• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi tentang kondisi umumpanti asuhan putri aisyiyah tuntang. BAB IV: Efektivitas Penerapan Metode Iqro’ Terhadap

Keterampilan Membaca Al-Qur’an pada Anak Panti Asuhan Putri

Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang

Bab ini berisi pembahasan tentang konsep penerapan metode iqro‟ di panti asuhan puti aisyiyah tuntang, tingkat keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak panti asuhan putri aisyiyah tuntang, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam efektivitas penerapan metode iqro‟ terhadap keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak panti asuhan putri aisyiyah tuntang, dan cara mengatasi faktor-faktor yang menghambat dalam efektivitas penerapan metode iqro‟ terhadap keterampilan membaca Al-Qur‟an pada anak panti asuhan putri aisyiyah tuntang.

Bab V : Penutup

BAB II

METODE IQRO’ DAN KETERAMPILAN MEMBACA AL-QUR’AN

A. Metode Iqro’

1. Pengertian Metode Iqro’

Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Metode juga dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaian materi dengan menggunakan bentuk tertentu, seperti ceramah, diskusi (halaqah), penugasan dan cara-cara lainnya (Roqib. Moh, 2009: 91). Senada dengan Roqib, menurut Nuha (2012:159) metode adalah seperangkat cara, rencana, jalan, dan sistematika yang ditempuh untuk menyajikan bahan-bahan pelajaran dalam sebuah proses belajar dan mengajar.

Metode adalah cara yang telah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.

(http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_ info497.html diakses pada hari jum‟at, 20 September 2013 pukul 11.30)

Berdasarkan penjabaran mengenai metode di atas, penulis menyimpulkan bahwa metode adalah langkah-langkah yang telah

direncanakan dan diatur guna menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mencapai suatu maksud dan tujuan tertentu.

Dalam kegiatan belajar dan mengajar, sangat penting bagi seorang guru mempunyai berbagai metode.Ia harus mempunyai wawasan yang luas tentang bagaimanakah kegiatan belajar-mengajar itu terjadi, dan langkah-langkah apakah yang harus ia tempuh dalam kegiatan tersebut. Jika seorang guru tidak mempunyai metode dalam mengajar, apalagi tidak menguasai materi yang hendak disampaikan, maka kegiatan belajar dan mengajar tersebut tidak akan maksimal, bahkan cenderung gagal.

Bagi seorang guru, wawasan belajar dan mengajar ini sebenarnya merupakan garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Jadi, seorang guru harus paham dan menguasai metode secara total.

Adapun fungsi dari metode menurut Nuha (2012:160) terbagi menjadi beberapa bagian. Diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Metode sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik

Menurut Sardiman (dalam Nuha, 2012:160) bahwa yang dimaksud dengan alat motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena ada pengaruh dari luar.Biasanya, ini sangat erat hubungannya dalam penggunaan metode oleh guru yang bermacam-macam atau lebih dari satu dalam kegiatan

pembelajaran.Hal ini dikarenakan dalam penggunaan metode yang bervariasi itu, dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik. b. Metode sebagai Strategi Pengajaran

Sebagai seorang guru harus mengerti bahwa kemampuan daya serap anak atau peserta didik itu berbeda antara satu dengan yang lainnya.Oleh karena itulah, dalam menjalankan kegiatan pembelajaran, guru perlu menggunakan metode yang tepat guna menyikapi fenomena ini.

Selain itu, anak mudah bosan jika setiap kali pembelajaran berjalan stagnan dan kaku.Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus menguasai serta memiliki strategi agar anak dapat belajar dengan efektif dan efisien, dan mereka juga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

c. Metode sebagai Alat untuk Mencapai Tujuan

Tujuan adalah inti dari setiap kegiatan pembelajaran.Tujuan ini merupakan goal getter yang terakhir dari sebuah interaksi pembelajaran antara guru dan siswa.Pedoman ini berfungsi sebagai pemberi arahan kegiatan belajar mengajar.Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran ini, pastilah guru seringkali melakukan dan mengembangkan inovasi dari dalam kegiatan belajar dan mengajar. Salah satu usaha yang dilakukan oleh guru tersebut adalah mengembangkan metode pembelajaran yang digunakan.Hal ini karena metode adalah salah satu alat untuk mencapai sebuah tujuan

