos dan Limbah Kulit Kopi pada Lada yang Terserang P. capsici

Melihat pertumbuhan bibit lada yang diberi perlakuan ekstrak kompos dan ekstrak kulit kopi, terutama dibahagian perakaran memperlihatkan perbedaan dibandingkan dengan control (Tabel 5.3). Pada penelitian yang dilakukan oleh Naidu et al. (2012) pemberian pupuk dosis penuh pada melon di rumah kaca tidak sampai menambah kandungan klorofil daun, jumlah bunga, jumlah buah yang jadi dan AUDPC serta keparahan penyakit embun tepung. Tetapi dengan penambahan ekstrak kompos dari bahan tanaman dapat menyebabkan perubahan yang berarti, mengurangi keparahan penyakit 21% sampai 38%, memperbaiki ukuran dan kualitas buah. Kualitas ekstrak kompos tergantung pada jenis bahan asal. Pada ekstrak kompos yang terbuat dari bahan limbah hijauan mengandung hormon sitokinin dan asam absisi tetapi tidak mengandung asam giberelin. Keadaannya terbalik pada kompos yang berasal dari kotoron ayam yang mengandung asam giberelin. Hal ini terlihat dari berat kering bagian atas tanaman yang lebih besar akibat pemberian ekstrak kompos dari kotoran ayam dibandingkan ekstrak kompos dari limbah hijauan. Ekstrak kompos dari limbah hijauan menyebabkan perkembangan akar yang lebih baik (Pant et al. 2012).

Ada indikasi bahwa pemberian ekstrak cair kompos yang kosenterasi tinggi pada bibit lada menghasilkan hormon pertumbuhan, sehingga menyebabkan panjang akar meningkat dibandingkan kontrol. Akibat infeksi oleh P. capsici tidak sampai menyebabkan penurunan pada panjang dan berat basah akar. Rerata panjang akar antara bibit lada yang diinokulasi dan tanpa diinokulasi P. capsici

setelah diberi ekstrak kompos yang pekat tidak menunjukkan perbedaan berdasarkan uji t. Tetapi jika panjang akar yang terserang P. capsici dibandingkan dengan tanaman kontrol (tanpa diinokulasi P. capsici) menunjukkan lebih panjang dan saling berbeda (Tabel 5.4).

Tabel 5.3 Rerata tinggi tanaman, panjang dan berat akar lada yang terserang P. capsici karena perlakuan pemberian ekstrak cair kompos dan

limbah kulit kopi

Perlakuan Rerata Keparahan (%) Tinggi Tanaman (cm) A k a r Panjang (cm) Berat Basah (gram) Berat Kering (gram) Eks. Kompos 1:1 60,42 a 34,25 a 22,94 ab 1,17 ab 0,44 ab Ekst. Kompos 1:2 95,83 a 25,19 a 18,22 bc 0,90 abc 0,29 bc Ekst. Limbah kopi 1:1 76,04 a 35,73 a 17,72 c 0,80 bc 0,34 b Ekst. Limbah kopi 1:2 92,71 a 25,55 a 16,66 c 0,60 c 0,32 bc

Fungisida 66,67 a 36,24 a 23,70 a 1,33 a 0,58 a

Kontrol 93,73 a 25,86 a 13,47 c 0,56 c 0,16 c

Pontensi meningkatkan ketahanan tanaman dengan cara pemberian ekstrak cair kompos besar, karena akar relatif tidak terganggu pertumbuhannya walaupun terserang P. capsici. Seperti diketahui umumnya seranga P. capsici yang dikenal sebagai patogen tular tanah tersebut menyerang daerah perakaran lada.

Tabel 5.4 Uji beda pada akar bibit lada setelah diberi ekstrak cair kompos dan limbah kulit kopi akibat infeksi P. capsici

Perlakuan Tidak diinokulasi

(m)

Diinokulasi (m) Ket. Panjang akar:

Ekst. cair kompos 1:1 Ekst. cair kompos 1:2

Ekst. cair limbah kulit kopi 1:1 Ekst. cair limbah kulit kopi 1:2 Fungisida Kontrol 22,94 18,22 17,22 16,66 23,70 13,47 16,70 11,20 10,34 11,92 15,88 10,86 ns * ** ** ns ns Berat basah akar:

Ekst. cair kompos 1:1 Ekst. cair kompos 1:2

Ekst. cair limbah kulit kopi 1:1 Ekst. cair limbah kulit kopi 1:2 Fungisida Kontrol 1,17 0,917 0,658 0,799 1,330 0,562 0,706 0,382 0,364 0,506 0,708 0,386 ns ns ns ** * Ns Panjang akar:

Ekst. cair kompos 1:1 Ekst. cair kompos 1:2

Ekst. cair limbah kulit kopi 1:1 Ekst. cair limbah kulit kopi 1:2 Fungisida Kontrol di inokulasi P. capsici 16,70 11,20 10,31 11,93 11,88 Kontrol (diinokulasi Patogen) 10,86 10,86 10,86 10,86 10,86 ** ns ns ns ns

Perubahan pada akar cabai yang tergolong rentan terhadap P. capsici terlihat mulai terjadi pembusukan pada hari ke 7 setelah inokulasi. Sel-sel akar mengalami lesio dan semakin jumlah lesio semakin bertambah. Selain itu terjadi kerusakan pada membran sel yang dilanjutkan dengan jaringan menjadi lunak, menurunkan konduktivitas membran (Vandana 2014). Akibat pemberian ekstrak kompos atau limbah kulit kopi, terutama yang kosenterasi tinggi tidak sampai mempengaruhi kerusakan pada akar, berbeda hasilnya dengan perlakuan kontrol. Tetapi kerusakan akar yang relatif kecil tersebut tidak sampai mempengaruhi tinggi tanaman (Tabel 5.4).

Hubungan Mekanisme Ekstrak Kompos dan Kulit kopi Terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Tanaman Lada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada oleh masing-masing ekstrak kompos dan kulit kopi ditentukan oleh beberapa mekanisme (Tabel 5.5.) Mekanisme kerja masing- masing ekstrak mengarah pada mekanisme induksi ketahanan tanaman berdasarkan 1. Peningkatan variabel-variabel yang merupakan indikator induksi ketahanan tanaman, yaitu : peningkatan aktifitas enzim pertahanan (peroksidase), peningkatan kandungan analisis jaringan daun NPK; 2. Produksi senyawa- senyawa yang dapat berperan sebagai “elicitor” induksi ketahanan sistemik tanaman oleh ekstrak yang direndamkan pada akar tanaman lada. Kualitas ekstrak ditentukan oleh : 1) efisiensi ekstrak hara 2) aktivitas mikroba 3) fitohormon dan 4) Total kandungan nutrisi dari ekstrak (Anna et al. 2014).

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa ekstrak kompos pekat mempunyai mekanisme kerja lebih baik dibandingkan ekstrak kulit kopi pekat, ekstrak kulit kopi encer, ekstrak kompos encer dan mancozeb. Ekstrak kompos pekat secara fisiologis menghasilkan hormon pertumbuhan, mikroorganisme hidup dan mampu meningkatkan aktivitas peroksidase.Perlakuan limbah kopi untuk meningkatkan sifat fisik kimia, juga mampu meningkatkan pH tanah dan C organik memberikan kontribusi terhadap peningkatan yang signifikan dalam kapasitas tukar kation. Limbah kopi memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan pengapuran, pupuk NPK dan memiliki manfaat juga meningkatkan retensi air dan nutrisi. (Kasongo et al. 2010).

Tabel 5.5 Mekanisme kerja ekstrak kompos dan kulit kopi dalam mengendalikan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman lada

Variabel Analisis jaringan daun (%) Peroksidase (unit/mg protein)

N (%) P(%) K(%) AUDPC

Ekst.cair kompos 1:1 3,10 0,21 3,01 0,316400 3218,00

Ekst. cair kompos 1:2 2,89 0,19 2,67 0,212480 4781,03

Ekst. cair limbah kulit kopi 1:1 2,90 0,21 2,79 0,278560 2866,95

Ekst. cair limbah kulit kopi 1:2 2,59 0,20 2,72 0,234880 4663,80

Fungisida 2,43 0,18 2,84 0,241120 3062,40

Semua mekanisme diatas diduga bersinergi untuk mendukung aktifitas pengendalian ekstrak ini terhadap busuk pangkal batang pada tanaman lada.

Dokumen terkait