pembelajaran.Selain itu, metode adalah sebagai pelicin jalan pengajaran menuju tercapai tujuan yang telah dipetakan sebelumnya.Oleh karena itu, wajiblah bagi guru untuk menggunakan dan mengembangkan metode dalam kegiatan pembelajaran.Sehingga, metode tersebut dapat dijadikan sebuah alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Penggunaan sebuah metode pembelajaran yang selama ini dipakai dan digunakan oleh guru dalam proses belajar-mengajar bukanlah sebuah hal yang asal pakai. Akan tetapi, dalam penggunaannya, tentu telah melalui tahap, penilaian, dan pemilihan yang ketat.

Adapun pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang akan dipakai oleh seorang guru dalam belajar dan mengajar ini tentunya berkaitan erat dengan nilai strategi metode, efektivitas penggunaan metode, dan lain sebagainya. Dalam sebuah kegiatan pembelajaran, tentunya terjadi sebuah interaksi edukatif antara guru dan siswa sebagai sasaran didik.Oleh karena itu, dalam penyampaian bahan dan materi pelajaran, seorang guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang tepat.Di sinilah kehadiran metode menempati posisi yang sangat sentral dan urgen dalam penyampaian bahan dan materi pelajaran.

Pemilihan metode yang kurang tepat akan menyebabkan kegagalan dalam sebuah pembelajaran. Biasanya, kegagalan

pembelajaran ini karena metode yang dipakai tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan ditargetkan sebelumnya.Oleh karena itulah, metode memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar dan mengajar.Adapun nilai strategis tersebut adalah pengaruh dari metode terhadap berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

Sebelum membicarakan tentang metode iqro‟, terlebih dahulu akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan iqro‟. Iqro‟ adalah nama judul sebuah buku berisi tuntutan belajar membaca Al-Qur‟an dengan cara baru yang berbeda dengan cara-cara lama (Budiyanto, 1995:3).

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian metode dan iqro‟ di atas dapat disimpulkan bahwa metode iqro‟ adalah suatu strategi dalam menyampaikan materi baca tulis Al-Qur‟an dalam upaya menarik minat siswa untuk belajar dan mempermudah anak dalam mempelajarinya.

2. Penerapan Metode Iqro’

Cara belajar membaca Al-Qur‟an dengan model iqro‟ ini pernah dijadikan proyek oleh Departemen Agama RI sebagai upaya untuk mengembangkan minat baca terhadap kitab suci Al-Qur‟an.Meski demikian, harus diakui bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan juga kelemahannya sendiri.

Metode iqro‟ disusun dalam bentuk jilid mulai dari jilid 1-6.Jilid-jilid tersebut disusun berdasarkan urutan dan tertib materi yang

harus dilalui secara bertahap oleh masing-masing anak, sehingga jilid 2 adalah kelanjutan dari jilid 1, demikian seterusnya sampai selesai jilid 6. Bila anak yang telah menyelesaikan jilid 6, bila mengajarkannya sesuai dengan petunjuk, dapat dipastikan bahwa ia telah mampu membaca Al-Qur‟an dengan benar (Budiyono, 1995:9).

Adapun isi materi dari masing-masing jilid tersebut menurut Budiyono (1995:9) adalah sebagai berikut:

a. IQRO‟ Jilid I

Pelajaran pada jilid I ini seluruhnya berisi pengenalan bunyi huruf-huruf tunggal berharokat fathah. Diawali dengan huruf a-ba‟

( َبَا)

ba‟-ta‟

( َت َب)

ba‟-ta‟-tsa

( َث َت َب)

dan seterusnya sampai bunyi huruf ya dan kemudian diakhiri dengan halaman EBTA. Pada jilid I ini terdapat lampiran “indeks huruf“ yang dimaksudkan untuk sekedar membantu titian ingatan bacaan-bacaan yang lupa.

Tiap halaman pada jilid I ini diawali dengan pokok bahasan yang terdapat dalam barisan pertama, kemudian lembar kerja yang terdapat dalam baris kedua, ketiga, dan seterusnya.Dan ditutup dengan semacam bahan remedial pada baris terakhir.

Bila kita perhatikan isi materi pada jilid I ini maka dapat diketahui bahwa target yang ingin dicapai adalah:

1. Anak bisa membaca dan mengucapkan secara fasih sesuai dengan makhrajnya huruf-huruf tunggalberharakat fathah. Dalam hal ini anak belum ditargetkan untuk mengenal

nama-nama huruf itu sendiri, seperti “alif, ba‟, ta‟ tsa” dan seterusnya.

2. Anak bisa membedakan secara tepat bunyi huruf-huruf yang memiliki makhraj berdekatan seperti antara:

 ع dengan ا

 س dengan ش

 س dengan ث b. IQRO‟ Jilid 2

Jilid 2 merupakan kelanjutan jilid I. kalau pada jilid I anak baru dikenalkan dengan bunyi huruf-huruf tunggal berharakat fathah,maka pada jilid 2 ini diperkenalkan dengan bunyi huruf-huruf bersambung berharakat fathah.Baik huruf-huruf sambung di awal, di tengah maupun di akhir kata.

Pada jilid 2 mulai diperkenalkan bacaan mad (panjang) namun masih tetap berharakat fathah. Mulai pada halaman ini, kepada anak mulai boleh dikenalkan nama huruf “alif” sebagai tanda bahwa bacaan huruf yang diikutinya dibaca panjang. Demikian juga nama tanda fathah, juga sudah boleh diperkenalkan kepada anak, baik fathah yang dibaca pendek maupun fathah yang dibaca panjang (fathah berdiri). Target yang ingin dicapai oleh jilid 2 ini adalah:

a) Meningkatkan kefasihan membaca bunyi huruf. b) Anak bisa membaca huruf-huruf sambung

c) Anak bisa membedakan bacaan pendek dan bacaan panjang dari fathah yang diikuti alif dan fathah berdiri.

c. IQRO‟ Jilid 3

Pada jilid 2 belum diperkenalkan bacaan-bacaan selain harakat fathah.Barulah awal pada jilid 3 ini, pada anak diperkenalkan bacaan kasroh.Karena anak telah mampu membedakan bentuk-bentuk huruf bersambung, maka pengenalan bacaan kasrah ini langsung huruf tunggal dan huruf sambung sekaligus.Di jilid 2, diperkenalkan bacaan kasrah panjang karena diikuti oleh huruf ya‟ sukun

(ْي)

. Disini ustadz diperbolehkan mengenalkan nama huruf ya‟

(ي)

dan nama tanda baca kasroh

(

ِ

)

dan sukun

(ْ)

.

Bacaan dlammah dikenalkan pada jilid 3 setelah anak faham betul dengan bacaan kasrah

(ِ)

dan fathah

(َ)

.Di halaman 19-nya langsung diperkenalkan bacaandlammah panjang karena diikuti oleh wawu sukun. Disini anak boleh dikenalkan nama huruf wau

(و)

dan tanda dlammah

(ُ)

, baik dlammah biasa maupun dlammah terbalik

(،)

sebagai tanda bacaan panjang. Materi latihan-latihan pada jilid 3 ini bertambah nikmat dibaca dan menggairahkan serta indah didengarnya, karena sudah berupa

potongan-potongan ayat Al-Qur‟an walaupun sederhana bentuknya.

Dengan demikian maka ada 4 target baru yang tercantum dalam jilid 3 ini, yaitu:

a) Anak mengenal bacaan kasrah, kasrah panjang karena diikuti ya‟ sukun dan kasrah panjang karena berdiri.

b) Anak mengenal bacaan dlammah, dlammah panjang karena diikuti wau sukun dan dlammah panjang karena terbalik.

c) Anak sudah mengenal tanda baca fathah, kasrah, dlammah, dan sukun.

d) Anak sudah mengenal nama-nama huruf alif

(ا)

, ya‟

(ي)

dan wau

(و)

.

d. IQRO‟ Jilid 4

Pelajaran pada jilid 4 ini diawali dengan bacaan fathah tanwin

(ً)

, kasroh tanwin

(ٍ)

, dlommah tanwin

(ٌ)

, bunyi ya‟ sukun dan wau sukun yang jatuh setelah harakat fathah, mim sukun, nun sukun, qalqalah, dan huruf-huruf hijaiyah lainnya yang berharakat sukun. Pada jilid 4 ini, anak sudah diperkenalkan dengan nama-nama semua huruf hijaiyah dan nama-nama-nama-nama tanda bacanya.

Didahulukannya bacaan qalqalah dari huruf-huruf sukun lainnya dimaksudkan agar sejak dini anak telah mampu menghayati bacaan qalqalah sehingga terbiasa dengan bacaan yang mestinya berqalqalah tetap dibaca qalqalah.

Dalam pelajaran bacaan tanwin, nun sukun, dan mim sukun, target yang ada pada jilid 4 ini baru memperkenalkan bacaan-bacaan idzhar. Sedangkan bacaan-bacaan yang lainnya, seperti idgham, iqlab, dan ikhfa‟ belum diperkenalkan sama sekali. Hal ini dapat dimengerti karena bacaan-bacaan selain idzhar itu adalah termasuk bacaan yang lebih sulit daripada bacaan idzhar. e. IQRO‟ Jilid 5

Isi materi jilid 5 ini sudah semakin komplek, antara lain secara berturut-turut diperkenalkan kepada anak:

a) Cara baca alif-lam qamariyyah

b) Cara baca akhir ayat atau tanda waqaf c) Cara baca mad far‟i

d) Cara baca alif lam syamsiyah

e) Cara baca nun sukun/tanwin bertemu huruf-huruf idgham bighunnah

f) Cara baca lam dalam lafadz jalalah

g) Cara baca nun sukun/tanwin bertemu huruf-huruf idgham bilaghunnah.

Satu hal yang perlu dicatat bahwa walaupun dalam jilid5 ini sudah mengandung bacaan-bacaan tajwid, namun kepada anak belum diperkenalkan nama-nama atau istilah-istilah dalam ilmunya atau mengerti teorinya.

Isi jilid 6 ini sudah memuat hampir semua persoalan tajwid, walaupun sebagaimana pada jilid 5, kepada anak belum boleh diperkenalkan ilmu-ilmu atau teori-teori tajwidnya.Ilmu tajwid baru boleh diajarkan setelah anak menyelesaikan IQRO‟ jilid 6 atau telah lancar membaca Al-Qur‟an.

Jilid 6 ini berisi pokok-pokok pelajaran:

a) Cara baca nun sukun atau tanwin bertemu huruf-huruf idgham bighunnah

b) Cara baca nun sukun atau tanwin bertemu huruf iqlab c) Cara baca nun sukun atau tanwin bertemu huruf-huruf ikhfa‟ d) Cara baca dan pengenalan tanda-tanda waqaf

e) Cara baca waqaf pada beberapa huruf/kata yang musykilat f) Cara baca huruf-huruf dalam fawatihussuwar.

Jilid 6 ini ditutup dengan pesan-pesan penting penyusun berupa kriteria seorang anak lulus dari IQRO‟ dan kemudian bisa melanjutkan tadarus Al-Qur‟an dari juz pertama. Dan bila dalam mengajarkan buku IQRO‟ sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ada, dapat dipastikan anak telah mampu membaca Al-Qur‟an dengan benar walaupun masih pelan.

Metode IQRO‟ telah membuktikan bahwa anak-anak usia TK yang dididik dalam TK Al-Qur‟an, dalam waktu 6-8 bulan telah sanggup diantarkannya mampu membaca Al-Qur‟an. Bahkan bagi anak yang cerdas dan didukung oleh lingkungan yang

menguntungkan, dalam waktu 2-4 bulan, anak usia 4-5 tahun bisa menyelesaikan IQRO‟ jilid 1-6.Kunci rahasiannya yaitu terletak pada sistem dan metodenya mengikuti prinsip berangsur-angsur.Belajar membaca IQRO‟ dilakukan secara privat (individual), artinya tiap anak dihadapi oleh seorang ustadz. Masing-masing anak mendapat jatah waktu 5-10 menit untuk belajar IQRO‟ dengan seorang ustadz, dengan cara bergantian (Budiyono, 1995:17).

B. Keterampilan Membaca Al-Qur’an

1. Keterampilan

Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar.Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan terampil (Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati Zahri,1991:2).

Pengertian keterampilan menurut Yudha dan Rudhyanto (2005: 7) “Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktifitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral)”. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Terdapat hubungan yang saling

mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan anak. Keterampilan anak tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan pada anak yaitu: keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial, jenis kelamin, dan rangsangan dari lingkungan.

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (2001: 1180) keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.Jadi, dapat disimpulkan keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktifitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala aktifitas, dan mampu menghadapi permasalahan hidup. Selain itu mereka akan memiliki keahlian yang akan bermanfaat bagi masyarakat.

Keterampilan membaca merupakan salah satu bagian dari keterampilan dan kemahiran berbahasa yang terbagi empat yang diantaranya adalah keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

2. Membaca Al-Qur’an

a. Pengertian Membaca

Membaca adalah melihat, melafalkan dan mengucapkan serta memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca pada

hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berfikir, psikolinguistik dan metakognitif.Pengertian diatas sejalan dengan pendapat Nuha (2012:108) membaca adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang) tertulis dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati. Pada hakikatnya, membaca adalah proses komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui teks yang ditulisnya. Maka, secara langsung, di dalamnya terjadi hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan bahasa tulisan.

Kemahiran membaca membaca mencakup dua hal, yaitu mengenali simbol-simbol yang tertulis dan memahami isinya.Bagi para siswa Indonesia yang mempunyai latar belakang kemahiran membaca tulisan Latin, kemahiran membaca tulisan Arab merupakan masalah.Sebab alphabet Arab berlainan dengan

alphabet Latin.

Kemampuan membaca bahasa Arab sangat tergantung kepada pemahaman isi atau arti yang dibaca.Ini berarti sangat tergantung pada penguasaan gramatika bahasa Arab.

Kesiapan anak belajar membaca sangat tergantung pada tingkat kematangan IQ-nya.Namun, tidak serta-merta kematangan IQ itu ukuran satu-satunya kesiapan anak belajar membaca.

Menurut Musthafa (2005:31) beberapa faktor yang memengaruhi kesiapan membaca anak:

1) Kesiapan fisik

Anak yang sehat akan lebih cepat belajar membaca dan menguasai pelajaran daripada anak yang sakit, sebab anak yang sakit cepat merasa letih, mudah putus asa, dan sedikit beraktifitas. Ia menjadi tidak bergairah dalam belajar dan membaca.

Dalam kondisi seperti ini, pelajaran membaca akan lebih sulit bagi anak daripada pelajaran lainnya. Maka, sebelum melakukan aktifitas belajar, guru harus yakin bahwa anak didiknya memiliki indra yang sehat, sebab ia memiliki peranan penting dalam aktifitas membaca. Telinga, mata, kedua tangan, dan alat bicara, merupakan organ yang sangat penting dalam belajar membaca.

2) Kesiapan psikologis

Anak membutuhkan kondisi psikologis yang nyaman.Karena itu, guru harus mengetahui kebutuhan perasaan anak sebelum anak belajar membaca, dengan mengenal lingkungan keluarganya, misalnya.Dengan demikian, guru dapat memahami sejauh mana peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan psikologis anak.

Guru tidak perlu memaksa lingkungan keluarga memenuhi kebutuhan psikologis anak dan menanamkan percaya diri padanya. Guru juga tidak perlu mengidentifikasi rumah yang salah mengarahkan anak, tidak memberikan kehangatan padanya, cinta kasih, rasa tenang, dan percaya diri, yang sangat memengaruhi kondisi psikologisnya.

Sebelum aktifitas belajar membaca berlangsung, terlebih dahulu guru harus mengetahui kondisi psikologis setiap anak, kemudian memberinya motivasi agar secepatnya ia melepaskan diri dari persoalan-persoalan yang membelit dirinya, sehingga ia merasa tenang dan dapat beradaptasi dengan lingkungan belajarnya.

3) Kesiapan pendidikan

Sebelum anak belajar membaca, terlebih dahulu ia harus mempersiapkan diri dengan beberapa arahan yang memudahkannya dalam belajar membaca. Mempersiapkan anak membaca adalah tanggung jawab keluarga dan sekolah, namun dalam hal ini sekolah merupakan penanggung jawab utama, sementara keluarga merupakan tempat pembentukan pengalaman anak.

4) Kesiapan IQ

Sebelum anak belajar membaca, terlebih dahulu ia harus mencapai tingkat kematangan IQ-nya yang memudahkannya

dalam belajar. Dalam hal ini, para peneliti berbeda pendapat namun sebagian besar berpendapat bahwa kesiapan anak belajar membaca sangat dipengaruhi oleh kematangan IQ-nya. Sebagian berpendapat, usia kematangan IQ ini dapat dicapai oleh anak pada usia enam atau enam tahun setengah. Namun, sebagian menyangkal pendapat ini.Menurutnya, latihan dan pengalaman belajar anak sangat memengaruhi kematangan IQ-nya. Sebagian anak ada yang mencapai kematangan ini sebelum usia enam tahun, namun ada pula yang mencapainya pada usia delapan tahun dan sebelas tahun. Artinya, terdapat perbedaan-perbedaan proses pencapaian kematangan IQ, sekalipun anak terlahir dalam waktu yang sama.

b. Pengertian Al-Qur’an

Secara etimologis Al-Qur‟an berarti bacaan atau yang dibaca. Adapun menurut istilah para ulama Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi atau rasul, dimulai dari surat Al-Fatihah, dan diakhiri dengan surat An-Naas (Munjahid, 2007:25-26).

Al-Qur‟an adalah wahyu atau firman Allah SWT untuk menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT (Thoha Chabib dkk, 2004: 23).

Jadi dari pengertian membaca dan pengertian Al-Qur‟an di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca Al-Qur‟an adalah

melafalkan huruf-huruf atau ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan yang membacanya termasuk ibadah.

c. Pengenalan Huruf Hijaiyah

1) Bentuk Huruf Hijaiyah

Mengenal bentuk huruf hijaiyah adalah langkah pertama agar lancar membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Tanpa mengenal huruf hijaiyah, kita akan mengalami kesulitan, bahkan tidak akan mampu membaca Al-Qur‟an. Huruf hijaiyah adalah kumpulan huruf-huruf Arab yang berjumlah 29.Huruf-huruf inilah yang dipakai dalam Al-Qur‟an.

Tabel 2.1 Huruf Hijaiyah

د خ ح ج ث ت ب ا

ط ض ص ش س ز ر ذ

م ل ك ق ف غ ع ظ

2) Transliterasi Huruf Hijaiyah

Transliterasi artinya mengalihaksarakan lafadz, bacaan, atau tulisan dari satu huruf ke huruf yang lain, misalnya dari aksara Arab ke huruf latin (Indonesia).

Tabel 2.2 Transliterasi Huruf Hijaiyah

No Arab Latin Nama Huruf

1. ا a, i, u, Alif 2. ب b Ba‟ 3. ت t Ta‟ 4. ث ts Tsa‟ 5. ج j Jim 6. ح kh Ha‟ 7. خ kh Kha‟ 8. د d Dal 9. ذ dz Dzal 10. ر r Ra‟ 11. ز z Za‟ 12. س s Sin 13. ش sy Sya 14. ص sh Shad 15. ض dl Dlal 16. ط th Tha‟ 17. ظ zh Zha‟ 18. ع a, i, u „Ain 19. غ gh Ghain 20. ف f Fa‟ 21. ق q Qaf 22. ك k Kaf 23. ل l Lam 24. م m Mim 25. ى n Nun 26. و w Wau 27. ٍ ha Ha‟ 28. ء Hamzah 29. ي y Ya‟

3) Tanda Baca Huruf Hijaiyah a) Dasar-dasar Tanda Baca

Table 2.3 Dasar-dasar Tanda Baca

ُا ِا َا

Dhammah Kasrah Fathah

U I A

ٌا ٍا ًا

Dhammah Tanwin Kasrah Tanwin Fathah Tanwin

Dokumen terkait